Anda di halaman 1dari 24

Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)

Prinsip kerja ADCP berdasarkan perkiraan kecepatan baik secara horizontal


maupun vertikal menggunakan efek Doppler untuk menghitung kecepatan radial
relatif, antara instrumen (alat) dan hamburan di laut. Tiga beam akustik yang
berbeda arah adalah syarat minimal untuk menghitung tiga komponen kecepatan.
Beam ke empat menambah pemborosan energi dan perhitungan yang error. ADCP
mentransmisikan ping, dari tiap elemen transducer secara kasar sekali tiap detik.
Echo yang tiba kembali ke instrumen tersebut melebihi dari periode tambahan,
dengan echo dari perairan dangkal tiba lebih dulu daripada echo yang berasal dari
kisaran yang lebih lebar. Profil dasar laut dihasilkan dari kisaran yang didapat. Pada
akhirnya, kecepatan relatif, dan parameter lainnya dikumpulkan diatas kapal
menggunakan Data Acquisition System (DAS) yang juga secara optional merekam
informasi navigasi, yang diproduksi oleh GPS.

Gambar 1. Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)

Prinsip Kerja
Perhitungan navigasi, menggunakan kalibrasi yang dilakukan sekali secara
lengkap.Arus absolut yang melampaui kedalaman atau kedalaman referensi
didapatkan dari rata-rata kecepatan relatif kapal. Arus absolut pada setiap
kedalaman dapat dibedakan dari data terakhir dari kapal navigasi dan perhitungan
relatif ADCP Prinsip Perhitungan Gelombang Oleh ADCP.
Gambar 2. Prinsip kerja ADCP

Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan arus/gelombang yaitu kecepatan orbit


gelombang yang berada dibawah permukaan dapt diukur dari keakuratan ADCP.
ADCP mempunyai dasar yang menjulang,dan mempunyai sensor tekanan untuk
mengukur pasang surut dan rata-rata kedalaman laut. Time series dari kecepatan,
terakumulasi dan dari time series ini, kecepatan spektral dapat dihitung. Untuk
mendapatkan ketinggian diatas permukaan, kecepatan spektrum dierjemahkan oleh
pergeseran permukaan menggunakan kinematika linear gelombang. Kegunaan
ADCP pada berbagai aplikasi :

 Perlindungan pesisir dan teknik pantai.


 Perancangan pelabuhan dan operasional
 Monitoring Lingkungan
 Keamanan Perkapalan

ADCP dapat menghitung secara lengkap, arah frekuensi gelombang spektrum, dan
dapat dioperasikan di daerah dangkal dan perairan dalam. Salah satu keuntungan
ADCP adalah, tidak seperti directional wave buoy, ADCP dapat dioperasikan dengan
resiko yang kecil atau kerusakan. Sebagai tambahan untuk frekuensi gelombang
spektal, ADCP juga dapat digunakan untuk menghitung profil kecepatan dan juga
level air.
Keuntungan ADCP :

 Definisi yang tinggi dari arah arus/gelombang pecah.


 Logistik yang sederhana dengan bagian bawah yang menjulang
 Kerusakan yang kecil, dan resiko yang kecil.
 Kualitas perhitungan permukaan yang tinggi yang berasal dari dasar laut.
ADP/ADCP keistimewaannya meliputi :

 Dapat bekerja di kapal dengan penentuan posisi yang lengkap termasuk


bottom-tracking dan permukaan laut untuk transek dengan menggunakan
GPS.
 ADCP memberikan sistem real-time untuk pesisir pantai, dan monitoring
pelabuhan.
 ADCP mudah digunakan untuk mengukur arus
 Mempunyai system otomatik yang dilengkapi dengan baterai dan perekam
untuk buoy lepas pantai atau bottom-mounting.

Gambar 3. (a)Standard and Mini ADPs, (b) ADP Depth Cells ViewADP, (c) ViewADP

SonTek/YSI ADP (Acoustic Doppler Profiler) adalah alat ukur arus muka laut
berperforma tinggi yang akurat, dapat diandalkan dan mudah untuk digunakan.
ADCP menghitung kecepatan 3D dengan kedalaman yang spesifik dari setiap cell
sampai kira-kira 220 m. Design pertama dari pengukur arus hanya sebatas untuk
mengukur perairan dangkal., the ADP telah mengalami revolusi sejarah dalam
pengukuran arus sejak diperkenalkan pada tahun 1984. Software windows
ViewADP dapat melakukan post-processing program yang membuat menjadi lebih
mudah dalam tampilan dan mudah untuk menganalisa data.

Prinsip Pengoperasian
SonTek/YSI ADPs tergolong dalam kumpulan instrument yang dikenal sebagai
akustik dopler current profiler. Lebih dari beberapa decade alat ini telah
mengembangkan kemampuan untuk mengukur arus secara lebih detail untuk
aplikasi di lapangan. Sejak diperkenalkan pada tahun 1984 sebagai alat pertama
pengukuran arus untuk perairan dangkal, ADP telah banyak mengalami kemajuan
sebagai alat pengukur arus. Dokumen di bawah ini meliputi pengenalan dasar dari
prinsip penggunaan ADCP. The ADP menghitung kecepatan dari air dengan
menggunakan prinsip fisika yang dikenal disebut perubahan Dopler. Pada bagian ini
jika sumber dari suara bergerak relative ke receiver frekuensi dari suara di receiver
mengalami perubahan dari frekuensi transmisi.
Fdoppler = -2Fsource ( V / C )
Dari persamaan ini , V adalah kecepatan relative diantara sumber dan receiver (i.e.;
Gerakan mengindikasikan perubahan jarak diantara keduanya., C adalah kecepatan
dari suara, Fdoppler perubahan dari frekuensi receiver di receiver (i.e., the Doppler
shift), dan Fsource frekuensi dari transmisi suara. Ilustrasi dari operasional dari sistem
Doppler monostatis, seperti ADP ( monostastis mengindikasikan fakta bahwa
transducer yang sama digunakan sebagai receiver dan transmitteris . Transducer
Son Tek SonTek transducers dibangun untuk menghasilkan beam sempit suara,
dimana energi utama terkonsentrasi pada sebuah kerucut yang hanya beberapa
derajat lebarnya. Setiap transducer menghasilkan pulsa suara yang frekuensinya
diketahui. Pada saat suara merambat di air, suara itu memantul ke segala arah oleh
partikel-partikel (sedimen, bahan biologis, gelembung).Sebagaimana beberapa
bagian memantulkan energi yang merambat kembali sepanjang transducer
axis,kearah transducer dimana, perhitungan proses elektronik berubah seiring
frekuensi .Pergantian Doppler diukur dari pantulan single transducer , kecepatan
diair sepanjang axis pasa beam akustik.
ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler)

Gambar 1. ADCP yang di pasang di dasar laut

(sumber: www.google.com)

ADCP adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur kecepatan arus
air berdasarkan efek Doppler dari suara yang diterima. ADCP menggunakan gelombang
suara (sonar) sebagai alat pendeteksinya dan mempunyai akurasi yang tinggi. Informasi
yang diukur oleh ADCP meliputi besar dan arah arus air hingga 128 titik di kolom air dengan
maksimum kedalaman pengukuran mencapai beberapa ratus meter, tergantung pada
frekwensi suara yang digunakannya. Selain itu, ADCP juga memberikan informasi mengenai
suhu air laut, lintasan kapal, topografi dasar perairan serta dapat dihubungkan dengan
Global Positioning System (GPS) untuk penentuan posisi pengukuran.

Pada prinsipnya, ADCP bekerja dengan mentransmisikan gelombang suara dengan


pola tertentu ke kolom air dan menerima pantulannya yang disebabkan oleh partikel-
partikel yang ada di dalam air. Informasi tersebut dianalisa berdasarkan pergeseran
frekwensi menurut teori Doppler. Teori Doppler menjelaskan mengenai perubahan
frekwensi gelombang yang berasal atau dipantulkan oleh objek yang bergerak. Apabila objek
bergerak mendekati. maka gelombang suara tersebut akan makin tinggi frekuensinya
dibandingkan dengan frekuensi asalnya. Apabila objeknya menjauhi, frekuensi gelombang
yang diterima menjadi lebih rendah. Besarnya perbedaan frekuensi tersebut sebanding
dengan kecepatan relatif antara ADCP dan partikel. Besarnya perbedaan nilai tersebut
kemudian dikonversikan ke dalam bentuk komponen kecepatan arus.

Oleh karena itu, yang diukur oleh ADCP adalah kecepatan partikel-partikel di dalam
air. karena sifat gerak karakter tersebut mengikuti gerakan air, kecepatan gerak partikel
tersebut juga merupakan kecepatan gerak air. Besarnya kecepatan gerakan air yang diukur
oleh currentmeter' konvensional diturunkan dari tenaga dorong air untuk menggerakan
baling-balingnya.

ADCP tidak dapat berfungsi pada air yang sangat jernih, yang tidak cukup
mempunyai objek untuk memantulkan gelombang suara. Akan tetapi, kelemahan ini tidak
menjadi kendala untuk pengukuran di laut, sungai atau danau karena air di dalam selalu
mengandung partikel -partikel sedimen atau organisme yang memantulkan gelombang
suara.

SISTEM ADCP

Sistem ADCP terdiri dua bagian yaitu profiler dan kontrol. Bagian profiler meliputi
beberapa komponen, yaitu komponen tranducer, sensor suhu, kompas dan komponen
elektronik pengolah sinyal. Bagian kontrol meliputi komponen catu-daya (power sup-ply),
komponen komunikasi elektronik, komputer dan peranti lunak untuk mengontrol kinerja
ADCP dan pengolahan data.

Pengoperasian ADCP selalu disertai dengan program komputer yang mengontrol


profiler, perekaman data dan analisa data. Analisa data yang umum dilakukan sewaktu
pengoperasian alat meliputi perata-rataan pengukuran untuk meningkatkan akurasi
pengukuran. Penampilan data secara langsung di monitor komputer dalam bentuk grafik
sangat membantu dalam pemahaman sistem arus yang diukur pada saat itu juga.

PENGOPERASIAN ADCP

ADCP selain dipasang sebagai moor-ing (tambatan) di permukaan atau di dasar laut,
juga dapat dipasang di kapal secara permanen ataupun temporal untuk pengambilan data
profil arus, tergantung pada konfigurasi alatnya.

Gambar 2. ADCP yang dipasang dibawah kapal

(Sumber : www.google.com)
Sumber tenaga listrik yang digunakan dalam pengoperasian DR-ADCP dapat berasal
dari sebuah generator AC yang dilengkapi dengan Stabilizer. Stabilizer ini berfungsi untuk
menstabilkan tegangan listrik dari gen-erator sehingga operasional DR-ADCP dan komputer
tidak terganggu. Selain generator, dapat pula digunakan baterai atau accu walaupun jenis
sumber listrik ini mempunyai daya yang terbatas sehingga kurang tepat untuk suatu
pengukuran yang cukup lama.

instumen Akustik Kelautan


1. Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)
Acoustic Doppler Current Profiler atau biasa disebut ADCP adalah suatu instrumen yang
digunakan untuk mengukur arus laut. Alat ini mengirimkan sinyal akustik frekuensi tinggi
yang dapat dipantulkan oleh plankton, sedimen tersuspensi, dan gelembung, semua yang
diasumsikan melakukan perjalanan dengan kecepatan rata-rata air. ADCP memperkirakan
kecepatan horisontal dan vertikal sebagai fungsi dari kedalaman dengan menggunakan efek
Doppler untuk mengukur kecepatan relatif radial antara instrumen dan scatterers di laut
(http://www.scribd.com)

Tiga beam akustik yang berbeda arah adalah syarat minimal untuk menghitung tiga
komponen kecepatan. Beam ke empat menambah pemborosan energi dan perhitungan yang
error. ADCP mentransmisikan ping, dari tiap elemen transducer secara kasar sekali tiap detik.
Echo yang tiba kembali ke instrumen tersebut melebihi dari periode tambahan, dengan echo
dari perairan dangkal tiba lebih dulu daripada echo yang berasal dari kisaran yang lebih lebar.
Profil dasar laut dihasilkan dari kisaran yang didapat. Pada akhirnya, kecepatan relatif, dan
parameter lainnya dikumpulkan diatas kapal menggunakan Data Acquisition System (DAS)
yang juga secara optional merekam informasi navigasi, yang diproduksi oleh GPS. Perkiraan
kecepatan bising dari ping masing-masing vektor rata-rata menjadi 1 - untuk 10-menit
ansambel, dan kecepatan relatif yang dihasilkan diputar dari transduser itu untuk kerangka
acuan bumi menggunakan kapal yang gyrocompass (http://www.scribd.com).

Sebuah perhitungan navigasi dilakukan untuk memperoleh arus mutlak, yang diperoleh
dengan mengurangi rata-rata kecepatan kapal relatif terhadap lapisan referensi (yaitu ADCP
kecepatan) dari kecepatan kapal mutlak atas tanah (dari GPS Navigasi). Kecepatan-kecepatan
baku mutlak saat ini relatif terhadap lapisan referensi tersebut kemudian dihaluskan untuk
mengurangi efek noise dalam perbaikan posisi, dan dikombinasikan dengan data navigasi
untuk mendapatkan estimasi terbaik dari posisi kapal dan kecepatan. Dengan demikian, arus
mutlak pada setiap kedalaman dapat ditentukan dari data kapal navigasi dan pengukuran
ADCP relatif (http://www.scribd.com).
ADCP mengukur kecepatan arus laut terus menerus selama 300 m atas dari kolom air,
biasanya di kedalaman 8 m bertahap. Hal ini juga digunakan untuk memperkirakan
kelimpahan dan distribusi scatterers biologis selama rentang kedalaman yang sama dan dalam
penambahan kedalaman yang sama (http://www.scribd.com).
ADCP pengumpulan data mengharuskan empat instrumen bekerja sama. Ini adalah ADCP
sendiri, kapal itu gyrocompass, penerima GPS, dan Sikap GPS Unit Penentuan (ADU)
(http://www.scribd.com).
Prinsip Kerja:
Perhitungan navigasi, menggunakan kalibrasi yang dilakukan sekali secara lengkap.Arus
absolut yang melampaui kedalaman atau kedalaman referensi didapatkan dari rata-rata
kecepatan relatif kapal. Arus absolut pada setiap kedalaman dapat dibedakan dari data
terakhir dari kapal navigasi dan perhitungan relatif ADCP. Prinsip Perhitungan Gelombang
Oleh ADCP (http://www.scribd.com).
Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan arus/gelombang yaitu kecepatan orbit gelombang
yang berada dibawah permukaan dapt diukur dari keakuratan ADCP. ADCP mempunyai
dasar yang menjulang,dan mempunyai sensor tekanan untuk mengukur pasang surut dan rata-
rata kedalaman laut. Time series dari kecepatan, terakumulasi dan dari time series ini,
kecepatan spektral dapat dihitung. Untuk mendapatkan ketinggian diatas permukaan,
kecepatan spektrum dierjemahkan oleh pergeseran permukaan menggunakan kinematika
linear gelombang (http://www.scribd.com).

Fungsi ADCP
ADCP dapat menghitung secara lengkap, arah frekuensi gelombang spektrum, dan dapat
dioperasikan di daerah dangkal dan perairan dalam. Salah satu keuntungan ADCP adalah,
tidak seperti directional wave buoy, ADCP dapat dioperasikan dengan resiko yang kecil atau
kerusakan. Sebagai tambahan untuk frekuensi gelombang spektal, ADCP juga dapat
digunakan untuk menghitung profil kecepatan dan juga level air (http://www.scribd.com).

Kegunaan ADCP pada berbagai aplikasi :

 Perlindungan pesisir dan teknik pantai


 Perancangan pelabuhan dan operasional
 Monitoring Lingkungan
 Keamanan Perkapalan

Keuntungan ADCP

 Definisi yang tinggi dari arah arus/gelombang pecah.


 Logistik yang sederhana dengan bagian bawah yang menjulang
 Kerusakan yang kecil, dan resiko yang kecil.
 Kualitas perhitungan permukaan yang tinggi yang berasal dari dasar laut.

ADP/ADCP keistimewaannya meliputi

 Dapat bekerja di kapal dengan penentuan posisi yang lengkap termasuk bottom-
tracking dan permukaan laut untuk transek dengan menggunakan GPS.
 ADCP memberikan sistem real-time untuk pesisir pantai, dan monitoring pelabuhan.
 ADCP mudah digunakan untuk mengukur arus
 Mempunyai system otomatik yang dilengkapi dengan baterai dan perekam untuk buoy
lepas pantai atau bottom-mounting.

2. CTD (Conductivity Temperature Depth)

CTD (Conductivity Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan untuk


mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas.. Secara
umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran.
Unit masukan data terdiri dari sensor CTD, rosette, botol sampel, kabel koneksi dll.
Sensor berfungsi untuk mengukur parameter karakteristik fisik air laut yang terdiri dari
sensor tekanan, temperatur, dan konduktivitas. Botol sampel berfungsi sebagai wadah sampel
air sedangkan rosset berfungsi untuk mengatur penutupan botol. Kabel koneksi berfungsi
sebagai penompang, dan juga berfungsi sebagai pengantar sinyal. Telekomando akan
memberikan sinyal kepada rosset untuk menutup botol secara berurutan, setelah mengambil
sampel air laut.
Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer
yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD,
penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap
kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi
sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan
temperatur sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam.
Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik.
CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk
mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas).
a. Sensor Tekanan.
Sensor tekanan merupakan sensor yang memanfaatkan hubungan langsung antara
tekanan dan kedalaman. Sensor ini terdirai dari tahanan yang berbentuk seperti jembatan
wheatsrone kemudian dinamakan strain gauge. Strain gauge merupakan alat resistansi yang
berubah ketika mendapat tekanan, Tahanan ini akanmemegang peranan ketika mendapat gaya
dalam bentuk fisika seperti tekanan, beban (berat), arus dll. (Herunadi, 1998).
b. Sensor Temperatur.
Sensor temperatur adalah sensor yang berpengaruh terhadap suatu hambatan, dalam
bentuk termistor. Termistor (tahanan termal) merupakan alat semikonduktor yang berperan
sebagai tahanan dengan besar koefisien tehanan temperatur yang tinggi dan biasanya bernilai
negative. Alatini terbuat dari campuran Oksida-Oksida logam yang diendapkan seperti
mangan, nikel, kobalt dll.
c. Sensor Konduktifitas.
Sensor konduktofitas merupakan sensor yang mendeteksi adanya nilai daya hantar
listrik di suatu perairan. Sensor ini merupakan sensor yang terdiri dari tabung berongga
danempet buah terminal elektroda platina-rhodium di belakang sisinya. Sebagai sensor yang
melewati nilai konduktifitas maka rata-rata hasil proses dalam pengukuran akan melewati
nilai rendah (low pass fliter). Sensor ini akan mulai mengukur ketika alat telah bergerak
masuk kedalam air sampai pada posisi yang diinginkan. Sebenarnya sensor ini mengukur
nilai konduktifitas untuk mengetahui nilai salinitas atau kadar garam di sebuah perairan
sacara tidak langsung.
Gambar CTD Profiler
Sumber : godac.jamstec.go.jp
Prinsip Pengukuran CTD
Pada Prinsipnya teknik pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan sinyal
dan mendapatkan sinyal dari sensor yang menditeksi suatu besaran, kemudian mendapatkan
data dari metode multiplexer dan pengkodean (decode), kemudian memecah data dengan
metode enkoder untuk di transfer ke serial data stream dengan dikirimkan ke kontrolunit via
cabel.
CTD diturunkan ke kolom perairan dengan menggunakan winch disertai seperangkat
kabel elektrik secara perlahan hingga ke lapisan dekat dasar kemudian ditarik kembali ke
permukaan. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan
sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas). Pengukuran tekanan
pada CTD menggunakan strain gauge pressure monitor atau quartz crystal.
Tekanan akan dicatat dalam desibar kemudian tekanan dikonversi menjadi kedalaman
dalam meter. Sensor temperatur yang terdapat pada CTD menggunakan thermistor,
termometer platinum atau kombinasi keduanya. Sel induktif yang terdapat dalam CTD
digunakan sebagai sensor salinitas. Pengukuran data tercatat dalam bentuk data digital. Data
tersebut tersimpan dalam CTD dan ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari
perairan atau transfer data dapat dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara
(interface) dari CTD ke komputer tersambung.
Marine Science ^Ida^

Sabtu, 27 Oktober 2012


Akustik Kelautan

Konsep dasar akustik

Laut begitu luas dan dinamis, manusia pernah mencapai planet terjauh namun manusia
belum pernah mencapai laut terdalam. oleh karena itu manusia membutuhkan alat dan metode
untuk mengetahui suatu objek apa yang ada dikolom perairan.

Secara umum akustik bisa diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang gelombang suara
dan perambatannya dalam suatu medium, sehingga akustik kelautan dapat diartikan sebagai ilmu
yang membahas tentang gelombang suara dan penjalarannya didalam kolom air laut.

Akustik diklasifikasikan menjadi 2, yaitu akustik aktif dan akustik pasif. Akustik aktif
merupakan gelombang suara yang dipancarkan kemudian diterima kembali dan dapat diketahui dari
sifat-sifat gelombang itu sendiri. Kita dapat mengetahui jarak dari objek yang dideteksi tersebut dari
hasil pemantulan gelombang suara. Contohnya sonar.
http://4.bp.blogspot.com/-f63qUDP7YCI/UIcCdX0iu_I/AAAAAAAAAiM/R-
hBHHjDbGE/s1600/ss4.jpg

akustik pasif yaitu menerima atau mendengarkan gelombang suara yang datang dari objek
yang berada didalam kolom perairan. Akustik pasif dapat digunakan untuk mendengarkan ledakan
bawah air (seismic), gempa bumi, letusan gunung berapi, suara yang dihasilkan oleh ikan dan hewan
lainnya, aktivitas kapal-kapal ataupun sebagai peralatan untuk mendeteksi kondisi di bawah air
(hidroakustik untuk mendeteksi ikan).

Pada dasarnya pemantauan hidroakustik didasarkan pada prinsip yang sederhana.

Gelombang suara akustik dipancarkan melalui sebuah alat yang menghasilkan energi akustik (suara)
pada kolom perairan. Energi dari pulsa suara yang dipancarkan melalui medium air. Ketika energi
tersebut mengenai suatu objek, seperti ikan ataupun dasar perairan, beberapa energi akan
memantul kembali ke transduser (alat pemancar dan penerima gelombang suara). Nilai hamburan
balik yang diterima oleh alat dan kemudian akan dikirimkan ke perangkat output(seperti grafik
perekam video atau layar) dan digital echo processor.

Dengan menentukan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan yang diterima,
transducer dapat memperkirakan jarak dan orientasi dari suatu objek yang dideteksi. (Jarak =
kecepatan suara x waktu /2).
Akustik kelautan merupakan metode yang paling baik saat ini, oleh karena itu akustik dapat
dimanfaatkan oleh berbagai bidang diantaranya Militer, biologi laut, perkapalan, pemetaan,
oseanografi kelautan, dan industri.

Kecepatan suara

Bunyi memiliki cepat rambat yang terbatas. seperti halnya cahaya bunyi memerlukan waktu
untuk berpindah. Cepat rambat bunyi jauh lebih kecil dibandingkan dengan cepat rambat cahaya.
Karena bunyi termasuk gelombang, cepat rambat bunyi juga memenuhi persamaan cepat rambat
gelombang. Jika bunyi menempuh jarak (s) selama selang waktu (t) maka akan memenuhi hubungan

V = s/t

s = jarak tempuh (m)

t = waktu ( s )

v = cepat rambat bunyi (m/s)

Satu periode gelombang menempuh jarak sejauh satu panjang gelombang. Maka jika t = T,
maka s = λ . Maka bentuk lain ungkapan cepat rambat gelombang adalah V=λ/T oleh karena f = 1/T
,maka

V = λf

dengan
λ = panjang gelombang bunyi (m)

T = periode gelombang bunyi (s)

F = ferkuensi gelombang bunyi (Hz)

Pada laut, suara dirambatkan melalui medium air. Kecepatan rambat suara laut berbeda dengan
kecepatan rambat udara ataupun darat. Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224 km/jam.
Bunyi merambat lebih lambat jika suhu dan tekanan udara lebih rendah. Jika dibandingkan dengan
cepat rambat udara, di laut kecepatan rambatnya lebih cepat 4x lipat dibangingkan dengan cepat
rambat di udara. Hal tersebut diakibatkan partikel air laut lebih rapat dibandingkan dengan di udara
yang lebih renggang. Sedangkan di darat (zat padat) lebih cepat lagi cepat rambat di laut karena
benda padat kerapatannya paling tinggi diantara medium yang lain.

Cepat rambat bunyi pada medium tertentu

Medium Cepat Rambat Suara (m/s)

Udara (0°C) 331

Udara (15°C) 340

Air (25°C) 1490

Air Laut (25°C) 1530

Tembaga (20°C) 3560

Besi (20°C) 5130

Aluminium (20°C) 5100

(Sumber: http://andrynugrohoatmarinescience.wordpress.com)
Secara sederhana, pola perambatan gelombang suara di dalam laut yang dibagi secara vertikal
adalah sebagai berikut:

a) Zona 1 (mixed layer) : Kecepatan suara cenderung meningkat akibat faktor perubahan tekanan
mendominasi faktor perubahan suhu.
b) Zona 2 (termoklin) : Kecepatan suara menurun dan menjadi zona minimum kecepatan suara akibat
terjadinya perubahan suhu yang sangat drastis dan mendominasi faktor perubahan tekanan.
c) Zona 3 (deep layer) : Kecepatan suara meningkat kembali akibat faktor perubahan tekanan
mendominasi kembali faktor perubahan suhu.

Kecepatan suara dapat dihitung menggunakan rumus :

C = 1449,2 + 4,6T - 0,055T2 + 0,00029T3 + (1,34 - 0,010T)(S-35) - 0,016Z

dengan : C = Kecepatan suara (m/s)

T = Suhu (°C)

S = Salinitas (psu)

Z = Kedalaman (m)

Dari persamaan di atas, kecepatan suara bergantung pada suhu, salinitas, tekanan, musim
dan lokasi. Semakin jauh suara dari sumber suara, maka kegiatan echo akan mengalami perubahan
dari segi ruang dan waktu.

Afternoon effect

Gangguan dari kolom air pernah terjadi pada suatu penelitian yang dilakukan tahun 1930-
1960 oleh Letnan Pryor di Guantanamo Bay, kasus ini lebih dikenal sebagai afternoon effect. Letnan
Pryor melakukan pengukuran menggunakan echo ranging system (sekarang dikenal sebagai SONAR).
Ketika dilakukan pengukuran pada pagi hari, pengukurannya berhasil dan memperoleh data,
tetapi ketika dilakukan pada siang hari terutama ketika cuaca panas/terik data yang diperoleh
berubah. Hal ini disebabkan karena pada siang hari, fitoplankton sedang berkembang,
berfotosintesis dan menghasilkan gelembung-gelembung udara yang dapat menghambat
perambatan suara.

Sedangkan pada pagi hari, perairan bersifat homogenous karena matahari belum memanasi
perairan secara optimal seperti yang terjadi pada siang hari. Dan beberapa tahun kemudian
diketahui bahwa penyebab terjadinya missing sounds adalah pengaruh dari suhu, salinitas, dan
faktor lainnya.

Atenuasi gelombang suara

Atenuasi atau pelemahan energi/intensitas suara terjadi karena adanya konversi energi
secara gradual menjadi energi kalor selama perjalanannya. Penghamburan oleh bermacam partikel
yang ada dilaut turut memberikan andil dalam penurunan intensitas suara, namun dalam percobaan
sebenarnya tidak mungkin membedakan efek penyerapan (konversi) dengan efek penghamburan.
Semakin bertambah jarak tempuh dan semakin tinggi frekuensi gelombang yang digunakan maka
absorpsi menjadi semakin besar (urick, 1983)

Absorpsi dilaut lebih tinggi daripada di air tawar dan besaran koefisien atenuasi dilaut
terbuka meningkat 20 Hz – 300 kHz. Ketergantungan koefisien atenuasi pada frekuensi yang sangat
komplek menunjukan bahwa pada berbagai kanal frekuensi yang berbeda terjadi proses yang
berbeda-beda pula.
Daerah proses-proses dominan yang menyebabkan atenuasi (Jensen et al, 1994)

Pada gambar diatas, menurut Jensen et al ketergantungan atenuasi frekuensi secara kasar
dapat dibagi menjadi empat wilayah.

Daerah frekuensi kurang dari 20 Hz (daerah I) belum dapat dijelaskan secara pasti tetapi
diduga daerah tersebut berhubungan dengan batas frekuensi rendah kanal suara dalam dan
atenuasi suara pada frekuensi rendah ini sangat kecil. Pada daerah II (20Hz – 1kHz), mekanisme
utamanya adalah relaksasi kimia asam borat (B(OH)3) yang dipengaruhi oleh sifat kimia lautan
seperti suhu, pH, dan komposisi garam.

Dalam akustik proses relaksasi merupakan salah satu kondisi setimbang yang didistribusikan
oleh gelombang suara yang lewat dengan fase waktu antar tekanan dan respon medium. Faktor lain
yang mempengaruhinya antara lain efek transmisi yang menggunakan ledakan, difraksi pada kanal
suara laut dalam, penghamburan dan viskositas.

Frekuensi 5 hingga 100kHz di samudera mengalami atenuasi 30 kali lebih besar daripada air tawar.
Perbedaan ini disebabkan adanya beda fase yang besar antara tekanan dan respon medium.
Pada wilayah frekuensi daerah IV atenuasi yang terjadi karena adanya konduksi panas dan viskositas.
Konduksi panas menciptakan suatu kehilangan akibat aliran panas dari gelombang suara yang
tertekan kemudian mengembang dalam air, namun kontribusinya terhadap total penyerapan sangat
kecil (Jensen et al., 1994)

Shadow zone

Shadow Zone adalah suatu wilayah dimana gelombang suara tidak dapat merambat atau
lemah sehingga hampir tidak dapat merambat dalam suatu medium. Menurut Urick (1983) di kolom
perairan terjadi pembelokan gelombang suara (refraksi) yang terjadi karena perbedaan kedalaman,
salinitas dan suhu ait laut. Pengaruh yang paling nyata terlihat jika terjadi kenaikan suhu air laut
sebesar 1oC akan menyebabkan meningkatnya kecepatan suara sebesar 1m/detik. Akibatnya jika
suhu meningkat menurut kedalaman maka gelombang suara yang dipancarkan akan cenderung
dibelokan ke arah permukaan air.

Sumber: http://www.dosits.org/

Gambar 1. Shadow zone


Sebaliknya jika suhu menurun karena kedalaman maka gelombang suara akan cenderung
dibelokan ke dasar perairan. Karena terjadi pembelokan gelombang suara ke permukaan dan ke
dasar perairan, maka terdapat wilayah yang tidak terjadi perambatan gelombang suara yang disebut
shadow zone. Jarak dari sumber suara ke shadow zone ditentukan oleh laju perubahan suhu
terhadap kedalaman, kedalaman sumber suara, dan kedalaman penerima suara.

untuk sebuah tujuan militer penyusupan kapal selam umumnya bergerak pada posisi
"daerah kedap" transmisi gelombang udara (shadow zone). Daerah ini merupakan daerah aman
dimana suhu dan salinitas laut pada lapisan tersebut memantulkan rambatan suara yang datang
sehingga kapal dapat terhindar dari deteksi SONAR lawan.

Alat Survey Akustik

Alat-alat yang digunakan dalam survey Akustik:

 Multi-bottle Water Sampler with CTD

Multi-bottle Water Sampler dengan CTD


Multi-bottle Water Sampler ini digunakan untuk mengambil samper air pada beberapa
kedalaman tertentu. Alat ini dapat digunakan hingga kedalaman 1000 meter. Rangka yang berwarna
putih pada Gambar diatas biasa disebut rossete. Karena alat ini hanya dapat mengambil sampel saja,

alat ini biasanya digunakan bersamaan dengan CTD. Selain untuk memperoleh data, CTD
juga digunakan untuk mengontrol Water Sampler. Rencana penurunan telah diprogram melalui
laptop atau komputer dengan software yang telah disediakan.

Bagian atas dan bawah botol dibuka sebelum diturunkan. Pada saat mencapai kedalaman
yang telah diprogram, tutup botol akan menutup secara otomatis. Kekurangan dari Water Sampler
ini mungkin hanya penggunaan yang harus bersamaan dengan CTD. Selain itu alat ini adalah alat
yang sangat efisien, dapat memperoleh banyak sampel air pada beberapa kedalaman yang telah
diprogram dalam software.

CTD, dari namanya yang merupakan akronim dari Conductivity, Temperature, and Depth ini
merupakan alat yang dapat merekam data pada kedalaman air laut. Dapat dilihat pada Gambar
diatas, CTD diletakkan di bagian bawah Water Sampler. Data yang dapat direkam yaitu kedalaman,
kedalaman saat pengambilan sampel, suhu, konduktivitas, klorofil, dan turbiditi. CTD ini dapat
digunakan bersamaan dengan Water Sampler. CTD diturunkan bersamaan dengan Water Sampler
dan secara otomatis akan merekam data. Hasil rekaman dari CTD ini akan keluar berupa data digital
di komputer ataupun laptop. Data yang dihasilkan dari CTD ini didapatkan dengan resolusi tinggi
dengan interval waktu dan kedalaman yang cukup singkat. Data yang dihasilkan pun aktual dan
ilmuan dapat meneliti relasi pada parameter-parameter tersebut. Kekurangan dari kedua alat ini
yaitu biaya yang besar dan juga memakan waktu cukup lama.

 ADCP
Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP atau ADP) adalah current meter hydroacoustic mirip
dengan sonar, digunakan untuk mengukur kecepatan arus air selama rentang kedalaman dengan
menggunakan efek Doppler dari gelombang suara yang tersebar kembali dari partikel dalam kolom
air. Frekuensi kerja berkisar dari 38 kHz ke beberapa megahertz. ADCP terdiri dari osilator
piezoelektrik untuk mengirim dan menerima sinyal suara.
Gambar ADCP

Prinsip Kerja:

Perhitungan navigasi, menggunakan kalibrasi yang dilakukan sekali secara lengkap.Arus


absolut yang melampaui kedalaman atau kedalaman referensi didapatkan dari rata-rata kecepatan
relatif kapal. Arus absolut pada setiap kedalaman dapat dibedakan dari data terakhir dari kapal
navigasi dan perhitungan relatif ADCP. Prinsip Perhitungan Gelombang Oleh ADCP.

Gambar. Prinsip kerja ADCP


Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan arus/gelombang yaitu kecepatan orbit
gelombang yang berada dibawah permukaan dapt diukur dari keakuratan ADCP. ADCP mempunyai
dasar yang menjulang,dan mempunyai sensor tekanan untuk mengukur pasang surut dan rata-rata
kedalaman laut. Time series dari kecepatan, terakumulasi dan dari time series ini, kecepatan spektral
dapat dihitung. Untuk mendapatkan ketinggian diatas permukaan, kecepatan spektrum
dierjemahkan oleh pergeseran permukaan menggunakan kinematika linear gelombang.

Fungsi ADCP:

ADCP dapat menghitung secara lengkap, arah frekuensi gelombang spektrum, dan dapat
dioperasikan di daerah dangkal dan perairan dalam. Salah satu keuntungan ADCP adalah, tidak
seperti directional wave buoy, ADCP dapat dioperasikan dengan resiko yang kecil atau kerusakan.
Sebagai tambahan untuk frekuensi gelombang spektal, ADCP juga dapat digunakan untuk
menghitung profil kecepatan dan juga level air).

Kegunaan ADCP pada berbagai aplikasi :

1. Perlindungan pesisir dan teknik pantai.


2. Perancangan pelabuhan dan operasional
3. Monitoring Lingkungan
4. Keamanan Perkapalan

Keuntungan ADCP

1. Definisi yang tinggi dari arah arus/gelombang pecah.


2. Logistik yang sederhana dengan bagian bawah yang menjulang
3. Kerusakan yang kecil, dan resiko yang kecil.
4. Kualitas perhitungan permukaan yang tinggi yang berasal dari dasar laut.

ADP/ADCP keistimewaannya meliputi

• Dapat bekerja di kapal dengan penentuan posisi yang lengkap termasuk bottom-tracking dan
permukaan laut untuk transek dengan menggunakan GPS.
• ADCP memberikan sistem real-time untuk pesisir pantai, dan monitoring pelabuhan.
• ADCP mudah digunakan untuk mengukur arus
• Mempunyai system otomatik yang dilengkapi dengan baterai dan perekam untuk buoy lepas pantai
atau bottom-mounting.

Bagian-Bagian ADCP:

Sistem ADCP terdiri dari ADCP, kabel, baterai, flash memory card, dan perangkat lunak. Kedua
kapasitas baterai dan memori dapat ditingkatkan dengan di-upgrade untuk penyebaran lebih lama.

Gambar. Bagian ADCP


DAFTAR ACUAN :

http://oceanexplorer.noaa.gov/technology/tools/acoust_doppler/acoust_doppler.html/

http://www.scribd.com/doc/23302441/Atenuasi-dan-Distorsi

http://www.scribd.com/doc/56943108/Propagasi-Suara-Dalam-Air-k2e008009

http://theoceanandmariner.blogspot.com/2012/04/sejarah-akustik_09.html

http://blog.unsri.ac.id/randi_rar

PULANGKAN AKU KE L.A.U.T !!!

Anda mungkin juga menyukai