Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. IMAM BAWANI, MA
A
Oleh:
MOH. SAIFUDIN ANSORI
MOH. FAJAR RIZQI HIDAYATULL
LLAH
PROGRAM
AM PASCASARJANA UNIVERS
RSITAS
PESANTRE
EN TINGGI DARUL ULUM JO
OMBANG
2018
2
A. Pendahuluan
Islam sebagai salah satu agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk
Indonesia merupakan salah satu komponen yang turut membentuk dan mewarnai
corak kehidupan masyarakat Indonesia. Kesuksesan Islam dalam menembus dan
mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadikan dirinya sebagai
agama mayoritas merupakan prestasi luar biasa. Hal ini terlihat dari letak
geografis, dimana jarak negara Indonesia dengan negara Jazirah Arab sebagai
negara asal Islam cukup jauh. Apalagi bila dilihat sejak dimulainya proses
penyebaran Islam itu sendiri, di Indonesia belum terdapat suatu metode atau
organisasi dakwah yang dianggap cukup mapan dan efektif untuk memperkenal-
kan Islam kepada masyarakat
1
Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Al-
Ma’arif, 1989), 41
3
serta ketetapannya. Dan kepribadian Rasul sebagai uswatun hasanah yaitu contoh
tauladan yang baik karena perilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh
Allah SWT2
2
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis. (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 35.
3
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaebani, Filsafat Pendidikan Islam. (terj.)
Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 427.
4
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta: Hidakarya
Agung, 1985), 6.
4
pendidikan. Yang pasti pendidikan Islam pada waktu itu telah ada dalam bentuk
sangat sederhana.
Pendidikan Islam itu bahkan menjadi tolak ukur bagaimana Islam dengan
umatnya telah memainkan perannya dalam berbagai aspek. Oleh karena itu dalam
rangka menelusuri sejarah pendidikan Islam di Indonesia dengan periodisasinya
tidak mungkin dilepaskan dari fase-fase yang dilaluinya. Fase yang dibahas dalam
pembahasan ini adalah fase pada masa setelah kemerdekaan Indonesia atau masa
orde lama (1945-1965)
Berpijak pada dasar negara sila pertama yakni Ketuhanan yang Maha Esa
yang berarti bahwa kehidupan beragama di Indonesia secara konstitusional
dijamin keberadaannya sebagaimana termaktub dalam Undang Undang Dasar
1945 pasal 29. Sebagai jaminan konstitusional ini membawa suatu konsekuensi
bahwa pemerintah tidak hanya menjamin kebebasan tiap warga negara untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya, melainkan juga sekaligus menjamin, melindungi, membina,
mengembangkan serta memberi bimbingan dan pengarahan agar kehidupan
beragama lebih berkembang, bergairah dan semarak, serasi dengan kebijaksanaan
5
Pada tahun 1965 setelah G 30 S/PKI kembali melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen.Sementara itu juga diberikan batasan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan, hal ini disebabkan perbedaan agama,
sosial, ekonomi dan golongan yang di masyarakat tidak dikenal lagi. Dengan
6
demikian setiap anak Indonesia dapat memilih kemana akan belajar, sesuai
dengan kemampuan, bakat dan minatnya5
Untuk mendamaikan diantara partai politik yang bertikai, Presiden Indonesia (Ir.
Soekarno) memberlakukan demokrasi terpimpin dengan maksud untuk
menyatukan bangsa Indonesia yang dikenal dengan nasakom (nasional, agama
dan komunisme)7
5
Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan. (Bandung: Angkasa, 1981), 30.
6
Herbert Feith, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. (New
York: Itacha, 1962), 2.
7
BJ. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia. (Jakarta: Grafiti Pers, 1985), 106.
8
HA. Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta:
Hidakarya Agung, 1980), 135.
7
Hal ini didasarkan atas kenyataan terpuruknya umat Islam pada masa
penjajahan Belanda yang terpecah dalam segi intelektualitasnya. Penyebabnya
antara lain:
Selain itu pemerintah juga tetap membina pendidikan agama secara formal
melalui Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Atas
kerjasama kedua departemen dikeluarkan beberapa peraturan-peraturan bersama
untuk mengelola pendidikan agama di sekolah-sekolah umum baik negeri maupun
swasta.Khusus untuk mengelola pendidikan agama yang diberikan pada sekolah-
sekolah umum tersebut, maka pada bulan Desember 1946 dikeluarkan Surat
Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri PP dan K dengan Menteri Agama,
yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah-sekolah umum
(negeri dan swasta) yang berada dibawah naungan Departemen Pengajaran
Pendidikan dan Kebudayaan.Selanjutnya dari SKB tersebut secara khusus
diperkuat lagi kedalam UU Nomor 4 tahun 1950 pada BAB XII pasal 20 sebagai
berikut:
9
HA. Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984.
(Jakarta: CV Rajawali, 1984), 6.
8
Sementara itu pada Peraturan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama
nomor 1432/Kab. Tanggal 20 Januari 1951 (Pendidikan), Nomor K 1/652 tanggal
20 Januari 1951 (Agama), diatur tentang peraturan pendidikan agama di sekolah-
sekolah sebagaimana yang dimaksud dalam UU, yaitu:
tahun ini merupakan pendidikan lengkap bagi para murid yang biasanya
akan kembali ke kampungnya masing-masing.
e) Pendidikan Teologi tertinggi, pada tingkat Universitas diberikan resmi
sejak tahun 1960 pada IAIN. IAIN ini dimulai dengan dua bagian atau
dua fakultas di Yogyakarta dan dua fakultas di Jakarta10
f) Lahirnya beberapa organisasi Islam di Indonesia lebih banyak karena
didorong oleh mulai tumbuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme
serta sebagai respon terhadap kepincangan-kepincangan yang ada di
kalangan masyarakat Indonesia pada akhir abad ke-19 yang mengalami
kemunduran total sebagai akibat eksploitasi politik pemerintah Belanda.
Langkah pertama diwujudkan dengan kesadaran berorganisasi.
Walaupun banyak cara yang ditempuh oleh pemerintah kolonial pada waktu
itu untuk membendung pergolakan rakyat Indonesia melalui bidang pendidikan,
namun tidak banyak membawa hasil, malah berakibat makin menumbuhkan
kesadaran para tokoh organisasi Islam untuk melawan penjajah Belanda. Dengan
sendirinya, kesadaran berorganisasi yang dijiwai oleh semangat keislaman dan
rasa nasionalisme yang tinggi, menimbulkan perkembangan era baru di lapangan
pendidikan dan pengajaran. Dan lahirlah perguruan-perguruan nasional yang
ditopang oleh usaha-usaha swasta (partikelir menurut istilah pada waktu itu) yang
berkembang pesat sejak awal tahun 1900-an, sekolah-sekolah itu semula memiliki
dua corak, yaitu:Sesuai dengan haluan politik, seperti:
10
Boland, Pergumulan …, 117.
11
dan masih banyak lagi sekolah-sekolah lain yang didirikan oleh organisasi Islam
maupun oleh perorangan di berbagai kawasan Indonesia, baik dalam bentuk
Pondok Pesantren maupun madrasah.Setelah Indonesia merdeka dan mempunyai
Departemen Agama, maka secara instansional Departemen Agama diserahi
tanggung jawab dan kewajiban terhadap pembinaan dan pengembangan
pendidikan agama. Lembaga pendidikan agama ada yang berstatus negeri dan ada
yang swasta.Setelah keluarnya SKB Menteri Agama dan Menteri P dan K, sebagai
tindak lanjutnya adalah penyadiaan dan pengadaan tenaga guru agama yang
ditugaskan di sekolah-sekolah umum negeri. Untuk memenuhi kebutuhan guru
agama Islam itu, maka pada tahun 1950 Departemen Agama mendirikan Sekolah
Guru Agama Islam (SGAI). Lulusan sekolah ini dipersiapkan untuk menjadi guru
agama di sekolah dasar. Sedangkan untuk guru agama di sekolah menengah, maka
didirikan Sekolah Guru dan Hakim Agama Islam (SGHA). Untuk memenuhi
tenaga guru di SGHA dan tenaga dosen agama Islam di perguruan tinggi umum,
maka Departemen Agama mendirikan PTAIN yang kemudian bernama
IAIN.PTAIN didirikan di Yogyakarta pada bulan Septembar 1951 berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1950, yang ditanda tangani Presiden RI. Pada
bulan Juni 1957 di Jakarta dibuka Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) oleh
Departemen Agama berdasarkan Penetapan Menteri Agama No. 1 tahun 1957.
tujuannya untuk mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri, untuk menjadi
guru agama pada sekolah lanjutan atas atau menjadi petugas di bidang pendidikan
12
di lingkungan Departemen Agama. Dan pada bulan Mei 1960 Departemen Agama
menggabungkan PTAIN dan ADIA menjadi IAIN al-Jami’ah al-Islamiyah al-
Hukumiyyah
13
DAFTAR PUSTAKA
Saidi, HA. Ridwan. Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984.
CV Rajawali, Jakarta, 1984.