Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai oleh adanya
mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau
menjelang pagi akibat penyumbata saluran pernafasan (Depkes, 2014). Gejalah ini
berhubungan dengan derajat inflamasi yang berhubungan dengan luasnya inflamasi, yang
derajatnya bervariasi dan serta reversible secara sepontan maupun dengan atau tanpa
pengobatan.
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan tetapi penderitanya dapat sembuh dalam arti
asmanya terkontrol (Manggung, 2016). Asma sendiri di sebabkan oleh beberaa faktor yakni
fator genetik dan faktor pencetus. Faktor genetik merupakan bakat pada sesorang yang
ditandai dengan adanya gen tertentu pada seseorang, sedangkan faktor pencetus dapat di
golongkan menjadi faktor pencetus dari luar dan dalam tubuhnya (Aryani, 2010).
Penangan dan deteksi dini dalam penyakit asma dapat membantu menurunkan angka
kesakitan dan kematian. Bidan mempunyai andil dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat asma antara lain melalui peran bidan :
Bidan dalam mengkaji kasus dapat diperoleh dari identitas dan keluhan pasien.
Pengkajian pasien dengan asma antara lain pengkajian data dasar. Asma merupakan
penyakit keturunan, ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Asma
dapat kambuh sesuai dengan alergenya yang mempengaruhi. Pengkajian primer yaitu
keluhan yang dialami pasien antara lain suara wheezing, sesak nafas, takipnea, batuk-
batuk dengan sputum terutama pada malam atau menjelang pagi hari, penggunaan obat
aksesoris pernafasan dan irama pernafasan yang tidak teratur, serta sianosis terjadi
penurunan toleransi aktivitas fisik . Pengkajian sekunder didapatkan adanya alergi,
pemakaian obat asma yang sering kambuh dan terjadi kecemasan (Nugraheni et al.,
2015). Data awal dan pengkajian yang tepat dapat menentukan diagnosa yang tepat pula
dengan memperiotaskan masalah terlebih dahulu. Mendiagnosa asma pada anak tidak
mudah ditegakkan. Beberapa kreteria disepakati bahwa hiperreaktivitas bronkus tetap
merupakan bukti obyektik yang perlu untuk di diagnosa asma. (Akib, 2002). Setelah
diagnosis tersebut bidan bisa berperan sebagai kolaborasi dalam intervensi asuhan
Daftar pustaka
Akib, A.A., 2002. Asma Pada Anak. Sari Pediatri, Vol 4 No2, pp.78-82.
Aryani, R., 2010. Anak Sehat Bebas dari Asma. Yogyakarta: Golden book.
Manggung, M.D., 2016. Faktor Resiko Kejadian Asma pada Anak di Kota Padang. arc Com
Health , Vol 3, pp.1-7.
Matondang, M.A., Lubis, H.M. & Daulay, R.M., 2009. Peran Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi pada Asma Anak. Sari Pediatri, Vol 10 No5.
Nugraheni, D., Agustin, W.R. & Fitriana, R.N., 2015. Peran Perawat Tentang Penangan
Asma Pada Anak Di IGD Pukesmas Sibela Mojosango Surakarta. Bechelor
Program In Nursing Science Kumala Husada Health Science College Of
Surakarta.