Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kepemimpinan ....................................................................................................................... 5
2.2 Tipe dan Gaya Kepemimpinan ......................................................................................................... 5
2.3 Pencitraan.............................................................................................................................................. 7
2.4 Komunikasi Politik ............................................................................................................................. 8
2.5 Politik Pencitraan .............................................................................................................................. 10
2.6 Masa Kepemimpinan Presiden SBY .............................................................................................. 12
2.7 Keadaan Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pendidikan, Pertahanan dan Keamanan, dan
Hubungan Internasional masa Presiden SBY ................................................................................ 15
2.8 Kelebihan dan Kekurangan masa pemerintahan SBY .................................................................. 20
2.9 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono: Pemimpin Yang Berwibawa dan Bijaksana .............. 20
2.10 Tipe Kepemimpinan SBY .......................................................................................................... 21
2.11 Analisis Kepemimpinan SBY dalam Berbagai Teori ............................................................. 23

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................................... 27
3.2 Saran .................................................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................30


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersama-sama serta
saling berhubungan satu sama lain dengan demikian maka perlu adanya kepemimpinan.
Seperti didunia bisnis dan didunia lain pendidikan. Pemerintahan negara adalah seorang
pemimpin sangat menentukan dari tercapainya kesuksesan dan efisiensi kerja. Pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang mampu membawa lembaga/organisasi kepada sasaran
dalam jangka waktu yang ditentukan. Bahwasannya tidak hanya lingkungan yang perlu
dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusia pun perlu dikelola dengan baik. Untuk
itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa
pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dan satu hal yang perlu diingat
bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata krama birokrasi.
Kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya
mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Di era reformasi ini, masyarakat umum dan organisasi-organisasi kemasyarakatan
khususnya, memerlukan pemimpin-pemimpin yang menghayati peran dan fungsinya. Bila
masyarakat dan organisasi dipimpin oleh pemimpin yang demokratis, maka ada harapan
bahwa bangsa kita akan berhasil menjalani proses demokratisasi dan kemudian mencapai
cita-cita kehidupan yang adil dan makmur sesuai yang dicita-citakan. Kepemimpinan
(leadership) dapat dikatakan sebagai suatu proses yang kompleks dimana seseorang
mempengaruhi orang-orang lain untuk menunaikan suatu misi, tugas, atau tujuan dan
mengarahkan organisasi yang membuatnya padu dan lebih masuk akal. Seseorang
menjalani proses sebagai pemimpin dengan menerapkan seluruh atribut
kepemimpinannya (keyakinan, nilai-nilai, etika, karakter, pengetahuan, dan ketrampilan).
Bernard Bass dalam buku Kepemimpinan B.R. Wirjana1 menjelaskan bahwa ada tiga cara
dasar untuk menjadi pemimpin, yaitu beberapa pembawaan kepribadian yang
memungkinkan seseorang secara alami mencapai peran kepemimpinan (Trait Theory),
adanya krisis atau kejadian yang penting menyebabkan seseorang muncul untuk
menghadapinya sehingga menampilkan kualitas-kualitas kepemimpinan yang luar biasa
pada seseorang (The Great Events Theory), dan yang memilih untuk menjadi pemimpin.

1
Bernadine dan Susilo Supardo Wirjana, Kepemimpinan, Dasar-Dasar dan Pengembangannya, (Yogyakarta:
CV. Andi offset, 2005), hlm. 3.

1
Dewasa ini kita telah mengetahui berbagai macam karekteristik pemimpin dengan
berbagai macam pula manajemen yang diperankan, sebagai pemimpin yang ideal tanpa
memiliki rasa kepentingan bersifat mementingkan sebagian pihak, tentunya figur seorang
pemimpin yang selalu membela keperluan rakyatlah yang kita harapkan. Sebagai bangsa
yang mayoritas dengan keberagaman agama, budaya, suku, dan ras kemudian melahirkan
bermacam pemikiran pola tingkah laku dan sifat, sebagai pemimpin harus dapat
menselaraskan kebergaman ini sehingga tidak ada yang merasa di kucilkan, inilah salah
satu tantangan yang berada dalam kondisi serba modernisasi.
Kepemimpinan berkaitan erat dengan politik. Kepemimpinan dianggap sebuah
jabatan yang memiliki kekuasaan yang luas, dan yang mayoritasnya dimiliki oleh orang
yang berpoltik. Melihat secara definisi, dalam Buku dasar-Dasar Ilmu Politik karya Prof.
Miriam Budiardjo politik dalam suatu Negara (state) berkaitan dengan masalah
kekuasaan (power) pengambilan kekuasaan (decision making), kebijakan publik (public
policy), dan alokasi atau distribusi (allocation or distribution). Dari hal tersebut dapat kita
lihat bahwasaannya kepemimpinan erat kaitannya dengan politik. Terlebih pemimpin
merupakan pengambil keputusan tertinggi dalam sebuah organisasi atau Negara.
Kepemimpinan memiliki citra personalnya tersendiri.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, seorang pemimpin sangat diperlukan,
tetapi pemimpin juga lahir bukan karena keturunan dari seorang bangsawan atau bakat
yang dibawanya sejak lahir. Layaknya seorang pemimpin, SBY banyak mendapatkan
penilaian, kesan dan kritik publik. Dalam berbagai media dan kesan banyak pengamat,
SBY adalah sosok pemimpin yang peragu, lamban dan tidak desisive. Oleh karena itu,
menurut mereka, SBY dianggap tidak cocok untuk meminpin negara yang masih tertimpa
krisis seperti Indonesia.
Disisi lain, setelah memenangkan pemilu secara langsung SBY tampil sebagai
presiden pertama dalam pemilihan yang dilakukan secara langsung. Pada awal
kepemimpinan SBY memprioritaskan pada pengentasan korupsi yang semakin marak di
Indonesia dengan berbagai gebrakannya salah satunya salah dengan mendirikan lembaga
super body untuk memberantas korupsi yakni, KPK. Dan dengan Terpilihnya Susilo
Bambang Yudhoyono atau yang terkenal dengan sebutan SBY, telah membuat babak baru
dalam perjalanan sejarah Indonesia. Beliau dilantik sebagai presiden keenam Republik
Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2004 bersama wapresnya Jusuf Kalla yang kemudian
kembali terpilih di Pemilu 2009 bersama wapresnya Boediono. Bersama dengan
pasangannya, SBY memiliki komitmen untuk tetap melaksanakan agenda reformasi.
2
Program pertama pemerintahan SBY-JK dikenal dengan program 100 hari. Program ini
bertujuan memperbaiki sitem ekonomi yang sangat memberatkan rakyat Indonesia,
memperbaiki kinerja pemerintahan dari unsur KKN, serta mewujudkan keadilan dan
demokratisasi melalui kepolisian dan kejaksaan agung. Langkah tersebut disambut baik
oleh masyarakat. Secara umum SBY-JK melakukan pemeriksaan kepada pejabat yang
diduga korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi kebebasan oleh presiden
melakukan audit dan pemberantasan korupsi. Hasilnya telah terjadi pemeriksaan
tersangka korupsi dan pejabat pemerintahan sebanyak 31 orang selama 100 hari. Artinya
SBY-JK sungguh memilki komitmen dalam upaya pemberantasan korupsi.
Namun sisi lain, dalam konteks kepemimpinan nasional Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) tidak lepas dari label “pencitraan” pada setiap langkah politik
kepemimpinan beliau. Sebaliknya lawan politik beliau, seperti Ibu Megawati Soekarno
Putri menjadikan istilah “pencitraan” sebagai bahan untuk mengkritisi gaya
kepemimpinan SBY maupun institusi yang menjadi bawahan pemerintah. Sebagaimana
dilangsir di media, bahwa menurut Megawati bahwa konflik KPK vs Polri adalah bentuk
krisis pada penyelenggaraan negara. Artinya, telah terjadi tidak maksimalnya
kepemimpinan nasional serta rendahnya kapasitas untuk memimpin bangsa ini. Hal ini
semakin diperburuk oleh fakta dengan gaya kepemimpinan nasional yang cenderung
mementingkan menjaga citra diri, sementara sebenarnya bangsa berdaulat secara politik
adalah bangsa yang mampu menegakkan aturan hukum bangsanya.
Megawati Soekarno putri mengkritik keras pemimpin yang hanya mementingkan
untuk membangun citra. Seorang pemimpin seharusnya bekerja untuk menyejahterakan
rakyat. Hal itu itu berlaku bagi pemimpin di daerah."Ada selisih yang sangat jauh antara
citra dan realitas. Lebih lagi, hamper setiap pemimpin berlomba membangun citra diri.
"Lihatlah di televisi dan di berbagai media, semakin banyak menteri dan kementerian
yang lebih sibuk mengiklankan diri, ketimbang bekerja untuk mensejahterakan rakyat.
Bung Karno mengajarkan adagium politik “satunya kata dengan perbuatan, satunya mulut
dengan tindakan”. Hal ini menegaskan, penanda dari kepemimpinan yang berkualitas
praktis tidak di temukan dalam diri pemimpin bangsa saat sekarang ini.
Mengingat pada masa jabatannya, SBY yang berkelahiran di Tremas Pacitan, Jawa
Timur dinilai cukup baik. Namun memasuki masa jabatan kedua, kepemimpinan beliau
semakin diperhatikan dan diperhitungkan. Terlebih mulai bermunculan kasus-kasus yang
membuat orang dalam partai politiknya ini terlibat, khususnya pada kasus korupsi.politik
yang dikenal sebagai panggung berdhramatughi, membuat orang-orang di dalamnya
3
memang sulit di prediksi termasuk SBY sendiri. Karena anggapan masyarakat dunia
politik lebih pada pencapaian kekuasaan agar mendapatkan keuntungan sendiri.
Bahwasannya kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Dimana untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki
yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan. Bekal utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin
bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
1. Bagaimana kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono selama dua periode masa
pemerintahan?
2. Bagaimana tipe kepemimpinan SBY dan pendekatan dalam berbagai perfektif teori?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan pernyataan masalah maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulisan makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui mengenai kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono selama dua
periode masa pemerintahan.
2. Untuk mengetahui mengenai tipe kepemimpinan SBY dan pendekatan dalam berbagai
perfektif teori.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kepemimpinan


Konsep kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata “pimpin” yang artinya
bimbing atau tuntun dan dari kata “pemimpin” yaitu orang yang berfungsi memimpin,
atau orang yang membimbing atau menuntun. Sedangkan kepemimpinan sendiri yaitu
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak
memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan.2 Menurut Ralph M. Stogdill
dalam Ambar Teguh Sulistyani, “Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi
kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan
dan mencapai tujuan.”3 Menurut Joseph C, Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang
saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan
perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya.4 Selain pendapat para ahli
diatas tentu masih terdapat banyak pendapat lagi terkait dengan definisi kepemimpinan
itu sendiri. Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan pemimpin dalam mempengaruhi orang lain dalam melakukan kerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2.2 Tipe dan Gaya Kepemimpinan


Dalam memimpin, seorang pemimpin tentu memiliki gaya dan style yang berdeda-
beda dengan pemimpin lain. Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen,
watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya sendiri
yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya atau style hidupnya akan berpengaruh
terhadap gaya kepemimpinannya. Kartini Kartono5, membagi tipe kepemimpinan dalam
delapan tipe, yaitu (1) Tipe Karismatik, (2) Tipe Peternalistik, (3) Tipe Militeristik, (4)
Tipe Otokratis, (5) Tipe Laissez Faire, (6) Tipe Populistis, (7) Tipe
Administratif/Eksekutif, (8) Tipe Demokratis yang kemudian dirangkum dalam lima tipe
kepemimpinan yaitu:

2
Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 110.
3
Ambar Teguh Sulistiyani, Kepemimpinan Profesional; Pendekatan Leadership Game, (Yogyakarta: Gava
Media, 2008), hlm. 16.
4
Ibid.
5
Harbani Pasolong, op. cit., hlm. 118.

5
1. Tipe Kepemimpinan Otokrasi
Pemimpin yang bertipe otokrasi, yaitu dalam mengambil keputusan dipusatkan dalam
pemimpin. Dalam hal ini pemimpin bebas untuk menentukan kebijakan dan menyusun,
mendefinisikan dan memodifikasi tugas-tugas sesuai dengan keinginannya. Pemimpin
otokrasi diwarnai perintah-perintah yang dirujukan dengan bawahan. Manfaat gaya
otokrasi ini dalam hal pengambilan keputusan yang terpusat pada pemimpin dapat
mengambil keputusan dengan cepat. Akan tetapi bagi pegawa yang tidak menguntungkan
karena keutusan yang diambil biasnya tidak sesiuai dengan kondisi sebenarnya. Hal ini
dapat menimbulkan ketidakpuasan ketergantungan pada pimpinan, maupun kepastian
terhadap tujuan organisasi.
2. Tipe demokratik
Pemimpin yang tipe demoratik populer ada era manajemen neo-klasik, pendekatan
yang digunakan yaitu partisipatif agar terwijud kerja sama dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi dengan memberdayakan bawahan dengan ikut serta dalam pengambilan
keputusan. Pendekatan ini membebaskan pimpinan dalam hal tanggung jawab
pengambilan keputusan. Tetapi pendekatan ini mengharuskan untuk mengakui kecakapan
para bawahan dalam mengajukan usul-usul dan ketegasn yang didasarkan pada latihan
dan pengalman mereka.
3. Tipe Karismatik
Pemimpin yang bertipe karismatik memiliki bebarapa hal yaitu : (1) kekuatan energi
yang sangat luar biasa, (2) memiliki daya tarik yang tinggi dan, (3) wibawa yang alami.
Sehingga ia mempunyai pengikut tanpa dimobilisasi. Bahkan ada yang menyebut
pemimpin karismatik diaanggap memiliki kekuatan gaib (supranatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diberikan oleh sang pencipta.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin yang bertipe laissez faire yaitu pemimpin yang memberikan kebebasan
kepada bawahannya untuk bertindak tanpa diperintahkan. Dalam artian bahwa
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya. Pemimpin tidak ikut
berpatisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga semua kegiatan dan tanggung jawab
dilakukan oleh bawahan sendiri.
5. Tipe Paternalistik
Pemimpin yang bertipe peternalistik pada umumnya terdapat pada masyarakat yang
masih tradisional dan agraris, pemimpin yang bertipe peternalistik dapat dilihat dari: (1)
hubungan famili atau ikatan promodial, (2) adat istiadat yang sangat besar pengaruhnya
6
terhadap perilaku, (3) hubungan peribadi yang masih menonjol. Ciri utama masyarakat
tradisional yaitu rasa hormat yang tinggi kepada orangtua atau seorang yang dituakan.
Orang tua atau orang yang dituakan dihormati karena perilakunya dapat dijadikan teladan
atau panutan oleh orang lain.

2.3 Pencitraan
Pemaknaan citra merupakan hal yang abstrak. Dimana citra tidak dapat diukur secara
sistematis tetapi wujudnya bisa dirasakan baik positif maupun negatif. Penerimaan dan
tanggapan baik positif maupun negatif tersebut dating dari publik atau khalayak sasaran
pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Citra terbentuk atas proses
akumulasi dari tindakan maupun perilaku individu yang kemudian mengalami suatu
proses untuk terbentuknya opini public yang luas. Citra pada dasarnya berakar dari nilai-
nilai kepercayaan yang secara nyatanya diberikan secara individual dan merupakan
pandangan atau persepsi. Seorang tokoh populer (public figure) dapat menyandang citra
baik atau buruk. Kedua hal tersebut bersumber dari citra-citra yang berlaku dan terbentuk
dari halhal yang dilakukan tokoh tersebut baik bersifat positif maupun negatif. Pencitraan
pada diri seorang public figure terbentuk oleh pencitraan diri yang sengaja diolah
sedimikan rupa dengan harapan mendapat citra positif di mata publik atau masyarakat
luas. Akan tetapi pencitraan tersebut tidak selalu menghasilkan opini publik yang sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pelaku pencitraan. Keberagaman latar belakang, status
sosial dan ekonomi, perbedaan pengalaman, serta aspek-aspek lain dapat mempengaruhi
pemaknaan akan pencitraan yang dibangun.
PR sebagai image maker, berperan untuk menciptakan suatu citra positif atau citra
yang baik bagi suatu organisasi maupun perseorangan. Citra dapat dibentuk melalui
penyelenggaraan suatu kegiatan atau event, penyebaran informasi melalui media, maupun
penampilan diri di tengah publik. Suatu event khusus diadakan sebagai ajang publikasi
dan sarana pencitraan. SBY dalam masa kampanyenya pun menyeting kampanyenya
tersebut secara luar biasa. Dimana kampanye tersebut dikemas sedemikian rupa hingga
menarik perhatian publik. Ketertarikan publik pada kegiatan yang diadakan tersebut
merupakan awal dari pembentukan citra diri SBY di mata publik. Dalam hal ini, belum
tentu citra yang terbentuk berdasarkan kegiatan tersebut langsung menimbulkan citra
positif yang diharapkan tim sukses SBY. Citra tersebut dapat terbentuk berdasarkan
pemikiran, pengetahuan, pengalaman, dan latar belakang publik yang ada. Pencitraan
pribadi, terkait dengan pembentukan pencitraan diri pada sosok pemimpin merupakan hal
7
penting yang menjadi program kampanye pada kegiatan politik pada umumnya. Dalam
upaya untuk pengenalan, pembentukan, maupun penguatan citra diri pada publik perlu
adanya suatu eksistensi diri sebagai politisi yang baik. Tokoh populer tidak otomatis akan
dipilih maupun disukai khalayak atau publik. Dikarenakan popularitas tidak selalu
berbanding lurus dengan elektabilitas. Oleh karena itu, pencitraan dalam hal ini sangatlah
dibutuhkan. Melalui pencitraan dapat didistribusikan informasi-informasi mengenai diri
tokoh tersebut.
Para pemimpin yang dikenal otentik pun tetap harus berupaya meng-up grade dirinya
dalam kompetisi politik langsung. Iklan hanyalah salah satu cara, sedangkan otentitas
kepemimpinan adalah proses. Menurut McGannon pemimpin yang otentik terlihat dari
track record-nya. Publik yang sadar akan melihat secara keseluruhan, menghitung plus-
minusnya.6 Sejalan dengan yang disampaikan oleh McGannon di atas, SBY dalam masa
kampanye maupun kepemimpinanannya pun selalu menggunakan pencitraan sebagai
salah satu strategi politiknya. Hal ini tentu saja merupakan suatu taktik politik SBY dan
timnya guna mengahadapi tekanan politik yang tidak berkesudahan. Akan tetapi,
pencitraan bukanlah suatu hal yang selalu berjalan sesuai yang diharapkan yaitu citra
positif. Pencitraan negatif pun dapat muncul sebagai akibat dari perbedaan latar belakang,
pengalaman, maupun pengetahuan sasaran –publik– yang berbeda-beda. Selain itu,
pencitraan negatif pun dapat muncul dari lawan politik. Dimana lawan politik membentuk
suatu taktik politik yang sering disebut sebagai black campaign. Pencitraan yang
dibangun oleh tim sukses SBY belum tentu akan menimbulkan pemaknaan pada publik
seperti yang diinginkan. Selain tergantung pada hal-hal yang telah disebutkan
sebelumnya, terdapat juga hal lain yang lebih pada sebab eksternal. Penyebab eksternal
tersebut misalnya melalui bangunan pencitraan dari lawan politik ataupun dari pihak di
luar politik.

2.4 Komunikasi Politik


Komunikasi memelihara dan menggerakkan kehidupan manusia, sebagai penggerak
dan alat yang menggambarkan aktivitas masyarakat dan peradaban; yang dapat mengubah
naluri menjadi inspirasi melalui berbagai proses untuk menjelaskan, bertanya,
memerintah, dan mengawasi. Komunikasi berperan besar dalam suatu proses guna
mengkoordinasikan segala hal yang terkait dengan kehidupan. Komunikasi bukan sekedar

6
Muhammad Alfan Mahyudin, Menjadi Pemimpin Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 148.

8
penerusan informasi dari suatu sumber kepada orang lain maupun publik. Komunikasi
dapat dikatakan sebagai suatu peciptaan kembali suatu gagasan. Hal tersebut dilakukan
melalui penggunaan simbol, slogan, tema, maupun hal-hal lain yang dapat
mengkomunikasikan kepada masyarakat atau publik. Komunikasi melukiskan evolusi
makna. Makna adalah sesuatu yang diciptakan, ditentukan, diberikan, dan bukan sesuatu
yang diterima. Jadi komunikasi bukanlah suatu reaksi terhadap sesuatu, juga bukan
interaksi dengan sesuatu, melainkan suatu transaksi yang didalamnya orang menciptakan
dan memberikan makna untuk menyadari tujuan orang-orang itu.7
Politik seperti komunikasi, dimana politik dan komunikasi sama-sama melibatkan
pembicaraan. Pembicaraan dalam hal ini memiliki arti yang luas, dimana pembicaraan
dilakukan melalui perkataan baik secara lisan maupun tertulis, simbol, gambar, gerakan,
sikap tubuh, dan hal-hal lain yang dapat diartikan sebagai bahasa baik verbal maupun
non-verbal. Politik adalah berbagai kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut
proses penentuan tujuan dan pelaksanaan seluruh masyarakat melalui pengambilan
keputusan berupa nilai, ide, dan norma, kepercayaan dan keyakinan seseorang atau
kelompok terhadap suatu kejadian dan masalah politik yang dihadapinya. 8 Politik
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang terorganisir dan tersistematis dengan tujuan
tertentu. Proses komunikasi politik yang terorganisir dan tersistematis dengan baik
berdasar pada proses komunikasi maupun pembicaraan yang terstruktur. Dari proses
komunikasi politik tersebut tercipta suatu proses penyaluran informasi. Komunikator
dalam komunikasi politik tersebut mengutarakan baik secara verbal maupun non-verbal
hal-hal tertentu dan dengan tujuan tertentu. Politik adalah pembicaraan; atau lebih tepat,
kegiatan politik adalah berbicara. Politik tidak hanya pembicaraan, juga tidak semua
pembicaraan adalah politik. Akan tetapi hakekat pengalaman politik, dan bukan hanya
kondisi dasarnya, ialah bahwa politik adalah kegiatan berkomunikasi antara orang-orang.9
Dalam suatu organisasi politik maupun figur politik seperti sosok SBY, komunikasi
politik merupakan salah satu hal yang sangat penting. Perjalanan politik SBY tidak lepas
dari ‘kendaraan’ politiknya yaitu Partai Demokrat. Partai Demokrat yang membawa laju
karier SBY menuju RI I dengan tidak lepas dari kemelut politik yang ada. Beberapa hal
negatif maupun kontradikitif terjadi dalam tubuh Partai Demokrat. Mulai dari terdapatnya

7
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 6.
8
Budiharsono, Suyuti S, Politik Komunikasi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2003), hlm. 2.
9
Dan Nimmo, op. cit., hlm. 8.

9
fungsionaris Partai Demokrat yang juga merupakan bagian dari lembaga independen
negara hingga kasus korupsi yang membelit partai tersebut. Berbagai permasalahan yang
terkait dengan Partai Demokrat tentu saja menjadi citra negatif bagi SBY meskipun SBY
selalu dengan lantang mengutarakan “Katakan tidak pada korupsi”. Selain kasus korupsi
terdapat berbagai masalah pemerintahan yang kemudian menjadi permasalahan bagi SBY
yang juga dapat mempengaruhi pencitraan SBY. Seperti halnya masalah sosial, ekonomi,
maupun ketenagakerjaan. Komunikasi politik yang dilakukan SBY tentu tidak lepas dari
pro-kontra masyarakat maupun publik. Seperti halnya yang disampaikan oleh Effendi
Gazali, “Sekarang memang ibarat makan buah simalakama, dimakan bapak mati, tak
dimakan ibu yang mati. Pemerintah memang telah melakukan hal yang kurang antisipatif.
Ini mengindikasi bahwa komunikasi politik pemerintahan SBY selama ini sebetulnya
sangat amburadul”.10 Retorika maupun aksi SBY dalam menanggapi dan menangani
permasalahan pemerintahan maupun permasalahan yang menimpa diri atau partainya
menjadi suatu hal yang komples. Tindakan yang terkadang kurang antisipatif, tidak tepat,
maupun mengejutkan menjadi warna tersendri dalam komunikasi politik SBY. Mulai dari
retorikanya yang terkadang justru menimbulkan suatu kepanikan masyarakat hingga
aksinya yang mengejutkan dan tidak terduga. Tentu saja hal tersebut menimbulkan
pencitraan tersendiri dari masyarakat. Bangunan pencitraan dari komunikasi politik yang
dilakukan tersebut membentuk suatu opini masyarakat yang beragam.

2.5 Politik Pencitraan


Ruang-ruang publik yang termasuk di dalam berbagai media, menjadi ruang ekspresi
yang tidak terlepas dari berbagai manuver, taktik, dan strategi politik yang dilakukan oleh
elit politik. Teknik pemasaran politik dengan mengemas citra sosok personal kerap
digunakan dalam praktek politik pencitraan (politics of image) untuk menciptakan opini
publik. Politik citra mendistorsi hubungan-hubungan langsung penguasa dan rakyat. Para
elit politik akan terus membangun citra dan tujuannya hanya satu, yaitu mendapatkan
kekuasaan.11 Penciptaan opini publik dalam dunia politik pencitraan mengarah pada
narasi yang dikonstruksikan sedemikian rupa dengan bahasa, tidak sekedar untuk
melukiskan suatu fenomena atau lingkungan, tetapi juga dapat mempengaruhi cara
melihat lingkungan sekitar. Implikasinya, bahasa juga dapat digunakan untuk

10
http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Komunikasi-politik-SBY-sangatamburadul, diakses pada Tanggal
16 Februari 2018, Pukul 09.56 WIB.
11
Sudrijanta, Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 234.

10
memberikan akses tertentu terhadap suatu peristiwa atau tindakan, misalnya dengan
menekankan, mempertajam, memperlembut, mengagungkan, melecehkan, membelokkan,
atau mengaburkan peristiwa atau tindakan tersebut.
Politik pencitraan mengarah pada diskontinuitas antara citra politik dan realitas
politik, sehingga teknologi pencitraan mengkonstruksi semacam realitas kedua (second
reality) yang didalamnya kebenaran dimanipulasi. Sebuah strategi penyamaran tanda dan
citra. Citra politik menjelma menjadi kekuatan utama dalam mengendalikan wacana
politik sehingga di dalamnya kini tidak hanya terdapat kekuatan pengetahuan, tetapi juga
menjelmanya kekuatan citra (power/image) sebagai kekuatan politik. Bagi suatu kekuatan
politik, sikap sebuah media, entah netral atau partisipan, adalah menentukan, terutama
untuk tujuan-tujuan pencitraan dan opini publik. Sebab, di satu pihak ujung dari
komunikasi politik adalah mengenai citra ini, yang banyak bergantung pada cara media
mengkonstruksi kekuatan politik itu. Sedangkan di pihak lain, media massa mempunyai
kekuatan yang signifikan dalam komunikasi politik untuk mempengaruhi khalayak.12
Dalam dunia bisnis, citra atau merk produk tertentu menentukan laku tidaknya produk
tersebut di pasar konsumen. Apakah pencitraan itu sesuai dengan kualitas produknya dan
dapat menjual produk tersebut sebanyak-banyaknya. Tidak berbeda jauh dengan
pencitraan dalam dunia bisnis, politik pencitraan juga sangat penting agar politisi
mendapatkan perolehan suara atau dukungan masyarakat melalui berbagai cara, strategi,
dan media.
Pencitraan saat ini bukanlah hal yang asing di masyarakat. Khususnya pada dunia
politik saat ini, pencitraan merupakan aspek yang vital guna mendukung perolehan
jumlah suara, dukungan maupun simpati masyarakat. Oleh karenanya, banyak para elit
politik yang menggunakan pencitraan diri maupun kelompoknya guna memperoleh
dukungan masyarakat. Sebagai contohnya Presiden RI saat ini, Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). SBY merupakan elit politik yang kentara sekali penggunaan politik
pencitraannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa SBY-lah elit politik yang paling perhatian
terhadap pencitraan akan dirinya.
Politik pencitraan SBY tentu menjadi strategi bagi SBY, akan tetapi terkadang hal
tersebut juga dapat menjadi senjata yang dapat menjatuhkan SBY. Lawan politik SBY
juga dapat menggunakan dan mengolah sedemikian rupa pencitraan SBY dengan tujuan
untuk menjatuhkan SBY. Dikarenakan citra merupakan suatu hal yang sulit untuk

12
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis
terhadap Berita-berita Politik, (Jakarta: Granit, 2004), hlm. 30.

11
dibangun namun mudah hancur dengan hal-hal tertentu yang menjadi titik kelemahannya.
Bukan saja SBY dan lawan politiknya saja yang peka terhadap pencitraan, media ataupun
masyarakat pun sekarang mulai sangat peka akan hal tersebut. Tulisan-tulisan di media,
suara masyarakat –surat pembaca– maupun buku-buku saat ini mulai kritis akan
pencitraan. Berbagai macam pencitraan sekarang menjadi hal yang tidak asing di
lingkungan masyarakat.

2.6 Masa Kepemimpinan Presiden SBY


Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dapat dibagi menjadi dua masa,
yaitu masa pemerintahan SBY-JK dan SBY-Boediono.
a. Masa Pemerintahan Presiden SBY bersama Wakil Presiden JK
Pemerintahan SBY-JK berlangsung pada tahun 2004-2009. Dalam pemerintahan ini,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Jusuf Kalla mencetuskan visi
dan misi sebagai berikut:
 Visi :
1. Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun
dan damai.
2. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum,
kesetaraan dan hak-hak asasi manusia.
3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan
yang berkelanjutan.
 Misi :
1. Mewujudkan Indonesia yang aman damai
2. Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis
3. Mewujudkan Indonesia yang sejahtera
Politik Dalam pemilu legislatif 2004, partai yang didirikan oleh SBY, yaitu Partai
Demokrat, meraih 7,45% suara. Kemudian pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu
Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang
secara resmi mencalonkann ya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil
presiden Jusuf Kalla. Dalam masa kepemimpinannya bersama Jusuf Kalla, beliau
didukung oleh koalisi dari Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang. Pada periode
kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu yang
12
merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.
Kabinet Indonesia Bersatu dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya
berakhir pada tahun 2009. Pada 5 Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan
perombakan kabinet untuk pertama kalinya, dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut
atas kinerja para menterinya, Presiden melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007.
Program pertama pemerintahan SBY-JK dikenal dengan program 100 hari. Program ini
bertujuan memperbaiki sitem ekonomi yang sangat memberatkan rakyat Indonesia,
memperbaiki kinerja pemerintahan dari unsur KKN, serta mewujudkan keadilan dan
demokratisasi melalui kepolisian dan kejaksaan agung.
Langkah tersebut disambut baik oleh masyarakat. Secara umum SBY-JK melakukan
pemeriksaan kepada pejabat yang diduga korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
diberi kebebasan oleh presiden melakukan audit dan pemberantasan korupsi. Hasilnya
telah terjadi pemeriksaan tersangka korupsi dan pejabat pemerintahan sebanyak 31 orang
selama 100 hari. Artinya SBY-JK sungguh memilki komitmen dalam upaya
pemberantasan korupsi. Namun demikian, masih banyak hal yang harus dievaluasi.
Munculnya kebijakan pembelian minyak dengan patokan harga dunia membuat
masyarakat semakin menderita. Fluktuasi harga minyak yang berubah-ubah membawa
ketidakpastian harga minyak bumi.
Dampaknya masyarakat diombang-ambingkan dengan harga minyak yang tidak pasti.
Patokan harga luar negeri yang relatif tinggi bagi masyarakat Indonesia membuat
beberapa sektor perekonomian mengalami kenaikan harga. Pidato kenegaraan yang
dibacakan di depan parlemen banyak menerima kritik. Belum lagi kasus bencana alam
yang terjadi mulai dari Aceh, Yogyakarta, Pangandaran, Timika dan masih banyak lagi
yang membuat pemerintahan semakin kesulitan untuk merapatkan barisan dalam
memperkuat perekonomian negara. Kebijakan parsial dan spontan sering datang dan
hasilnya mengecewakan masyarakat. Misalnya kedatangan Presiden AS George W. Bush
pada tanggal 20 November 2006 yang dipersiapkan secara besar-besaran dan
menghasilkan dana besar telah mengundang banyak kecaman.
Masyarakat yang anti AS menuduh Indonesia tidak memiliki agenda pemerintahan
yang pasti. Belum lagi masalah Lumpur PT. Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur. Masalah lumpur ini telah menenggelamkan empat desa yang dihuni oleh ribuan
warga. Selain itu banyak perusahaan yang terendam lumpur, artinya negara dan
masyarakat dirugikandengan adanya masalah ini. Untuk mengatasi masalah ini,
13
pemerintah telah mengupayakan segala macam cara untuk menanganinya termasuk
mendatangkan tim dari luar negeri dan pembentuk tim nasional penanggulangan bencana
lumpur.
b. Masa Pemerintahan Presiden SBY Bersama Wakil Presiden Boediono
Pemerintahan SBY-Boediono berlangsung dari tahun 2009-2014. Dalam
pemerintahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Boediono
mencetuskan visi dan misi sebagai berikut :
 Visi :
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR
1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
 Misi :
MEWUJUDKAN INDONESIA YANG LEBIH SEJAHTERA, AMAN DAN
DAMAI DAN MELETAKKAN FONDASI YANG LEBIH KUAT BAGI INDONESIA
YANG ADIL DAN DEMOKRATIS.
1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai Kesejahteraan bagi
seluruh Rakyat Indonesia.
2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate
Governance.
3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk
partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa.
4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi.
5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan
Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen
bangsa.
Pada pemilu 2009, SBY kembali menjadi calon presiden bersama pasangan barunya
yaitu Boediono dan kembali terpilih sebagai presiden Indonesia. Pada periode
kepemimpinannya yang kedua, SBY membentukKabinet Indonesia Bersatu II yang
merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan
partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan
kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang

14
bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009, serta
kalangan profesional.
Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21
Oktober 2009 dan dilantik sehari setelahnya. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY
mengumumkan pergantian Menteri Keuangan. Pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden
SBY mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa wajah baru
masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di dalam kabinet.

2.7 Keadaan Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pendidikan, Pertahanan dan Keamanan,
dan Hubungan Internasional masa Presiden SBY
a. Politik
a) Perkembangan Politik Masa SBY-JK
Pembentukan Kabinet Bersatu
1. Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk kabinet
Indonesia Bersatu yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia
pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla. Kabinet Indonesia Bersatu dibentuk pada 21
Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun 2009.
2. Pada 5 Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan
kabinet untuk pertama kalinya.
3. Pada 7 Mei 2007 Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet
untuk yang kedua kalinya
b) Perkembangan Politik Masa SBY-Boediono
1. Pembentukan Kabinet Bersatu jilid 2
Merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet
ini berasal dari usulan partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada
pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN,
PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang bergabung setelahnya, tim
sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009, serta kalangan
profesional. Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh
Presiden SBY pada 21 Oktober 200 dan dilantik sehari setelahnya.

15
2. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY mengumumkan pergantian Menteri
Keuangan. Pergantian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja para
menteri keuangan.
3. Menganut konsep Trias Politika
Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak
dianut diberbagai negara di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah,
kekuasaan di suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur
kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang
berbeda. Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan
kekuasaan kepada 3 lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif.
b. Ekonomi
a) Perkembangan Ekonomi Masa SBY-JK
1. Mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan
Minyak (BBM).
2. Kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan tetapi bantuan
tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang
membutuhkan
3. Kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan yang
ada di Negara Indonesia
b) Perkembangan Ekonomi Masa SBY-Boediono
1. Kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan
pengurangan utang Negara.
2. Meningkatkan peluang lapangan pekerjaan dan peningkatan penyaluran
modal usaha.
3. SBY Pro terhadap pemberantasan korupsi dengan dibentuknya KPK dan
juga secara konsisten memberantas Korupsi.
c. Sosial
a) Perkembangan Sosial Masa SBY-JK
1. Penurunan pengangguran terus menurun dari 9,9% pada tahun 2004 menjadi
8,5% pada tahun 2008
2. Penurunan angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 15,4%
pada tahun 2008
3. Memperbaiki keadaan Aceh setelah porak poranda diterjang Tsunami pada
tahun pada 26 Desember 2004.
16
4. Presiden SBY berhasil meredam berbagai konflik di Ambon, Sampit dan
juga di Aceh.
b) Perkembangan Sosial Masa SBY-Boediono
1. SBY menunjukkan usaha secara signifikan penanggulangan bencana baik
melalui aspek hukum nasional maupun aspek diplomasi dengan dunia
internasional
2. SBY telah membuat undang-undang mengenai pornografi dan pornoaksi.
3. Melaksanakan program-program pro-rakyat seperti : BLT, BOS, Beasiswa,
Jamkesmas, dan PNPM untuk dapat memperbaiki perekonomian rakyat.
d. Budaya
Dalam hal pelestarian budaya, dimasa pemerintahan SBY terlihat jelas
kemundurannya. Terutama dengan banyaknya warisan budaya asli Indonesia yang
diklaim oleh pemerintah Negara lain. Contohnya sebagai berikut :
1. Klaim Batik Jawa Oleh Adidas
2. Klaim Angklung oleh Pemerintah Malaysia
3. Klaim Gamelan oleh Pemerintah Malaysia
4. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
5. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
Namun di masa ini, terdapat keberhasilan dengan pengakuan dari UNESCO
bahwa batik Indonesia adalah warisan budaya Indonesia.
e. Pendidikan
a) Perkembangan Pendidikan Masa SBY-JK
1. Meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.
2. Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang
sudah dimulai pada periode 2004-2009.
3. Membangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan
memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah.
4. Penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran yang akan
menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas.
b) Perkembangan Pendidikan Masa SBY-Boediono
1. Pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan
pendidikan lanjutan di tingkat SMA. Perbaikan secara fundamental kualitas
kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas agar makin

17
mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu,
kreatif, inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras
2. Meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti agar menjadi pilar
pendidikan yang mencerdaskan bangsa, mampu menciptakan lingkungan
yang inovatif, serta mampu menularkan kualitas intelektual yang tinggi,
bermutu, dan terus berkembang kepada anak didiknya.
3. Program sertifikasi guru untuk menjaga mutu, juga akan ditingkatkan
program pendidikan dan pelatihan bagi para guru termasuk program
pendidikan bergelar bagi para guru agar sesuai dengan bidang pelajaran
yang diajarkan dan semakin bermutu dalam memberikan pengajaran pada
siswa.
4. Memperluas penerapan dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) untuk mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang
pendidikan.
f. Pertahanan dan Keamanan
Dalam masa pemerintahan SBY, pertahanan dan keamanan sudah baik.
Namun pada pemerintahannya, banyak sekali teroris yang masuk ke Indonesia.
Misal, Amrozi, Imam samudera. Namun, dengan kerja keras dan bantuan dari
pemerintah misal Densus 88, terorisme mampu dibasmi. Peningkatan anggaran
pertahanan Indonesia secara signifikan telah ditunjukkan selama era kepemimpinan
Presiden SBY. Ini patut diapresiasi dan ditindaklanjuti secara cermat karena dengan
peningkatan anggaran pertahanan diharapkan semakin memperbaiki penyelenggaraan
sistem pertahanan negara. Kekayaan Angkatan Bersenjata RI sebagai kekuatan
sosial, bersama kekuatan sosial lainnya, memikul tugas dan tanggung jawab
perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan dan memperjuangkan kesejahteraan
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pembinaan kemampuan ABRI sebagai kekuatan sosial diarahkan agar
Angkatan Bersenjata RI dalam kemanunggalannya dengan rakyat, mampu secara
aktif melaksanakan kegiatan pembangunan nasional, serta dapat meningkatkan
peranannya dalam memperkokoh ketahanan nasional. Di samping itu, operasi Bakti
ABRI merupakan peluang untuk menyumbangkan sesuatu yang berharga kepada
masyarakat.

18
 Kelebihan bidang pertahanan dan keamanan :
a. Pemberantasan Terorisme,dengan membentuk pasukan khusus anti
terorisme atau Detasemen khusus 88 Anti Terorisme (Densus 88)
b. Anggaran pertahanan Indonesia ditingkatkan secara signifikan
 Kekurangan bidang pertahanan dan keamanan
Banyak teroris yang masuk ke Indonesia, seperti Amrozi dan Imam Samudra
g. Hubungan Internasional
Secara keseluruhan banyak pihak yang memberikan penilaian pelaksanaan
Hubungan Internasional Indonesia pada masa pemerintahan SBY (2004-2014)
mengalami peningkatan dan perkembangan cukup signifikan. Hal ini antara lain
ditandai dengan berbagai “prestasi” yang dicapai dalam forum regional maupun
global. Dalam sepuluh tahun masa pemerintahannya, secara umum SBY menjalankan
kebijakan Hubungan Internasional dalam tiga program utama yaitu:
1. Pertama, pemanfaatan politik luar negeri dalam konteks optimalisasi diplomasi.
2. Kedua, peningkatan kerjasama multilateral dalam rangka meraih beragam
peluang internasional.
3. Ketiga, penegasan komitmen perdamaian dunia dalam rangka turut serta
menjaga ketertiban dunia dalam berbagai persoalan keamanan internasional.
Dalam konteks kerjasama regional. Misalnya pemerintah SBY telah
memperlihatkan komitmennya untuk senantiasa berkontribusi bagi terwujudnya
komunitas ASEAN 2013 dan memastikan kawasan Asia Tenggara tetap dalam
keadaan damai sesuai prinsip-prinsip yang terkandung dalam Treaty Of Amity And
Cooperation. Masih dalam konteks kerjasama regional, Indonesia kembali
memperlihatkan perannya dalam pembahasan pembentukan tatanan kawasan
(Regional Architecture Building) dengan ASEAN sebagai penggerak utama dan
dilakukannya penambahan keanggotaan East Asia Summit dengan diterimanya Rusia
dan Amerika Serikat secara bersamaan.
Sedangkan dalam konteks kerjasama global, pelaksanaan Hubungan
Internasional Indonesia dilaksanakan untuk memastikan pembangunan Global dan
mendorong terjalinnya kemitraan strategis dan situasi yang kondusif dalam mencapai
pembangunan dan kesejahteraan untuk semua. Dalam kaitan ini terlihat upaya
Indonesia untuk secara konsisten terus memperjuangkan kepentingan nasional,
regional, dan Internasional diberbagai forum multilateral. Sementara itu, SBY

19
melakukan kerjasama dalam Bali Democracy Forum dan kerjasama pemberantasan
kejahatan terorisme.

2.8 Kelebihan dan Kekurangan masa pemerintahan SBY


a. Kelebihan Pemerintahan SBY selama dua periode pemerintahan:
1. Dalam ketahanan dan keamanan, keberanian menyeret sebagian koruptor-
koruptor, baik pejabat pemerintah di daerah maupun di pusat terhadap lembaga
legislatif dan eksekutif telah dilakukan. Sebagai satu contoh, Gubernur Aceh,
Abdullah Puteh dihukum 10 tahun adalah bukti komitmen tersebut.
2. Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.
3. Konversi minyak tanah ke gas.
4. Pemberantasan Terorisme,dengan membentuk pasukan khusus anti terorisme
atau Detasemen khusus 88 Anti Terorisme (Densus 88).
5. SBY menunjukkan usaha secara signifikan penanggulangan bencana baik
melalui aspek hukum nasional maupun aspek diplomasi dengan dunia
internasional
b. Kekurangan Pemerintahan SBY selama 2 periode
1. Pada pemerintahan SBY-Boediono banyakterjadi demonstrasi masa untuk
melengserkan SBY-Boediono karena naiknya harga BBM
2. Banyak kasus-kasus yang tiba-tiba menghilang dan belum terselesaikan
contohnya kasus Bank Century
3. Jumlah utang Negara tertinggi sepanjang sejarah yakni mencapai Rp1.667 triliun
pada awal tahun 2009. Inilah pembengkakkan utang terbesar sepanjang sejarah
Indonesia.
4. Pada pemerintahan SBY, banyak sekali teroris yang masuk ke Indonesia.
Misalnya Amrozi, Imam samudera.
5. Banyaknya warisan budaya asli Indonesia yang diklaim oleh pemerintah Negara
lain.

2.9 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono: Pemimpin Yang Berwibawa dan Bijaksana
Beliau ini presiden pertama yang dipilih oleh rakyat. Orangnya mampu dan bisa
menjadi presiden. Juga cukup bersih, kemajuan ekonomi dan stabilitas negara terlihat
membaik. Sayang tidak mendapat dukungan yang kuat di Parlemen. Membuat beliau
tidak leluasa mengambil keputusan karena harus mempertimbangkan dukungannya di
20
parlemen. Apalagi untuk mengangkat kasus korupsi dari orang dengan back ground
parpol besar, beliau keliahatan kesulitan. Sayang sekali saat Indonesia punya orang yang
tepat untuk memimpin, parlemennya dipenuhi oleh begundal-begundal oportunis yang
haus uang sogokan. Pembawaan SBY, karena dibesarkan dalam lingkungan tentara dan ia
juga berlatar belakang tentara karir, tampak agak formal. Kaum ibu tertarik kepada SBY
karena ia santun dalam setiap penampilan dan apik pula berbusana. Penampilan semacam
ini meningkatkan citra SBY di mata masyarakat. SBY sebagai pemimpin yang mampu
mengambil keputusan kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun. Sangat jauh dari
anggapan sementara kalangan yang menyebut SBY sebagai figur peragu, lambat, dan
tidak "decisive" (tegas). Sosok yang demokratis, menghargai perbedaan pendapat, tetapi
selalu defensif terhadap kritik. Hanya sayang, konsistensi Yudhoyono dinilai buruk. Ia
dipandang sering berubah-ubah dan membingungkan publik.

2.10 Tipe Kepemimpinan SBY


a. Tipe Militeristik
Dari segi pendidikan dan pengalaman inilah yang mengindikasikan bahwa SBY
memiliki gaya militeristik karena SBY merupakan lulusan AKABRI terbaik dan
mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, serta meraih pangkat Jendral TNI tahun
2000. Meskipun cukup lama di dunia militer, SBY juga berkembang dalam pendidikan
sipil seperti memperoleh Master in Management dari Webster University, Amerika
Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di
2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua
Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk
ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik. Serta SBY dikenal
aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-
Chairman of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu
upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata
kepemerintahan di Indonesia.
Meskipun SBY telah lama menyesuaikan diri dengan kepemimpinan sipil yang
egaliter dan demokratis tetapi budaya militer sebagai dasar pembentukan karakter
kepemimpinan SBY tidak bisa hilang begitu saja. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa
contoh kasus gaya kepemimpinan militeristik SBY yang masih melekat, seperti beberapa
kali memarahi menterinya didepan umum, memarahi para bupati dan walikota seluruh
Indonesia yang tidur “takalok ” ketika SBY sedang berpidato. Selain itu gaya militeristik
21
SBY tergambar dari tindakan-tindakannya SBY dalam pelaksanaan administrai negara
yang formalitas dan kaku. Ini merupakan salah satu karakteristik dari gaya kepemimpinan
militeriktik yaitu segala sesuatu bersifat formal. Terlihat dari pelaksanaan pemerintahan
SBY yang berjalan dengan prinsip bahwa segala sesuatunya sesuai dengan peraturan
artinya setiap pikiran baru harus bersabar untuk menunggu sampai peraturannya berubah
dulu, terobosan menjadi barang langka.
b. Tipe Karismatik
Karisma adalah hal yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Semua pemimpin
sebenarnya dengan mudah dapat mempunyai karisma, tergantung caranya memimpin.
SBY memiliki kharisma yang berkarakter. Karakter seorang pemimpin masa depan yang
mampu memimpin rakyatnya dengan baik. Karisma beliau bukan hanya tebar pesona
seperti apa yang pernah disampaikan lawan politiknya. Karisma yang ada dalam diri
beliau adalah karisma yang telah menyatu karena memiliki kepribadian yang unggul.
Unggul dalam segala bidang. Baik bidang ideologi, politik, ekonomi, budaya, sosial,
ataupun pendidikan.
c. Tipe Demokratis
Kepemimpinan SBY juga masuk dalam tipe demokratik mungkin disebabkan karena
tuntutan reformasi, situasi dan kondisi saat ini yang semakin liberal. Dimana tipe
pemimpin dengan gaya ini dalam mengambil keputusan selalu mengajak beberapa
perwakilan bawahan, namun keputusan tetap berada di tangannya. Selain itu pemimpin
yang demokratis berusaha mendengar berbagai pendapat, menghimpun dan menganalisa
pendapat-pendapat tersebut untuk kemudian mengambil keputusan yang tepat. Tidak
jarang hal ini menimbulkan persepsi bahwa SBY seorang yang lambat dalam mengambil
keputusan dan tidak jarang mengurangi tingkat determinasi dalam mengambil keputusan.
Pemimpin ini kadang tidak kokoh ketika melaksanakan keputusan karena ia kadang
goyah memperoleh begitu banyak masukan dalam proses implementasi kebijakan.
Secara teoritis pemimpin tipe ini bisa menerima kritik, kritik dibalas pula dengan
kontra kritik. Bukan menjadi rahasia lagi bila seringkali kita melihat dan mendengar
bagaimana SBY melakukan kontra kritik terhadap orang-orang yang mengkritiknya. SBY
percaya bahwa kebenaran hanya bisa diperoleh dari wacana publik yang melibatkan
sebanyak mungkin elemen masyarakat. Selain itu tipe pemimpin ini dalam mengambil
keputusan berorientasi pada orang, apresiasi tinggi pada staf dan sumbangan pemikiran
dari manapun.

22
Kesimpulannya adalah bahwa setiap pemimpin tentu mengharapkan sesuatu yang
terbaik untuk masyarakat, bangsa dan negaranya. Begitupun dengan SBY yang
mempunyai tipe kepemimpinan yang lebih dari satu dan tidak hanya seperti yang sudah
dijelaskan diatas tetapi lebih dari itu, seperti tipe supportif, partisifatif, instrumental dan
yang lainnya, kesemuanya itu disesuaikan dengan situasi, dan perkembangan zaman yang
ada. Intinya setiap pemimpin selalu mengharapkan agar wilayah yang dipimpinnya
tersebut dapat tercipta suasana yang aman, tentram dan damai sesuai dengan tujuan
bersama.

2.11 Analisis Kepemimpinan SBY dalam Berbagai Teori


a. Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dalam Persfektif Teori Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat keberhasilan seorang pemimpin ditandai oleh adanya kecakapan atau
ciri-ciri ideal yang harus dimiliki oleh pemimpin. Untuk menjadi seorang pemimpin yang
berhasil menurut teori ini haruslah memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan antara
seorang pemimpin dan bukan pemimpin. Ciri-ciri tersebut dapat berupa ciri fisik, sifat-
sifat kepribadian maupun keterampilan tertentu yang diperlukan. Jadi selama
kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2009 dan 2009-2015 lebih
menggambarkan sifat yang demokratis dan tidak menunjukan sifat otoriter meskipun
beliau memiliki latar belakang seorang militer diman biasanya gaya kepemimpinan
seorang TNI seperti contoh pada pemerintahan orde baru.
b. Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dalam Persfektif Teori Pendekatan
Perilaku
Berakhir sudah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berlangsung
sejak tahun 2004. Setelah 10 tahun yang panjang dan penuh jatuh bangun menjadi orang
nomor 1 di Indonesia, beliau menyerahkan ‘tongkat estafet’ kepemimpinan kepada
Presiden yang baru. Menarik untuk melihat hal-hal yang terjadi selama 10 tahun terakhir.
Melihat Indonesia di bawah kepemimpinan SBY (demikian beliau akrab disapa) sebagai
bahan pembelajaran untuk Indonesia yang lebih baik.
Ketika terpilih pada tahun 2004, SBY dengan Partai Demokrat-nya membawa
semangat demokrasi dan banyak janji kepada rakyat. Dapat dipahami; rakyat
menginginkan pemerintahan yang stabil dan berkelanjutan, mengingat sejak berakhirnya
era Soeharto bangsa ini seperti kapal yang kehilangan arah. Hantaman keras krisis
ekonomi ’98 dibarengi dengan pemimpin yang terus berganti dalam beberapa tahun. Kala
itu, ada euforia, semangat, dan harapan yang besar bagi Presiden SBY untuk
23
mengarahkan bangsa ini untuk menjadi lebih baik; lebih aman, lebih demokratis, dan
lebih sejahtera.
Tak dapat dipungkiri bahwa dibandingkan masa pemerintahan Presiden Soeharto, B.
J. Habibie, Gus Dur, atau Megawati, Indonesia telah berubah dan berkembang. Yang
disayangkan adalah melihat potensi bangsa ini di berbagai bidang yang tidak berkembang
secara maksimal. Hal tersebut berhubungan dengan kebijakan-kebijakan Presiden SBY
selama 10 tahun terakhir ini. Ketidakpuasan yang tercipta sesungguhnya bukan karena
situasi yang tidak berubah. Perubahan itu ada. Namun, arah perubahan itu dan seberapa
banyak perubahan yang terjadi dari kapasitas yang seharusnya dicapai adalah yang
kemudian menjadi sumber kekecewaan rakyat.
c. Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dalam Persfektif Teori Pendekatan
Situasional
Dalam teori pendekatan situasional, SBY sangat bijak dalam mengantisipasi persoalan
dalam situasi apapun. kepemimpinan yang efektif adalah bagaimana seorang pemimpin
dapat mengetahui keadaan baik kemampuan ataupun sifat dari anak buah yang di
pimpinnya untuk kemudian pemimpin dapat menentukan perintah atau sikap terhadap
anak buah sesuai dengan keadaan atau pun kemampuan anak buahnya. Kepemimpinan
dalam teori pendeketan SBY tidak lepas dari dari situasional dalam pemerintahan yang
beliau pimpin namun ada empat macam yang menjadi tuntunan beliau dalam
menjalankan tugasnya dapat diklasifikasikan pada tingkat kematangan atau kemapuan
anak buah ada empat macam yaitu : intruksi, konsultasi, delegasi dan partisipasi.
Instruksi yaitu perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan
dirujuk sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah.
Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang
apa, bagaimana, bilamana, dan dimana melaksankana berbagai tugas. Inisiatif pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan
masalah dan keputusan diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh
pemimpin.
Konsultasi yaitu perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan
dirujuk sebagai konsultasi, karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak
memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal
ini diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku
mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang

24
dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan,
pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
Partisipasi yaitu perilaku pemimpin yang tinggi dukunagn dan rendah pengarahan
dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya 3 ini, pemimpin dan
pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
Komunikasi dua arah ditingkatkan, peran pemimpin adalah secara aktif mendengar.
Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada
pada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan
untuk melaksanakan tugas.
Delegasi yaitu perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan
dirujuk sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan
bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses
pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang
bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara
pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk
melaksanakan pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan
keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.
d. Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dalam Persfektif Teori Kepemimpinan
Berprinsip
Gaya kepemimpinan yang ia jalankan sekarang, menurut Presiden merupakan gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan era demokrasi. Presiden bahkan menegaskan, kalau
dirinya cenderung untuk mengalah, cenderung memilih melakukan berkompromi dan
membuat konsensus, karena ia tidak ingin kepemimpinan yang dijalankan menjadi
otoriter.
Di depan para peserta Indonesia Future Leaders Forum di Jakarta, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono berbicara soal kepemimpinan. Bukan hanya kepemimpinan dalam
arti teoritis yang disampaikan Presiden, tetapi juga praktik keseharian yang ia jalankan
sepanjang tujuh tahun pemerintahannya Presiden mengakui bahwa kepemimpinan yang ia
jalankan bukan gaya kepemimpinan yang bisa dipakai oleh pemimpin yang lain. Setiap
pemimpin pasti memiliki gaya kepemimpinannya sendiri dan itu sangat tergantung dari
situasi dan tantangan yang dihadapi.
Presiden juga menguraikan bahwa dalam keyakinannya, tidak ada kewenangan yang
boleh didelegasikan. Oleh karena itu dirinya ikut turut campur tangan langsung atas setiap
25
kebijakan yang akan dikeluarkan kementerian. Ia ingin tahu secara detil landasan dari
kebijakan yang hendak diambil.Dengan gaya kepemimpinan seperti itu tidak usah heran
apabila kebijakan yang bersifat teknis pun sekarang ini begitu lamban dilakukan
kementerian. Kalau Presiden ingin tahu secara detil dan bahkan terlibat secara langsung,
wajar apabila proses pengambilan keputusan menjadi lebih panjang.

26
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terjadi banyak
kemajuan di berbagai bidang. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi dan kebebasan
berpendapat. Namun, terdapat beberapa kemunduran juga. Kita tidak dapat melihat
kesuksesan suatu pemerintahan hanya dengan satu pandangan. Kita harus
memandang dari berbagai sisi. Jika dibandingkan dengan pemerintahan pada masa
Orde Baru, memang dalam beberapa bidang terlihat kemunduran. Tetapi bisa saja hal
ini dikarenakan pada masa Orde Baru kebebasan pers dikekang sehingga bagian
buruk pada Orde Baru tidak terlihat. Di masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono, musyawarah mufakat diutamakan. Sehingga pengambilan kebijakan
terkesan lambat. Meski begitu, musyawarah mufakat ini dilakukan untuk kepentingan
bersama. Sehingga dapat dikatakan, pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono telah cukup berkembang dibandingkan masa-masa sebelumnya dalam
hal demokrasi.
2. Beberapa tipe kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu (1) Tipe
Militeristik, dari segi pendidikan dan pengalaman inilah yang mengindikasikan
bahwa SBY memiliki gaya militeristik karena SBY merupakan lulusan AKABRI
terbaik dan mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, serta meraih pangkat
Jendral TNI tahun 2000. Meskipun cukup lama di dunia militer, SBY juga
berkembang dalam pendidikan sipil seperti memperoleh Master in Management dari
Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di
Institut Pertanian Bogor, dan di 2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian. Pada 2005,
beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari
almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat
University di Thailand ilmu politik. Serta SBY dikenal aktif dalam berbagai
organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the
Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu upaya
bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata
kepemerintahan di Indonesia. (2) Tipe Karismatik, Pak SBY jelas memiliki kharisma
yang berkarakter. Karakter seorang pemimpin masa depan yang mampu memimpin
27
rakyatnya dengan baik. Karisma yang ada dalam diri beliau adalah karisma yang
telah menyatu karena memiliki kepribadian yang unggul. Unggul dalam segala
bidang. Baik bidang ideologi, politik, ekonomi, budaya, sosial, ataupun pendidikan.
(3) Tipe Demokratis, Kepemimpinan SBY juga masuk dalam tipe demokratik
mungkin disebabkan karena tuntutan reformasi, situasi dan kondisi saat ini yang
semakin liberal. Dimana tipe pemimpin dengan gaya ini dalam mengambil keputusan
selalu mengajak beberapa perwakilan bawahan, namun keputusan tetap berada di
tangannya. Selain itu, dengan beberapa pendekatan teori kepemimpinan SBY dapat
diklasifikan, yaitu (1) Pendekatan sifat keberhasilan seorang pemimpin ditandai oleh
adanya kecakapan atau ciri-ciri ideal yang harus dimiliki oleh
pemimpin.Kepemimpinan susilo bambang yudhoyono menggambarkan sifat yang
demokratis dan tidak menunjukan sifat otoriter meskipun beliau memiliki latar
belakang seorang militer. (2) Pendekatan perilaku yang berwujud dalam masa
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sangatlah sentralistik dimana dalam masa
pemerintahan awalnya hanya janji manis namun teori pendekatan perilaku ini
mendukung peranan kebijakan yang notabennya berwujud perilaku yang sangatlah
indonesia harapkan pada masa jabatan beliau. (3) Teori pendekatan situasional Susilo
Bambang Yudhoyono sangat bijak dalam mengantisipasi persoalan dalam situasi
apapun. kepemimpinan yang efektif adalah bagaimana seorang pemimpin dapat
mengetahui keadaan baik kemampuan ataupun sifat dari anak buah yang di
pimpinnya untuk kemudian pemimpin dapat menentukan perintah.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada, terdapat beberapa saran agar makalah selanjutnya
dapat lebih sempurna. Adapun beberapa saran, yaitu:
1. Bahwasannya di Indonesia ini sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada
setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan
dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri. Jika saja Indonesia di
seluruh elemen pemerintahan memiliki pemimpin yang sangat tangguh berkualitas
dan berbudaya tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung
pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah
tidak bisa memimpin dengan baik, maka pengikut pun tidak mau lagi mengikuti.
Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Dimana Makin kuat
yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
28
2. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk
memperbaiki orang lain. Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan
dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Selain itu, pemimpin adalah teladan. Untuk menjadi teladan, seorang pemimpin yang
amanah perlu jujur dalam berucap, sederhana dalam bertindak, tegas dalam bersikap,
adil dalam memutuskan perkara, dekat dengan semua orang (kawan maupun lawan),
bersih dari image negatif, cepat dan tepat dalam mengambil keputusan, mampu
merealisasikan apa yang diucapkan/dijanjikan, jauh dari sifat egosentris dan yang tak
kalah penting adalah berjiwa besar terutama dalam hal mengakui kekurangan dan
kelemahan diri.

29
DAFTAR PUSTAKA

Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical
Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta: Granit.
Mahyudin, Muhammad Alfan. Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2009.
Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.
S, Budiharsono, Suyuti. Politik Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo, 2003.
Sudrijanta. Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Sulistiyani, Ambar Teguh. Kepemimpinan Profesional, Pendekatan Leadership Game.
Yogyakarta: Gava Media, 2008.
Pasolong, Harbani. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta, 2010.
Wirjana, Bernadine dan Susilo Supardo. Kepemimpinan, Dasar-Dasar dan
Pengembangannya. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005.

Internet
http://maslanpaloh.blogspot.com/2012/09/pemerintahan-dari-presiden-pertama.html, diakses
pada Tanggal 14 Februari 2018, Pukul 16.18 WIB.
http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Komunikasi-politik-SBY-sangatamburadul, diakses
pada Tanggal 16 Februari 2018, Pukul 09.56 WIB.
https://hasanthardiant.wordpress.com/2012/04/16/analisa-tipe-kepemimpinan-sby/, diakses
pada Tanggal 18 Februari 2018, Pukul 18.43 WIB.
http://www.slideshare.net/NisaIchaEl/sejarah-12-masa-pemerintahan-sby-makalah, diakses
pada Tanggal 18 Februari 2018, Pukul 16.50 WIB.
http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=5805, diakses pada Tanggal
17 Februari 2018, Pukul 20.14 WIB.
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2013/02/26/8787.html, diakses pada Tanggal 18
Februari 2018, Pukul 17.20 WIB.

30

Anda mungkin juga menyukai