Infodatin Perawat 2017
Infodatin Perawat 2017
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2.2.2 Epidemiologi
Sepertiga dari populasi dunia sudah terinfeksi oleh kuman TB.
Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2011 menyatakan
bahwa terdapat 9,4 juta kasus baru TB, dan 1,7 juta orang meninggal
karena TB pada tahun 2009. Sebanyak 75% dari individu yang terinfeksi
kuman TB berada dalam kelompok usia 15-54 tahun (Hartono, 2014).
Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%)
terjadi dinegara-negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75%
berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang
padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus-kasus TB
yang baru dan kematian yang muncul terjadi di Asia (Amin, 2014).
2.2.3 Etiologi
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai
ukuran 0,5-4 mikron × 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus
atau agak bengkok, bergranular atau tidak mampunyai selubung, tetapi
mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipid (terutama asam
mikolat) (Widoyono, 2011).
2.2.4 Klasifikasi
Pembagian secara Patologis:
a. Tuberkulosis primer (childhood tuberculocis)
b. Tuberkulosis post-primer (adult tuberculosis)
6
2.2.5 Patogenesis
Mycobacterium tuberculosis memiliki suatu strategi patogenik:
pertama, mikroorganisme ini harus sukses bereplikasi dalam makrofag
hospes (makrofag alveoli); kedua, mikroorganisme ini harus tahan
terhadap respon imun hospes atau memodifikasi respon imun hospes yang
dapat menghambat replikasi mikroorganisme ini; ketiga, Mycobacterium
tuberculosis harus dapat bertahan dalam tubuh hospes pada stadium inaktif
sehingga berpotensi untuk menimbulkan reaktivasi di kemudian hari
(Mertianiasih, 2013).
Tuberkulosis merupakan penyakit kronis dengan fase kekambuhan-
penyembuhan berulang. Perjalanan infeksi Mycobacterium tuberculosis
dimulai dari akibat transmisi mikroba atau basil dari lesi jaringan organ
7
kronik dan hemoptisis. Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif dan sangat
nonspesifik terutama pada fase awal penyakit. Pada fase lanjut diagnosis
lebih mudah ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam,
penurunan berat badan, crackle, mengi dan suara bronkial. Tidak jarang
terjadi pula efusi pleura (Djojodibroto, 2015).
b. Jenis Kelamin
Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada
perempuan. Pada masing-masing provinsi di seluruh Indonesia
kasus BTA+ lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan
terjadi di Kep. Bangka Belitung, kasus pada laki-laki hampir dua
kali lipat dari kasus pada perempuan (Kemenkes RI, 2014).
d. Infeksi HIV
Penyakit HIV merusak fungsi imunitas seluler yang diperlukan
untuk mencegah reaktivasi tuberkulosis dan tingkat reaktivasi
antara HIV positif, pasien PPD-positif dapat setinggi 7-10% per
tahun (Ringel, 2012).
Infeksi HIV meningkatkan kemungkinan perkembangan dari
infeksi Mycobacterium tuberculosis untuk tuberkulosis aktif.
Risiko mengembangkan tuberkulosis pada orang dengan HIV
adalah antara 20 dan 37 kali lebih besar dibandingkan mereka yang
tidak memiliki infeksi HIV. Pasien dengan infeksi HIV yang
memiliki tuberkulosis paru memiliki kemungkinan basil tahan
asam yang terdeteksi dengan pemeriksaan sputum lebih rendah
Selain itu, data secara konsisten menunjukkan bahwa dada fitur
radiografi adalah atipikal dan proporsi tuberkulosis paru lebih
besar pada pasien dengan infeksi HIV lanjut dibandingkan dengan
mereka yang tidak memiliki infeksi HIV (TB CARE I, 2014).
Faktor Risiko:
Usia
Jenis kelamin
Tuberkulosis Paru Riwayat Diabetes
mellitus
Infeksi HIV