Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia

Vol. 12 No. 1, Juli 2011: 39-55


ISSN 1411-5212

Pengeluaran Pemerintah Daerah, Produktivitas Pertanian, dan Kemiskinan


di Indonesia
Local Government Spending, Agricultural Productivity and Poverty in
Indonesia

Akbar Suwardia,∗
a
Laboratorium Komputasi Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Abstract
This study aims to determine the relationship between local government spending, agricultural productivity,
and poverty in Indonesia for the period of 2005–2008. Using econometric models of the panel and panel-
simultaneous, this study find the evidence that local government spending on infrastructure and education
significantly affect agricultural productivity and poverty. The study also found that the value of multiplier
effect of local government spending on poverty, roads is the largest, followed by education (the literacy rate)
and irrigation.
Keywords: government spending, agricultural productivity, poverty, panel data

Abstrak
Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengeluaran pemerintah daerah, produktivitas
pertanian, dan kemiskinan di Indonesia selama periode 2005–2008. Dengan mempergunakan model
ekonometrika panel dan panel-simultan, studi ini membuktkan bahwa pengeluaran pemerintah daerah
di sektor infrastruktur dan pendidikan signifikan memengaruhi produktivitas pertanian dan kemiskinan.
Studi ini juga menemukan bahwa efek pengeluaran pemerintah daerah terhadap kemiskinan paling besar
ditunjukkan oleh panjang jalan, diikuti tingkat melek huruf dan irigasi.
Kata kunci: belanja pemerintah, produktivitas pertanian, kemiskinan, data panel

JEL classifications: H72, H77, H83

Pendahuluan lihat lebih lambat bahkan sempat meningkat.


Misalkan, tahun 2006 nilai P 0 meningkat sebe-
Tren kemiskinan di Indonesia mengalami penu- sar 1,8% lalu turun kembali sebesar 1,2% pada
runan dari waktu ke waktu. Pada tahun 1999 tahun 2007.
sebagai akibat krisis ekonomi, persentase pen-
Sementara itu, dalam Laporan Bulanan Sosi-
duduk miskin (P 0) mencapai 23,4% dan pa-
al Ekonomi 9 Februari 2011 dinyatakan bahwa
da tahun 2010 nilai P 0 telah menurun hing-
sebanyak 64,65% penduduk miskin pada bulan
ga sebesar 13,3%. Namun dalam kurun waktu
Maret 2009 bekerja di sektor pertanian. Pada-
tersebut, proses pengurangan kemiskinan ter-
hal secara nasional, lebih dari 40% tenaga ker-
ja di Indonesia dari tahun 2005–2009 bekerja

Alamat Korespondensi: Laboratorium Komputasi, di sektor pertanian (SAKERNAS 2005–2009).
Gedung Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Indonesia, Lebih jauh lagi, nilai persentase penduduk
16424. Email: akbar.suwardi@ui.ac.id. miskin (P 0), indeks kedalaman kemiskinan
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 40
Tabel 1: Nilai Persentase Penduduk Miskin (P 0) dan Selisih P 0 Tingkat Nasional, Tahun 1999–2010

Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004


Persentase Penduduk Miskin (P 0) 23,4 19,1 18,4 18,2 17,4 16,6
Selisih P 0 - -4,3 -0,7 -0,2 -0,8 -0,8
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Persentase Penduduk Miskin (P 0) 16 17,8 16,6 15,7 14,15 13,3
Selisih P 0 -0,6 1,8 -1,2 -0,9 -1,55 -0,85
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 2: Nilai Persentase Penduduk Miskin (P 0), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1),
dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2) di Berbagai Sektor (%), Juli 2009

Persentase Indeks Indeks


Sektor Penduduk Kedalaman Keparahan
Miskin (P 0) Kemiskinan (P 1) Kemiskinan (P 2)
Pertanian 19,21 3,61 1,07
Pertambangan 11,83 2,10 0,58
Industri Pengolahan 11,37 1,89 0,50
Listrik, Gas, dan Air Minum 5,39 0,81 0,20
Konstruksi 13,99 2,30 0,60
Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi 7,02 1,07 0,26
Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi 9,47 1,57 0,42
Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan 2,68 0,39 0,09
Jasa Masyarakat, Sosial, dan Perorangan 6,71 1,15 0,31
Nasional 14,15 2,50 0,68
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

(P 1) dan indeks keparahan kemiskinan (P 2) di struktur, penelitian dan pengembangan pro-


sektor pertanian merupakan yang paling ting- duktivitas pertanian terhadap kemiskinan dan
gi di antara sektor-sektor lainnya seperti yang produktivitas pertanian baik secara nasional
terlihat pada Tabel 21 . atau provinsi terus meningkat setiap tahun.
Jika dilihat dari sisi produktivitas, produkti- Namun, secara pasti apakah pengeluaran pe-
vitas sektor pertanian di Indonesia dari tahun merintah yang dikeluarkan tersebut dapat me-
ke tahun selalu meningkat. Misalnya hasil pe- nyebabkan peningkatan produktivitas pertani-
nelitian oleh Warr (2009) menunjukkan bahwa an dan penurunan jumlah penduduk miskin se-
pertumbuhan output, pertumbuhan faktor, dan cara signifikan belum diketahui.
Total Factor Productivity (TFP) sektor per- Untuk itu, studi ini memiliki beberapa tu-
tanian di Indonesia pada tahun 1999 sampai juan. Pertama, melihat pengaruh pengeluaran
dengan 2006 setiap tahunnya meningkat sebe- pemerintah daerah yang dialokasikan ke bidang
sar 2,90% untuk pertumbuhan output, 1,96% pendidikan dan infrastruktur (irigasi dan jalan)
untuk pertumbuhan faktor, dan 0,94% untuk terhadap produktivitas pertanian dan jumlah
TFP. penduduk miskin.
Di sisi lain pengeluaran pemerintah atas
pendidikan, kesehatan, pembangunan infra- Kedua, melihat hubungan peningkatan pro-
duktivitas pertanian dan jumlah penduduk
1
Perbedaan hasil pada Tabel 2 dengan perhitungan
miskin. Ketiga, melihat efek pengganda penge-
resmi BPS disebabkan perbedaan metode pembersihan luaran pemerintah daerah yang dialokasikan
data (data cleaning) dengan BPS. ke bidang pendidikan dan infrastruktur (iriga-
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 41

si dan jalan) terhadap produktivitas pertanian lah penduduk miskin di desa secara langsung
dan jumlah penduduk miskin. atau tidak langsung. Secara langsung, berar-
ti pengeluaran tersebut dapat mengurangi ke-
miskinan melaui bidang kesehatan, pendidikan,
Tinjauan Referensi serta infrastruktur yang langsung mampu me-
ningkatkan taraf kesejahteraan penduduk mis-
Penelitian yang terkait dengan hubungan an- kin. Secara tidak langsung berarti pengeluaran
tara pertanian dan kemiskinan di Indonesia, pemerintah tersebut dapat meningkatkan pro-
maupun di negara-negara lain sudah banyak duktivitas pertanian, lalu melalui produktivi-
dilakukan. Misalnya, Sumarto dan Suryahadi tas ini tercapai peningkatkan taraf kesejahtera-
(2003) menemukan bahwa sebagian besar pen- an, yang berarti tingkat kemiskinan menurun.
duduk miskin di Indonesia adalah mereka yang
Perkembangan teori pengeluaran pemerin-
bekerja di sektor pertanian. Akibatnya seseo-
tah dalam menanggulangi kemiskinan dapat
rang yang bekerja di sektor pertanian memiliki
dilihat pada contoh-contoh penelitian dari ber-
potensi atau probabilitas menjadi miskin lebih
bagai negara yang telah diteliti sebelumnya, se-
besar dibandingkan seseorang yang tidak be-
perti pada di India, Cina, Vietnam, Thailand,
kerja di sektor pertanian. Penelitian tersebut
dan Uganda. Misalnya, Fan et al. (2000) men-
juga menunjukkan bahwa pertumbuhan sek-
coba meneliti bagaimana hubungan pengeluar-
tor pertanian merupakan faktor terkuat dalam
an pemerintah, pertumbuhan ekonomi dan ke-
mengurangi kemiskinan di Indonesia.
miskinan di desa-desa di India.
Tian et al. (2003) menunjukkan bahwa di
Cina sebagian besar penduduk miskin terletak Dengan menggunakan data tahun 1970–1993
di daerah pedesaan dengan lingkungan ekologi pada model persamaan simultan, studi ini
rapuh, lemahnya infrastruktur, struktur sosi- memperkirakan efek langsung dan tidak lang-
al terbelakang, dan mereka bekerja di sektor sung dari berbagai jenis pengeluaran pemerin-
pertanian. Studi ini juga menunjukkan bahwa tah terhadap kemiskinan pedesaan dan per-
identifikasi faktor kemiskinan yang berkaitan tumbuhan produktivitas pertanian di India.
dengan pertumbuhan sektor primer, sekunder, Hasil penelitian tersebut menunjukkan bah-
dan tersier dapat membantu pemerintah dalam wa pengeluaran pemerintah untuk investasi,
mengetahui sejauh mana pertumbuhan perta- seperti penelitian dan pengembangan perta-
nian memiliki dampak terhadap pengurangan nian, irigasi, infrastruktur pedesaan (terma-
kemiskinan pedesaan. suk jalan dan listrik), dan pembangunan pe-
Tian et al. (2003) juga mengidentifikasi hu- desaan ditargetkan langsung kepada penduduk
bungan pertanian dan kemiskinan untuk da- miskin pedesaan dan terbukti dapat mening-
pat membantu para pembuat kebijakan meran- katkan produktivitas pertanian. Selanjutnya,
cang sebuah strategi penanggulangan kemis- bersama-sama dengan variabel lain, yaitu pen-
kinan yang lebih komprehensif dan efektif. Le- duduk yang bekerja di sektor nonpertanian, pe-
bih jauh dijelaskan bahwa di Cina, pertumbuh- ngeluaran pemerintah untuk investasi memiliki
an produktivitas pertanian memiliki dampak kontribusi untuk penurunan kemiskinan.
yang signifikan terhadap pengurangan kemis- Penelitian yang dilakukan oleh Fan et al.
kinan pedesaan. (2000) menyatakan juga bahwa pengeluaran
Hubungan antara produktivitas pertanian pemerintah dalam penelitian dan pengembang-
dan kemiskinan tidak terlepas dari peran pe- an pertanian sejauh ini memiliki dampak terbe-
merintah. Selain itu, peran pemerintah mela- sar pada penanggulangan kemiskinan dan per-
lui pengeluaran di sektor pendidikan, kesehat- tumbuhan dalam produktivitas pertanian. Pe-
an, dan infrastruktur dapat memengaruhi jum- ngeluaran pemerintah untuk pendidikan memi-
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 42

liki dampak terbesar ketiga terhadap pengu- tivitas pertanian juga dapat mengembangkan
rangan kemiskinan pedesaan dan peningkatan perekonomian sektor nonpertanian di pedesaan
pertumbuhan produktivitas. Investasi di iriga- dan meningkatkan upah pedesaan. Pengeluar-
si hanya memiliki dampak yang kecil pada per- an pemerintah yang dialokasikan di bidang in-
tumbuhan produktivitas pertanian dan pengu- frastruktur dan pendidikan juga dapat mening-
rangan kemiskinan di pedesaan. Pengembang- katkan pertumbuhan lapangan kerja dan upah
an masyarakat, termasuk program pengem- di sektor nonpertanian. Pada akhirnya hal ini
bangan pedesaan terpadu, telah berhasil sepe- juga berkontribusi terhadap pengurangan ke-
nuhnya membantu mengurangi kemiskinan pe- miskinan.
desaan, tetapi dampaknya lebih kecil daripada Fan et al. (2004) menggunakan model persa-
pembangunan jalan, penelitian dan pengem- maan simultan untuk mendapatkan efek yang
bangan pertanian, serta investasi pendidikan. berbeda terhadap kemiskinan pedesaan. Pa-
Di sisi lain menurut Fan et al. (2000) dalam da penelitian lain di Thailand oleh Fan et al.
penelitiannya di Cina, pengeluaran pemerintah (2004) menemukan bahwa penduduk yang be-
untuk investasi seperti penelitian dan pengem- kerja di sektor nonpertanian memiliki dampak
bangan pertanian dan irigasi, pendidikan pe- yang paling besar dibandingkan produktivitas
desaan dan infrastruktur (termasuk jalan, lis- petani di sektor pertanian dan jumlah pendu-
trik, dan pengeluaran pemerintah untuk pendi- duk (populasi); terhadap tingkat kemiskinan di
dikan), memiliki dampak terbesar pada pengu- Thailand. Sementara itu, produktivitas petani
rangan kemiskinan dan dampak terbesar kedua paling besar dipengaruhi oleh lamanya sekolah,
pada pertumbuhan produksi pertanian. Penge- diikuti oleh penelitian dan pengembangan per-
luaran pemerintah pada penelitian pertanian tanian, serta jumlah konsumsi listrik di masya-
dan penyuluhan memiliki efek terbesar pada rakat. Sementara itu, panjang jalan tidak me-
pertumbuhan produksi pertanian dan dampak mengaruhi produktivitas petani dengan signi-
terbesar ketiga dalam penanggulangan kemis- fikan.
kinan. Fan et al. (2004) pada penelitiannya di Ugan-
Pembangunan infrastruktur pedesaan (ko- da menunjukkan bahwa pengeluaran peme-
munikasi, jalan, dan listrik) masing-masing me- rintah di penelitian dan penyuluhan pertani-
miliki dampak terbesar kedua, keempat dan ke- an secara substansial meningkatkan produksi,
lima pada pengurangan kemiskinan pedesaan. di mana jenis pengeluaran pemerintah terse-
Dampak pengentasan kemiskinan dapat dila- but merupakan dampak terbesar bagi produksi
kukan terutama berasal dari pekerjaan di sek- pertanian. Di samping itu, pengeluaran peme-
tor bukan pertanian dan peningkatan upah pe- rintah di penelitian dan penyuluhan pertani-
desaan. Investasi irigasi memiliki dampak yang an juga merupakan dampak terbesar pada nilai
kecil pada pertumbuhan produksi pertanian pengurangan kemiskinan.
dan dampak yang lebih kecil terhadap penang- Lebih lanjut, Fan et al. (2004) juga menya-
gulangan kemiskinan di pedesaan. takan bahwa pengeluaran pemerintah yang di-
Hasil penelitian oleh Fan et al. (2004) di Ci- alokasikan untuk membangun jalan juga me-
na menemukan bahwa pengeluaran pemerin- miliki dampak perubahan yang besar pada pe-
tah dalam penanggulangan kemiskinan dila- ngurangan kemiskinan pedesaan. Sedangkan,
kukan melalui berbagai cara. Misalnya, penge- pengeluaran pemerintah yang dialokasikan ke
luaran pemerintah untuk penelitian pertanian bidang pendidikan memiliki efek terkecil jika
dapat meningkatkan produktivitas pertanian, dibandingkan dengan pengeluaran pemerintah
yang pada gilirannya mengurangi kemiskinan di penelitian dan penyuluhan pertanian, ser-
di pedesaan. Selain itu, peningkatan produk- ta pengeluaran pemerintah di jalan. Selanjut-
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 43

nya, studi tersebut menunjukkan bahwa pe- perlukan untuk pengeluaran pemerintah di ma-
ngeluaran pemerintah di bidang kesehatan ti- sa depan. Pertumbuhan ekonomi adalah satu-
dak menunjukkan dampak yang besar pada satunya cara pasti dalam memberikan solusi
pertumbuhan produktivitas pertanian atau pe- permanen dan jangka panjang terhadap masa-
ngurangan kemiskinan pedesaan. Hal tersebut lah kemiskinan, serta meningkatkan seluruh ke-
dikarenakan sulitnya dalam mengukur bebera- sejahteraan masyarakat. Sementara itu, penge-
pa dampak dari jenis investasi pada kesehatan. luaran pemerintah di sektor kesehatan, pen-
Berdasarkan uraian di atas dapat disim- didikan dan pembangunan infrastruktur (sa-
pulkan bahwa berbagai macam model ekonomi nitasi, irigasi, jalan, listrik), serta penelitian
yang diaplikasikan di berbagai negara seperti dan pengembangan produktivitas pertanian ju-
Indonesia, Cina, dan lainnya menjelaskan hu- ga dapat memengaruhi peningkatan produkti-
bungan yang kuat antara produktivitas perta- vitas pertanian. Perlu dicatat bahwa pengelu-
nian dan penurunan jumlah penduduk miskin. aran pemerintah dan produktivitas pertanian
Sementara itu, pengeluaran pemerintah terha- mampu mengurangi jumlah penduduk miskin.
dap kemiskinan memiliki banyak bentuk kom-
ponen yang berbeda di setiap negara. Hal terse- Metode
but dikarenakan dari pembentukan faktor ting-
kat kemiskinan pada suatu negara serta faktor Berdasarkan kerangka analisis seperti yang di-
penentu dalam produktivitas dalam pertanian ilustrasikan pada Gambar 2, model yang di-
pada suatu negara tidaklah mutlak sama. usulkan merupakan modifikasi dari model ke-
Namun, dalam perkembangannya ada ”be- miskinan di India (Fan et al., 2000) dan di
nang merah” yang sama oleh masing-masing Vietnam (Fan et al., 2004) yang terdiri dari
penulis dalam menentukan faktor pengaruh pe- enam persamaan, seperti terlihat pada Persa-
ngurangan jumlah penduduk miskin serta fak- maan (1)–(6).
tor penambahan pengaruh tingkat produkti-
irigasii,t = f (inf rasi,t−1 ) (1)
vitas pertanian. Penentuan faktor penambah-
an dalam jumlah penduduk miskin dan ting- jalani,t = f (inf rasi,t−1 ) (2)
kat produktivitas sangatlah penting karena da- literacyi,t = f (pendidikani,t−1 )(3)
ri faktor tersebut dapat diperlihatkan pengelu- nonpetanii,t = f (literacyi,t ,
aran pemerintah apa saja yang memengaruhi
jalani,t , upahi,t ) (4)
atau hal yang dapat mengurangi jumlah pen-
duduk miskin. produksii,t = f (irigasii,t , jalani,t ,
Selanjutnya dibuktikan pula bahwa pengelu- lahani,t , petanii,t ) (5)
aran pemerintah di sektor kesehatan, pendidik- kemiskinani,t = f (nonpetanii,t ,
an dan pembangunan infrastruktur (sanitasi, produktivitasi,t ,
irigasi, jalan, listrik), serta penelitian dan pe- popi,t ) (6)
ngembangan produktivitas pertanian memili-
ki pengaruh terhadap jumlah penduduk miskin dengan:
(Gambar 1). Seperti yang dikatakan oleh Fan
et al. (2000) bahwa target pengeluaran peme- irigasii,t = jumlah jaringan irigasi untuk pro-
rintah hanya untuk mengurangi jumlah pendu- vinsi i dalam bentuk logaritma natural.
duk miskin, bagaimanapun, hal itu tidaklah cu- inf rasi,t−1 = pengeluaran pemerintah daerah
kup. Pengeluaran pemerintah juga perlu untuk yang dialokasikan di bidang infrastruktur un-
mendorong pertumbuhan ekonomi serta untuk tuk provinsi i dalam bentuk logaritma natu-
membantu menghasilkan sumber daya yang di- ral.
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 44
Gambar 1: Pengeluaran Pemerintah, Produktivitas Pertanian, dan Kemiskinan

jalani,t = rasio panjang jalan terhadap luas duk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja
wilayah untuk provinsi i. di sektor pertanian (petani) untuk provinsi i.
literacyi,t = persentase penduduk melek hu- popi,t = jumlah penduduk untuk provinsi i
ruf yang berumur 15 tahun ke atas untuk pro- dalam bentuk logaritma natural.
vinsi i.
Ruang lingkup dalam studi ini mencakup
pendidikani,t−1 = pengeluaran pemerintah
32 provinsi2 untuk periode tiga tahun. Data
daerah yang dialokasikan di bidang pendidi-
yang digunakan adalah nilai produksi pertani-
kan untuk provinsi i dalam bentuk logaritma
an, jumlah penduduk miskin, tingkat Upah Mi-
natural.
nimum Provinsi (UMP), jumlah populasi, jum-
nonpetanii,t = jumlah penduduk berumur 15 lah lahan pertanian, perbandingan jalan de-
tahun ke atas yang bekerja di sektor nonper- ngan luas wilayah, dan jumlah penduduk yang
tanian untuk provinsi i dalam bentuk logarit- bekerja di sektor nonpertanian tingkat provinsi
ma natural. dari tahun 2006–2008.
upahi,t = upah minimum provinsi (UMP) un- Sementara data pengeluaran pemerintah
tuk provinsi i dalam bentuk logaritma natu- yang dialokasikan ke bidang infrastruktur dan
ral. pendidikan mencakup tahun 2005–2007. Data
pengeluaran pemerintah yang digunakan oleh
produksii,t = nilai produksi sektor pertanian penulis adalah pengeluaran pemerintah dae-
berdasarkan harga konstan tahun 2000 untuk rah yang dialokasikan berdasarkan bidang dan
provinsi i dalam bentuk logaritma natural. fungsi di APBD realisasi. Sementara itu, nilai
lahani,t = jumlah lahan pertanian untuk pro- produksi pertanian, diambil dari nilai tambah
vinsi i dalam bentuk logaritma natural. sektor pertanian yang dinyatakan dalam harga
konstan tahun 2000.
petanii,t = jumlah penduduk berumur 15 ta- Sumber data yang digunakan dalam studi ini
hun ke atas yang bekerja di sektor pertanian berasal dari berbagai sumber, yaitu Kementeri-
untuk provinsi i dalam bentuk logaritma na- an Pertanian, Kementerian Perhubungan, dan
tural. Badan Pusat Statistik (BPS).
kemiskinani,t = jumlah penduduk miskin un- Studi ini mengasumsikan bahwa tidak semua
tuk provinsi i dalam bentuk logaritma natu- pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah
ral. langsung dirasakan oleh masyarakat tanpa ada
produktivitasi,t = rasio nilai produksi sektor
2
pertanian (produksi) terhadap jumlah pendu- Seluruh provinsi di Indonesia kecuali DKI Jakarta.
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 45

suatu program, barang, atau tindakan nyata la- dialokasikan di bidang infrastruktur berpenga-
innya. Oleh karena itu, dalam studi ini meng- ruh positif terhadap penambahan rasio pan-
gunakan variabel perantara. Variabel peranta- jang jalan terhadap luas wilayah.
ra yang dimaksud pada studi ini sesuai dengan Pada persamaan ketiga, penulis melakukan
Fan et al. (2004), yaitu jumlah jaringan iriga- estimasi jumlah penduduk melek huruf yang
si, rasio panjang jalan terhadap luas wilayah, berumur 15 tahun ke atas terhadap pengelu-
dan jumlah penduduk melek huruf yang beru- aran pemerintah daerah yang dialokasikan di
mur 15 tahun ke atas, serta variabel eksogen bidang pendidikan pada tahun t − 1. Pada mo-
lainnya. del ini, penulis memiliki hipotesis bahwa pe-
Variabel-variabel tersebut dimasukkan ke nambahan jumlah penduduk melek huruf yang
dalam fungsi jumlah penduduk yang bekerja di berumur 15 tahun ke atas di setiap provinsi di-
sektor nonpertanian dan nilai produksi sektor pengaruhi positif oleh pengeluaran pemerintah
pertanian berdasarkan harga konstan di setiap daerah yang dialokasikan di bidang pendidikan.
provinsi. Hal ini terkait pembuktian bahwa ra- Pada persamaan keempat, penulis melaku-
sio panjang jalan terhadap luas wilayah, dan kan estimasi jumlah penduduk berumur 15 ta-
jumlah penduduk melek huruf dapat meme- hun ke atas yang bekerja di sektor nonperta-
ngaruhi jumlah penduduk yang bekerja di sek- nian terhadap jumlah penduduk melek huruf
tor nonpertanian. Di sisi lain, jumlah jaringan yang berumur 15 tahun ke atas, rasio panjang
irigasi, rasio panjang jalan terhadap luas wila- jalan terhadap luas wilayah, dan upah mini-
yah, dan jumlah penduduk melek huruf dapat mum di setiap provinsi. Pada model ini, penulis
memengaruhi nilai produksi pertanian. Selan- memiliki hipotesis bahwa penambahan jumlah
jutnya, untuk melihat faktor yang memenga- penduduk yang bekerja di sektor nonpertanian
ruhi kemiskinan, hasil estimasi dua fungsi ya- dipengaruhi positif oleh jumlah penduduk me-
itu nilai estimasi produktivitas pertanian dan lek huruf yang berumur 15 tahun ke atas dan
nilai estimasi penduduk yang bekerja di sektor rasio panjang jalan terhadap luas wilayah, na-
nonpertanian serta jumlah populasi dijadikan mun dipengaruhi secara negatif oleh upah mi-
variabel penjelas jumlah penduduk miskin. Se- nimum. Untuk mempermudah estimasi, penu-
perti yang terlihat pada Gambar 2, dari proses lis memiliki asumsi bahwa jumlah penduduk
tersebut faktor yang memengaruhi kemiskinan yang bekerja di sektor nonpertanian tidak ter-
dapat diestimasi secara simultan. masuk kategori nonmiskin.
Untuk persamaan pertama, penulis mela- Persamaan kelima, penulis melakukan esti-
kukan estimasi jumlah jaringan irigasi terha- masi nilai produksi sektor pertanian terhadap
dap pengeluaran pemerintah daerah yang di- jumlah jaringan irigasi, rasio panjang jalan ter-
alokasikan di bidang infrastruktur pada tahun hadap luas wilayah, dan jumlah penduduk ber-
t − 1. Pada model ini, penulis memiliki hipote- umur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor
sis bahwa pengeluaran pemerintah daerah yang pertanian. Pada model ini, penulis memiliki hi-
dialokasikan ke bidang infrastruktur berpenga- potesis bahwa nilai produksi sektor pertanian
ruh positif terhadap penambahan jumlah ja- dipengaruhi positif oleh jumlah jaringan iriga-
ringan irigasi. si, rasio panjang jalan terhadap luas wilayah,
Selanjutnya, untuk persamaan kedua, penu- dan jumlah penduduk yang bekerja di sektor
lis melakukan estimasi rasio panjang jalan ter- pertanian.
hadap pengeluaran pemerintah daerah yang di- Pada persamaan kelima, penulis menyada-
alokasikan di bidang infrastruktur pada tahun ri bahwa jumlah penduduk melek huruf da-
t − 1. Pada model ini, penulis memiliki hipote- pat pula memengaruhi nilai produksi pertani-
sis bahwa pengeluaran pemerintah daerah yang an. Namun, dalam hal ini penulis tidak mema-
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 46
Gambar 2: Ilustrasi Efek Pengganda Pengeluaran Pemerintah Daerah untuk
Pendidikan dan Infrastruktur terhadap Kemiskinan

sukkan variabel tersebut karena dari berbagai model dapat diestimasi karena suatu persama-
literatur yang dirujuk, pengaruhnya tidak da- an dari sistem simultan hanya dapat diestimasi
pat dirasakan dalam waktu cepat. apabila persamaan itu setidaknya teridentifika-
Persamaan keenam, penulis mencoba mela- si dengan tepat.
kukan estimasi jumlah penduduk miskin ter- Tahap selanjutnya, karena data yang digu-
hadap jumlah penduduk berumur 15 tahun nakan adalah data panel, maka penulis mela-
ke atas yang bekerja di sektor nonpertanian kukan pemilihan model data panel yang te-
dan produktivitas sektor pertanian. Pada mo- pat antara Pooled Least Square (PLS), Fixed
del ini, penulis memiliki hipotesis bahwa pe- Effect (FE), atau Random Effect (RE) un-
nambahan jumlah penduduk miskin dipenga- tuk Persamaan (1), (2), (3), dan (6). Baltagi
ruhi secara negatif oleh jumlah penduduk yang (2008) menyatakan bahwa dengan mengguna-
bekerja di sektor nonpertanian dan estimasi kan FE dan RE, maka efek karakteristik indivi-
produktivitas sektor pertanian. du yang tidak terobservasi (individual-specific
Prosedur estimasi studi ini akan mengikuti effect) oleh PLS dapat diatasi. Sementara itu,
langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, pe- untuk Persamaan (4) dan (5), menurut Balta-
nulis membentuk model ekonomi dari modifi- gi (2008), variabel bebas yang bersifat endo-
kasi model Fan et al. (2004). Dengan modifikasi gen akan menjadi masalah serius dalam esti-
model tersebut selanjutnya penulis melakukan masi model.
uji simultan. Sesuai dengan Pindyck dan Ru- Oleh karena itu, dalam mengestimasi persa-
binfeld (1998), uji simultan Hausman dapat di- maan yang sifat keendogenan atau kesimultan-
lakukan untuk memastikan variabel yang didu- an tidak dapat menggunakan estimasi Ordi-
ga memiliki sifat endogen atau terbukti bahwa nary Least Square (OLS). Dengan demikian
model memiliki hubungan simultan antarvari- untuk mengestimasi persamaan simultan ini
abel. Langkah berikutnya adalah uji identitas dilakukan dengan menggunakan Fixed Effect
dengan metode ordo untuk memastikan bahwa Two Stage Least Square (FE2SLS) atau Ran-
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 47

dom Effect Two Stage Least Square (EC2SLS). multanan menunjukkan ada lima variabel teri-
Pada pemilihan model data panel dan pa- kat yaitu irigasi, jalan, literacy, nonpetani, dan
nel simultan, penulis menggunakan pengujian produksi. Kedua, dengan uji identitas, keenam
Restricted R2 , Hausman, dan Lagrange Multi- model menunjukkan model over-identified se-
plier. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, se- hingga dapat dilakukan pengujian mengguna-
lanjutnya dievaluasi untuk mendapatkan nilai kan sistem simultan. Ketiga, dalam pemilihan
estimasi yang tepat agar koefisien yang dida- model data panel, model pertama (jaringan iri-
patkan efisien serta tidak bias. gasi desa) menggunakan model FE; sedangkan
Menurut Baltagi (2008), dasar pembentuk- model kedua (rasio panjang jalan terhadap luas
an model data panel masih menggunakan least wilayah), model ketiga (literacy rate), dan mo-
square. Lalu menurut Pindyck dan Rubinfeld del keenam (jumlah penduduk miskin) meng-
(1998), dasar pembentukan model simultan ju- gunakan model RE.
ga menggunakan least square. Oleh karena itu, Sementara itu, model keempat (jumlah pen-
dalam mengevaluasi hasil model persamaan da- duduk yang bekerja di sektor nonpertanian)
ta panel dan panel simultan dapat dilakukan dan model kelima (nilai produksi sektor perta-
melalui pendekatan least square. nian) menggunakan model Random Effect Sta-
Dalam teori evaluasi, hasil regresi OLS men- ge Least Square (EC2SLS). Keempat, setelah
cakup kriteria ekonomi, kriteria statistika, dan melakukan pengujian BLUE, semua model pe-
kriteria ekonometrika. Secara ringkas dapat di- nelitian ini dapat menghasil- kan estimasi yang
jelaskan bahwa di dalam menguji kriteria eko- BLUE.
nomi hal yang perlu dilakukan adalah menge- Hasil estimasi sistem persamaan panel
valuasi tanda dari slope, apakah sudah sesuai simultan-data panel disajikan penulis pada Ta-
dengan teori atau belum. bel 3. Mayoritas nilai koefisien pada hasil esti-
Berdasarkan kriteria statistika, terdapat ti- masi signifikan pada taraf 1%, selanjutnya pa-
ga uji yang harus dilakukan yaitu uji koefisien da taraf 5% dan 10%.
regresi secara bersama-sama (uji F), uji koefi- Persamaan pertama menyatakan bahwa de-
sien regresi secara parsial (uji t), dan uji suai ngan taraf signifikansi sebesar 1%, pengeluar-
model (Goodness of Fit). Sedangkan berdasar- an Pemerintah Daerah yang dialokasikan di
kan kriteria ekonometrika terdapat tiga kriteria bidang infrastruktur pada tahun t − 1 dapat
yang harus dipenuhi oleh koefisien regresi un- memengaruhi jumlah jaringan irigasi di setiap
tuk dikatakan sebagai koefisien yang Best Li- provinsi.
near Unbiased Estimator (BLUE) yaitu bebas
Penambahan 1% pengeluaran Pemerintah
dari multikolinearitas, bebas dari heteroskedas-
Daerah yang dialokasikan di bidang infrastruk-
tisitas, dan bebas dari otokorelasi.
tur pada tahun t−1 akan membuat penambah-
Setelah dievaluasi maka dapat dipastikan
an jaringan irigasi sebesar 0,046% dengan efek
bahwa hasil estimasi sudah tepat dan nilai yang
beragam dan dengan asumsi variabel lainnya
digunakan tidak bisa diragukan lagi. Berda-
tidak berubah (ceteris paribus). Sementara itu,
sarkan penjelasan proses tahapan estimasi di
dengan nilai R2 sebesar 0,32 artinya 32% vari-
atas, penelitian tersebut dapat dijelaskan seca-
asi dari nilai variabel terikat dapat dijelaskan
ra ringkas dengan Gambar 3.
oleh variasi nilai dari variabel bebasnya.
Pengeluaran Pemerintah Daerah yang dia-
Hasil dan Analisis lokasikan di bidang infrastruktur pada tahun
t−1 dapat memengaruhi jumlah jaringan iriga-
Hasil estimasi dapat diringkas sebagai berikut. si sesuai dengan hipotesis awal penulis. Jaring-
Pertama, model ekonomi yang telah diuji kesi- an irigasi merupakan salah satu barang publik,
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 48
Gambar 3: Strategi Estimasi Model

maka pengadaannya menjadi tanggung jawab gam di setiap provinsi dan dengan asumsi va-
dari pemerintah, dalam studi ini Pemerintah riabel lainnya tidak berubah (ceteris paribus).
Daerah. Sementara itu, dengan nilai R2 sebesar 0,19 ar-
Dengan demikian, ketika Pemerintah Daerah tinya 19% variasi dari nilai variabel terikat da-
menambah pengeluarannya yang dialokasikan pat dijelaskan oleh variasi nilai dari variabel
di bidang infrastruktur, maka jumlah jaringan bebasnya.
irigasi juga seharusnya bertambah. Sementara Sama seperti jaringan irigasi, jalan merupa-
itu, suatu pengadaan barang (investasi) oleh kan salah satu barang publik, maka penga-
pemerintah yang diselesaikan pada tahun yang daannya menjadi tanggung jawab pemerin-
sama memiliki kemungkinan yang sangat kecil tah. Oleh karena itu, penambahan pengeluaran
sehingga pengeluaran pada tahun ini minimal yang dialokasikan di bidang infrastruktur oleh
baru dapat dirasakan oleh masyarakat setahun Pemerintah Daerah seharusnya mampu mem-
setelahnya. buat penambahan rasio panjang jalan terhadap
Persamaan kedua menyatakan bahwa de- luas wilayah.
ngan taraf signifikansi sebesar 1%, pengeluar- Sementara itu, suatu pengadaan barang (in-
an Pemerintah Daerah yang dialokasikan di bi- vestasi) oleh pemerintah diselesaikan pada ta-
dang infrastruktur pada tahun t − 1, dapat me- hun yang sama sangatlah kecil kemungkinan,
mengaruhi rasio panjang jalan terhadap luas maka pengeluaran pada tahun ini untuk mem-
wilayah di setiap provinsi. bangun jalan minimal baru dapat dirasakan
Penambahan sebesar 1% pengeluaran Peme- oleh masyarakat setahun setelahnya.
rintah Daerah yang dialokasikan di bidang in- Persamaan ketiga menyatakan bahwa de-
frastruktur pada tahun t − 1 akan membuat ngan taraf signifikansi sebesar 1%, pengeluar-
penambahan rasio panjang jalan terhadap lu- an Pemerintah Daerah yang dialokasikan di bi-
as wilayah sebesar 1,065% dengan efek bera- dang pendidikan pada tahun t − 1 dapat me-
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 49
Tabel 3: Hasil Estimasi Model Penelitian: Model Data Panel dan Panel Simultan

Persamaan
Variabel Bebas
Irigasi Jalan Literacy Nonpetani Produksi Kemiskinan
Konstanta 10,238 25,075 85,526 0,159 13,434 2,880
(0 ,2209)*** (0,0027)*** (2,4416)*** (1,6109) (0,8335)*** (1,42032)**
Infrastruktur t − 1 0,046 1,065
(0,0163)*** (0,2764)***
Pendidikan t − 1 0,473
(0,1293)***
Literacy 0,066
(0,0200)***
Jalan 0,027 0,005
(0,0067)*** (0,023)**
Upah -0,053
(0,0876)
Irigasi 0,227
(0,0718)***
Lahan 0,379
(0,0878)***
Petani 0,089
(0,0699)
Nonpetani -0,128
(0,0784)*
Produktivitas -0,231
(0,1356)*
Pop 0,778
(0,0949)***
Adjusted R2 0,32 0,19 0,12 0,29 0,73 0,84
Keterangan: * Signifikan pada taraf 10%
Keterangan—:** Signifikan pada taraf 5%
Keterangan—:*** Signifikan pada taraf 1%

mengaruhi jumlah penduduk melek huruf yang dak memintanya. Di samping itu, pendidikan
berumur 15 tahun ke atas. dapat memberikan eksternalitas positif sehing-
ga butuh peran pemerintah seperti memberik-
Penambahan 1% pengeluaran Pemerintah
an subsidi.
Daerah yang dialokasikan di bidang pendidikan
pada tahun t − 1 akan membuat penambahan Jika jumlah penduduk melek huruf yang ber-
jumlah penduduk melek huruf yang berumur umur 15 tahun ke atas dapat dipengaruhi oleh
15 tahun ke atas sebesar 0,48% dengan efek pengeluaran Pemerintah Daerah yang dialoka-
beragam dan dengan asumsi variabel lainnya sikan di bidang pendidikan pada tahun t − 1,
tidak berubah (ceteris paribus). Sementara itu, maka hal tersebut dapat diterima dan sesuai
dengan nilai R2 sebesar 0,12 artinya 12% vari- dengan hipotesis.
asi dari nilai variabel terikat dapat dijelaskan
Tentunya pengeluaran Pemerintah Daerah
oleh variasi nilai dari variabel bebasnya.
yang dikeluarkan yang dialokasikan di bidang
Secara teori ekonomi, pendidikan merupa- pendidikan tidak dapat dirasakan langsung pa-
kan merit goods. Musgrave (1959) menyebut- da tahun yang sama, sama seperti investasi pe-
kan merit goods adalah barang-barang yang se- merintah di bidang lainnya, yaitu jalan dan iri-
harusnya disediakan meskipun masyarakat ti- gasi, minimal baru bisa dirasakan pada satu
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 50

tahun setelahnya. luas dan penduduk tidak hanya menjual bahan


Persamaan keempat menyatakan bahwa de- mentah, namun bisa membuat produk turunan
ngan taraf signifikansi sebesar 1%, jumlah pen- dari hasil produksi tersebut.
duduk melek huruf yang berumur 15 tahun ke Persamaan kelima menyatakan bahwa de-
atas dan rasio panjang jalan terhadap luas wi- ngan taraf signifikansi sebesar 1%, jumlah ja-
layah dapat memengaruhi jumlah penduduk ringan irigasi dan jumlah lahan sektor perta-
yang bekerja di sektor nonpertanian. Namun, nian dapat memengaruhi nilai produksi sek-
upah minimum yang tidak signifikan, pada ta- tor pertanian. Dengan taraf signifikansi sebe-
raf signifikansi sebesar 1%, 5%, atau 10%, me- sar 5%, rasio panjang jalan terhadap luas wila-
mengaruhi jumlah penduduk yang bekerja di yah dapat memengaruhi nilai produksi sektor
sektor nonpertanian. Sementara itu, dengan ni- pertanian di setiap provinsi. Namun, jumlah
lai R2 sebesar 0,29 artinya 29% variasi dari ni- penduduk yang bekerja di sektor pertanian ti-
lai variabel terikat dapat dijelaskan oleh variasi dak signifikan, pada taraf 1%, 5%, atau 10%,
nilai dari variabel bebasnya. memengaruhi nilai produksi sektor pertanian.
Penambahan 1% jumlah penduduk melek Sementara itu, dengan nilai R2 sebesar 0,73 ar-
huruf yang berumur 15 tahun ke atas akan tinya 73% variasi dari nilai variabel terikat da-
membuat penambahan jumlah penduduk yang pat dijelaskan oleh variasi nilai dari variabel
bekerja di sektor nonpertanian sebesar 0,066% bebasnya.
dengan efek beragam dan dengan asumsi vari- Penambahan 1% jumlah lahan sektor perta-
abel lainnya tidak berubah. nian akan membuat penambahan nilai produk-
Sementara itu, penambahan 1% rasio pan- si sektor pertanian sebesar 0,4% dengan efek
jang jalan terhadap luas wilayah akan membu- beragam dan dengan asumsi variabel lainnya
at penambahan jumlah penduduk yang bekerja tidak berubah (ceteris paribus).
di sektor nonpertanian sebesar 0,027% dengan Penambahan 1% jumlah jaringan irigasi ak-
efek beragam dan dengan asumsi variabel lain- an membuat penambahan nilai produksi sektor
nya tidak berubah. pertanian sebesar 0,23% dengan efek beragam
Pengaruh kenaikan 1% nilai variabel bebas dan dengan asumsi variabel lainnya tidak ber-
terhadap penambahan nilai variabel terikat pa- ubah (ceteris paribus).
ling besar diberikan oleh variabel jumlah pen- Penambahan 1% rasio panjang jalan terha-
duduk melek huruf yang berumur 15 tahun ke dap luas wilayah akan membuat penambahan
atas. nilai produksi sektor pertanian sebesar 0,005%
Menurut penulis, dengan peningkatan pen- dengan efek beragam dan dengan asumsi vari-
didikan, masyarakat dapat membuka lapang- abel lainnya tidak berubah (ceteris paribus).
an kerja di sektor nonpertanian. Misalnya, ber- Dapat disimpulkan bahwa lahan sektor per-
kembangnya ide dan kreativitas untuk menjadi tanian paling besar pengaruhnya terhadap nilai
wirausahawan. Meningkatnya jumlah wirausa- produksi sektor pertanian, lalu jaringan irigasi
ha akan membuat jumlah penduduk yang be- dan jalan.
kerja di sektor nonpertanian bertambah lebih Sedangkan, penambahan petani atau ba-
besar. nyaknya petani tidak signifikan, pada taraf
Penambahan panjang jalan akan memberi- 1%, 5%, atau 10% dapat memengaruhi nilai
kan akses suatu wilayah ke wilayah lain sema- produksi sektor pertanian, dikarenakan jumlah
kin luas sehingga dapat membuka peluang pen- penduduk yang bekerja di sektor pertanian ti-
duduk untuk bekerja di sektor nonpertanian. dak berpengaruh secara signifikan (namun me-
Selain itu, penambahan panjang jalan dapat miliki pengaruh positif). Hal ini disebabkan ti-
membantu distribusi hasil pertanian semakin dak adanya penambahan teknologi, serta pe-
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 51

ngembangan dan penelitian di sektor pertanian Sementara itu, penambahan 1% jumlah pen-
seiring dengan penambahan jumlah penduduk duduk yang bekerja di sektor nonpertanian a-
yang bekerja di sektor pertanian. Di samping kan membuat pengurangan jumlah penduduk
itu, menurut Ikhsan (2011) kondisi pertanian miskin sebesar 0,13% dengan efek beragam dan
di Indonesia ketika terlalu banyak jumlah pe- dengan asumsi variabel lainnya tidak berubah
tani dapat membuat Marginal Productivity of (ceteris paribus).
Labor (MPL) sektor pertanian rendah. Pada model keenam dapat disimpulkan bah-
Besar nilai produksi sektor pertanian ber- wa pengaruh terbesar pada jumlah penduduk
dasarkan besarnya kuantitas produksi sektor miskin adalah jumlah penduduk (populasi).
pertanian. Oleh karena itu, faktor yang sangat Maka dari itu, mengendalikan jumlah pendu-
berpengaruh atas banyak atau sedikitnya ku- duk dapat dilakukan dengan mengendalikan
antitas produksi sektor pertanian adalah yang jumlah kelahiran. Dengan jumlah penduduk
paling dekat dengan proses produksi, maka jika yang tepat, maka baik untuk perekonomian.
pengaruh lahan sektor pertanian dan jaringan Sementara itu, produktivitas sektor perta-
irigasi memiliki pengaruh yang besar terhadap nian merupakan faktor nomor dua yang me-
nilai produksi pertanian daripada jalan bisa sa- mengaruhi jumlah penduduk miskin, sebelum
ja benar. Sedangkan jalan memiliki hubungan jumlah penduduk yang bekerja di sektor non-
positif yang signifikan terhadap nilai produk- pertanian. Oleh karena itu, jika pemerintah
si pertanian dikarenakan panjang jalan dapat meningkatkan produktivitas sektor pertanian,
membuka aksesibilitas dan mengurangi biaya maka jumlah penduduk miskin secara signifik-
petani dalam menjual hasil produksi pertani- an akan turun.
annya. Sementara itu, produktivitas sektor pertani-
Persamaan keenam menyatakan bahwa de- an dengan signifikan memengaruhi kemiskinan
ngan taraf signifikansi sebesar 1%, jumlah pen- menandakan pula bahwa dengan meningkat-
duduk dapat memengaruhi jumlah penduduk kan produktivitas sektor pertanian, maka pe-
miskin. Pada taraf signifikansi sebesar 10%, merintah dapat menurunkan jumlah kemiskin-
angka produktivitas pekerja (produksi perta- an. Hasil ini sejalan dengan hasil Fan et al.
nian estimasi per jumlah petani) dan jumlah (2000) bahwa pengeluaran pemerintah di sek-
penduduk yang bekerja di sektor nonpertanian tor pertanian dapat meningkatkan produktivi-
dapat memengaruhi jumlah penduduk miskin. tas sektor pertanian, yang pada gilirannya da-
Sementara itu, dengan nilai R2 sebesar 0,84 ar- pat mengurangi kemiskinan.
tinya 84% variasi dari nilai variabel terikat da-
pat dijelaskan oleh variasi nilai dari variabel Analisis
bebasnya.
Dalam menghitung efek pengganda Pengelu-
Penambahan 1% jumlah penduduk akan aran Pemerintah Daerah yang dialokasikan di
membuat penambahan jumlah penduduk mis- bidang infrastruktur dan pendidikan terhadap
kin sebesar 0,78% dengan efek beragam dan kemiskinan dapat diringkas seperti pada Gam-
dengan asumsi variabel lainnya tidak berubah bar 4.
(ceteris paribus). Dalam menganalisis efek pengganda Penge-
Penambahan 1% angka produktivitas pe- luaran Pemerintah Daerah terhadap kemiskin-
kerja (produksi estimasi/jumlah petani) akan an yang lebih rinci, dibagi ke dalam dua pen-
membuat pengurangan jumlah penduduk mis- dekatan yaitu (1) efek pengganda Pengeluar-
kin sebesar 0,23% dengan efek beragam dan an Pemerintah Daerah yang dialokasikan di bi-
dengan asumsi variabel lainnya tidak berubah dang pendidikan terhadap kemiskinan dan (2)
(ceteris paribus). efek pengganda Pengeluaran Pemerintah Dae-
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 52
Gambar 4: Ilustrasi Efek Pengganda Pengeluaran Pemerintah Daerah untuk Pendidikan dan Infrastruktur
terhadap Kemiskinan

rah yang dialokasikan di bidang konstruksi ter-


hadap kemiskinan.
 
dkemiskinan ∂kemiskinan
= (7)
dtpendidikan ∂nonpetani
 
∂nonpetani
Efek Pengganda Pengeluaran Pemerin- x
∂literacy
tah Daerah Bidang Pendidikan terhadap  
Kemiskinan ∂literacy
x
∂tpendidikan
Pengeluaran Pemerintah Daerah yang di- = (0, 473)x(−0, 128)x(0, 066)
alokasikan di bidang pendidikan memiliki
pengaruh efek pengganda sebesar 0,004 satuan = −0, 00399 ≈ −0, 004
terhadap jumlah penduduk miskin. Ketika Misalkan Pengeluaran Pemerintah Daerah
total pengeluaran pemerintah dialokasikan yang dialokasikan ke bidang pendidikan pada
ke bidang pendidikan bertambah 1% maka tahun t − 1 sebesar 1 triliun dan jumlah pen-
jumlah penduduk miskin akan berkurang duduk miskin sebanyak 1 juta jiwa. Jika Pe-
sebesar 0,004% dengan efek beragam di setiap ngeluaran Pemerintah Daerah pada tahun t−1
provinsi dan dengan asumsi variabel lainnya naik sebesar 1% yaitu 10 miliar, maka pengu-
tidak berubah (ceteris paribus). Hal ini dapat rangan jumlah penduduk miskin sebanyak 40
dilihat pada Gambar 4. Berikut ringkasan jiwa. Jika dibandingkan per satu orang pendu-
dalam perhitungannya: duk miskin, maka satu orang penduduk miskin
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 53

butuh sebesar Rp250 juta untuk keluar dari ga- = −0, 0078 ≈ −0, 008
ris kemiskinan. Jika dibandingkan, maka terli- Misalkan Pengeluaran Pemerintah Daerah
hat pengurangan satu orang penduduk miskin yang dialokasikan ke bidang infrastruktur pada
oleh Pengeluaran Pemerintah Daerah yang dia- tahun t−1 sebesar Rp1 triliun dan jumlah pen-
lokasikan ke bidang pendidikan pada tahun t−1 duduk miskin sebanyak satu juta jiwa. Jika Pe-
sangat besar. Hal ini dikarenakan dalam mela- ngeluaran Pemerintah Daerah pada tahun t−1
kukan studi ini penulis menggunakan Pengelu- naik sebesar 1% yaitu sepuluh miliar, maka pe-
aran Pemerintah Daerah yang dialokasikan ke ngurangan jumlah penduduk miskin sebanyak
bidang pendidikan sehingga tidak spesifik un- 80 jiwa. Jika dibandingkan per satu orang pen-
tuk biaya operasional atau bantuan ke siswa. duduk miskin, maka satu orang penduduk mis-
Di samping itu, butuh waktu yang lebih lama kin butuh sebesar Rp128,2 juta untuk keluar
untuk melihat dampaknya. dari garis kemiskinan. Jika dibandingkan, ma-
ka terlihat pengurangan satu orang penduduk
Efek Pengganda Pengeluaran Pemerin- miskin oleh pengeluaran pemda yang dialoka-
tah Daerah Bidang Infrastruktur terha- sikan ke bidang infrastruktur pada tahun t − 1
dap Kemiskinan melalui Jalan dan Irigasi sangat besar. Hal ini
Pengeluaran Pemerintah Daerah yang dia- dikarenakan dalam melakukan studi ini penulis
lokasikan ke bidang infrastruktur memiliki menggunakan Pengeluaran Pemerintah Daerah
pengaruh efek pengganda sebesar 0,008 satuan pada bidang infrastruktur sehingga tidak spe-
terhadap jumlah penduduk miskin. Ketika sifik untuk jalan dan irigasi. Di samping itu,
pengeluaran Pemerintah Daerah yang dialoka- butuh waktu yang lebih lama untuk melihat
sikan ke bidang infrastruktur bertambah 1%, dampaknya.
maka jumlah penduduk miskin akan berkurang
sebesar 0,008% dengan efek beragam di setiap Analisis Efek Pengganda Pengeluaran
provinsi dan dengan asumsi variabel lainnya Pemerintah Daerah terhadap Produkti-
tidak berubah (ceteris paribus). Hal ini seperti vitas Pertanian
terlihat pada Gambar 4. Berikut ringkasan Pengeluaran Pemerintah Daerah yang dialoka-
dalam perhitungannya: sikan ke bidang infrastruktur memiliki penga-
ruh efek pengganda sebesar 0,016 satuan terha-
dkemiskinan dap produktivitas pertanian. Ketika total pe-
= (A + B)C + DEF (8)
dtinfras ngeluaran pemerintah dialokasikan ke bidang
infrastruktur bertambah 1%, maka produktivi-
Keterangan simbol: tas pertanian akan bertambah sebesar 0,0157%
   
A = ∂nonpetani x ∂nonpetani
∂kemiskinan dengan efek beragam dan dengan asumsi vari-
   ∂jalan  abel lainnya tidak berubah (ceteris paribus).
B = ∂produktivitas x ∂produksi
∂kemiskinan
∂jalan Hal ini seperti terlihat pada Gambar 5.
 
∂jalan
C = ∂tinfras Misalkan, Pengeluaran Pemerintah Daerah
  yang dialokasikan ke bidang infrastruktur pada
∂kemiskinan
D = ∂produktivitas tahun t − 1 sebesar 1 triliun dan nilai produksi
pertanian sebesar Rp1 miliar. Jika pengeluaran
 
E = ∂produktivitas
 ∂irigasi  pemerintah daerah pada tahun t − 1 naik sebe-
F = ∂irigasi
∂tinfras sar 1% yaitu 10 miliar, maka penambahan nilai
produksi pertanian sebanyak Rp157 ribu. Jika
= ((((−0, 128) x (0, 027)) + (−0, 231) x (0, 005))) dibandingkan per seribu rupiah nilai pertani-
x (1, 065) + ((−0, 231) x (0, 227) x (0, 046)) an, maka seribu rupiah nilai pertanian butuh
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 54

sebesar Rp63,7 juta. Jika dibandingkan, maka Simpulan


terlihat peningkatan seribu rupiah pada penge-
luaran pemerintah daerah yang dialokasikan ke Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah
bidang infrastruktur pada tahun t − 1 melalui pengeluaran pemerintah daerah yang dialoka-
jalan dan irigasi yang sangat besar. Hal ini di- sikan di bidang pendidikan dan infrastruktur
karenakan dalam melakukan studi ini penulis (irigasi dan jalan) dapat memengaruhi produk-
menggunakan pengeluaran pemerintah daerah tivitas pertanian dan jumlah penduduk mis-
pada bidang infrastruktur sehingga tidak spe- kin, apakah peningkatan produktivitas perta-
sifik untuk jalan dan irigasi. Di samping itu, nian dapat mengurangi jumlah penduduk mis-
butuh waktu yang lebih lama untuk melihat kin, serta seberapa besar efek pengganda pe-
dampaknya. Berikut ringkasan dalam perhitu- ngeluaran Pemerintah Daerah yang dialokasi-
ngannya: kan di bidang pendidikan dan infrastruktur
(irigasi dan jalan) terhadap produktivitas per-
dproduktivitas tanian dan jumlah penduduk miskin.
= (AXB) + (CXD) Berdasarkan seluruh pengujian empiris yang
dinfras
telah dilakukan, maka dapat dibuat beberapa
kesimpulan penting. Pertama, pengeluaran pe-
Keterangan simbol: merintah daerah yang dialokasikan di bidang
pendidikan dan bidang infrastruktur (irigasi

∂produktivitas
A= ∂jalan
  dan jalan) secara signifikan dapat memenga-
∂jalan
B = ∂infras ruhi produktivitas pertanian dan jumlah pen-
  duduk miskin. Kedua, produktivitas pertanian
C = ∂produktivitas
 ∂irigasi  dan jumlah pekerja di sektor nonpertanian se-
D = ∂irigasi
∂tinfras cara signifikan memiliki hubungan yang nega-
tif dengan jumlah penduduk miskin; sedang-
kan jumlah penduduk secara signifikan memi-
= (((0, 005) x (1, 065)) + ((0, 027) x (0, 046)))
liki hubungan yang positif dengan jumlah pen-
duduk miskin. Ketiga, efek pengganda terbesar
= 0, 0157 ≈ 0, 016 pengeluaran pemerintah daerah terhadap ke-
miskinan adalah melalui jalan, diikuti dengan
literacy rate, dan yang terakhir irigasi.
Gambar 5: Ilustrasi Efek Pengganda Pengeluaran
Studi ini mengalami beberapa keterbatasan.
Pemerintah Daerah Bidang Infrastruktur terhadap
Produktivitas Pertanian Pertama, studi ini tidak memperhitungkan efek
komplementer. Menurut Ikhsan (2010), bah-
wa terdapat komplementer dari investasi dalam
barang publik dan infrastruktur. Sebagai con-
toh, investasi dalam riset pertanian akan meng-
hasilkan tingkat pengembalian yang jauh lebih
tinggi jika dilengkapi dengan pembangunan in-
frastruktur. Selain itu, mobilitas penduduk di
wilayah yang tidak didukung oleh infrastruk-
tur yang memadai akan tetap rendah meski-
pun tingkat pendidikannya baik. Kedua, dalam
studi ini penulis tidak hanya memasukkan pen-
duduk yang bekerja di sektor pertanian saja,
melainkan juga memasukkan penduduk yang
A. Suwardi/Pengeluaran Pemerintah Daerah... 55

bekerja di sektor perkebunan, perikanan, dan [9] Ikhsan, M. (2010). Kebijakan Ekonomi Makro
perburuan. Ketiga, studi ini menggunakan da- Khususnya Stabilisasi Harga dan Penanggulang-
an Kemiskinan. Pidato pada Upacara Pengukuhan
ta pengeluaran Pemerintah Daerah yang dialo-
sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi
kasikan di bidang pendidikan dan infrastruktur FEUI. Depok: FEUI.
secara agregat tidak spesifik untuk jalan, iriga- [10] Ikhsan, M. (2011). Transformasi Ketenagakerjaan
si, dan operasional sekolah. dan Keluar dari Perangkap Kemiskinan. Keynote
Speech Seminar 3 FEUI, Depok.
[11] Musgrave, R.A. (1959). The Theory of Public Fi-
nance. New York: McGraw-Hill.
Daftar Pustaka [12] Pindyck, R.S. & Rubinfeld, D.L. (1998). Econome-
tric Models and Economic Forecasts, 4th ed. New
[1] Baltagi, B. (2008). Econometric Analysis of Panel
York: McGraw-Hill.
Data, 4th ed. Chichester: John Wiley.
[13] Sumarto, S., & Suryahadi, A. (2003). Agricultu-
[2] Badan Pusat Statistik. (2009). Statistik Indonesia
ral Growth and Poverty Reduction in Indonesia.
Tahun 2005–2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
In Fabio Bresciani & Alberto Valdes (Eds.), Be-
[3] Fan, S., Hazell, P. & Thorat, S. (2000). Gover-
yond Food Production: The Role of Agricultural
nment Spending, Growth and Poverty in Rural In-
in Poverty Reduction. Cheltenham, UK.: Food and
dia. American Journal of Agricultural Economics,
Agriculture Organization of the United Nations.
82 (4), 1038–1051.
[14] Tian, W., Xiuqing, W., & Fuyan, K. (2003). Po-
[4] Fan, S., Zhang, L., & Zhang, X. (2002).
verty Alleviation Role of Agriculture in China.
Growth, Inequality, and Poverty in Rural
ROA/FAO, International Conference, Italy, Octo-
China: The Role of Public Investment. Re-
ber 2003.
search Report, 125. Washington, D.C.: In-
[15] Warr, P. (2009). Aggregate and Sectoral Pro-
ternational Food Policy Research Institute.
ductivity Growth in Thailand and Indonesia.
http://www.ifpri.org/sites/default/files/
Departmental Working Papers, 2009/10. Aus-
pubs/pubs/abstract/125/ab125.pdf. (15 Desem-
tralia: Australian National University. http://
ber 2010).
www.crawford.anu.edu.au/acde/publications/
[5] Fan, S., Zhang, L., & Zhang, X. (2002). Econo-
publish/papers/wp2009/wp_econ_2009_10.pdf.
mic Growth, Regional Differences and Poverty: a
(15 Desember 2010).
Research on the Rural Public Investment in Chi-
[16] Younger, J.S. (2010). Long term development of
na. Washington, D.C.: International Food Policy
Jakarta. Globe Asia, Agustus.
Research Institute.
[6] Fan, S., Huong, P.L., & Long, T.Q. (2004).
Government Spending and Poverty Redu-
ction In Vietnam. Project report prepared
for the World Bank funded project pro-poor
spending in Vietnam. Washington, D.C.: In-
ternational Food Policy Research Institute
and Central Institute for Economic Manage-
ment. http://siteresources.worldbank.org/
INTPRS1/Resources/383606-1106667815039/
gov_spending_vietnam.pdf. (15 Desember 2010).
[7] Fan, S., Zhang, X. & Rao, N. (2004). Pu-
blic Expenditure, Growth, And Poverty Re-
duction In Rural Uganda. Washington, D.C.:
International Food Policy Research Institute.
http://www.ifpri.org/sites/default/files/
publications/dsgdp04.pdf. (15 Desember 2010).
[8] Fan, S., Jitsuchon, S. & Methakunnavut, N.
(2004). The Importance of Public Investment for
Reducing Rural Poverty in Middle-Income
Countries: The Case of Thailand. DSGD
Discussion Paper, 7. Washington, D.C.: In-
ternational Food Policy Research Institute.
http://www.ifpri.org/sites/default/files/
publications/dsgdp07.pdf. (15 Desember 2010).

Anda mungkin juga menyukai