(SISTEM PELUMASAN)
OLEH :
i
SISTEM PELUMASAN
Untuk lebih memahami cara kerja sistem pelumasan motor diesel generator
perhatikan skema sirkuit pelumasan motor diesel generator berikut ini :
1
Aliran minyak pelumas pada setiap komponen sistem pelumasan tersebut di atas bila
dibuat ke dalam diagram alir (flow chart) adalah sebagai berikut :
2
Angka Rentantang Viskositas, Saybolt seconds
viskositas
Pada suhu 1300F Pada suhu 2100F
SAE Min Max Min Max
10 90 119
20 120 184
30 185 254
40 255 80
50 80 104
60 105 124
70 125 150
Residu karbon adalah jumlah karbon yang tertinggal setelah zat yang dapat
menguap telah diuapkan dan terbakar dengan pemanasan minyak. Ini akan
menunjukkan jumlah karbon yang dapat diendapkan dalam mesin yang akan
mengganggu operasi.
Titik nyala adalah suhu pada saat uap minyak diatas minyak akan menyala
kalau dikenai api kecil. Titik nyala dari minyak lumas di tentukan dengan
metode yang sama seperti yang digunakan untuk minyak bahan bakar. Titik
nyala dari berbagai minyak lumas diesel bervariasi dari 340 sampai 430 F.
Air endapan adalah minyak diuji dengan pemusingan dan harus bebas dari
air dan endapan. Tentu saja tidak boleh ada kotoran dalam penyediaan
minyak lumas. Sebagian besar dari wadah minyak terbuka pada instalasi
diesel yang ada, tetap dalam keadaan terbuka. Kotoran akan terikat dan
masuk ke dalam minyak kemudian tinggal didalam saluran minyak.
Keasaman adalah minyak lumas harus menunjukkan reaksi netral kalau diuji
dengan kertas litmus. Minyak yang asam cenderung mengkorosi atau
melubangi bagian mesin dan membentuk emulsi dengan air serta membentuk
lumpur dengan karbon.
3
Emulsi adalah campuran minyak dengan air yang tidak terpisah menjadi
komponennya, yaitu minyak dan air disebut disuatu emulsi. Minyak lumas
tidak boleh membentuk emulsi dengan air. Kalau dikocok dengan air harus
segera terpisah darinya. Kemampuan untuk memisah ini terutama penting
setelah minyak digunakan untuk beberapa waktu.
Oksidasi adalah minyak tidak boleh memiliki kecenderungan yang kuat
untuk teroksidasi, karena oksidasi menyebabkan pembentukan lumpur.
Oksidasi dan pembentukan lumpur dalam carter atau dimana saja dalam
sistem pelumasan mesin diesel tidak dikehendaki, karena kemungkinannya
untuk mengganggu aliran minyak dan melemahkan pelumasan dalam bagian
yang penumpukan lumpur.
Abu (ASH) dalam minyak adalah ukuran benda yang dapat menyebabkan
pengikisan atau kemacetan dari bagian bergerak yang bersinggungan.
Belerang adalah belerang bebas atau campuran korosi dari belerang tidak
diperbolehkan dalam minyak lumas karena mereka mempunyai
kecenderungan untuk membentuk asam dengan uap air. Campuran bukan
korosi dari belerang diperbolehkan sampai batas tertentu.
V. Komponen-komponen Utama Sistem pelumasan
1. Oil Pump
Oil pump menghisap oli dari crankcase dan menyalurkan keseluruh
komponen mesin. Oil filter dipasangkan pada lubang masuk pompa oli
(oil pump inlet) untuk menyaring kotoran-kotoran. Pada Colt Diesel untuk
engine 4D31 dan 4D34 oil pump digerakkan oleh camshaft skew gear.
Sedangkan untuk engine 4D33 oil pump digerakkan oleh camshaft gear.
Oil pump yang digunakan adalah model roda gigi. Pada model ini, terdapat
dua buah roda gigi yang berkaitan. Bila salah satu roda gigi berputar, maka
roda gigi lain akan ikut berputar berlawanan arah. Oleh karena itu, oli
yang terdapat diantara celah-celah dua buah roda gigi didesak dari lubang
masuk kelubang buang.
Oil pump jenis ini sangat sederhana tetapi dapat bekerja dengan
baik. Oil pump digerakkan oleh putaran crankshaft melalui crankshaft
gear yang putarannya berlawanan arah dengan putaran oil pump gear.
4
Apabila tekanan oli meningkat menjadi lebih tinggi dari tekanan standar,
oli akan dikembalikan ke oil pump oleh kerja relief valve. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kemacetan pada sistem pelumasan oleh karena
tekanan yang berlebihan. Relief valve dipasang pada oil pump.
Oil cooler adalah alat yang digunakan untuk merubah panas antara coolant
dan oli yang bertekanan. Oil cooler mempunyai sebuah bypass valve. Bypass
valve akan bekerja apabila kekentalan oli tinggi atau saat oil cooler element
tersumbat. Hal tersebut akan menyebabkan tahanan aliran menjadi tinggi,
sehingga bypass valve akan terbuka agar oli kembali secara langsung ke oil filter
element tanpa melalui oil cooler.
5
Gambar 5 oil cooler untuk engine 4D33
Bypass valve akan bekerja apabila kekentalan oli tinggi atau saat oil cooler
element tersumbat. Hal tersebut akan menyebabkan tahanan aliran menjadi tinggi,
sehingga bypass valve akan terbuka agar oli kembali secara langsung ke oil filter
element tanpa melalui oil cooler.
Regulator valve akan bekerja bila tekanan oli pada main oil gallery
menjadi lebih tinggi dari nilai standar. Regulator valve akan membuka agar oli
kembali ke oil pan. Dengan demikian tekanan oli akan kembali standar
6
Gambar 7 Regulator valve
3. Oil Filter
Dalam jangka waktu tertentu, oli akan kotor. Hal ini di sebabkan adanya
partikel-partikel logam, kotoran dari udara, karbon serta bahan-bahan lain yang
masuk ke dalam oli. Bagian-bagian berat akan mengendap, sedangkan bagian-
bagian yang ringan akan ikut terbawa melumasi mesin yang akan memperbesar
keausan dan kemungkinan panas yang berlebihan (over heating)
Pada oil pump cover terdapat sebuah relief valve yang berfungsi
mengembalikan oli ke oil pan apabila tekanan melebihi nilai standar. Hal ini di
lakukan untuk menghindari overload pada sistem pelumasan.
7
VI. Kondisi yang menyebabkan Oli pelumas mesin menjadi kotor :
Kotoran karbon dari pembakaran engine.
Debu dan kotoran yang terbawa masuk ke engine oleh oleh udara atau bahan
bakar.
Bagian yang halus dari logam, merupakan hasil dari keausan engine, menjadi
bercampur dengan oli.
Bahan bakar liar dan pembakaran menghasilkan kebocoran melalui ring-ring
piston kedalam ruang engkoll.
Kondensasi / pengembunan air dari udara yang melalui engine.
Tangki bahan bakar berada diatas mesin/ lebih tinggi dari mesin
(pengaliran bahan bakar dengan gaya gravitasi).
Sistem pelumasan jenis oli yang paling sederhana
Pemakaian oli boros, timbul polusi udara tinggi
Dipergunakan pada motor 2 Tak dengan kapasitas kecil.
Menggunakan oli khusus 2 Tak yang bersifat mencampur baik dengan
bensin dengan campuran 2% – 4% oli samping.
8
Gambar 9 sistem pelumasan mix
Keterangan :
9
Gambar 10 Sistem pelumasan autolube
10
Gambar 11. Sistem pelumasan percik
Cara kerja :
Saat mesin hidup, poros engkol berputar, bagian poros engkol yang
menyerupai sendok membawa minyak pelumas dan akhirnya minyak pelumas
memercik ke atas melumasi dinding silinder.
d). Sistem Pelumasan Tekan.
Minyak pelumas di dalam karter dihisap dan ditekan ke dalam bagian-
bagian yang dilumasi dengan menggunakan pompa oli. Sistem pelumasan ini
sangat cocok untuk melumasi bagian-bagian mesin yang sangat presisi. Aliran
minyak pelumas tergantung pada jumlah putaran mesin, hal ini dikarenakan
pompa oli diputarkan oleh mesin. Sistem pelumasan ini digunakan pada mesin 4
tak dan memiliki kelebihan pelumasan merata dan teratur. Minyak pelumas yang
telah melumasi bagian-bagian mesin akan kembali ke karter kembali.
11
Gambar 12 Sistem pelumasan tekan
Cara kerja :
Minyak pelumas di karter dihisap dan ditekan oleh pompa oli melalui
strainer dan dipompakan menuju bagian-bagian yang dilumasi yang sebelumnya
disaring oleh filter oli. Minyak pelumas yang telah melumasi bagian-bagian yang
dilumasi akan kembali ke karter.
VIII. Sistem pelumasan berdasarkan tempat penampung minyak pelumas :
Sistem pelumasan kering.
Penampung pelumas berada diluar mesin (Sump Tank). Di kapal sistem
pelumasan yang digunakan adalah sistem pelumasan kering yaitu sistem
pelumasan tekanan penuh yaitu minyak berasal dari tempat penampungan (sump
tank) yang disirkulasikan dengan pompa dengan tekanan tertentu kebagian-bagian
mesin yang memerlukan pelumasan kemudian minyak kembali ke tangki
penampungan (sump tank).
Pada sistem pelumasan yang digunakan di kapal sebelum menghidupkan
mesin maka diharuskan melakukan pelumasan awal engkol, torak, mahkota torak,
(piston crown), bantalan utama connecting rod, silinder, komponen penggerak
katup, turbo charge.
Sirkulasi minyak mulai diserap oleh pompa roda gigi dari tangki
penampungan (sump tank) kemudian disaring oleh saringan minyak lumas (oil
filter) kemudian minyak lumas itu didinginkan di pendingin minyak (LO Cooler)
kemudian minyak lumas tersebut melumasi bagian-bagian yang memerlukan
pelumasan itu minyak lumas kembali ke tangki penampungan (sump tank).
12
Sistem pelumasan basah.
Penampung pelumas berada didalam mesin (Carter atau Crankcase). Sistem
pelumasan ini pada mumumnya dipergunakan pada mesin kapal yang berdaya
rendah.Ini disebabkan karena konstruksinya yang masih relatif sederhana.Pada
sistem pelumasan basah pompa minyak lumas memompa minyak lumas dari bak
minyak pelumas kedalam mangkok minyak pelumas pada setiap pangkat batang
engkol bergerak mencebur ke dalam mangkok tersebut dan memercikkan minyak
pelumas dari dalam mangkok membasahi bagian-bagian yang harus dilumasi.
Umumnya bagian-bagian yang dilumasi pada motor diesel ialah semua bagian-
bagian yang saling bergesekan misalnya :
13
a. Pelumasan pada Conecting Rod, Piston dan Main Bearing
Pada pelumasan ini, terdapat lubang oli yang menghubungkan main oil
gallery ke setiap bearing. Oli mengalir masuk melalui lubang oli yang
terdapat pada crankshaft untuk melumasi connecting rod bearing kemudian
masuk melalui lubang yang terdapat pada connecting rod untuk melumasi
connecting rod small end bushing. Oli disemprotkan dari oil jet yang terdapat
pada connecting rod small end untuk melumasi piston.
14
bagian depan, kemudian masuk ke rocker shaft dan melumasi setiap
rocker bushing. Pada saat yang sama, oli memancar dari lubang yang
terdapat pada bagian atas rocker arm untuk melumasi permukaan atas
dimana terdapat valve cam dan valve stem. Oli masuk ke lubang push rod
pada cyclinder head dan crankshaft untuk melumasi cam sebelum kembali
ke oil pan.
Oli yang melewati main oil gallery mengalir melalui bagian dalam
camshaft dan idler shaft, untuk melumasi setiap gear selama berputar.
Pada bagian dalam timming gear case terdapat oil jet yang secara otomatis
15
memberikan tekanan pelumasan secara konstan. Pada idler gear, shaft
dilengkapi oil jet untuk pelumasan auto timmer.
Oil jet dipasang pada bagian bawah komponen main oil gallery
pada setiap silinder dan mendinginkan piston dengan menyemprotkan oli
kearah bagian dalam piston. Oil jet dipasang dengan check valve yang
membuka dan menutup berdasarkan tekanan yang ditentukan. Check valve
menutup pada putaran rendah, hal ini dilakukan untuk mencegah
meningkatnya tekanan volume oli pada komponen sistem pelumasan.
Pengujian ini berhubungan erat dengan aplikasi pelumas mesin diesel dan tidak
relevan pada aplikasi pelumas roda gigi, hidrolik dan turbin. Aditif basa pada
pelumas berfungsi menetralkan kondisi asam yang terjadi hasil proses
pembakaran (utamanya asam surfuric dan nitrit), asam organic dari hasil oksidasi
pelumas dalam proses penuaan (aging). Total nilai basa (TBN) pelumas
menunjukkan kemampuan pelumas dalam menetralkan kondisi keasaman pada
16
mesin.
Pemilihan nilai basa pelumas untuk suatu mesin di sesuaikan dengan
pertimbangan jenis bahan bakar yang di pakai, kandungan sulfur, dan design
mesin itu sendiri. Penurunan nilai basa pelumas bekas‐pakai (used oil) dari hasil
analisa pelumas, menunjukkan degradasi aditif basa terhadap polutan asam serta
indikasi kelayakan penggunaan kembali pelumas tersebut.
Nilai basa (TBN) pada mesin diesel jenis trunk
(trunk piston engines – bukan crosshead), akan
bertendensi turun akibat polutan dari proses
pembakaran. Tetapi nilai kesetabilan akan
tercapai pada suatu titik dan terjaga dengan
penambahan pelumas baru secara berkala
(top‐up). TBN pada bagian sistim pelumasan bearing (system oil) mesin 2 langkah
crosshead (2 con‐rod tiap piston), dapat meningkat sebagai akibat kebocoran
pelumas dengan TBN tinggi – umumnya dari kebocoran pelumas ruang bakar
pada stuffing box, atau kesalahan dalam penambahan jenis pelumas (daily
top‐up).
Penurunan TBN pelumas sekitar 50% dari nilai awal mengindikasikan masa pakai
pelumas mendekati periode penggantian. Indikasi lain yang juga dapat di jadikan
acuan; minimum nilai basa pelumas adalah tujuh kali dari nilai sulfur bbm yang di
pakai (TBN = 7 x Sulfur).
Pada kondisi pelumas seperti di atas, para produsen pelumas sering kali
menyarankan penggantian pelumas secara keseluruhan, atau sebagian lalu di
tambahkan pelumas baru agar niai basa pelumas dalam batas yang aman.
Rekomendasi ini juga sangat tergantung pada buku petunjuk masing‐masing
produsen mesin/peralatan yang di lumasi.
17
Untuk mudahnya, pedoman pemilihan TBN pelumas adalah jenis bahan bakar
yang di pakai dengan parameter utama adalah kadar sulfur, parameter lain adalah
laju konsumsi pelumas dan kapasitas bak pelumas (sump tank).
• Konsumsi pelumas yang rendah, berkaitan dengan jumlah top‐up harian yang
rendah pula
TBN yang rendah pada pelumas bekas‐pakai (used oil) menunjukkan minimnya
proteksi dari sisi pelumas terhadap resiko korosi pada bagian mesin; seputar
mahkota piston bagian atas, ring piston, dan bantalan (bearing). Hal yang sama
juga akan terjadi pada bagian mesin lainnya serta sistim pendinginan piston
dengan media pelumas.
TBN pada mesin berbahan bakar gas, sering kali menggunakan paket aditif
dengan abu yang rendah (low ash additive). Magnesium sering dipakai sebagai
aditif dalam aplikasi otomotif dengan kecendrungan menggunakan garam kalsium
(calcium salt). Pemilihan aditif jenis low ash juga di dasari resiko penyalaan dini
(pre‐ignition) dari bahan bakar gas di dalam ruang bakar. TBN dalam aplikasi
mesin BBG, dapat turun dengan cepat akibat kondisi kerja yang tinggi, terutama
pada aplikasi landfill gas – dimana bahan bakar menjadi polutan utama pada
pelumas.
Nilai Aplikasi
TBN
5 » Pelumasan system oils, pada mesin 2 tak – crosshead.
18
» Pengguna bahan bakar dengan < 0.2% sulfur, aplikasi
otomotif.
10 » Aplikasi otomotif.
Total Nilai Asam & Nilai Asam Kuat - (TAN & SAN)
19
yang tidak bergesekan. Kondisi ini akan lebih buruk bila pelumas telah
terkontaminasi dengan polutan padat, air, oksigen dan bahan bakar.
Polutan hasil oksidasi - asam organik seperti
varnish/resin, tidak mudah bereaksi dengan aditif
TBN. Varnish/resin meningkatkan kekentalan
pelumas, melapisi bagian mesin, dan harus di
hilangkan dengan teknologi penyaringan yang
baik. Nilai asam kuat (strong acid number –
SAN) adalah ukuran kekuatan asam di dalam pelumas.
SAN mengindikasikan nilai aditif alkalin pelumas mesin yang telah habis selain
menunjukkan tingkat korosi di dalam mesin. Mengukur SAN dalam pelumas
sangatlah mudah tetapi kurang lazim digunakan sebagai acuan, lebih lazim
mengamati tingkat perubahan TBN pada pelumas dari waktu ke waktu.
Total nilai asam (total acid number – TAN) adalah ukuran asam organik lemah
dan kuat di dalam pelumas. TAN berlaku pada aplikasi pelumas roda gigi, turbin
gas, dan hidrolik. Total nilai asam tidak berhubungan secara langsung dengan
pelumasan mesin bakar, kecuali bila pelumas sangat tercemar.
Pengecualian khusus pada aplikasi pelumasan mesin berbahan bakar gas. Suhu
kerja yang tinggi dapat menyebabkan TBN turun dengan cepat selain
memproduksi asam organic dalam jumlah besar. Meningkatnya TAN secara
umum berhubungan langsung dengan tingkat oksidasi pelumas akibat masa kerja
dan suhu kerja.
20
Suhu tinggi proses pembakaran mesin gas – terutama stoichiometric (1:1
air/fuel ratio) membuat TBN turun dengan cepat. Terlebih pada penggunaan
gas landfill, pelumas hanya mampu bertahan sekitar 500 jam kerja. Pada
aplikasi ini tingginya nilai asam (TAN) dan kekentalan adalah parameter
penting pengindikasi masa kerja minyak pelumas.
TAN akan naik secara perlahan pada aplikasi pelumas non‐mesin bakar.
Beberapa pelumas baru pada aplikasi non‐mesin bakar, sudah memiliki nilai
aditif asam yang akan naik atau turun setelah dipakai. Memonitor TAN
sebaiknya secara tendensi perubahan nilai dari waktu ke waktu.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.agussuwasono.com/artikel/teknologi/mechanical/426-teori-dasar-
mesin-diesel.html