JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang…......................................................................................... 1
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………………….. 30
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
31
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan berbagai macam
nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Hubungan Struktur Aktiviitas Obat Kardiovaskular”
ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah kimia medisinal tentang Hubungan Struktur Aktiviitas Obat
Kardiovaskular ini telah kami susun sedemikian rupa tentunya dengan bantuan
berbagai macam pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini sebagai salah satu syarat standar kelulusan nilai bagi
matakuliah kimia medisinal.
Namun tidak terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang
para pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita sekalian.
Penulis
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
Jantung adalah organ tubuh yang terdiri dari otot-otot yang kuat dan
memompa darah yang membawa oksigen dan membawa makanan ke seluruh
bagian tubuh. Jantung mempunyai dua arteri koroner utama dan memiliki banyak
cabang (Litbang Depkes RI, 2001).
Jantung juga merupakan salah satu organ tubuh yang vital. Jantung kiri
berfungsi memompa darah bersih (kaya oksigen atau zat asam) ke seluruh tubuh,
sedangkan jantung kanan menampung darah kotor (rendah oksigen, kaya karbon
dioksida atau zat asam arang), yang kemudian dialirkan ke paru-paru untuk
dibersihkan. Jantung normal besarnya segenggam tangan kiri pemiliknya. Jantung
berdenyut 60-80 kali per menit, denyutan bertambah cepat pada saat aktifitas atau
emosi, agar kebutuhan tubuh akan energi dapat terpenuhi. Andaikan denyutan
jantung 70 kali per menit, maka dalam 1 jam jantung berdenyut 4200 kali atau
100.800 kali sehari semalam. Tiap kali berdenyut dipompakan darah sekitar 70 cc,
jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah sebanyak kira-kira 7000 liter
(Ulfah, 2000).
Untuk memenuhi kebutuhan energi otot jantung, tersedia pembuluh darah atau
arteri koroner yang mengalirkan darah sarat nutrisi. pembuluh ini keluar dari
pangkal pembuluh darah utama/aorta, ada dua yakni arteri koroner kiri (LCA) dan
arteri koroner kanan (RCA). Masing-masing arteri koroner ini bercabang-cabang
halus ke seluruh otot jantung, untuk mensuplai energi kimiawi (Ulfah, 2000).
Menurut buku pedoman Depkes RI (2007), penyakit jantung dan pembuluh darah
merupakan suatu kelainan yang terjadi pada organ jantung dengan akibat
terjadinya gangguan fungsional, anatomis serta sistem hemodinamis. Sumber lain
mendefinisikan bahwa penyakit Jantung adalah penyakit pada jantung yang terjadi
karena adanya kelainan pada pembuluh darah jantung. Risiko terjadinya penyakit
jantung dapat dikurangi dengn menjalankan berbagai tahap untuk mencegah dan
mengontrol faktor risiko yang memperburuk terjadinya penyakit jantung atau
serangan jantung (The State Gooverment of Victoria, 2004).
Dalam arti luas yang dimaksud dengan penyakit jantung adalah penyakit
yang terdiri dari berbagai macam keadaan sakit jantung. Kejadian penyakit
jantung yang paling sering adalah penyakit jantung koroner, serangan jantung dan
kondisi sakit jantung lainnya (The State Gooverment of Victoria, 2004).
Gejalanya bisa berupa nyeri atau perasaan tidak enak di dada seperti terbakar,
tertekan, diperasperas, atau dicekik. Rasa tersebut sering menjalar ke lengan,
dagu, leher, punggung atau ke perut yang menjadi kembung, mual atau muntah.
Gejala teersebut berlangsung cukup lama (lebih dari beberapa menit) dan tidak
berkurang/hilang dengan istirahat. Bahkan sering disertai gejala lain seperti sesak
napas, tubuh terasa lemas (melayang), pucat, berkeringat dingin, berdebar-debar,
dan perasaan cemas atau takut mati (Suaramerdeka, 2002).
Jenis penyakit yang dapat digolongkan kedalam penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah menurut Depkes RI (2007), adalah:
1. Penyakit jantung koroner (PJK, penyakit jantung iskemik, serangan jantung,
2. infark miokard, angina pektoris).
3. Penyakit pembuluh darah otak (stroke, TIA (transient ischemic attack).
4. Penyakit jantung hipertensi.
5. Penyakit pembuluh darah perifer.
6. Penyakit gagal jantung.
7. Penyakit jantung rematik.
8. Penyakit jantung bawaan.
9. Penyakit kardiomiopathy
10. Penyakit jantung katub
2. Obat Aritmia
Obat antiaritmia adalah senyawa yang digunakan untuk memperbaiki atau
memodifikasi irama jantung sehingga menjadi normal.aritmia jntung disebabkan
oleh kelainan pembentukan rangsangan elektrik dan gangguan konduksi
rangsangan melalui miokardium.
Kerja obat antiaritmia adalah dengan memodifikasi secara langsung
ataupun tidak langsung makromolekul yang mengontrol aliran ion dan
transmembran miokardial. Berdasarkan kegunaannya obat antiaritmia dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu :
a. Senyawa yang digunakan untuk pengobatan takiaritmia contoh : glikosida
digitalis, disopramid, prokainamin, kuinidin, lidokain, verapamil, β-bloker,
bretilium, penghambat kolinesterase dan vaso konstriktor.
b. b. Senyawa yang digunakan untuk pengobatan bradiaritmia, contoh :
atropin dan isoproterenol.
Adapun Contoh yang memperpanjang potensi kerja yaitu amiodaron dan bretilium
tosilat.
1. Amiodaron HCl (cordarone) mempunyai efek antiadrenergik, antiangina
dan antiaritmia, digunakan secara oral untuk pengobatan aritmia
ventrikular dan supraventrikular refraktori serta untuk profilaksis angina
pektoris. Amiodaron bekerja sebagai antiangina karena dapat
meningkatkan aliran darah koroner, mengurangi konsumsi oksigen dan
mengontrol keluaran jantung. Setelah diabsorpsi dalam saluran cerna, obat
didistribusikan ke seluruh tubuh, kadar plasma tertinggi dicapai dalam
waktu 7 jam setelah pemberian oral. Obat terikat sangat kuat pada jaringan
sehingga mempunyai awal kerja sangat lambat dan masa kerja yang
panjang. Waktu paronya antara 28-30 hari.
2. Bretilium tosilat, adalah senyawa pemblok saraf adrenergik yang mula-
mula digunakan sebagai antihipertensi. Sekarang lebih banyak digunakan
sebagai antiaritmia karena dapat memperpanjang periode refraktori efektif
relatif sehingga memperpanjang potensial kerja. Bretillium tidak menekan
depolarisasi membran
3. Obat Antihipertensi
Secara garis besar obat anti hipertensi dibagi menjadi lima kelompok
sebagai berikut :
a. Senyawa penekan simpatetik
1. Senyawa dengan efek sentral, contoh : klonidin HCL, guanfasin
HCL, 1-α-metildopa.
2. Senyawa dengan efek sentral dan perifer, contoh : serbuk
raulwolfia Serpentinae, reserpine dan reskinamin.
3. Senyawa pemblok transmisi saraf efektor, contoh : bretillium
tosilat, debrisokuin sulfat, dan guanetidin monosulfat.
4. Senyawa pemblok β-adrenergik, contoh : asebutolol, atenolol,
metoprolol tartat, nadolol, oksprenol dan pindolol.
5. Senyawa pemblok α-adrenergik, contoh : doksazosin mesilat,
prazosin HCL, terazosin, dan bunahosin HCL.
6. Senyawa penghambat monoamine oksidase, contoh : pargillin
HCL.
b. Vasodilator dengan efek samping
1. Vasodilator arteri, contoh : hidralazin, dihidralazin sulfat.
2. Vasodilator vena dan arteriola, contoh : natrium nitroprusid.
c. Antagonis Angiotensin (penghambat angiotensin-converting system)
Contoh : kaptopril, enalamin maleat, lisinopril dihidrat, ramipril,
kuinapril, benazepril dan delapril.
d. Antagonis kalsium selektif
Contoh : diltiazem, felodipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, dan
verapamil.
e. Diuretika
Contoh : hidroklortiazid, politiazid, klortalidon, klopamid, indapamid
dan xipamid.
Berdasarkan mekanisme kerjanya obat hipertensi dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu obat hipertensi yang meknisme kerjanya pada saraf, pada vaskural dan
humoral.
a. Antihipertensi yang Mekanisme Kerjanya pada Saraf
Obat yang mekanisme kerjanya pada saraf dibagi menjadi empat kelompok yaitu
senyawa dengan efek sentral, senyawa dengan efek sentral dan perifer, senyawa
yang memblok transmisi saraf efektor dan senyawa penghambat monoamin.
1. Senyawa dengan Efek Sentral
Contoh : klonidin HCL, guanfasin HCL dan 1-α-metildopa
a. Klonidin HCL (catapres), mempunyai keuntungan disbanding obat
hipertensi yang lain yaitu jarang menimbulkan efek samping
hipotensi ortostatik. Klonidin juga mempunyai efek sedative,
menyebabkan kontsipasi dan mulut kering. Obat mempunyai massa
kerja cukup panjang dengan waktu paro ± 20 jam.
b. Gunfasin ( estulic), diabsorbsi dengan sempurna dalam saluran
cerna. Ikatan obat dengan protein plasma rendah ± 60 %, dan
waktu paro eliminasinya ± 18 jam, sehingga mempunyai masa
kerja yang cukup panjang. Efek samping yang ditmbulkan oleh
guanfsin adalah sedative, mulut kering da konstipasi.
c. c. α-Metildopa (tensipas,dopamet) digunakan untuk pengobatan
hipertensi yang ringan, sedang dan berat. α-metildopa
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan bekerja secara
langsung pada pusat α-adrenoresptor melalui metabolitnya yaitu
nordefrin. 2. Senyawa dengan efek sentral dan perifer
2. Senyawa dengan efek sentral dan perifer, terutama bekerja dengan
mengosongkan katekolamin, norefineprin, dan serotonin dari tempat
penyimpanan pada saraf periferdan pusat simpatetik. Contoh : reserpine,
serbuk raulwolfiae serpentinae dan reskinamin.
3. Senyawa yang Memblok Transmisi Saraf Efektor
Senyawa pemblok transmisi saraf efektor bekerja dengan mengosongkan
norefineprin dari tempat penyimpanan perifer, terjadi pemblokan aktivitas
adrenergic pada adrenoreseptor buluh rendah, yang menghasilkan
penurunan tekanan darah. Contoh : bretillium tosilat, debrisokuin sulfat
dan guanetidin monosulfat.
4. Senyawa Penghambat Monoamin Oksidase
Senyawa penghambat monoamine oksidase efektif untuk menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolic tanpa menimbulkan efek depresi.
Penghambatan enzim monoamine oksidase akan menurunkan metabolisme
ketakolamin dalam saraf dan hati, terjadi penimbunan oktopamin, suatu
transmitter dengan efek presor yang lebih rendah disbanding norefineprin.
Contoh : pargilin HCL (Eutonyl).
b. Antihipertensi yang Mekanisme Kerjanya pada Veskuler
Obat antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada veskuler dibagi
menjadi lima kelompok yaitu senyawa pemblok β-adrenergik, senyawa pemblok
α-adrenergik, vasodilator arteri, vasodilator vena dan arteriola, serta antagonis
kalsium selektif.
1. Senyawa Pemblok β-adrenergik
Mekanisme kerja antihipertensi dari senyawa pemblok β-
adrenergik (β-bloker) disebabkan oleh antagonis kompetitif dengan
katekolamin pada β-adrenoreseptor khas, terjadi pemblokan efek
rangsangan β-reseptor sehingga mengurangi daya tahan vaskuler perifer
dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Contoh : asebutolol, atenolol,
metoprolol, nadolol, oksprenolol, dan pindolol.
2. Senyawa Pemblok α-adrenergik
Mekanisme kerja antihipertensi α-bloker disebabkan oleh antagonis
kompetitif dengan katekolamin pada α-adrenoreseptor khas, terjadi
pemblokan efek rangsangan α-reseptor dan penurunan daya tahan
(menimbulkan vasodilatasi) vascular perifer, sehingga tekanan darah
menurun. Struktur kimia golongan ini sangat bervariasi, salah satu banyak
digunakan sebagai antihipertensi adalah turunan kuinazolin. Contoh :
doksazosin mesilat, prazosin HCL, terazosin, dan bunazosin HCL.
3. Vasodilator Arteri
Mekanisme kerja vasodilator arteri adalah secara langsung
mengadakan relaksasi otot polos arteriola sehingga terjadi vasodilatasi
buluh artreri perifer. Contoh : hidralazin HCL, dihidralazin sulfat, dan
minoksidil.
4. Vasodilator Vena dan Arteriola
Mekanisme kerja vasodilator vena dan arteriola adalah secara
langsung mengadakan relaksasi otot polos vena dan artreriola sehingga
terjadi vasodilatasi buluh vena dan arteri perifer yang menyebabkan
penurunan tekanan darah. contoh : natrium nitroprusid. Natrium
Nitroprusid , mudah teroksidasi, sehingga larutan harus dibuat baru dan
setelah pembuatan. Dosis : 50 mg dalam 250 ml larutan infus dektrosa 5%,
dengan kecepatan 0,5-10 μg/kgbb/menit. (struktur natrium nitroprusid)
5. Antagonis Kalsium Selektif
Antagonis kalsium bekerja secara selektif pada otot vascular, yaitu
menurunkan tonus otot polos arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh
arteri perifer yang menyebabkan penurunan darah.
Contoh : diltiazem, felodipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, dan
verapamil.
4. Obat Vasodilator
Vasodilator adalah senyawa yang dapat menyebabkan vasodilatasi buluh
darah. Efeknya ditunjukkan terutama pada buluh darah jantung atau pada bagian
tertentu sistem vascular.
Adapun Mekanisme kerja vasodilator yaitu vasodilator bekerja dengan
menurunkan tonus otot polos vaskular sehingga terjadi dilatasi arteri dan vena.
Sisi kerja beberapa vasodilator, sisi reseptor khas untuk nitrat dan nitrit (N),
senyawa pemblok β-adrenergik (A) dan natrium nitropusid (S), menimbulkan efek
vasodilatasi melelui sisi vasodilator yang umum (V). papaverin, teofilin dan
turunannya, menghambat enzim fosfodiesterase (PDE), mengubah cAMP menjadi
5n-AMP.
Obat vasodilator dibagi menjadi tiga kelompok yaitu vasodilator koroner,
vasodilator sistemik serta vasodilator sereberal dan perifer.
Vasodilator koroner dan sistemik juga digunakan sebagai obat antiangina,
mekanisme kerjanya serupa dengan obat antiangina.
a. Vasodilator Koroner
Vasodilator koroner digunakan untuk pengobatan payah jantung
kongestif kronik yang sulit sidembuhkan, dengan cara mengembangkan
fungsi miokardial tanpa meningkatkan kebutuhan energi. Beberapa
diantaranya juga digunakan sebagai antiangina. Berdasarkan lama
pengobatan vasodilator koroner dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Untuk pengobatan jangka pendek, contoh : salbutamol, reritritil, tetranitrat,
gliseril trinitrat dan natrium nitroprusid.
2. Untuk pengobatan jangka panjang, contoh : kaptopril, diltiazem,
dipiridamol, enalapril, hidralazin HCl, isosorbit dinitrat, minoksidil,
nifedipin, oksifedrin, pentaeritritol tetranitrat, prazosin HCl, dan verapamil
HCl.
b. Vasodilator Sistemik
Vasodilator sistemik atau vasodilator umum adalah senyawa yang
dapat menimbulkan efek vasodilatasi pada semua baian sistem peredaran
darah. Contoh : amil nitrit, buflomedil diHCl, etofilin nikotinat, flunarizin,
iproksamin, isoksuprin HCl, naftidrofuril oksalat, nikardipin, nisergolin,
pentaeritritol tetranitrat, pentoksifilin dan pidolol.
c. Vasodilator Perifer dan Serebral
Obat golongan ini dapat menimbulkan dilatasi buluh darah kulit
dan otak. Walaupun melalui mekanisme kerja yang berbeda, senyawa
dapat mengurangi tonus otot polos vaskular sehingga meningkatkan aliran
darah perifer serebral. Vasodilator perifer digunakan untuk pengobatan
penyakit vaskular perifer kronik, seperti aterosklerosis obliterans.
Vasodilator serebral digunakan untuk pengobatan gangguan serebral
kardiovaskular. Pada dosis besar, obat golongan ini menimbulkan
hipotensi postural.
Obat golongan ini menimbulkan vasodilatasi perifer dan serebral melalui beberapa
mekanisme berikut :
1. Pemblokan α-adrenoreseptor yang terdapat pada buluh darah
anggota badan dan otak, contoh : ergot alkaloida mesilat
(Hydergin, Ergotika), hidroergotksin metasulfonat (Stofilan),
nisergolin dan raubasin.
2. Merangsang β-adrenoreseptor yang terdapat pada otot rangka,
isokpurin (Duvadilan).
3. Efek langsung pada otot polos vaskular, contoh : papaverin dan
turunannya., niasin (asam nikotinoat), meso-inositol
heksanikoninoat, nikotinil alkohol dan prazosin.
4. Mekanisme lain-lain.
Contoh vasodilator perifer dan serebral yang lain adalah
bensiklan hidrogen fumarat (Fludilat), buflomedil HCl, kaptopril,
sinarizin, sinepazid maleat, guanetidin monosulfat, flunarizin,
nimodipin, piratekol diHCl, reserpin, pritinol HCl dan natrium
nitroprusid. Adapun senyawa vasoilator perifer dan serebral yaitu
sebagai berikut
Oubagenin
Untuk aktivitas kadiotonik, bagian struktur glikosida jantung yang berperan
adalah :
1. α-β-lakton tidak jenuh pada posisi 17β
2. Gugus 14β-hidrolisis
3. Konfigurasi cis antara cincin A dan B serta C dan D.
Kesimpulan
Bueger A, Ed. 1970. Medicinal Chemistry part I and II, 3rded. New York,
London, Sydney, Toronto : Wiley Interscience.