Anda di halaman 1dari 4

BAB l

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Daun sukun (Artocarpus altilis) adalah salah satu obat tradisional yang telah banyak
dikenali masyarakat indonesia . Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan.
Tanaman sukun dapat tumbuh dengan ketinggian hinga 9. Hampir semua bagian dari
tanaman sukun mulai dari akar sampai daun dapat dimanfaatkan. Bagian sukun yang
banyak dimanfaatkan adalah buahnya dan bagian yang sering diabaikan adalah daun
sukun. Dalam kehidupan sehari-hari daun sukun hanya dianggap sebagai limbah
industri pangan maupun rumah tangga, padahal didalamnya mengandung zat yang
berguna bagi kesehatan seperti alkoloid, fenolik, flavonoid, tanin, saponin, dan
fenolik terutama flavonoid yang berkhasiat sebagai anti diabetes .Dan kalium
merupakan kandungan kimia daun sukun yang berkhasiat sebagai obat penyakit
seperti ginjal, jantung, tekanan darah tinggi, lifer, pembesaran limpa, kencing manis,
asma dan kangker.Kalium merupakan kation penting dalam cairan intraselular yang
berperan dalam keseimbangan pH dan osmolaritas. Tubuh mengandung kalium 2,6
mg/kg berat badan bebas lemak. Sel-sel syaraf dan otak mengandung banyak kalium
dalam jumlah kecil kalium dijumpai dalam cairan ekstraseluler dan kadar kalium
dalam serum adalah 14-22 mg/100 ml. Kalium mempunyai kemampuan menerobos
membran sel lebih besar dibanding natrium, dan diperlukan dalam metabolisme
karbohidrat dan protein. Kekurangan kalium umumnya disebabkan karena ekstraksi
yang berlebihan melaui ginjal dan juga dapat terjadi karena muntah-muntah yang
berlebihan atau diare yang hebat (Suhardjo, 1992).

Simplisia adalah bahan alam yang digunkan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apapun,dan kecil dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang
telah dikeringkan(Depkes RI,1979).
Terdapat beberapa metode yang sering dilakukan pada proses pengeringan simplisia
yaitu pengeringan dengan metode manual dan buatan(Manoi,2006).Pengeringan
dengan metode manual adalah dengan dijemur dibawah matahari ,kelebihan dengan
cara ini tidak memerlukan bahan bakar sehingga biaya pengeringan rendah,sinar
inframera matahari mampu menembus sel-sel bahan.Sedangkan untuk
kekuranganya yaitu suhu pengeringan tidak dapat dikontrol dengan
baik,memerlukan tempat yang luas,hanya dapat berlangsung bila cuaca
baik,kebersihan bahan tidak terjamin,waktu pengeringan lama,dan proses
pengeringan tidak dapat berjalan secara konstan karena intensitas sinar matahari
tidak tetap(Rahmawan,2001).
Pengeringan dengan metode buatan dilakukan dengan alat pengeringan seperti
oven.Kelebihan dari cara ini yaitusuhu pengeringan dapat dikontrol dengan
baik,waktu pengeringan lebih singkat ,mutu yang dihasilkan lebih baiak.Selain itu
cara ini memiliki kekurangan yaitu membutuhkan biaya yang lebih besar daripada
dengan cara manual (Rohmawan,2001).Pada cara ini suhu dan lama pengeringan
berperan penting pada simplisia yang dihasilkan ,menurut Rusli dan Darmawan
(1988).bahwa pengeringan suatu bahan terlalu lama dan suhunya yang terlalu
tinggi dapat menurunkan mutu simplisia karena dapat merusak komponen-
komponen yang terdapat di dalamnya.Pengeringan pada senyawa flavonoid tidak
tahan panas dan mudah teroksidasi pada suhu tinggi(Koirewoa,2012).
Tujuan dari pengeringan pada simplisia adalah untuk mengurangi kadar air pada
bahan sampai batas tertentu dimana perkembangan mikroorganisme seperti bakteri
khamir atau kapang yang simplisia yang mengandung senyawa flavonoid dapat
dilakukan pada suhu 50 ‘c karena menyebabkan pembusukan dihentikan sehingga
bahan dapat disimpan lebih lama(suismono,2001 dalam martunis,2012).
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam bahan dan dinyatakan dalam
persen.Kadar air menjadi salah satu karakteristik simplisia yang sangat penting
karena kadar air ikut menentukan kesegaran dan daya awet (Winarno,1997).Batas
kadar air untuk implisia yaitu <10% apabila suatu simplisia memiliki kadar air lebih
dari batas akan menyebabkan terjadinya proses enzimatik dan kerusakan oleh
mikroba.Simplisia yang disimpan dalam waktu yang lama,enzim akan mengubah
kandungan kimia yang telah terbentuk dan tidak lagi memiliki efek farmakologi
sampai senyawa asalnya ,beberapa enzim perusak kandungan kimia antara lain
hidrolase,oksidase,dan polimerase.Hal ini tidak akan terjadi jika bahan yang telah
dikeringkan mempunyai kadar air yang rendah(Paris et Moyse,1976 dalam
Manio,2006).Kandungan bahan aktif yang terdapat pada simplisia sangat di
pengaruhi oleh proses pengeringan .Setiap jenis tanaman mempunyai respon yang
berbeda ,ada beberapa tanaman yang peka terhadap penyinaran matahari langsung
serta suhu yang terlalu tinggi.

Sampai saat ini produksi tanaman obat khususnya semplisia belom ditangani
sebagaimana mestinya .Pembuatan semplisia pada umumnya diusahakan oleh
petani kecil dan baru sebagian kecil saja yang diproduksi secara besar-besaran oleh
pengusaha jamu .Pada umumnya petani atau pengusaha jamu belum menerapkan
penanganan pasca panen secara tepat,sehingga mutu simplisia yang salah satunya
berupa kadar air belum memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.Pengeringan yang tepat akan menghasilkan mutu simplisia yang tahan
disimpan lama dan tidak terjadi perubahan bahan aktif yang dikandungnya.Menurut
Rusli dan Darmawan (1988)bahwa pengeringan suatu bahan terlalu lama dan
suhunya yang terlalu tinggi dapat menurunkan mutu karena dapat merusak
komponen-komponen yang terdapat didalamnya(Manio,2006)
Metode skrining fitokimia digunakan untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder, makromolekul serta daa yang diperoleh untuk menggolongkan tumbuhan,
menentukan ciri atau sifat kimia dari fitotoksin dan fitoaleksin. Pendekatan skrining
fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian
tumbuhan (akar, batang, bunga, buah, biji), terutama kandungan metabolit
sekunder, yaitu alkoloid, flavonoid, saponin (steroid dan triterpenoid), tanin
(polifenolat), minyak atsirih (terpenoid), dan sebainya. Aktifitas farmakologi
flavonoid adalah sebagai anti-inflamasi, analgesi, anti-oksidan. Saponin tidak larut
dalam nonpolar, diekstrasi dengan etanol/metanol panas 70-96%. Alkaloid
mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung satu atau lebih atom N.
Alkaloid biasanya berbentuk kristal, hanya sedikit yang berupa cairan, dan dapat
dideteksi dengan pereaksi dragendrof (Nita Rochani, 2009).

Polifenol mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida dan
biasanya terdapat dalam vakuola sel.Senyawa fenol dapat dideteksi dengan
menambahkan larutan besi(lll)klorida 1% dalam air atau etanol,yang menimbulkan
warna hijau,merah,ungu,biru atau hitam yang kuat.Polifenol sering terdapat dalam
bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar
(Hosttetman,1985).Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan
seperti lignin,melanin,tanin adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan
fenolik dijumpai pada protein,alkaloid dan terpenoid(Harbone,1987).Senyawa fenol
sangat pekat terhadap oksidasi enzim dan mungkin hilang pada proses isolasi akibat
kerja enzim fenolase yang terdapat dalam tumbuhan.Ekstraksi senyawa fenol
tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya mencegah terjadinya oksidasi
enzim.(Harbone,1987).
Jenis-jenis Polifenol adalah tanin,lignin,dan melanin.Tanin merupakan senyawa kimia
yang terdapat dalam tumbuhan berpembuluh.Lignin adalah salah satu komponen
penyusun tanaman,pada batang tanaman berfungsi sebagai bahan pengikat
komponen penyusun lainnya,sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak .Melanin
adalah senyawa biologi yang ditemukan pada tanaman,hewan,protistan,yang
berfungsi sebagai pigmen yang merupakan turunan dari asam amino tirosin.Banyak
jenis melanin yang tidak larut di dalam garam,dan jenis melanin yang paling umum
adalah eumelanin dan pheomelanin.
Ekstrak fenolik dari daun sukun memiliki aktifitas anti radikal bebas dan mengandung
antioksidan yang tinggi (Suryanto dan Wehantouw, 2009). Daun sukun juga dapat
meningkatkan sistem imun non spesifik pada mencit (Yuswantina dkk, 2013).
Flavonoid merupakan senyawa polar maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut
yang bersifat polar (Markham, 1988).
Berdasarkan uraian diatas ,maka penulis mencoba melakukan penelitian
‘’Identifikasi’’.Dengan harapan dapat memperoleh cara dan lama pengeringan
simplisia daun suku(lnama latin)
B.Rumusan masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
D.Keaslian Penelitian
Penelitian ini mengambil judul ‘’
E.Manfaat
Manfaat dari penelitiaan ini adalah:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
a. Dapat menjadi wawasan dan pengetahuan bagi para peneliti lain tentang
kandungan skring fitokimia pada daun sukun.
b. Sebagai acuan untuk dilakukan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Masyarakat
Dapat sebagai acuan pemilihan metode KLTpada daun sukun
3. Bagi Industri Jamu
Dapat sebagai pertimbangan dalam penanganan pasca panen daun sukun yang
akan diprodukdi sebagai obat traisional agar memenuhi mutu standar berupa kadar
air yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai