Anda di halaman 1dari 6

FAQ Moneter

1. Q: Berapakah laju inflasi yang dikehendaki oleh BI?


Dalam jangka menengah dan panjang, laju inflasi diharapkan dapat ditekan sekitar 5%.
Dalam jangka pendek, angka inflasi dipertahankan dibawah single digit. Namun
A:
demikian, berbagai kebijakan penyesuaian harga barang yang dikendalikan pemerintah
dapat memberikan tekanan inflasi secara signifikan.
2. Q: Apakah BI akan mengumumkan angka-angka inflasi tersebut kepada masyarakat?
Dalam Pasal 58 Undang-undang BI yang baru tersebut diatas disebutkan bahwa BI wajib
menyampaikan informasi kepada masyarakat secara terbuka melalui media massa pada
setiap awal tahun anggaran yang antara lain memuat rencana kebijakan dan penetapan
sasaran-sasaran laju inflasi serta perkembangan kondisi ekonomi dan keuangan.
Pengumuman target dan sasaran moneter tersebut mengandung makna yang penting
dalam rangka transparansi dan menunjukkan komitmen BI terhadap pengendalian laju
inflasi. Bagi masyarakat, target dan sasaran moneter tersebut dapat menjadi arah
A:
mengenai kondisi perekonomian di masa mendatang sehingga mereka dapat melakukan
perencanaan kegiatan ekonominya dengan lebih baik. Atas dasar hal tersebut maka BI
akan mengumumkan sasaran inflasi untuk jangka waktu antara 2 - 3 tahun ke depan.
Sasaran tersebut akan diumumkan dalam suatu range (band) dengan titik tengah tertentu.
Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodasi kemungkinan terjadinya random shocks
(tekanan-tekanan dari sisi penawaran yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya), seperti
kelangkaan semen, lonjakan harga cabe.
3. Q: Apakah tekanan terhadap angka inflasi hanya berasal dari dalam negeri saja?
Dilihat dari asalnya, tekanan inflasi dapat dibedakan atas domestic pressures (berasal
dari dalam negeri) dan external pressures (berasal dari luar negeri). Tekanan yang
berasal dari dalam negeri dapat diakibatkan oleh adanya gangguan dari sisi penawaran
dan permintaan serta kebijakan yang diambil oleh instansi lain di luar BI, misalnya
kebijakan penghapusan subsidi pemerintah, kenaikan pajak, dll. Gangguan dari sisi
A:
penawaran dapat timbul apabila terjadi musim kering yang mengakibatkan gagal panen,
terjadinya bencana alam, gangguan distribusi tidak lancar dan adanya kerusuhan-
kerusuhan sosial yang berakibat terputusnya pasokan dari luar daerah. Gangguan dari
sisi permintaan dapat terjadi apabila otoritas moneter menerapkan kebijakan uang
longgar.
4. Q: Inflasi mana yang akan dipakai BI dalam menetapkan targetnya?
BI menetapkan IHK sebagai targetnya, seperti yang diterapkan di semua negara yang
menganut sistem target inflasi secara eksplisit. Ada beberapa alasan yang mendasari
dipilihnya IHK sebagai target bank sentral, baik dari sisi teoritis maupun dari segi
kepraktisannya. Kelebihan digunakannya IHK ini antara lain adalah merupakan alat ukur
yang paling tepat dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat karena IHK
A:
mengukur indeks biaya hidup konsumen. Seperti yang berlaku pada negara-negara lain
institusi yang bertugas mengumpulkan data statistik selalu memfokuskan sebagian besar
sumber dayanya untuk menghasilkan data IHK yang reliable dibandingkan indeks harga
lainnya, sehingga hasil pengukuran IHK selalu memiliki kualitas yang lebih baik dan
selalu tersedia secara tepat waktu
5. Q: Dapatkan dijelaskan mengenai konsep inflasi inti (core inflation)?
Berdasarkan pengertiannya, ada 2 konsep dalam pengertian inflasi inti. Pertama, inflasi
inti sebagai komponen inflasi yang cenderung 'menetap' atau persisten (persistent
component) di dalam setiap pergerakan laju inflasi. Kedua, inflasi inti sebagai
A:
kecenderungan perubahan harga-harga secara umum (generalized component). Core
inflation pada beberapa literatur disebut juga dengan underlying inflation. Inflasi inti
inilah yang dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh BI. Di dalam operasionalnya, BI
tidak menggunakan inflasi IHK sebagai acuan dalam mengambil kebijakan moneter,
namun menggunakan inflasi inti. Penggunaan inflasi inti sebagai sasaran operasional
dikarenakan inflasi inti dapat memberikan signal yang tepat dalam memformulasikan
kebijakan moneter. Sebagai contoh, dalam hal terjadi gangguan permintaan (demand
shock) yang mengakibatkan inflasi tinggi, respon bank sentral akan mengetatkan uang
beredar sehingga tingkat inflasi dapat ditekan. Disamping itu, kebijakan tersebut dapat
juga untuk menyesuaikan kembali pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang sesuai
dengan kapasitas perekonomian. Sebaliknya, jika inflasi meningkat karena terjadinya
gangguan penurunan di sisi penawaran (supply side), misalnya kenaikan harga makanan
karena musim kering maka kebijakan uang ketat justru dapat memperburuk tingkat
harga dan pertumbuhan ekonomi. Respon yang dapat dilakukan oleh bank sentral adalah
kebijakan melonggarkan likuiditas perkonomian justru diperlukan untuk menstimulir
peningkatan penawaran.
Bagaimana kebijakan moneter BI kedepan yang lebih memfokuskan pada sasaran
6. Q:
tunggal inflasi?
Sasaran akhir kebijakan moneter BI di masa depan pada dasarnya lebih diarahkan untuk
menjaga inflasi. Pemilihan inflasi sebagai sasaran akhir ini sejalan pula dengan
kecenderungan perkembangan terakhir bank-bank sentral di dunia, dimana banyak bank
sentral yang beralih untuk lebih memfokuskan diri pada upaya pengendalian inflasi.
Alasan yang mendasari perubahan tersebut adalah, pertama, bukti-bukti empiris
menunjukkan bahwa dalam jangka panjang kebijakan moneter hanya dapat
mempengaruhi tingkat inflasi, kebijakan moneter tidak dapat mempengaruhi variabel
riil, seperti pertumbuhan output ataupun tingkat pengangguran. Kedua, pencapaian
inflasi rendah merupakan prasyarat bagi tercapainya sasaran makroekonomi lainnya,
A: seperti pertumbuhan pada tingkat kapasitas penuh (full employment) dan penyediaan
lapangan kerja yang seluas-luasnya. Ketiga, yang terpenting, penetapan tingkat inflasi
rendah sebagai tujuan akhir kebijakan moneter akan menjadi nominal anchor berbagai
kegiatan ekonomi. Strategi yang digunakan oleh BI dalam mencapai sasaran inflasi yang
rendah adalah : - mengkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur transmisi kebijakan
moneter. - menentukan sasaran akhir kebijakan moneter. - mengidentifikasi variabel
yang menyebabkan tekanan-tekanan inflasi. - memformulasikan respon kebijakan
moneter. Dapat ditambahkan bahwa laju inflasi yang diperoleh dari indeks harga
konsumen (IHK) sebagai sasaran akhir dan laju inflasi inti (core atau underlying
inflation) sebagai sasaran operasional.
7. Q: Bagaimana BI mengontrol tingkat inflasi?
PengawasanBI atas inflasi sangat terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor.
Oleh karena itu, BI selalu melakukan assessment terhadap perkembangan perekonomian,
khususnya terhadap kemungkinan tekanan inflasi. Selanjutnya respon kebijakan moneter
didasarkan kepada hasil assessment tersebut. Perlu disampaikan pula bahwa
A:
pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan hanya melalui kebijakan moneter, melainkan
juga kebijakan ekonomi makro lainnya seperti kebijakan fiskal dan kebijakan di sektor
riil. Untuk itulah koordinasi dan kerjasama antar lembaga lintas sektoral sangatlah
penting dalam menangani masalah inflasi ini.
8. Q: Apa yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah?
Kestabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjadi. Tingkat
inflasi tercermin dari naiknya harga barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu tekanan inflasi yang berasal
dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dalam hal ini, BI hanya memiliki
A: kemampuan untuk mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan,
sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran (bencana alam, musim kemarau, distribusi
tidak lancar, dll) sepenuhnya berada diluar pengendalian BI. Oleh karena itu, untuk
dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan adanya
kerjasama dan komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta.
Tanpa dukungan dan komitmen tersebut niscaya tingkat inflasi yang sangat tinggi
selama ini akan sulit dikendalikan. Selanjutnya nilai tukar rupiah sepenuhnya ditetapkan
oleh kekuatan permintaan dan panawaran yang terjadi di pasar. Apa yang dapat
dilakukan oleh BI adalah menjaga agar nilai rupiah tidak terlalu berfluktuasi secara
tajam.
Apa tujuan dan tugas BI saat ini sesuai dengan undang-undang baru tersebut
9. Q: (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia)?
Tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai
tujuan tersebut BI mempunyai 3 tugas utama, yaitu menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta
mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter tersebut, BI berwenang menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan
A: memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkan. Perlu dikemukakan bahwa tugas
pokok BI berubah sejak diterapkannya undang-undang tersebut, yaitu dari multiple
objective (mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan
memelihara kestabilan nilai rupiah) menjadi single objective (mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah). Dengan demikian tingkat keberhasilan BI akan lebih mudah
diukur dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
10. Q: Indonesia (BI), pada salah satu pasalnya disebutkan bahwa BI adalah lembaga
negara yang independen. Apa maksud kalimat tersebut?
Independen diartikan sebagai lembaga negara yang bebas dari campur tangan
pemerintah dan atau pihak lainnya. Selanjutnya, dalam Pasal 9 dinyatakan bahwa pihak
lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas BI,
dan demikian pula BI wajib menolak dan/ atau mengabaikan segala bentuk campur
tangan dari pihak manapun dalam rangka melaksanakan tugasnya. Independensi tersebut
ditandai dengan diberikannya kewenangan penuh pada BI dalam menetapkan target-
target yang akan dicapai (goal independence) dan kebebasan dalam menggunakan
berbagai piranti moneter (instrument independence) dalam mencapai target tersebut.
A: Selanjutnya, dalam Pasal 10 ditegaskan bahwa BI memiliki kewenangan untuk
melaksanakan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan
memperhatikan sasaran laju inflasi. Demikian pula, untuk lebih meningkatkan
efektivitas pengendalian moneter serta kapasitasnya sebagai lender of the last resort,
dalam Pasal 11 dinyatakan bahwa pemberian kredit oleh BI kepada bank dibatasi.
Jangka waktu kredit kepada bank maksimal 90 hari dan penggunaannya hanya untuk
mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek. Selain itu, kredit tersebut harus dijamin
dengan surat berharga yang bernilai tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal
sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diterima oleh bank.
FAQ Sistem Pembayaran
Apakah spesifikasi uang yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sudah
1. Q:
mengakomodir kebutuhan tuna netra?
Dalam rangka membantu dan mengakomodasi kebutuhan para penyandang tuna netra
dalam mengenali pecahan uang Rupiah, Bank Indonesia telah meminta masukan dari
A: asosiasi/organisasi tuna netra di Indonesia terkait penerapan kode khusus berupa blind
code pada uang kertas Rupiah. Pencantuman blind code tersebut diaplikasikan pada
uang kertas Rupiah yang diterbitkan mulai tahun 2004.
2. Q: Bagaimana penerapan blind code pada uang kertas Rupiah?
Blind code tersebut akan terasa kasar apabila diraba dan untuk masing-masing pecahan
A:
uang kertas Rupiah dibedakan bentuknya, yaitu berikut ini: Blind Code pada Rupiah
3. Q: Dimanakah dan apa saja desain tanda pengaman pada uang Rupiah?
Secara umum, tanda pengaman pada uang Rupiah dapat dilihat dari :- Bahan Uang-
A:
Teknik Cetak-Design dan Ukuran
4. Q: Berapa banyak tanda pengaman terdapat di uang rupiah?
Pada tiap pecahan uang rupiah jumlah tanda pengamannya tidak selalu sama. Semakin
A: besar pecahan, jumlah tanda pengamannya semakin banyak. Secara keseluruhan jenis
tanda pengaman di tiap pecahan uang rupiah adalah sama, namun designnya berbeda.
Mengapa Bank Indonesia membuat design/warna uang menyerupai satu dengan
5. Q: yang lain? Misalnya pecahan Rp.100.000 TE’2004 dengan pecahan Rp.10.000
TE’2005
Memang apabila diilihat sekilas, beberapa warna uang terlihat serupa, namun Bank
A: Indonesia selalu berupaya menyampaikan ke masyarakat bahwa apabila dilihat dengan
telilti baik untuk design dan warna uang maka akan terlihat jelas perbedaannya
Apa yang harus dilakukan bila masyarakat menerima uang yang sudah lusuh,
6. Q:
robek atau yang sudah dicabut?
Bila ada masyarakat yang menerima uang lusuh, robek atau yang sudah dicabut, dapat
A:
ditukarkan ke Bank Indonesia.
7. Q: Bagaimana kriteria uang rusak yang dapat ditukarkan di Bank Indonesia?
Penukaran uang rusak di BI diatur sebagai berikut :a.Fisik uang ≤ 50% tidak siberikan
A: penggantianb.Fisik uang ≥ 50% diberikan penggantian sebesar nilai nominal apabila
minimal terdapat 1 (satu) no. seri.
8. Q: Apakah alat pembayaran itu?
Alat pembayaran merupakan bagian penting dari sistem pembayaran yang meliputi
A: berbagai instrumen yang digunakan dalam pembayaran, seperti uang, cek, bilyet giro,
Kartu Kredit, Kartu Debet dan Kartu APMK.
9. Q: Kenapa di setiap negara perlu ada sistem pembayaran?
Seandainya di suatu negara tidak memiliki sistem pembayaran, maka arus lalu lintas
dana juga tak akan berjalan. Kalau pun berjalan dapat dipastikan akan banyak hambatan
dan kerumitan menyangkut penyelesaian (settlement). Mengapa? Dengan mekanisme
A:
seperti apa penyelesaian dari sebuah proses pemindahan atau transfer dana jika tak ada
sistem yang berlaku. Bila tak ada sistem, dapat dipastikan akan akan terjadi kelumpuhan
arus lalu lintas dana yang pada gilirannya akan merontokan perekonomian satu negara.
10. Q: Apa itu sistem pembayaran?
Yang dimaksud dengan sistem pembayaran adalah seperangkat komponen yang secara
bersama-sama membentuk satu kesatuan yang diperlukan dalam perpindahan nilai uang
A:
dari satu pihak ke pihak lain. Pihak yang dimaksud di sini bisa berupa perorangan,
perusahaan maupun bank. Adapun komponen yang lazim terdapat dalam sebuah sistem
pembayaran adalah alat-alat pembayaran, institusi penyelenggara, infrastruktur,
kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat, ada aturan main, mekanisme operasional
hingga perangkat hukum.
11. Q: Bisa dijelaskan, apa yang dimaksud dengan alat-alat pembayaran?
Ada beberapa jenis alat pembayaran yang dikenal saat ini, yakni uang kartal (seperti
uang kertas dan logam) dan uang giral (seperti cek, bilyet giro, wesel, kartu kredit, kartu
A:
debet dan kartu APMK). Alat-alat pembayaran tadi memainkan peran penting dalam
sebuah sistem pembayaran.
12. Q: Apa itu uang giral (cek)?
Cek adalah alat pembayaran tunai yang memerlukan ketersediaan dana setiap saat,
terutama pada saat diunjukkan atau dicairkan oleh si pemeggang cek. Masa berlaku
pencairan cek adalah 70 hari setelah tanggal penerbitan. Bila masa kurun waktu itu
A: terlewati, maka cek tersebut hangus alias tak bisa dicairkan. Cek adalah wesel yang
bersifat khusus dan harus diterbitkan oleh bank. Bedanya dengan wesel yang lazim
dikenal publik yakni wesel yang dikirim melalui kantor pos adalah wesel yang tidak
harus diterbitkan oleh bank.
Setiap BI menerbitkan uang selalu menyertai tanda pengaman. Ada berapa
13. Q:
banyak tanda pengaman dalam setiap uang yang dicetak?
Setiap pecahan uang rupiah yang dicetak, jumlah tanda pengamannya tidaklah selalu
sama. Semakin besar nilai pecahan, jumlah tanda pengamannya semakin banyak. Secara
A:
keseluruhan jenis tanda pengaman di tiap pecahan uang rupiah adalah sama, namun
desainya saja yang berbeda.
14. Q: Apakah Bilyet Giro (BG) dapat dikategorikan sebagai alat pembayaran?
BG dapat dikategorikan sebagai alat pembayaran giral (non tunai). Dengan
menggunakan BG, seseorang dapat memerintahkan pemindahbukuan sejumlah uang dari
A:
rekeningnya kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama
atau bank lain.
Dalam suatu kasus dimana seseorang yang melakukan pembayaran dengan Bilyet
Giro (BG), yang ternyata setelah dikliringkan BG tersebut ditolak oleh bank
15. Q:
karena tidak ada dananya, apakah hal ini dapat dikategorikan sebagai tindak
pidana?
BG yang ditolak oleh bank karena alasan kosong tidak dapat dikategorikan sebagai
tindak pidana. Sanksi yang diberikan kepada penarik BG tersebut adalah sanksi
administratif berupa pencantuman dalam Daftar Hitam, pembekuan hak penggunaan
A: BG, dan penutupan rekening giro. Pengaturan secara lengkap mengenai hal ini terdapat
dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 2/10/DASP tanggal 8 Juni 2000 serta
perubahan-perubahannya dan Peraturan Bank Indonesia No. 8/29/PBI/2006 tentang
Daftar Hitam Nasional Penarik Cekdan/atau BG Kosong.
FAQ Topikal
1. Q: Mekanisme dalam hal terjadi dispute data IDI?
Sumber data berasal dari pelapor SID: bank umum, BPR/S dan Perusahaan Pembiayaan.
BI hanya mengelola data tersebut ke dalam basisdata di BI namun tidak dapat melakukan
A: perubahan terhadap data tersebut. Koreksi data hanya dapat dilakukan melalui koreksi
dari pelapor SID. Untuk lebih jelasnya dapat melihat website BI (Credit Bureau) dengan
alamat http://www.bi.go.id
2. Q: Apakah data IDI dapat diprint-out?
A: Output IDI dapat dicetak.
3. Q: Apakah masyarakat dapat mengetahui NPL dari Perbankan?
A: Data statistik perbankan dapat diakses di website BI dengan alamat: http://www.bi.go.id.
Debitur telah dihapus bukukan tetapi masih dipertanyakan oleh bank pemberi
4. Q:
kredit mengenai data ibu kandung. Mengapa hal tsb dipertanyakan?
Guna meningkatkan keakuratan data SID, seluruh Pelapor diminta untuk melengkapi
A: data-datanya. Pertanyaan mengenai ibu kandung terhadap debitur yang telah dihapus
buku juga terkait dengan upaya peningkatan kelengkapan data tsb.
Debitur yang memiliki kredit macet namun memiliki account lain yang dapat
5. Q:
dipergunakan untuk menutupi kredit macet tsb, apakah hal tsb dimungkinkan?
Semua informasi mengenai penyediaan dana yang dilakukan oleh Pelapor, dilaporkan ke
dalam SID. Pengecekan IDI antara lain dalam rangka pengambilan keputusan pemberian
A:
penyediaan dana. Segala keputusan yang diambil sepenuhnya diserahkan kepada masing-
masing Pelapor. Sehingga tanggung jawab sepenuhnya berada pada Pelapor

Anda mungkin juga menyukai