Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengaertian SAINS
Ilmu pengetahuan alam atau Sains merupakan terjemahan kata-kata inggris yaitu natural
science artinya ilmu yang mempelajari tentang alam. Sehubungan dengan itu Darmojo, 1992
(Samatowa, 2006: 2) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah
pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Selain itu
Nash, 1993 (Samatowa, 2006: 2) menyatakan bahwa Sains itu adalah suatu cara atau metode
untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara sains mengamati dunia bersifat
analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain,
sehingga keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru tentang objek yang
diamatinya. Jadi penekanan dalam pembelajaran Sains adalah pengembangan kreativitas anak
dalam mengelola pemikirannya menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain
yang ada dilingkungannya, sehingga memperoleh suatu gagasan (ide), pemahaman, serta pola
baru dalam berfikir memahami suatu objek yang diamati.
Hampir setengah abad yang lalu, Vessel (1965: 2) memberikan jawaban yang sangat
singkat tetapi bermakna yakni “science is what scientists do”. Sains adalah apa yang dikerjakan
para ahli Sains (saintis). Setiap penemuan setiap aspek dari lingkungan sekitar, yang
menjadikan seseorang dapat mengukurnya sebaik mungkin, mengumpul dan menilai data dari
hasil penelitiannya dengan hati-hati dan terbuka. Pada bagian lain, Vessel (1965: 3)
mengemukakan bahwa “science is an intellectual search involving inquiri, rational trough,
and generalization”. Hal itu mencakup tehnik Sains yang sering disebut sebagai proses Sains.
Sedangkan hasilnya yang berupa fakta-fakta dan prinsip biasa disebut dengan produk Sains.
B. Karakteristik SAINS
Beberapa orang mencoba menghubung-hubungkan sains dengan agama, atau sains dengan
mitos atau yang terbaru, mengatakan kalau sains hanyalah budaya barat. Karena itu, kita
harusnya paham apa saja sifat sains sesungguhnya. Berikut saya sertakan beberapa sifat sains
yang telah diterima luas di kalangan ilmuan.
1. Objektif
Sains itu objektif artinya, sains tidak boleh mengatasnamakan pokoknya, dalam
sains keyakinan tidak menjamin kebenaran, suara banyak tidak menjamin kebenaran, satu-
satunya hakim dalam perselisihan ilmiah adalah fenomena atau fakta. Dalam wikipedia
bahasa indonesia, ensiklopedi bebas objektif adalah pertimbangan antara hubungan sesuatu
dengan obyeknya. objektif dalam keilmuan berarti upaya-upaya untuk menangkap sifat
alamiah (mengindentifikasi) sebuah objek yang sedang diteliti/ dipelajari dengan suatu cara
dimana hasilnya tidak tergantung pada fasilitas apapun dari subjek yang menyelidikinya.
Setiap ilmu memiliki objek yang menjadi pusat kajian. Objek yang dikaji dalam
mempelajari suatu ilmu biasanya bersifat spesifik. Contohnya ilmu matematia, ilmu biologi,
kesenian dll.
2. Logis dan Rasional
Logis, berkaitan dengan logika. Logika adalah suatu cara dan kemampuan berfikir
berdasarkan beberapa aksioma dan dalil-dalil yang dianggap benar. Dalam Wikipedia
bahasa indonesia, ensiklopedia bebas Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos)
yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut
dengan logike episteme (Latin:logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.
Istilah logis dan rasional sangat tidak asing. Dua kata tersebut setidaknya dalam
satu hari punya porsi sendiri untuk masuk ke telinga atau mata baca kita. Terkesan memang
tidak ada perbedaan, sama persis barangkali. Versi kamusnya, kalau kita mencari kata
logis; benar menurut penalaran, sedangkan rasional; cocok dengan akal. Tipis sekali.
Namun saya rasa penting untuk membuat kapling tersendiri dalam membahas perbedaan
kata ini. Paling tidak kita dapat mengetahui posisi sains menurut sudut pandang Islam serta
keseimbangan porsinya dalam hidup di dunia. Kurang lebihnya pembedaan tersebut
diawali dengan teori Kant, yang menyatakan bahwa rasional itu adalah kebenaran akal
yang diukur dengan hukum alam. Atau dengan kata lain, rasional adalah pemikiran yang
baru disebut masuk akal, jika tolak ukurnya hukum alam.
Salah satu penjelasannya akan kita dapati dari cerita Nabi Ibrahim yang tidak
hangus dibakar api. Menurut hukum alam hal tersebut tidak rasional karena Nabi Ibrahim
termasuk materi yang hangus jika dibakar. Di lain sisi, kita dapati fakta tentang pesawat
terbang yang tetap bisa menjulang tinggi ke langit walaupun beratnya ratusan ton. Ya,
karena telah dirancang sesuai dengan hukum alam, dan itu rasional. Dapat ditegaskan lagi,
bahwa akal pastinya diukur dengan hukum alam, dan kebenaran rasional tersebut sangat
terikat dengan hukum alam.
Sementara itu tentang logis, kebenarannya dibagi menjadi dua. Yang pertama logis-
rasional seperti telah diuraikan tadi, yang kedua logis-supra-rasional. Untuk yang kedua ini
titik tolaknya bukan pada hukum alam, tetap pada argumen. Bila argumennya masuk akal,
maka dapat diterima. Dengan kata lain, ukuran kebenaran logis-supra-rasional adalah
logika dalam susunan argumen yang bersifat abstrak, meskipun melawan hukum alam,
yang karena logis tetap sah dan autentik untuk diterima.
3. Memiliki metode
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan tidak dilakukan secara asal-asalan. Tetapi
memerlukan metode khusus. Metode yang digunakan untuk mempelajari ilmu pengetahuan
disebut metode ilmiah. Metode ilmiah di gunakan untuk meneliti dan mempelajari suatu
objek sehingga ditemukan kebenaran. Ilmu yang dikembangkan dengan menggunakan
metode ini kebenaranya akan diakui secara ilmiah oleh seluruh pakar ilmu pengetahuan
yang berlaku sampai ada bukti baru yang menentang atau menggugurkannya. Ada dua hal
yang kiranya cukup jelas membedakan antara suatu teori ilmu pengetahuan deng klaim
opini biasa, yakni hakikat dari kesimpulan yang dibuat oleh metode yang digunakan untuk
sampai pada kesimpulan itu.[12]
4. Bersifat sistematis
Ilmu pengetahuan harus bersifat sistematis. Maksudnya adalah ilmu pengetahuan
harus tersusun secara sistematis dari yang sederhana hingga yang kompleks yang diatur
sedemikian rupa sehingga yang satu dan yang lainnya dapat saling mendukung. Sifat
sistematis ini bertujuan untuk mempermudah dalam mempelajari ilmu tersebut. Dengan
demikian maka ilmu merupakan tubuh pengetahuan yang tersusun dan terorganisasi
dengan baik.[13] Sistematis adalah segala usaha untuk menguraikan dan merumuskan
sesuatu dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang
berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut obyeknya.[14]
5. Bersifat Universal
Ilmu pengetahuan harus bersifat universal, maksudnya adalah kebenaran yang
disajikan dalam ilmu pengetahuan harus berlaku secara umum dan diterima di semua
institusi pendidikan. Sifat universal ini selain bertujuan untuk mempermudah dalam
pembelajaran juga agar tercipta suatu keseragaman. Sehingga kebenaran yang
diungkapkan dapat di terima diseluruh pelosok dunia.
Tidaklah bisa dikatakan sebuah ilmu pengetahuan apabila hanya terdapat dapat
pada daerah tertentu yang diyakini oleh orang orang pada tertentu. Pengakuan dari
keseluruhanlah, yang menjadi suatu sifat dikatakan sebagai ilmu.
6. Bersifat Verifikatif
Artinya pernyataan yang berupa kebenaran dalam ilmu pengetahuan tidak bersifat
mutlak, tetapi bersifat terbuka atau verifikatif. Sehingga bila suatu masa di temukan bukti-
bukti baru yang tidak mendukung kebenaran yang semula maka teori tersebut dapat di
tumbangkan untuk memberi tempat pada kebenaran yang baru yang lebih relevan. Suatu
teori dianggap memadai jika teoritersebut dapat difalsifikasi, atau ditemukan bukti-bukti
yang nyata yang bertentangan dengan teori. Jika suatu teori tidak dapat difalsifikasi dan
tidak ditemukan bukti-bukti yang nyata maka teori itu dianggap sebagai dokma dan tidak
berguna.
Harlen (1997) mengemukakan tiga karakteristik utama Sains yakni: Pertama,
memandang bahwa setiap orang mempunyai kewenangan untuk menguji validitas
(kesahihan) prinsip dan teori ilmiah. Meskipun kelihatan logis dan dapat dijelaskan secara
hipotesis, teori dan prinsip hanya berguna jika sesuai dengan kenyataan yang ada. Kedua,
memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang di observasi yang
memungkinkan penyusunan prediksi sebelum sampai pada kesimpulan. Ketiga, memberi
makna bahwa teori Sains bukanlah kebenaran yang akhir tetapi akan berubah atas dasar
perangkat pendukung teori tersebut. Hal ini memberi penekanan pada kreativitas dan
gagasan tentang perubahan yang telah lalu dan kemungkinan perubahan di masa depan,
serta pengertian tentang perubahan itu sendiri.
Budi (1998) mengutip beberapa pendapat para ahli dan mengemukakan beberapa rincian
hakikat Sains, diantaranya: (1) Sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema
konseptual (conceptual scheme) yang Saling berhubungan sebagai hasil eksperimentasi
dan observasi (Conant, dalam Kuslan dan Stone, 1978) , (2) Sains adalah bangunan
pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode observasi (Vessel, 1975), (3)
Sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui data yang dikumpulkan
melalui observasi atau eksperimen yang dikontrol (Carin and Sund, 1989) dan (4) Sains
adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan
akan alam di sekelilingnya dan keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengelolanya
demi memenuhi kebutuhan (Dawson, 1984).

Anda mungkin juga menyukai