Edy
Edy
SKRIPSI
OLEH:
NUR AZMI
NIM 091501027
OLEH:
NUR AZMI
NIM 091501027
Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt.
NIP 195107231982032001 NIP 195709091985112001
Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt.
NIP 195304031983032001 NIP 195008221974121002
SKRIPSI
OLEH:
NUR AZMI
NIM 091501027
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat serta
Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Serta Fraksi-
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi dari Fakultas
ikhlas kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan
Aris, M.Si., Apt., dan Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku
penelitian hingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Ibu Dr. Marline
Nainggolan, M.S., Apt., Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., Bapak Drs.
Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt.,
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas
Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan dan Ibu Dra.
terhingga kepada Ayahanda Drs. Nazaruddin, Ibunda Zainar S.pd tercinta dan
adikku Azrul Ruddin, yang tiada hentinya berkorban dan berdoa dengan tulus
penulis menjalani kuliah sampai pada penyelesaian skripsi ini, serta kepada
Nelliyani, Syukria Rahmayani, Rina Sari Lubis, kak Nomita Sari Sagala, Kak
Vriezka, Fadlina Aulia, Fifie Primawati, Tri Rizki Wahyuni, Febbi Fenesia,
Ferra Zu’ami, Yusnawati dan Aji Muhiddin Lubis yang selalu setia memberi
Nur Azmi
NIM 091501027
ABSTRACT
Pickle fruit (Averrhoa bilimbi L.) is one of the plant used a
traditional medicine. Parts of the pickle fruit used for therapy are flowers,
leaves and fruits. Since in immemorial time people in Desa Subur, Kecamatan
Air Joman, Kabupaten Asahan have been using pickle fruit flower as cough
and thrush medicine for children. The purpose of this study was evaluated
simplicia characteristics, the chemical compounds and antibacterial activity of
pickle fruit flower against Staphylococcus aureus and Klebsiella pneumoniae.
Simplicia extracted by percolation using ethanol solvent and
fractionation of extract with liquid-liquid extraction method using n-hexane
and ethylacetate solvents. And continued to antibacterial activity test by using
pitting agar diffusion method.
The result of characterization simplicia retrieved the water content is
7.94%, the water soluble extract content is 11.97%, the ethanol soluble extract
content is 2.39%, the total ash content is 8.24% and the acid insoluble ash
content is 5.52%. Phytochemical screening showed the presence of chemical
compounds are flavonoid, glycoside, tannin and steroid/triterpenoid.
Antibacterial activity test showed that ethanol extract provide effective
inhibitory area to growth of the bacteria Staphylococcus aureus at a
concentration of 200 mg/ml is 15.82 mm and Klebsiella pneumoniae at a
concentration of 200 mg/ml is 14.73 mm. The n-hexane fraction give the
inhibitory area is less effective against both bacteria. While the ethylasetate
fraction also provide effective inhibitory area to growth of the bacteria
Staphylococcus aureus at a concentration of 200 mg/ml is 15.5 mm and
Klebsiella pneumoniae at a concentration of 200 mg/ml is 14.5 mm. While the
fraction of water also give the inhibitory area is less effective against both
bacteria.
Halaman
JUDUL ................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................. vi
LAMPIRAN ........................................................................................... 52
Tabel Halaman
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
yang digunakan sebagai obat tradisional berasal dari tumbuhan. Salah satu
wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Hampir semua bagian dari tanaman belimbing
wuluh dapat digunakan untuk pengobatan meliputi daun, bunga dan buah
(Mario, 2011).
Asahan, Provinsi Sumatera Utara untuk mengobati batuk dan sariawan pada
anak-anak.
pada medium padat, dan diperoleh hasil bahwa bunga belimbing wuluh efektif
dan merupakan patogen utama pada manusia (Jawetz, et al., 2001). Kulit dan
antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air
tingkat kepolarannya.
persyaratan?
belimbing wuluh?
1.3 Hipotesis
persyaratan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman ini mudah sekali tumbuh dan berkembangbiak melalui cangkok atau
persemaian biji. Jika ditanam lewat biji, pada usia 3-4 tahun sudah mulai
2.1.1 Habitat
yang diperkirakan berasal dari kepulauan Maluku. Tanaman ini tumbuh dengan
subur di Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Myanmar dan Malaysia. Dapat ditemui
di tempat yang banyak terkena sinar matahari langsung tetapi cukup lembap.
Merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh dipekarangan rumah atau
tumbuh secara liar di ladang dan hutan. Hidup pada ketinggian 5-500 m di atas
2.1.2 Morfologi
daun. Anak daun bertangkai pendek, berbentuk bulat telur sampai jorong,
kelopak bunga 5-7 mm; helaian mahkota bunga berbentuk elips; panjang
13-20 mm, berwarna ungu gelap dan bagian pangkalnya ungu muda; benang
panjang 4-10 cm. Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa kelopak bunga
buahnya berair dan sangat asam. Kulit buah berkilap dan tipis. Bijinya kecil
(6 mm) berbentuk pipih dan berwarna coklat, serta tertutup lendir (Mario,
2011).
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Geraniales
Suku : Oxalidaceae
Marga : Averrhoa
yaitu pada daunnya mengandung tanin, sulfur, asam format, kalium sitrat dan
polifenol.
2.1.5 Manfaat
mengobati batuk, flu dan sariawan pada anak-anak (Heyne, 1987; Das, et al.,
2011). Untuk mengobati batuk pada anak-anak dapat dibuat ramuan dengan
cara, tim segenggam bunga belimbing wuluh, beberapa butir adas, gula
secukupnya dan 1 cangkir air selama setengah jam. Setelah dingin disaring,
kemudian bagi untuk 2 kali minum, pagi dan malam sewaktu perut kosong
dengan cara segenggam bunga belimbing wuluh, gula jawa secukupnya, dan 1
cangkir air. Direbus sampai kental, setelah dingin disaring. Dipakai untuk
(Ardananurdin, 2004).
tepat tergantung pada bahan tumbuhan yang diekstraksi dan jenis senyawa
yang diisolasi (Ditjen POM, 2000). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau
cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang
cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah
digerus menjadi serbuk. Sebagai cairan penyari dapat digunakan air, eter atau
I. Cara dingin
a. Maserasi
b. Perkolasi
a. Refluks
pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
2000).
b. Sokletasi
c. Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
d. Infus
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan
e. Dekok
2.3 Sterilisasi
pemanasan basah dengan menggunakan uap atau air panas, b) Sterilisasi kering
I. Sterilisasi kering
a. Pemijaran
b. Uap mengalir
rapat, yang dapat menahan uap tanpa tekanan. Air mendidih dan uap
bebas tidak pernah mencapai suhu lebih dari 100ºC (212ºF). Uap
pada suhu 100ºC, yang dialirkan pada benda yang akan disterilkan
2.4 Bakteri
mempunyai inti sel sejati. Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5-
bakteri dibagi menjadi dua golongan yaitu bakteri gram positif dan bakteri
Ada beberapa bentuk dasar sel bakteri menurut Fardiaz (1992), yaitu
bulat (tunggal: coccus, jamak: cocci), batang atau silinder (tunggal: bacillus,
rantai panjang atau pendek), tetrad (empat sel bulat yang membentuk
buah anggur), dan sarcina (kumpulan sel berbentuk kubus yang terdiri
b. Bentuk bacilli
Sebagian besar bacilli tampak sebagai batang tunggal. Terbagi dalam dua
(membentuk rantai).
pendek dengan spiral yang tidak lengkap disebut bakteri koma atau
vibrio.
menjadi empat macam fase yaitu fase lag, fase log (fase eksponensial), fase
pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya
peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama
fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan
media pertumbuhan.
eksponensial.
dibedakan menjadi faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik meliputi
temperatur, pH, dan tekanan osmosis. Faktor kimia meliputi karbon, oksigen,
I. Temperatur
enzim sebesar dua kali lipat. Pada temperatur yang sangat tinggi dapat
empat golongan:
II. pH
gugus dalam protein, amino dan karboksilat. Hal ini dapat menyebabkan
sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari dalam sel
I. Nutrisi
III. Oksigen
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococaceae
Marga : Staphylococcus
atau berkelompok seperti buah anggur. Nama bakteri ini berasal dari bahasa
gram positif, tumbuh secara anaerobik fakultatif, tumbuh dengan cepat pada
membentuk koloni abu-abu hingga kuning emas (Fardiaz, 1992; Jawetz, et al.,
2001).
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Enterobacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
atau tidak bergerak, gram negatif, memiliki kapsul polisakarida yang besar dan
pada media lempeng agar darah dan media differensial seperti MacConkey
agar. Pada media lempeng agar darah, bakteri Klebsiella pneumoniae tidak
I. Media hidup
merupakan media yang memiliki kandungan dan isi bahan yang telah
kelompok yakni:
a) Media padat
c) Media cair
Secara umum media cair adalah media berbentuk cair yang dapat
b) Media sintetik
kelompok yaitu:
a) Media selektif
Media ini ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk
b) Media differensial
dimatikan.
d) Media penguji
e) Media diperkaya
f) Media khusus
kimia tertentu.
g) Media persemaian
Media ini yang sangat kaya akan zat makanan dan mempunyai
h) Media serbaguna
antara lain:
a. Metode dilusi
Metode ini digunakan untuk menentukan KHM dan KBM dari zat
antimikroba. Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth
dilution) dan dilusi padat (solid dilution). Untuk metode dilusi cair yaitu
menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi dengan media cair dan
diuji dengan zat antimikroba yang telah diencerkan secara serial. Seri
tabung diinkubasi pada suhu ± 36oC selama 18-24 jam dan diamati
yang jernih diinokulasikan pada media agar padat, diinkubasikan pada suhu
± 36oC selama 18-24 jam. Lalu diamati ada tidaknya koloni bakteri yang
b. Metode difusi
dimana didapat kepekaan suatu organisme terhadap senyawa atau obat. Zat
yang akan diuji berdifusi dari pencadang (reservoir) kedalam medium agar
bakteri.
Silinder yang dipakai terbuat dari gelas atau logam tahan karat
c) Cetak lubang
c. Metode turbidimetri
POM, 1995).
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
dryer (Modulio), hot plate (Fisons), inkubator (Fiber Scientific), jangka sorong,
jarum ose, kamera digital (Samsung), krus porselin, laminar air flow cabinet
(Astec HLF 1200L), lemari pendingin (Glacio), lumpang dan alu, mikroskop
tanur (Nabertherm).
bilimbi L.), nutrien agar (NA), nutrient broth (NB), mueller hinton agar
(DMSO), alfa naftol, amil alkohol, asam klorida pekat, asam asetat anhidrida,
asam nitrat, asam sulfat pekat, besi (III) klorida, bismuth (III) nitrat, etanol,
sulfat anhidrida, raksa (II) klorida, serbuk magnesium, serbuk zinkum, timbal
(Averrhoa bilimbi L.) yang diperoleh dari Desa Subur, Kecamatan Air Joman,
(Averrhoa bilimbi L.) segar yang telah dikumpulkan, dibersihkan dari pengotor
yang melekat, lalu dicuci dengan air sampai bersih dan ditiriskan. Bahan
Selanjutnya diblender menjadi serbuk dan disimpan dalam wadah plastik yang
tertutup rapat. Bagan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6, Halaman 57.
Larutan bismuth (III) nitrat P 40% b/v dalam asam nitrat P sebanyak
memisah sempurna. Lalu diambil lapisan jernihnya dan diencerkan dengan air
1995).
Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat P dilarutkan dalam air suling bebas
mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air,
penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total dan
belimbing wuluh. Serbuk simplisia ditaburkan diatas kaca objek yang telah
ditetesi dengan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian dilihat
Halaman 56.
kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
2 tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan
penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian
Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume dibaca dengan ketelitian
0,05 ml. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang
air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu
kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa
dipanaskan pada suhu 105oC sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang
larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes, 1995).
etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam
dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.
Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari
yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
(Depkes, 1995).
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
pada suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai
diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit,
didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloida
sebagai berikut:
Alkaloida positif jika endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari
filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan
terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol
(Farnsworth, 1966).
campuran dari 7 bagian etanol 95% dan 3 bagian air suling. Kemudian
(II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari
perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan ditambahkan
Na2SO4 anhidrat, disaring kemudian diuapkan pada temperatur tidak lebih dari
tabung reaksi, kemudian diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan
2 ml air dan 5 tetes larutan pereaksi Molish, lalu ditambahkan dengan hati-hati
2 ml asam sulfat pekat, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan,
diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida
(Depkes, 1989).
selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang
dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N
2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa
ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat
sampel uji. Timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukan adanya steroid,
sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi cairan penyari secukupnya sampai
cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan
(Depkes, 1986).
(lapisan atas) diambil dengan cara dekantasi, dan fraksinasi dilakukan sampai
warna lapisan etilasetat jernih, dan fraksi air (fraksi sisa) diambil dan semua
terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan didalam oven pada
suhu 170°C selama 1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C
selama 15 menit. Jarum ose dan pinset disterilkan dengan lampu bunsen (Lay,
1994).
Cara pembuatan:
Starch 1,50 g
Bacto-Agar 17,0 g
pH = 7,4
Cara pembuatan:
Erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi sedikit hingga
1000 ml, dipanaskan hingga mendidih sambil sekali-kali diaduk sampai bahan
larut sempurna dan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang dilapisi
(Difco, 1997).
agar steril yang sudah dicairkan, didiamkan pada temperatur kamar sampai
jarum ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar
suhu 35 ± 2oC selama 18-24 jam (Ditjen POM, 1995). Hal yang sama juga
nutrient broth steril lalu diinkubasikan pada suhu 35 ± 2oC sampai didapat
panjang gelombang 580 nm (Ditjen POM, 1995). Hal yang sama juga
petri steril, setelah itu dituang media Mueller Hinton agar (MHA) yang telah
dan bakteri tercampur rata, kemudian dibiarkan sampai media memadat. Pada
media yang telah padat, dibuat lubang lalu ditetesi dengan 0,1 ml larutan uji
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2oC selama 18-24 jam. Selanjutnya
jangka sorong. Hal yang sama dilakukan terhadap larutan uji fraksi n-heksana,
fraksi etilasetat dan fraksi sisa bunga belimbing wuluh. Percobaan ini
wuluh yaitu bunganya kecil muncul langsung dari batang, mahkota bunga
berjumlah 5 berwarna merah lila dengan bagian dalam mahkota yang melekat
pada bakal buah berwarna putih, benang sari berjumlah 10 dan berwarna putih,
kelopak bunga berjumlah 5 dan berwarna lebih muda dari mahkota, panjang
bunga ± 2 cm, dan tangkai bunganya berbulu halus. Dalam keadaan segar
bunga berwarna merah lila, dan setelah kering bunga menjadi warna coklat tua.
mahkota, parenkim dan trakea, rambut penutup dari tangkai bunga, serbuk sari
sebesar 7,94%, kadar sari yang larut dalam air sebesar 11,97%, kadar sari yang
larut dalam etanol sebesar 2,39%, kadar abu total sebesar 8,24% dan kadar abu
air yang terkandung dalam simplisia yang digunakan. Kadar air simplisia
ditetapkan untuk menjaga kualitas simplisia karena kadar air berkaitan dengan
kadar sari dapat dilihat bahwa kadar sari yang larut dalam air lebih tinggi
daripada kadar sari yang larut dalam etanol, hal ini menunjukkan bahwa
senyawa yang terlarut dalam air lebih besar daripada senyawa yang terlarut
dalam etanol. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam air adalah glikosida,
kadar abu tidak larut dalam asam untuk mengetahui zat anorganik yang tidak
larut dalam asam. Dari hasil karakterisasi dapat dilihat bahwa kadar abu total
dan kadar abu yang tidak larut dalam asam pada bunga belimbing wuluh cukup
tinggi, hal ini dapat terjadi karena pada tanaman belimbing wuluh mengandung
unsur mineral dan zat anorganik yang cukup banyak seperti sulfur, kalsium dan
air, dari 10 g ekstrak diperoleh fraksi n-heksana 3,28 g, selanjutnya fraksi air di
(Averrhoa bilimbi L.) dan ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan
Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia simplisia, ekstrak etanol, fraksi n-heksana,
fraksi etilasetat dan fraksi air bunga belimbing wuluh
serbuk Mg, asam klorida pekat dan amil alkohol, kemudian dibiarkan memisah
flavonoid. Penambahan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat akan terbentuk
cincin berwarna ungu pada batas cairan yang menunjukkan adanya glikosida.
(Dwijoseputro, 1994).
heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air bunga belimbing wuluh terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Klebsiella pneumoniae dapat dilihat pada Tabel 4.2
efektif adalah dengan diameter lebih kurang dari 14 mm sampai 16 mm. Pada
hambat yang efektif pada konsentrasi 200 mg/ml dengan diameter 14,73 mm
konsentrasi 200 mg/ml dengan diameter 10,72 mm dan KHM pada konsentrasi
10,34 mm dan KHM pada konsentrasi 30 mg/ml (8,7 mm). Pada fraksi
200 mg/ml dengan diameter 15,5 mm dan KHM pada konsentrasi 20 mg/ml
diameter daerah hambat yang efektif diperoleh pada konsentrasi 200 mg/ml
dengan diameter 14,5 mm dan KHM pada konsentrasi 20 mg/ml (9,72 mm).
Pada fraksi air juga memberikan hasil diameter daerah hambat yang kurang
pada konsentrasi 200 mg/ml dengan diameter 11,81 mm dan KHM pada
dibandingkan dengan fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Lathifah (2008), yang mengatakan bahwa pelarut
etanol sehingga ekstrak kasar etanol memiliki aktivitas antibakteri yang lebih
besar daripada fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air. Hal ini juga
dapat terjadi karena ekstrak n-heksana, etilasetat dan air diperoleh dari hasil
fraksinasi ekstrak kasar etanol sehingga senyawa aktif lebih banyak tersari
baik dalam bentuk terikat maupun dalam bentuk bebas memiliki aktivitas
terpenoid mudah larut dalam lipid, sifat inilah yang yang mengakibatkan
senyawa ini mudah menembus dinding sel bakteri gram positif dan sel bakteri
Senyawa fenol dan turunannya seperti flavonoid dan tanin merupakan salah
5.1 Kesimpulan
a. Hasil karakterisasi simplisia diperoleh kadar air sebesar 7,94%, kadar sari
yang larut dalam air sebesar 11,97%, kadar sari yang larut dalam etanol
sebesar 2,39%, kadar abu total sebesar 8,24% dan kadar abu yang tidak larut
dan glikosida.
10,34 mm. Fraksi etilasetat juga memberikan daerah hambat yang efektif
konsentrasi 200 mg/ml dengan diameter 14,5 mm. Sedangkan fraksi air
5.2 Saran
kimia yang bertanggung jawab terhadap sifat antibakteri yang dimiliki oleh
Lathifah, Q.A. (2008). Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada
Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut.
Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Malang.
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. (1988). Elements of Microbiology. New York:
McGraw-Hill Companies Inc. Terjemahan: Ratna Siri Hadioetomo,
Teja Imas, Sutarmi Tjitrosomo dan Sri Lestari Angka. (1988). Dasar-
Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit UI-Press. Hal. 145.
Simplisia
Dilakukan makroskopik
Dihaluskan
Serbuk Simplisia
Serbuk simplisia
200 g
Diperkolasi dengan
etanol 96%
Perkolat
Diuapkan dengan
rotary evaporator
Dikeringkan dengan
freeze dryer
Fraksi n-heksana
Fraksi etilasetat Fraksi air (sisa)
kental
Dipekatkan Dipekatkan
Uji aktivitas
antibakteri Fraksi etilasetat kental Fraksi air kental
Biakan Murni
Bakteri
Diambil 1 ose
Disuspensikan kedalam 10 ml nutrient broth
Inokulum Bakteri
Media Padat
Dibuat lubang/sumuran
Dimasukkan 0,1 ml ekstrak/fraksi dengan berbagai konsentrasi
dan pelarut DMSO sebagai blanko
Diinkubasi pada suhu 35 ± 2ºC selama 18-24 jam
Diukur diameter daerah hambat di sekitar larutan penguji
Hasil
0,4 ml
% Kadar air = × 100% = 7,98%
5,012 g
0,4 ml
% Kadar air = × 100% = 7,85%
5,098 g
0,4 ml
% Kadar air = × 100% = 7,99%
5,003 g
7,98%+7,85%+7,99%
% Kadar air rata-rata = = 7,94%
3
0,005 g 100
% Kadar sari larut air = × × 100% = 12,10%
5,330g 20
0,116 g 100
% Kadar sari larut air = × × 100% = 11,35%
5,110 g 20
0,127 g 100
% Kadar sari larut air = × × 100% = 12,46%
5,095 g 20
12,10%+11,35%+12,46%
% Kadar sari larut air rata-rata = = 11,97%
3
0,024 g 100
% Kadar sari larut etanol = × × 100% = 2,38%
5,043g 20
0,024 g 100
% Kadar sari larut etanol = × × 100% = 2,39%
5,003 g 20
0,024 g 100
% Kadar sari larut etanol = × × 100% = 2,39%
5,095 g 20
2,38%+2,39%+2,39%
% Kadar sari larut etanol rata-rata = = 2,39%
3
0,170 g
% Kadar abu total = × 100% = 8,43%
2,017 g
0,170 g
% Kadar abu total = × 100% = 8,19%
2,025 g
0,163 g
% Kadar abu total = × 100% = 8,11%
2,010 g
8,43%+8,19%+8,11%
% Kadar abu total rata-rata = = 8,24%
3
0,111 g
% Kadar abu tidak larut asam = × 100% = 5,50%
2,017 g
0,113 g
% Kadar abu tidak larut asam = × 100% = 5,58%
2,025 g
0,110 g
% Kadar abu tidak larut asam = × 100% = 5,47%
2,010 g
Keterangan:
D1 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan I
D2 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan II
D3 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan III
D* : Rata-rata diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
- : Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Blanko : DMSO
Keterangan:
D1 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan I
D2 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan II
D3 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan III
D* : Rata-rata diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
- : Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Blanko : DMSO
Keterangan:
D1 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan I
D2 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan II
D3 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan III
D* : Rata-rata diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
- : Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Blanko : DMSO
Keterangan:
D1 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan I
D2 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan II
D3 : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri pada perlakuan III
D* : Rata-rata diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
- : Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Blanko : DMSO
Ekstrak etanol
400 500
300
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi ekstrak dalam satuan mg/ml
Ekstrak etanol
200 100
90
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi ekstrak dalam satuan mg/ml
Ekstrak etanol
80 70
60
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi ekstrak dalam satuan mg/ml
Ekstrak etanol
50
40
30
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi ekstrak dalam satuan mg/ml
Ekstrak etanol
20 blanko
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi ekstrak dalam satuan mg/ml
Blanko = DMSO
Ekstrak etanol
400 500
300
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi ekstrak dalam satuan mg/ml
Ekstrak etanol
200 90
100
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi ekstrak dalam satuan mg/ml
Ekstrak etanol
90 100
80
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi ekstrak dalam satuan mg/ml
Ekstrak etanol
50 40
30
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi ekstrak dalam satuan mg/ml
Ekstrak etanol
20 blanko
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Blanko = DMSO
Fraksi n-
heksana
500
400
300
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi n-
heksana
200 100
90
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi n-
heksana
70
80
60
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi n-
heksana
50
40
30
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi n-
heksana
20 blanko
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Blanko = DMSO
Fraksi n-
heksana
500 400
300
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi n-
heksana
100
200
90
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi n-
heksana
80
70
60
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi n-
heksana
50 40
30
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi n-
heksana
20 blanko
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Blanko = DMSO
Fraksi etilasetat
500 400
300
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi etilasetat
200
100
90
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi etilasetat
80 70
60
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi etilasetat
50
40
30
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi etilasetat
20 blanko
Staphylococcus
aureus
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Blanko = DMSO
Fraksi etilasetat
500 400
300
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi etilasetat
200 100
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi etilasetat
80
70
60
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi etilasetat
50 40
30
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Fraksi etilasetat
20
blanko
Klebsiella
pneumoniae
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Blanko = DMSO
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Keterangan:
Blanko = DMSO
Keterangan:
Konsentrasi fraksi dalam satuan mg/ml
Keterangan:
Blanko = DMSO