Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“Anemia Pada Kehamilan”


DI RUANGAN BERSALIN

RSU WONOLANGAN

Dosen Pembimbing:

Di Susun Oleh:

Anggun Dika Pradini


14201.08.16004

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

PESANTREAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2018 – 2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“Anemia Pada Kehamilan”

DI RUANG BERSALIN

Probolinggo, 15 januari 2019

Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
Anemia pada Kehamilan

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Anatomi

2. Fisiologi
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga
diedarkan melalui darah.Darah manusia berwarna merah, antara
merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh
hemoglobin, protein pernapasan (respiratoryprotein) yang
mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat
terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem
peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh
darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-
paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbondioksida dan
menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa
kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah
dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta.
Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran
halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali
ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava
inferior. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-
obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal
untuk dibuang sebagai air seni.

Komposisi Darah Manusia Terdiri dari dua komponen:

a) Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah


4 Eritrosit, Lekosit, Trombosit.
1) Eritrosit (Sel Darah Merah)

Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada


pria dewasa sekitar 5juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar
4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna merah
disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk
mengikat Oksigen. Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan
dalain menentukan penyakit Anemia.Eritrosit berusia sekitar
120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa.
Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin
(pigmen empedu).

2) Lekosit(Sel Darah Putih)

Leukosit memiliki nucleus namun tak memiliki


hemoglobin. Rentang hidup lekosit adalah beberapa jam
hingga beberapa hari. Leukosit bersifat amuboid atau tidak
memililik bentuk yang tetep. Orang yang kerlebihan leukosit
menderita penyakit leukemia. Sedangkan orang yang
kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia. Jumlah
lekosit adalah 4000-11000. Leukosit digolongkan menjadi 2
yaitu granulosit dan agranulosit. Ciri dari granulosit atau
leukosit granuler adalah memiliki granula pada sitoplasma.
3) Trombosit (keping darah)

Disebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada


orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc. Di dalam
trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku
(Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti
Haemophilic Factor) Jika seseorang secara genetis
trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang
tersebut menderita Hemofili.

B. DEFINISI
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrin dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada
penderitan anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah
(hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya
zat besi untuk pembentukan darah merah, misalnya zat besi, asam folat, dan
vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat
besi.(Prawirohardjo, 2014)
Anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai kadar Hb <11 g pada
trimester pertama dan ketiga, serta Hb<10,5 g/dl pada trimester kedua.
Perubahan pisiologi pada kehamilan terjadi ekspansi volume plasma relatif
lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah sel darah merah.
Volume plasma naik sebanyak 40-45%, disproporsi ini paling besar saat
trimester kedua. Pada trimester ketiga, volume plasma menurun dan masa
hemoglobin meningkat. Diperkirakan selama kehamilan volume plasma
meningkat tiga kali lebih banyak dibandingkan peningkatan eritrosit. Anemia
pada kehamilan mempengaruhi vaskularisasi plasenta. Angiogenesis, yang
terjadi pada masa awal kehamilan menjadi tidak optimal. (Asrina Dkk, 2013)
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Mochtar, 2008).

C. EPIDEMIOLOGI
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan
darah pada saat melahirkan, maka akan beresiko membutuhkan transfusi
darah. Sekitar 80% kasus anemia pada wanita hamil merupakan anemia
defisisiensi besi. Dan 20 % lainnya mencakup kasus anemia herediter dan
berbagai anemia didapat,termasuk anemia asam folat, anemia sel sabit, dan
talasemia. Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO)
melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi
sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia
kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan
dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut.

D. ETIOLOGI
Menurut Mochtar(2008) penyeban anemia pada umunya adalah :
1. Perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat.
3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis,
empiema, dll.
4. Kelainan darah
5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
6. Malabsorpsi
Penyebab anemia pada kehamilan :
1. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
2. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
3. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
4. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)
5. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

E. PATOFISIOLOGI
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena dalam kehamilan
keperluan akan zat-zat makanan bertambah dari terjadi pula perubahan-
perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Dalam kehamilan terjadi
peningkatan jumlah darah dimana jumlah sel-sel darah lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah plasma (hidremia), yaitu plasma bertambah
sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Hal itu bisa
menyebabkan terjadinya pengenceran darah (hemodelusi) yang disertai
anemia fisiologi.
Semakin meningkatnya umur kehamilan, kebutuhan akan zat besi dan
asam folat untuk ibu dan janin juga akan meningkat. Terlebih pada trimester
akhir yang jika tidak dipenuhi dari tambahan dari luar akan meningkatkan
resiko tinggi terjadinya anemia pada ibu.
F. PATHWAY
G. KLASIFIKASI
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia
akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang
masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi,
gangguan penggunaan, atau karena terlalu banyaknya besi ke luar dari
badan, misalnya pada pendarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam
kehamilan , terutama pada trisemester terakhir. Apabila masuknya besi
tidak bertambah dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi
besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar.
Diagnosis defisiensi besi yang berat tidak sulit karena ditandai ciri-
ciri yang khas bagi defisiensi besi, yaitu mikrositosis dan hipokromasia.
Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi adalah :
a. Kadar besi serum rendah
b. Daya ikat besi serum tinggi
c. Protoporfirin eritrosit tinggi
d. Tidak ditemukan homosiderin (stainable iron) dalam sumsum tulang
Pengobatan anemia defisiensi besi dapat dimulai dengan preparat
besi per os. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg sehari,
seperti sulfas-ferrosus atau glukonas ferrosus. Terapi parenteral dapat
diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi per os, ada
gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila
kehamilannya sudah tua. Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri
secara IM.
Anemia defisiensi besi dapat dicegah dengan pemberian sulfas-
ferrosus atau glukonas ferrosus 1 tablet sehari pada setiap ibu hamil dan
berikan nasehat pada ibu hamil untuk makan lebih banyak protein dan
sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik
bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa
perdarahan banyak atau komplikasin lain. Anemia berta yang tidak diobati
dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan
tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan post partum, dan infeksi.
2. Anemia megaloblastik( 29,0%)
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena
difisiensi asam folat ( pteroylglutamic acid, jarang sekali karena
difiesiensi vitamin B12 ( cynocobalamin).
Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan
megaloblas atau promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang.
Defisiensi asam folik sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam
kehamilan.
Dalam pengobatan anemia megaloblastik dalam kehamilan
sebaiknya bersama-sama dengan asam folik diberikan pula besi. Tablet
asam folik diberikan dalam dosis 15-30 mg sehari atau diberikan dengan
suntikan dengan dosis yang sama.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan pada umumnya berat
sehingga tranfusi darah kadang-kadang diperlukan apabila tidak cukup
waktu karena kehamilan dekat aterm, atau apabila pengobatan dengan
pelbagai obat penambah darah tidak berhasil.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai
prognosis cukup baik. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan
selamat dengan atau tanpa pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan
tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anka
keperluan akan asam folik jauh berkurang.
3. Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan
sumsum tulang kurang mampu membuat sel – sel darah baru, dinamakan
anemia hipoplastik dalam kehamilan. Darah tepi menunjukan gambaran
normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri – ciri defisiensi besi,
asam folat, atau vitamin B12. Etiologi anemia hipoplastik karena
kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang
disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau obat obatan.
Salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita
anemia hipoblastik adalah dengan pemberian tranfusi darah yang perlu
diulang sampai beberapa kali. Anemia hipoblastik berat yang tidak diobati
mempunyai prognosis buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak. Dalam
pemberian obat-obat pada bumil selalu harus dipikirkan pengaruh samping
obat-obat itu. Khususnya obat-obat yang mempunyai pengaruh
hemotoksik.
4. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia
hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya akan
menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan
menyebabkan krisis henolitik pada wanita yang sebelumnya tidak
menderita anemia. Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2
golongan besar, yakni :
a. Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada
sferositosis, eliptositosis, anemia hemolitik herediter , thalasemia,
anemia sel sabit, hemoglobinopatia C, D, G, H, I, dan paraxysmal
noctural haemoglobinuria.
b. Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular , seperti pada
infeksi ( malaria, sepsis, dsb), keracunan arsenikum , neoarsphenamin,
timah, sulfonamid, kinin, paraquin, pimaquin, nitrofuratoin (
Furadantin), racun ular pada defisiensi G6PD , antagonismus rhesus
atau ABO, leukemia, penyakin Hodgkin, limfasarkoma, penyakit hati,
dll.
Gejala-gejala yang sering timbul ialah gejala-gejala proses
hemolitik (anemia, hemoglobinemia, hemoglobinuria,
hiperbilirubinemia, hiperurobilinuria, dan strekobilin lebih banyak
dalan feses) dan selain itu juga timbul gejala sebagai tanda regenerasi
darah. Pada hemolisis yang berlangsung lama dijumpai pembesaran
limpa dan anemia hemolitik yang herediter kadang-kadang disertai
kelainan roentgenologis pada tengkorak dan tulang-tulang lain.
Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung pada
jenis dan beratnya. Transfusi darah yang kadang-kadang diulang
beberapa kali, diperlukan pada anemia berat untuk meringankan
penderitaan ibu dan untuk mengurangi bahay hipoksia.

H. MANIFESTASI KLINIS
1. Ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing
2. Mata berkunang-kunang
3. Malaise
4. Lidah luka
5. Nafsu makan turun( anoreksia)
6. Konsentrasi hilang
7. Nafas pendek ( pada anemia parah)
8. Keluhan mual muntah pada hamil muda
9. Palpitasi.

I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
2. Palpasi : turgor kulit, CRT, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus.
3. Auskultasi : DJJ dan denyut jantung ibu.

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1. Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
K. PENATALAKSANAAN
a. Terapi oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.
Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau
suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika
diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari,
kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi
adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar
adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan
dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna
hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan
biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi
pada ibu hamil daripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi
meningkat 2 kali lipat daripada wanita normal. Pengobatan yang lain:
1) Asam folik 15 – 30 mg per hari
2) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberikan transfusi darah.
b. Terapi parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada
gangguan penyerapan penyakit saluran pencernaan atau apabila
kehamilannya sudah tua. Terapi parenteral ini diberikan dalam bentuk
ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi (imferon) atau
sorbitol besi (Jectofer)
c. Terapi non medika mentosa
Konsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi: hati,
daging merah, sayuran hijau. Selain itu meningkatkan
konsumsi penyerapan besi: buah-buahan dan sayuran (vitamin c)
Menghindari atau menghambat penyerapan besi seperti kopi dan teh,
Pemberian tablet vitamin C.(Tanto Chris, 2014)

L. KOMPLIKASI
1. Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini
harus selalu diwaspadai.
2. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat
mengakibatkan : abortus, missed abortus dan kelainan kongenital.
3. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan
prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam
rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah
terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
4. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer
maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan
tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.
5. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio
placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan
gangguan involusio uteri.(Manuaba, 2012)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
Anemia pada Kehamilan

A. PENGKAJIAN
a. Aktivitas
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum.
2) Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja.
3) Toleransi terhadap latihan rendah.
4) Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
b. Sirkulasi : Riwayat kehilangan darah kronis, palpitasi, CRT lebih dari dua
detik
c. Integritas Ego : Cemas, gelisah, ketakutan
d. Eliminasi : Konstipasi, sering kencing.
e. Makanan dan cairan : Nafsu makan menurun, mual muntah, defisiensi besi
dan asam folat
f. Nyeri atau kenyamanan : Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan
kepala.
g. Pernapasan : Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
h. Seksual : Dapat terjadi pendarahan pervaginam, pendarahan akut
sebelumnya.
i. Pemerikasaan fisik :
1) Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
2) Palpasi : turgor kulit, CRT, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus.
3) Auskultasi : DJJ dan denyut jantung ibu.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen ke jaringan atau ke sel
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen
4. Risiko cedera terhadap janin b/d penurunan kadar Hb pada ibu
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan
mengenai anemia

C. INTERVENSI
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
a. Batasan Karakteristik
1) Edema
2) Kelambatan penyembuhan luka perifer
3) Nyeri ekstermitas
b. NOC
Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5
040713 Nyeri di ujung kaki dan tangan yang
terlokalisasi
040710 Suhu kulit ujung kaki dan tangan

Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
c. NIC
1. Manajemen nyeri
a) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien
terhadap nyeri
b) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari
tidaknyamanan akibat prosedur
c) Kurangi atau eliminasi factor-faktor yang dapat
mencetuskan atau meningkatkan nyeri (misalnya ketakutan,
kelelahan, keadaan monoton, dan kurang pengetahuan)
2. Pengaturan suhu
a) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
b) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi sesuai kebutuhan

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


a. Batasan Karakteristik
1) Bising usus hiperaktif
2) Gangguan sensasi rasa
3) Diare ( Heather, 177)
b. NOC
No Kode Indikator 1 2 3 4 5

1 100801 Asupan makanan secara


oral
2 100803 Asupan cairan secara oral

3 100804 Asupan cairan intravena

Keterangan : 1 = Tidak Adekuat


2 = Sedikit Adekuat
3 = Cukup Adekuat
4 = Sebagian Besar Adekuat
5 = Sepenuhnya Adekuat
( Sue Moorhead, 553 )
c. NIC
1) Manajemen Cairan
2) Manajemen Jalan nafas
3) Terapi Menelan ( Gloria M. Bulechek, 499)
3. Intoleransi aktivitas
a. Batasan Karakteristik
1) Dispnea setelah beraktivitas
2) Keletihan
3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas dll
b. NOC
Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5
040713 Perilaku patuh; aktivitas yang
disarankan
040710 perilaku patuh; pengobatan yang di
sarankan

c. NIC
1) Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisi pasien
melalui aktivitas spesifik
2) Dorong aktivitas kreatif yang tepat
3) Bantu klien dan keluarga untuk mengindentifikasi kelemahan
dalam level aktivitas tertentu
4) Memberi KIE

4. Risiko cedera
a. NOC (keparahan cidera fisik)
Indicator Skala 1 2 3 4 5
outcome

191301 Lecet pada


kulit

191302 Memar

191303 Luka gores

191323 Pendarahan

Keterangan:

1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
b. NIC
1. Pencegah pendarahan
a) Monitor dengan ketat resiko terjadinya perdarahan pada
pasien
b) Catat nilai hemoglobin dan hemotokrit sebelum dan
setelah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
c) Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap (contoh :
cek semua sekresi darah yang terlihat jelas maupun
yang sembunyi)
d) Monitor komponen koagulasi darah
e) Monitor tanda-tanda vital ortastatik, termasuk tekanan
darah
2. Manajemen demensia
a) Sertakan anggota keluarga dalam perncanaan,
pemberian, dan evaluasi keperawatan jatuh yang
diinginkan
b) Tentukan riwayat fisik, sosial, psikologis, kebiasan dan
rutinitas pasien
c) Hindari sentuhan dan kedekatan jika hal ini
menyebabkan stress dan kecemasan
d) Batasi jumlah pilihan yang harus dibuat pasien
sehingga tidak menimbulkan kecemasan
3. Pencegahan jatuh
a) Identifikasi kekurangan kognitif atau fisik dari pasien
yang mungkin meningkatkan potensi jatuh pada
lingkungan tertentu
b) Letakkan benda-benda yang mudah dijangkau oleh
pasien
c) Sediakan kursi dengan ketinggian yang tepat dan
sandaran tangan dan punggung yang mudah dipindah
5. Defisiensi pengetahuan
a. Batasan Karakteristik
1) Ketidakakuratan melakukan tes
2) Ketidakakuratan mengikuti perintah
3) Kurang pengetahuan
b. NOC (pengetahuan kehamilan)
Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5
181026 Pentingnya perawatan sebelum melahirkan
sesering mungkin
181027 Pentingnya pendidika (kesehatan) sebelum
melahirkan
181003 Tanda-tanda peringatan komplikasi kehamilan
181011 Pola penambahan BB yang sehat
c. NOC
1) Pendidikan kesehatan
2) Peningkatan kesadaran kesehatan
3) Pengurangan kecemasan

D. EVALUASI
1. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual muntah
2. Tidak terdapat perubahan karakteristik pada kulit(rambut, kuku,dan
kelembapan)
3. Pasien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak mengeluh lemah dan
lelah
4. Tidak adanya risiko cedera pada janin dengan tinggi fundus sesuai
kehamilan
5. Pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat dengan mengikuti
tindakan dan prosedur perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Asrina, Suhartatik, Eddyma W. Ferial. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Siti Fatimah Makasar. Stikes Nani Hasanudin Makasar. Diakses 23
Desember 2015.
Doenges, M.E (2008). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk
Perencanaan & Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC
Irianto Koes. 2015. Kesehatan Reproduksi. Bandung :Alfabeta
Manuaba gde. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan Kb. JakartaEGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. IlmuKebidanan. Jakarta : EGC
Tanto Chris. 2014. Kapita Slekta kedokteran I. Jakarta :Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai