MENIMBANG : a. bahwa dalam rangka untuk mewujudkan Visi dan Misi RSU Bina Kasih
serta dalam rangka menghadapi tuntutan akan pelayanan Rumah Sakit
yang berkualitas serta mengutamakan keselamatan pasien;
b. sehubungan dengan itu perlu ditetapkan dalam suatu keputusan Direktur
Utama RSU Bina Kasih.
MEMUTUSKAN :
File 1/conversion/tmp/scratch/407097491.doc
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Medan
PadaTanggal : 19 Oktober 2015
RSU Bina Kasih
2/6
File 1/conversion/tmp/scratch/407097491.doc
Lampiran Keputusan Direktur Nomor : 01/283/SKEP/RSU BK/X/2015
Tentang : Kebijakan Pelayanan Pasien
3/6
File 1/conversion/tmp/scratch/407097491.doc
II. PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN PELAYANAN
RISIKO TINGGI
1. Rumah sakit mengarahkan asuhan pasien risiko tinggi dan ketentuan pelayanan risiko
tinggi.
2. Manajemen RS bertanggung jawab untuk :
- Mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggap berisiko tinggi di rumah sakit.
- Menggunakan proses kerjasama ( kolaborasi ) untuk mengembangkan pelayanan dan
prosedur yang sesuai.
- Melaksanakan pelatihan staf dalam mengimplementasikan kebijakan dan prosedur.
3. Rumah sakit mengidentifikasi risiko sampingan sebagai akibat dari suatu prosedur atau
rencana asuhan (contoh perlunya pencegahan thrombosis vena dalam, ulkus dekubitus
dan jatuh).
4. Rumah sakit melatih petugas untuk kasus emergency.
5. Rumah sakit menetapkan / melatih petugas (perawat) pemberian pelayanan resusitasi
diseluruh unit.
6. Rumah sakit menetapkan bagian pelayanan darah untuk penanganan, penggunaan dan
pemberian darah dan produk darah.
7. Rumah sakit menetapkan bagian ICU sebagai pelaksana asuhan pasien yang
menggunakan peralatan bantu hidup dasar atau yang koma.
8. Rumah sakit menetapkan bagian isolasi untuk melaksanakan asuhan pasien dengan
penyakit menular dan mereka yang daya tahannya diturunkan.
9. Rumah sakit wajib menyediakan tempat tidur yang pakai penghalang.
10. Rumah sakit mewajibkan seluruh pegawai mengarahkan pasien usia lanjut, cacat dan
anak-anak yang berisiko di siksa.
11. Rumah sakit membuat dan menetapkan pedoman klinis dan clinical pathway berguna
dalam menyusun prosedur.
4/6
File 1/conversion/tmp/scratch/407097491.doc
IV. PENGELOLAAN RASA NYERI
1. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
2. Hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan nyeri dihargai dan dibantu.
3. Berdasarkan lingkup pelayanan yang disediakan rumah sakit memiliki proses untuk
asesmen dan pengelolaan rasa nyeri yang sesuai termasuk :
a. Identifikasi pasien yang nyeri pada waktu asesmen awal dan asesmen ulang.
b. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.
c. Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri dan
gejala dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan agama masing-masing.
d. Mendidik para praktisi pelayanan kesehatan tentang asesmen dan pengelolaan nyeri.
5/6
File 1/conversion/tmp/scratch/407097491.doc
3. Penentuan petugas yang menangani pasien berdasarkan kompetensi yang dimiliki dan
tingkat ketergantungan pasien
4. Semua pasien yang datang ke Unit Emergency harus melalui Triage dan segera diberikan
pertolongan pertama tanpa membedakan suku, agama, dan status sosial ekonomi.
5. Setiap pasien yang datang berobat ke Unit Emergency dengan kasus gawat maupun tidak
gawat harus diberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan efisien.
6. Terhadap pasien yang gawat dilakukan perawatan, tindakan dan observasi kegawatan
secara intensif oleh dokter dan perawat sampai dengan kondisi klinis pasien stabil, tanpa
mempertimbangkan biaya dan sumber pembiayaannya
6/6
File 1/conversion/tmp/scratch/407097491.doc