Disusun oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, dengan petunjuk dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat membuat makalah dan dapat terselesaikan. Kami membuat
makalah tentang “HUKUM BERIBADAH BAGI ORANG YANG SEDANG
DIRAWAT DI RUMAH SAKIT” bertujuan untuk memenuhi tugas Kajian
Keislaman.
Penyelesaian naskah ini tidak lepas dari motivasi dan jasa dari beberapa
pihak. Oleh sebab itu kami ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak yang
meluangkan waktunya untuk membimbing kami dalam menyelesaikannya..
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para
pembaca pada umumnya dan dapat menambah wawasan tentang teori
keperawatan khususnya. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
A. KASUS
Seorang perempuan umur 60 tahun datang ke RS PKU Muhammadiyah
Gombong pada tanggal 24 Desember 2018, pukul 18.45 dengan keluhan
sesak nafas sejak 2 hari SMRS. Tampak bengkak di perut, pernah cuci
darah 1x hari kamis ( 5 hari SMRS), tidak keluar kencing sejak kemarin
siang. Klien mengatakan minum banyak namun tidak ingin BAK. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan: kesadaran compos mentis. Tekanan
darah:180/100 mmHg. Nadi: 92x/menit, Respirasi: 26x/menit. S : 36 ºC,
SpO2 99%. Mata: conjunctiva anemis+/+, sclera ikterik -/-. Mempunyai
riwayat penyakit hipertensi. Terpasang binasal kanul 3 liter, terpasang
infus three way non fluid di tangan kanan pasien. Hasil pemeriksaan EKG
: sinus rithem. Klien telah diberikan terapi inj. Furosemid, Asam Folat tab,
dan Biconat tab.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syari’at Islam dibangun di atas dasar ilmu dan kemampuan orang
yang dibebani dengan suatu pemikiraan bahwa tidak ada suatu perintah
atau beban syari’at yang di wajibkan kepada seorang diluar
kemampuannya. Allah ta’ala sendiri menjelaskan hal ini dalam
firman_Nya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”. (Qs. Al-Baqoroh/2:286). Allah ta’ala juga
memerintahkan kaum muslimin untuk melaksanakan ketakwaan menurut
kemampuan mereka dalam firman_Nya: “Maka bertaqwalah kamu kepada
Allah menurut kesanggupanmu. (Qs. Al-Taghabun/64:16).
Ibadah Salat merupakan ibadah yang dilakukan untuk
mendekatkan para ’abid (hamba) kepada Ma’budnya (Allah) yang
menghubungkan makhlukmanusia dengan Khaliq-Nya. Dalam keadaan
sakitpun shalat menjadi prioritas utama yang harus dilaksanakan, salah
satunya jika ia menggunakan kateter sekalipun.
Kateter adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dimasukkan
dalam kandung kemih dengan maksud untuk mengeluarkan air kemih
yang melalui uretra. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap ibadah shalat bagi
orang sakit.
Orang yang dirundung sakit, memiliki hukum khusus dalam
thaharah (bersuci) dan shalat sesuai dengan keadaan mereka, yang juga
hal ini diperhatikan oleh syari’at Islam. Penggunaan kateter dalam shalat
menurut hukum Islam dibolehkan dengan syarat selain harus punya
wudhu, harus suci dari najis yaitu air kencing, darah dan nanah baik di
pakaian maupun pada tempat shalat. Jika menggunakan kateter untuk
buang air, di mana kateter harus tetap terpasang dan tidak bisa dilepas
waktu shalat, atau jika sering dilepas akan membahayakan orang yang
sakit, maka tidak masalah shalat dalam keadaan kateter tetap terpasang.
Akan tetapi jika kateter memungkinkan untuk dilepas, meskipun
diupayakan hanya dua kali sehari, maka dia bisa atur agar kateter dilepas
ketika mendekati waktu ashar dan waktu isya.
B. Rumusan Masalah
1. Hakikat shalat
2. Pengertian kateter dan mekanisme pemasangannya
3. Shalat bagi orang sakit
4. Pandangan hukum islam tentang penggunaan kateter dalam shalat
C. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah “Hukum Beribadah Bagi Orang yang
Sedang Dirawat di Rumah Sakit” adalah untuk membantu orang-orang
yang tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana memenuhi
kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu shalat 5 waktu agar tetap
terpenuhi dan menjalankannya dengan syari’at dan ketentuan yang ada
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
D. Manfaat
1. Mengetahui hakikat shalat
2. Mengetahui pengertian kateter dan mekanisme pemasangannya
3. Mengetahui bagaimana shalat bagi orang yang sakit
4. Mengetahui hukum Islam tentang penggunaan kateter dalam shalat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat shalat
Ibadah Salat merupakan ibadah yang paling besar dalam
mendekatkan para ’abid (hamba) kepada Ma’budnya (Allah), dan seteguh
shalih (pertumbuhan) yang menghubungkan makhluk manusia dengan
Khalid-nya1, namun keadaan sekarang di lingkungan kita ini pemahaman
mengenai kedudukan salat semakin memudar masa demi masa. Sikap dan
perilaku orang yang mengaku beragama Islam terhadap Salat amat
beragam. Ada yang Salat, ada yang tidak Salat, ada pula yang kadang-
kadang Salat, dan tanpa merasa berdosa tidak mengerjakan Salat2.
Sekarang kita dapat menerawang diri kita berada di posisi manah
sebenarnya, apakah kita komitmen akan Salat kita ataukah kita
menganggap Salat itu ritual formalitas belaka. Dari hal tersebut kita juga
dapat menilai orang-orang yang berada di sekitar kita, apakah mereka
komitmen sama dengan kita ataukah sama saja menganggap Salat adalah
ritual formalitas saja.
Allah Ta’ala telah mengancam kepada orang yang meninggalkan
salat. Orang yang meninggalkan Salat itu mempunyai dua kemungkinan:
Pertama, mungkin ia meninggalkan Salat karena menolak kewajibannya
atau mengingkarinya. Kedua, mungkin orang itu meninggalkan Salat
karena enggan dan malas mengerjakannya sementara ia masih mengakui
kewajiban Salat itu baginya.3 Sebagai umat Muslim khususnya para
pemuda penerus perjuangan Islam kedepannya, kita semua mesti sadar
akan fenomena yang terjadi dimasa kita ini. Bergaul dengan orang-orang
Shalih adalah jalan yang dapat kita tempuh untuk memperbaiki kekeliruan
kita terhadap kedudukan salat selama ini.
B. Pengertian kateter dan mekanisme pemasangannya
Pemasangan kateter urin merupakan tindakan keperawatan dengan
cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang
bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan. Tindakan pemasangan kateter urin
dilakukan dengan memasukan selang plastik atau karet melalui uretra ke
dalam kandung kemih. Kateter memungkinkan mengalirnya urin yang
berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau
klien yang mengalami obstruksi. Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji
haluaran urin per jam pada klien yang status hemodinamiknya tidak stabil.
Kateterisasi urin membantu pasien dalam proses eliminasinya.
Pemasangan kateter menggantikan kebiasaan normal dari pasien untuk
berkemih.
A. Kesimpulan
Orang islam di perbolehkan shalat sesuai dengan keadaan yang dia
mampu. Misalnya jika tidak mampu dengan berdiri maka dengan duduk, jika
tidak mampu dengan duduk maka dengan berbaring. Jika kondisinya harus
terpasang kateter maka di perbolehkan untuk tetap terpasang. Karena jika harus di
lepas pasang dapat menginfeksi dan membahayakan kondisi orang tersebut.
Seperti di jelaskan dalan surah Al-Baqoroh dimana Allah tidak membebani satu
jiwa kecuali sesuai kemampuannya
B. Saran
Demikian makalah “HUKUM BERIBADAH BAGI ORANG YANG
SEDANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT” ini kami susun. Semoga makalah ini
bisa sekiranya bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca. Kami sadar, makalah ini
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif kami
harapkan dari semua pihak untuk kesemprnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA