PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu saja memiliki
penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun memerlukan ketepatan dalam
mengambil teknik yang digunakan seorang konselor atau psikolog. Namun puluhan bahkan
ratusan teknik tidak mungkin digunakan semua secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya
penentuan teknik yang akan dipakai. Teknik itu merupakan salah-satu cara konselor atau
psikolog dalam melakukan proses pendekatan terhadap pihak klien berdasarkan sikap,
masalah yang dihadapi, dan berbagai hal lainnya yang harus dipahami para konselor atau
psikolog secara teori untuk kemudian dipraktekkan di lapangan.
Dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan psikologis, ada banyak
pendekatan-pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem solving yang akan diberikan
seorang konselor atau psikolog dalam membantu kliennya.
Pendekatan konseling merupakan teori yang mendasari sesuatu kegiatan dan praktik
konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena jika kita mempunyai pemahaman
berbagai pendekatan atau teori-teori konseling, maka akan memudahkan kita dalam
menentukan arah proses konseling.
Dunia konseling memiliki berbagai macam pendekatan yang dapat dijadikan acuan
dasar pada semua praktik konseling. Masing-masing teori tentu saja dikemukakan oleh ahli
yang berbeda sehingga penerapan dari pendekatan yang digunakan juga akan terlihat berbeda.
Beberapa pendekatan dalam konseling yaitu pendekatan psikoanalisis, eksistensial-
humanitis, client-centered, terapi gestalt, terapi rasional-emotif, terapi realitas dan
pendekatan eklektik. Dalam makalah ini, hanya akan diuraikan tentang pendekatan
psikoanalisis secara lebih mendetail. Psikoanalisis sebagai teori pertama yang muncul dalam
psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar konseling psikoanalisis?
2. Bagaimana pandangan psikoanalisis tentang kepribadian manusia?
3. Bagaimana teknik konseling psikoanalisis?
4. Apa kelebihan dan kekurangan pada konseling psikoanalisis?
5. Bagaimana penerapan dan contoh kasus teori psikoanalisis dewasa ini?
C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami konsep dasar konseling psikoanalisis.
2. Memahami pandangan psikoanalisis tentang kepribadian manusia.
3. Memahami teknik-teknik konseling psikoanalisis.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pada konseling psikoanalisis.
5. Memahami penerapan dan contoh kasus teori psikoanalisis dewasa ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Konseling Psikoanalisis
1. Pengertian Konseling Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat
manusia, dan metode psikoterapi, berorientasi untuk berusaha membantu individu mengatasi
ketegangan psikis yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang berlebih-
lebihan (anxiety). Menurut pandangan Freud, setiap manusia didorong oleh kekuatan-
kekuatan irasional di dalam dirinya sendiri, oleh motif-motif yang tidak disadari dan oleh
kebutuhan-kebutuhan alamiah yang bersifat biologis dan naluri.
Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan
cara-cara fisik. Psikoanalisis jelas terkait dengan tradisi Jerman yang menyatakan bahwa
pikiran adalah wujud yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Psikoanalisis
merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya tertuju kearah bidang motivasi, emosi,
konflik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalis dahulu lahir bukan dari psikologi
melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama psikoanalis
ialah Sigmund Freud (1896).
Perkembangan Kepribadian
Secara genetis perkembangan kepribadian berkembang melalui beberapa tahap, yaitu
tahap oral, anal, falik, laten dan genital. Freud mengemukakan bahwa tahapan perkembangan
ini sangat penting terutama bagi pembentukan kepribadian di kemudian hari.
a. Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase ini anak berkembang
berdasarkan pengalaman kenikmatan erotik pada daerah mulut. Anak yang tidak mendapat
kasih sayang dari ibu dan kepuasan dalam makan serta minum akan menghambat
perkembangan kepribadiannya.
b. Fase anal, terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan anak pada fase
ini berpusat pada kenikmatan pada daerah anus. Selama fase ini, peran latihan buang air
(toilet training) sangat penting untuk belajar disiplin dan moral.
c. Fase falik, berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat kenikmatan berpusat
pada alat kelamin. Istilah yang kerap muncul pada fase ini adalah Oedipus complex
(ketertarikan seksual pada sosok ibu) pada anak laki-laki dan electra complex (ketertarikan
seksual pada sosok ayah) pada anak perempuan.
hlm. 146.
d. Fase laten, juga disebut tahap pregenital. Periode ini terjadi antara lima atau enam tahun
hingga pubertas. Pada fase ini anak hanya sedikit berminat pada seksualitas karena
disebabkan kesibukan belajar, aktifitas dengan teman sebaya dan keterampilan fisik.
e. Fase genital, terjadi pada masa pubertas (diatas 12 tahun). Perilaku umum yang tampak
pada fase ini adalah kecenderungan tertarik pada lawan jenis, bersosialisasi dan berkelompok
serta menjalin hubungan kerja. Semua tingkah laku yang dilakukan kerap kali pada proses
menciptakan hubungan dengan orang lain.2[12]
4. Dinamika Kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad ke –19 dan
menganggap organisme manusia sebagai suatu energi yang kompleks. Energi yang di peroleh
dari makanan (energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of energi)
energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Energi fisik dapat berubah menjadi energi psikis. Jembatan antar energi tubuh dengan
kepribadian ialah id beserta insting – instingnya.
a. Insting, menjadi sumber energi psikis dalam mengarahkan tindakannya memenuhi
keinginan dan kebutuhannya. Freud mengelompokkan insting atas dua jenis yakni insting
hidup dan insting mati. Bentuk energi dimana insting-insting hidup beroperasi disebut libido.
Yang paling utama insting libido ialah insting seksual. Insting-insting hidup yang lainnya
adalah lapar dan haus.3[13]
b. Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntunan internal tidak
terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan, antara lain :
1) Kecemasan realitas (reality anxity), takut akan bahaya yang datang dari luar. Kecemasan ini
bersumber dari ego.
2) Kecemasan neurosis (neurotic anxity), khawatir tidak mampu mengatasi atau menekan
keinginan-keinginan primitifnya. Kecemasan ini bersumber dari id.
3) Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa bersalah dan ketakutan
dihukum oleh nilai-nilai dalam hati nuraninya. Kecemasan ini bersumber dari super ego.4[14]
c. Mekanisme pertahanan ego
Ali, Muhammad, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Jakarta: FIP UPI dan Imperial Bhakti utama, 2007
Freud, Sigmund, Peradaban dan Kekecewaan, terj. Apri Danarto Yogyakarta: Jendela, 2002
Gerald C Davison, Psikologi Abnormal edisi 9, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006
Izzudin, Muhammad, Panduan Lengkap Psikologi Islam, Jakarta: Gema Insani, 2006