PENGEMBANGAN LINGKUNGAN
HUNIAN BUKAN SKALA BESAR
KOTA PALU
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
PROFIL PERUSAHAAN
A.1 PENDAHULUAN
Untuk memperkenalkan Perusahaan kami PT. SUGITEK PATIH PERKASA yang
bergerak dibidang Usaha Jasa. Pada kesempatan yang baik ini perkenankanlah kami untuk
memperkenalkan Perusahaan kami PT. SUGITEK PATIH PERKASA yang bergerak
dibidang Usaha Jasa Konsultansi, menawarkan layanan jasa kreatif dengan berorientasi
kepada kebutuhan Instansi dan Perusahaan Anda. Perpaduan antara kreatifitas, pengalaman
dan profesionalisme yang kami kembangkan di PT. SUGITEK PATIH PERKASA secara
konsepsional dan efesien, sengaja disiapkan untuk menghadapi tantangan yang mampu
memberikan solusi tepat bagi berbagai keperluan Instansi/ Perusahaan yang Bapak/ Ibu
pimpin, untuk memperoleh pelayanan dan hasil kerja yang berkualitas. Karena kami selalu
meletakkan kualitas produk, ketepatan waktu dan penepatan harga yang wajar dan
kompetitif diatas segalanya. Untuk mengoptimalkan hal tersebut diatas, kami memiliki tim
kerja yang handal dan tangguh, serta didukung oleh peralatan kerja yang lengkap dan
memadai. Atas dasar itu pula, kami terus berupaya mengembangkan kinerja serta sikap
profesionalisme dengan tetap berorientasi pada bisnis yang menguntungkan serta
menjanjikan terhadap klien/pengguna jasa.
Kami berharap kiranya kami dapat berperan dalam setiap kesempatan yang ada terutama
didalam memberikan kontribusi positif dalam segala bentuk kemitraan dan kerjasama,
sehingga pada akhirnya kita dapat membentuk sebuah synergi positif yang saling
menguntungkan dan memberi manfaat.
Hal-1
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-2
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
5) MANAJEMEN
Advisory
Pengembangan Kelembagaan
Manajemen Keuangan
Sistem Informasi Manajemen
Pelatihan
6) PERINDUSTRIAN
Industri Manufaktur
Industri Proses dan Industri Hasil Pertanian
Industri Elektronika dan lain-lain
7) BIDANG LAIN-LAIN
Appraisal
Asuransi
Hal-3
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
PENGALAMAN PEKERJAAN
SEJENIS 10 TAHUN TERAKHIR
Hal-4
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-5
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-6
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Pengembangan perumahan dan permukiman baru dengan lingkungan hunian bukan skala
besar dilakukan sesuai dengan kondisi lokal atau daerah masing-masing, namun secara
fungsional pemanfaatan berbagai sumberdaya sebaiknya dirumuskan dalam RP3KP dan
sesuai dengan RTRW yang ada di daerah. Berbagai kendala yang dihadapi dalam
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar pada wilayah perkotaan antara lain :
kepadatan penduduk, ketersediaan lahan, dan meningkatnya harga lahan untuk perumahan,
serta kecenderungan semakin menurunnya kualitas lingkungan.
Selain dilakukan pada kawasan yang telah dialokasikan untuk mewujudkan fungsi
permukiman, baik diperkotaan maupun di perdesaan, pembangunan perumahan perlu pula
dilaksanakan pada kawasan khusus/tematik. Pengembangan perumahan dan permukiman
secara umum mengacu kepada UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, dan Peraturan Pemerintah
No.80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangunan Berdiri
Sendiri.
Lingkungan hunian merupakan bagian dari kawasan permukiman yang dapat berupa
kawasan perkotaan dan atau kawasan perdesaan, yang berfungsi sebagai tempat
tinggal/bermukim. Tempat tinggal atau bermukim tersebut dapat berupa perumahan atau
permukiman tergantung dari besar atau jumlah tempat tinggal yang menjadi satu kesatuan
komunitas dan pelayanannya. Hunian berimbang adala perumahan dan kawasan
permukiman yang dibangun secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk
rumah tunggal dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah
mewah atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum dan rumah susun
Hal-7
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
komersil. Konsep ini ditujukan untuk ketersediaan perumahan dan kawasan permukiman
bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar merupakan lingkungan hunian siap bangun yang
bukan merupakan bagian dari kawasan siap bangun (KASIBA) yang dikelilingi oleh
lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi-
fungsi lain yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan tata ruang wilayah. Lingkungan
Hunian Bukan Skala Besar sesuai dengan PP.80/1999 disebut dengan LISIBA BS yang
sekurang-kurangnya dapat menampung 1.000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya 3.000
unit rumah.
Kebutuhan akan perumahan dan permukiman yang sangat besar dan kondisi sosial yang ada
sangat berpotensi terjadinya lingkungan yang kurang memenuhi persyaratan untuk hidup
layak secara ekonomi, budaya, maupun sosial. Berbagai upaya diperlukan untuk dapat
menyediakan perumahan dan permukiman yang layak, mulai dari sifatnya peningkatan
hingga pembangunan baru. Bentuk upaya tersebut pada dasarnya menyangkut optimasi dan
akan sangat tergantung pada kondisi sumberdaya ruang, fisk (prasarana, lahan) serta
kemampuan sosial ekonomi masyarakat yang ada.
Hal-8
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar ini
mengambil stud kasus Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, dimana kota tersebut termasuk
kawasan prioritas yang perlu penanganan segera untuk mengantisipasi kebutuhan
penyediaan rumah baik dari kelompok masyarakat, swasta maupun PNS yang
kecenderungannya terus meningkat.
Latar belakang yang disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja sudah dipahami oleh
konsultan. Adapun tanggapan konsultan terhadap latar belakang tersebut adalah sebagai
berikut :
Dalam UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan
kebutuhan dasar manusia. Adapun negara bertanggung jawab melindungi segenap
bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan
terjangkau.
Dari penjelasan tersebut di atas, terlihat bahwa pemenuhan kebutuhan perumahan
berperan penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Akan tetapi penyediaan
perumahan yang dilakukan sampai dengan saat ini belum mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Selain
itu, pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sebagian besar
belum sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan
antara semua pihak yang berkepentingan dalam penyediaan perumahan.
Tersedianya perumahan yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan juga belum dapat
terwujud khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Meningkatnya pembangunan hunian perumahan perkotaan di Indonesia harus
diimbangi dengan penyediaan rumah sederhana dan menengah untuk masyarakat
berpenghasilan rendah. Salah satu kebijakan pengembangan lingkungan hunian
perkotaan untuk peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan yaitu
perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru yang serasi, selaras, seimbang
dan berkelanjutan dengan dukungan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas
Hal-9
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
umum permukiman yang memadai sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
(RTRW) Kabupaten/Kota.
Perencanaan lingkungan hunian baru skala besar dengan Kasiba dan perencanaan
lingkungan hunian baru bukan skala besar dengan prasarana, sarana dan utilitas
umum merupakan salah satu kebijakan yang dapat ditempuh dalam mewujudkan
lingkungan hunian baru perkotaan. Pada tahun ini, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat fokus pada perencanaan lingkungan hunian baru bukan
skala besar dalam rangka penyediaan perumahan untuk Kota Palu. Hal ini
dilakukan karena penyediaan perumahan di kota tersebut termasuk prioritas yang
perlu penangangan segera untuk mengantisipasi kebutuhan penyediaan perumahan
yang lebih baik untuk kelompok masyarakat, swasta maupun PNS yang cenderung
meningkat di kota tersebut.
Maksud dan tujuan yang disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah dipahami
oleh Konsultan. Perencanaan penyediaan perumahan yang tidak terarah dan terkoordinasi
dengan baik menyebabkan munculnya masalah-masalah perumahan seperti kumuh, banjir,
dll. Adanya dokumen ini nantinya diharapkan menjadi pedoman bagi Pemerintah dan
Pemangku Kepentingan lainnya untuk mewujudkan lingkungan hunian bukan skala besar
yang terarah. Arahan pembangunan dan pengembangan perumahan hunian bukan skala
besar yang baik juga harus didukung oleh kualitas dokumen yang akan disusun nantinya.
Oleh karena itu, konsultan akan menyusun materi dokumen Rencana Rinci Pengembangan
Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar dengan lokasi Kota Palu ini nantinya dengan baik
dan berkualitas sehingga benar-benar mampu menjadi pedoman bagi Pemerintah dan
instansi yang terkait.
Hal-10
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Sasaran yang ingin dicapai oleh Kerangka Acuan Kerja tersebut sudah dimengerti oleh
konsultan. Bahwa memang Rencana Rinci yang akan disusun akan memuat tentang
permasalahan yang terjadi di lapangan, tersusunnya arah pengembangan, tersusunnya
arahan rencana rinci serta indikasi program pembangunan hunian bukan skala besar yang
semuanya akan dituangkan dalam Dokumen Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan
Hunian Bukan Skala Besar.
Hal-11
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Referensi hukum yang dijadikan acuan pekerjaan ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah dipahami dan dimengerti oleh konsultan. Kedepannya
referensi-referensi tersebut akan menjadi pedoman/pegangan bagi konsultan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa ada referensi-
referensi hukum lain khususnya di daerah (Kota Palu dan/atau Provinsi Sulawesi Tengah)
yang dapat dijadikan acuan bagi proses penyelesaian pekerjaan ini. Konsultan akan
mencari referensi-referensi tersebut guna menambah masukan pekerjaan ini.
Hal-12
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Ruang lingkup pekerjaan yang disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja cukup dimengerti
oleh konsultan. Ada 6 kegiatan utama dari ruang lingkup tersebut, akan tetapi dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut nantinya akan jumlahnya akan lebih dari seperti yang
disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja. Konsultan akan menyelesaian pekerjaan ini
nantinya sesuai dengan ruang lingkup yang disampaikan dengan mengakomodasi langkah
langkah lain yang tidak bertentangan dengan lingkup kegiatan yang ada dalam Kerangka
Acuan Kerja.
Hal-13
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
5. Ketentuan letak dan penampang (pra rencana teknik) bangunan gedung, bangunan bukan
gedung, jaringan jalan, dan jaringan utilitas;
6. Gambar perspektif dan animasi kawasan perumahan;
7. Pedoman pelaksanaan pembangunan perumahan kawasan di lingkungan hunian bukan
skala besar;
8. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang;
9. Indikasi program investasi pembangunan perumahan dan kawasan perumahan.
Hasil dokumen tersebut diatas dilengkapi peta-peta dan album peta yang mengacu pada
Permenpera No.3 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Siap
Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri dan Kepmen PU NO.20 Tahun 2011
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Pengaturan Zonasi.
Keluaran yang diharapkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini cukup banyak. Walaupun
demikian, konsultan sudah memahami kondisi tersebut karena pekerjaan rencana rinci
memang akan menghasilkan output-output yang detail dan banyak seperti yang sudah
disampaikan. Untuk menghasilkan keluaran tersebut, tentu saja dibutuhkan dukungan data-
data yang berkualitas dan terkini, sehingga konsultan membutuhkan kerjasama dari
Pengguna Jasa maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan sehingga hasil dari
pekerjaan ini nantinya sangat lebih baik.
Jangka waktu 5 (lima) bulan yang diberikan oleh Pengguna Jasa untuk menyelesaikan
pekerjaan ini dirasakan cukup oleh konsultan. Walaupun demikan, konsultan akan membagi
seluruh tahapan-tahapan pekerjaan serta output yang diinginkan oleh Kerangka Acuan
Kerja ke dalam satu rencana pelaksanaan pekerjaan yang baik dan terencana.
Hal-14
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Pengalam
Kualifikasi Pendidikan an Jumla
No Personil Keahlian
Minimal Minimal h (OB)
(Tahun)
1 Tenaga Ahli
1.1 Ketua Tim Ahli S-2 Studi SKA Studi 5 5
Penataan Ruang Pembangunan/Pengembanga Pembangunan/Pengembangan
Kawasan n Wilayah dan Wilayah Dan
Kota/Sipil/Arsitek Kota/Sipil/Arsitek
1.2 Tenaga Ahli S1 Teknik SKA Perencanaan Wilayah 5 8
Perumahan Dan Sipil/Arsitektur/Planologi Dan Kota/Sipil/Arsitektur
Permukiman
1.3 Tenaga Ahli S1 Ekonomi Manajemen SKA Ekonomi 5 5
Ekonomi Pembangunan Pembangunan/Manajemen
Pembangunan Pembangunan
1.4 Tenaga Ahli S1 Teknik SKA Air 5 5
Lingkungan Lingkungan/Teknik Sipil Minum/Sanitasi/Limbah/Tekn
ik Lingkungan/Sipil
1.5 Tenaga Ahli S1 Teknik Geodesi/Geografi SKA 5 4
Pemetaan Perpetaan/Geodesi/Geologi
2 Tenaga Pendukung
2.1 Staf 5
Administrasi
2.2 Staf Digital Dan D3 Komputer/GIS 5
Pemetaan
Penjelasan :
1. Ketua Tim Ahli Penataan Ruang Kawasan, yaitu Tenaga Ali Perumahan Dan
Permukiman dengan latar belakang pendidikan formal minimal S2 Studi
Pembangunan/Pengembangan Wilayah dan Kota/Sipil/Arsitektur, yang memiliki
pengalaman kerja sebagai team leader selama 5 tahun (5 MM).
Bertanggung jawab;
a. Bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan seluruh kegiatan;
b. Bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan;
c. Memonitor seluruh kemajuan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh para tenaga
ahli dan tenaga pendukung kegiatan;
d. Bertanggung jawab langsung terhadap kualitas produk pekerjaan;
e. Bertanggung jawab atas penyusunan tahapan pelaksanaan seluruh laporan pekerjaan
yang dihasilkan;
f. Menyusun dan mengarahkan program kerja yang harus dipenuhi oleh seluruh tim;
g. Melakukan analisis dan menyusun hasil analisis yang telah disusun oleh seluruh
tenaga ahli;
h. Bertanggung jawab dalam memberikan materi yang terkait dengan penyusunan
rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu.
Hal-15
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-16
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-17
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-18
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
c. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan bulan yang
dilaporkan serta usulan tindak turun tangan yang diperlukan;
d. Uraian rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan berikutnya serta
peranan setiap tenaga ahli dalam kegiatan tersebut
Laporan bulanan diserahkan kepada pengguna jasa pada akhir bulan ke 1, 2, 3, 4 dan 5
dengan masing-masing laporan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
2. Laporan Pendahuluan
Pada laporan ini disajikan hasil observasi pendahuluan tentang tinjauan terhadap
Kerangka Acuan Kerja, rencana kerja pelaksanaan kegiatan termasuk jadwal waktu
pelaksanaan dikaitkan dengan waktu dan personil yang diperlukan Konsultan,
metodologi pelaksanaan kegiatan, tinjauan terhadap kinerja penyelenggaraan
pengembangan kawasan perumahan di Kota Palu.
Laporan pendahuluan ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna Barang/Jasa
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah SPMK diterbitkan dan dicetak sebanyak
20 (dua puluh) eksemplar.
3. Laporan Antara
Laporan Antara berisikan laporan hasil survai dan pengukuran lapangan, kompilasi dan
analisis data. Laporan Antara ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna barang/Jasa
selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah SPMK diterbitkan dan
dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.
4. Laporan Draft Final
Konsep Laporan Akhir menguraikan hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk laporan
permasalahan secara keseluruhan, proses dan hasil pengumpulan data primer, proses
analisis masalah, rumusan hasil tinjauan dan analisa terhadap kondisi strategis
mekanisme penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang ada dikaitkan dengan
pelaksanaan pengembangan lingkungan hunian di kawasan bukan skala besar. Laporan
Draft Akhir ini harus sudah diserahkan kepada Penguna Barang/Jasa selambat-
lambatnya 15 (lima belas) hari kalender sebelum berakhirnya waktu pelaksanaan
pekerjaan dan dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.
5. Laporan Final
Sebagai penyempurnaan Laporan Draft Akhir yang menguraikan hasil pelaksanaan
pekerjaan termasuk laporan permasalahan secara keseluruhan, rangkuman pelaksanaan
kegiatan, pertanggungjawaban penggunaan sumberdaya kegiatan, pertanggungjawaban
penggunaan sumberdaya kegiatan, dan produk tindak lanjut hasil bentuan teknis berupa
Hal-19
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Dokumen Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar, telah
dibahas dengan pemda dan instansi terkait. Laporan Akhir ini harus sudah diserahkan
kepada pemberi tugas selambat-lambatnya pada akhir kontrak dan dicetak sebanyak 20
(dua puluh) eksemplar.
6. Laporan Khusus
Laporan ini berupa; (i) proceeding kegiatan FGD yang dilakukan; (ii) laporan subtansi
yang dibutuhkan sesuai permintaan pengguna jasa; dan (iii) Materi materi bantuan teknis
serta informasi yang berkaitan dengan kegiatan rencana rinci pengembangan lingkungan
hunian bukan skala besar di Palu.
Konsultan sudah memahami pelaporan yang dipersyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK), dan sudah kewajiban dari konsultan untuk memenuhi dan menyerahkan laporan-
laporan tersebut kepada pihak pengguna jasa. Selain terpenuhi secara fisik, konsultan juga
akan menyerahkan laporan-laporan tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dengan penjelasan akan latar belakang, maksud, tujuan serta ruang lingkup dari kegiatan
yang diinginkan serta laporan yang dihasilkan oleh pengguna jasa seperti yang telah
dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), konsultan telah dapat mengerti dan
memahami dengan jelas mulai dari latar belakang, maksud, tujuan serta ruang lingkup dari
kegiatan yang diinginkan serta laporan yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan Rencana
Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu. Konsultan juga
telah dapat menanggapinya sehingga maksud, tujuan serta ruang lingkup dari kegiatan
yang diinginkan serta laporan yang dihasilkan semakin jelas, dan sempurna. Dan konsultan
akan berusaha untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya pekerjaan Penyusunan Rencana
Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu ini sesuai dengan
tujuan dan sasaran serta tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa yaitu
Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan di Direktorat Perenanaan Penyediaan
Perumahan, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
Hal-20
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Dalam Kerangka Acuan Kerja ini, sudah disebutkan bahwa lokasi pekerjaan adalah
di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, akan tetapi belum disebutkan lokasi mana
yang akan difokuskan untuk dikembangkan. Seringkali kesepakatan lokasi pekerjaan
membutuhkan waktu yang lama, oleh karena itu perlu dikoordinasikan dengan
Pemerintah Daerah apakah lokasi sudah disepakati atau belum.
Dalam Kerangka Acuan Kerja memang sudah disebutkan kalau album peta mengacu
pada Permenpera No.3 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri dan Kepmen
PU NO.20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Dan Pengaturan Zonasi. Akan tetapi menurut konsultan, pengguna jasa perlu
langsung menetapkan kedalaman peta yang akan dihasilkan dalam pekerjaan ini
apakah menggunakan skala 1:1000 atau 1:5000.
Hal-21
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
PENDEKATAN, METODOLOGI
DAN RENCANA KERJA
Hal-22
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-23
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-24
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Penyediaan lingkungan hunian bukan skala besar pada undang-undang ini dimulai dari
pasal 56 Undang-undang ini menyebutkan bahwa penyelenggaraan kawasan
permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan
Hal-25
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang
terencana, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.
Penyelenggaraan kawasan permukiman yang dimaksud tersebut bertujuan untuk
memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi dan teratur serta menjamin kepastian bermukim. Kemudian pada
pasal 57 disebutkan bahwa penyelenggaraan kawasan permukiman mencakup
lingkungan hunian dan tempat kegiatan pendukung perikehidupan dan penghidupan di
perkotaan dan di perdesaan. Selanjutnya pada pasal 58 ayat 2 ditekankan bahwa arahan
pengembangan kawasan permukiman meliputi :
a. hubungan antarkawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup di luar
kawasan lindung;
b. keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan;
c. keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perkotaan dan pengembangan
kawasan perkotaan;
d. keterkaitan antara pengembagnan lingkungan hunian perdesaan dan pengembangan
kawasan perdesaan;
e. keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;
f. keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan setiap orang; dan
g. lembaga yang mengkoordinasikan pengembangan kawasan permukiman.
Hal-26
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-27
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Sesuai dengan Bab II Pasal 3, tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang adalah untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan :
(1) Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
(2) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.
(3) Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka
hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik merupakan
ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka
hijau publik, antara lain, adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau
sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara
lain, adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami
tumbuhan.
Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari
luas wilayah kota, merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun
sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih
yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.
Hal-28
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah,
masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung
miliknya.
Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh)
persen dari luas wilayah kota, dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal
dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara
luas oleh masyarakat. Distribusi ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan sebaran
penduduk dan hirarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola
ruang.
Hal-29
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Pasal 41 :
(1) Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan pada:
a. Kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten; atau
b. Kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang mencakup 2
(dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah
provinsi.
(2) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
menurut besarannya dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan
perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, atau
kawasan megapolitan.
(3) Kriteria mengenai kawasan perkotaan menurut besarannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.
Hal-30
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
hukum, telah dialihkan ke daerah otonom. Kota dan kabupaten memikul tanggung jawab
di hampir semua bidang pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, dan prasarana;
dengan provinsi bertindak sebagai koordinator. Jika ada tugas-tugas lain yang tidak
disebut dalam undang-undang, hal itu berada dalam tanggung jawab pemerintah daerah.
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 lebih kita kenal sebagai Undang-undang Otonomi
Daerah. Undang-undang ini menekankan bahwa pengembangan Otonomi Daerah
diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, partisipasi
masyarakat, pemerataan, keadilan, pengembangan peran dan fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), serta memperhatikan potensi dan keaneragaman daerah.
Undang-undang tersebut juga memberi kejelasan arah yang ingin dicapai dan memberi
keleluasaan bagi daerah melebihi apa yang ada di masa sebelumnya.
Hal-31
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
c. lingkungan hidup;
d. pekerjaan umum;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perumahan;
h. kepemudaan dan olahraga;
i. penanaman modal;
j. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
k. kependudukan dan catatan sipil;
l. ketenagakerjaan;
m. ketahanan pangan;
n. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
p. perhubungan;
q. komunikasi dan informatika;
r. pertanahan;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,
perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;
u. pemberdayaan masyarakat dan desa;
v. sosial;
w. kebudayaan;
x. statistik;
y. kearsipan; dan
z. perpustakaan.
D. Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 1999 Tentang Kawasan Siap Bangun Dan
Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri
Kawasan Siap Bangun (Kasiba) adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan
untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu
lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap
dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana
lingkungan sesuai dengna rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah dan memenuhi persyaratan pembukaan pelayanan prasarana dan sarana
Hal-32
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), disebutkan bahwa Lingkungan Hunian Bukan
Skala Besar merupakan lingkungan hunian siap bangun yang bukan merupakan bagian
dari kawasan siap bangun (Kasiba) yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang
sudah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi-fungsi lain yang
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan tata ruang wilayah. Lingkungan Hunian Bukan
Skala Besar sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini disebut dengan Lisiba BS yang
sekurang-kurangnya dapat menampung 1.000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya 3.00
unit rumah.
Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah ini disebutkan bahwa tujuan dari pengelolaan
Lisiba bagian dari Kasib atau Lisiba yang berdiri sendiri bertujuan agar tersedia
kaveling tanah matang beserta rumah dengan pola hunian yang berimbang, terencana
dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk masalah penyiapan lokasi, dalam
pasal 9 disebutkan bahwa penyiapan lokasi untuk Lisiba yang berdiri sendiri maka
Pemerintah Daerah harus memperhatikan bahwa jumlah unit rumah yang dapat
dibangun sekurang-kurangnya 1.000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya 2.000 unit
rumah.
Penetapan lokasi Lisiba yang berdiri sendiri harus dilakukan dengan Keputusan Kepala
Daerah (pasal 12). Untuk dapat ditetapkan sebagai Lisiba yang berdiri sendiri, maka
lokasi Lisiba tersebut harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya :
a. Sudah tersedia data mengena luas, batas dan kepemilikan tanah sesuai dengan
tahapan pengembangan dalam rencana dan program penyelenggaraannya;
b. Lokasi tersebut telah dilayani jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan;
Hal-33
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
c. Lokasi tersebut telah dilayani fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas ekonomi
setingkat kecamatan.
E.1.2 Pendekatan Standar Rencana Rinci Tata Ruang Lisiba Yang Berdiri Sendiri
(Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.32 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Teknis
Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri)
Penyusunan rencana rinci tata ruang Lisiba yang berdiri sendiri harus memenuhi standar
pembangunan prasarana jalan, prasarana drainase, prasarana pengelolaan air limbah, dan
prasarana pengelolaan persampahan untuk pengembangan Lisiba yang Berdiri Sendiri.
1. Prasarana Jalan
Pembangunan prasarana jalan harus memenuhi standar dimensi minimal ideal
prasarana jalan di kawasan perumahan yang terdiri dari :
a. jalan Lokal Sekunder I harus memenuhi stándar lebar jalur ideal minimum untuk
jalan satu jalur dengan dua lajur adalah 5,5 – 6,0 meter agar mampu melayani
lalu lintas dengan jumlah kendaraan relatif besar (800 – 2000 kendaraan/hari),
dengan lebar bahu antara 1,0 – 1,5 meter;
b. jalan Lokal Sekunder II harus memenuhi stándar lebar badan jalan 4,5 – 5,5
meter agar mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan relatif besar
(200 – 800 kendaraan/hari) dengan lebar bahu jalan 0,75 – 1,0 meter;
c. jalan Lokal Sekunder III harus memenuhi stándar lebar badan jalan 4,0 – 5,5
meter agar mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan kurang dari
350 kendaraan/hari, dengan lebar bahu 0,75 – 1,0 meter;
Hal-34
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
d. jalan Lingkungan I harus memenuhi stándar lebar badan jalan 3,5 – 4 meter agar
mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan kurang dari 350
kendaraan/hari dengan lebar bahu 0,5 – 0,75 meter, yang dapat dilengkapi
dengan trotoar untuk pejalan kaki dan fasilitas orang cacat;
e. jalan Lingkungan II harus memenuhi stándar lebar badan jalan 3 – 3,5 meter agar
mampu melayani lalu lintas dalam lingkungan perumahan dengan jumlah
kendaraan relatif sedikit (<350 kendaraan/hari), yang dilengkapi dengan lebar
bahu 0,5 – 0,75 meter serta trotoar apabila diperlukan.
2. Prasarana Drainase
Pembangunan prasarana drainase harus memenuhi standar nilai koefisien aliran saluran
drainase di Kawasan Perumahan yang terdiri dari :
a. rumah tinggal terpencar harus memenuhi stándar koofisien pengaliran 0,30 –
0,50;
b. komplek perumahan harus memenuhi stándar koofisien pengaliran 0,40 – 0,60;
c. permukiman (suburban) harus memenuhi stándar Koofisien pengaliran 0,25 –
0,40;
d. apartemen harus memenuhi stándar Koofisien pengaliran 0,50 – 0,90.
3. Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Standar pengelolaan air limbah meliputi penanganan air limbah setempat dan
penanganan air limbah terpusat. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat (on
site) di kawasan perumahan meliputi :
a. Jarak minimum tangki septik terhadap sumur air minum adalah 10 meter dengan
ukuran tangki sebagai berikut :
Tabel E.1 Ukuran Tangki Septik Pada Sumur Air Minum
Hal-35
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-36
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
b. Densitas sampah di sumber, TPS dan TPA memenuhi ketentuan seperti pada
Tabel E.1
c. Untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan/Pengolahan Akhir (TPA) perlu
dilakukan proses pengolahan sampah (komposter) skala rumah tangga maupun
skala kawasan.
5. Sarana Pemerintahan
Pembangunan fasilitas pemerintahan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. Standar fasililitas pemerintah untuk fasilitas tingkat kawasan dengan penduduk ±
2.500 jiwa adalah :
Hal-37
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-38
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
7. Sarana Kesehatan
Pembangunan fasilitas kesehatan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
standar perencanaan fasilitas kesehatan Lisiba yang Berdiri Sendiri.
a. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Puskesma Pembantu adalah
pencapaian maksimum ke lokasi dengan radius ± 1.500 m
b. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Puskesmas adalah :
Minimum penduduk yang melayani ± 1.000 jiwa
Radius pencapaian maksimum ± 2.000 m
c. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Tempat Praktek Dokter
adalah :
Minimum penduduk yang melayani ± 5.000 jiwa
Radius pencapaian maksimum ± 1.500 m
d. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Rumah Bersalin adalah :
Penduduk yang melayani ± 1.000 jiwa
Radius pencapaian maksimum ± 2.000 m
e. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Apotik adalah :
Penduduk yang dilayani minimum ± 10.000 jiwa
Radius pencapaian maksimum ± 1.500 m
8. Sarana Perbelanjaan
Pembangunan fasilitas perbelanjaan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
standar perencanaan fasilitas perbelanjaan Lisiba yang Berdiri Sendiri.
a. Standar fasilitas perbelanjaan untuk fasilitas warung adalah :
Penduduk yang melayani ± 250 jiwa
Radius pencapaian maksimum ± 500 m
b. Standar fasilitas perbelanjaan untuk fasilitas pertokoan adalah :
Penduduk yang melayani ± 2.500 jiwa
Radius pencapaian maksimum ± 500 m
c. Standar fasilitas perbelanjaan untuk fasilitas pusat perbelanjaan lingkungan
adalah :
Penduduk yang melayani ± 2.500 jiwa
Radius pencapaian maksimum ± 500 m
9. Sarana Peribadatan
Pembangunan fasilitas peribadatan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
standar perencanaan fasilitas peribadatan di Lisiba yang Berdiri Sendiri. Standar
Hal-39
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
fasilitas peribadatan untuk fasilitas tingkat kawasan dengan penduduk ±20.000 jiwa
adalah bangunan peribadatan sesuai dengan agamanya seluas ± 1.000 m²
10. Sarana Rekreasi dan Kebudayaan
Persyaratan dan standar perencanaan sarana lingkungan di Lisiba yang Berdiri Sendiri
untuk fasilitas rekreasi dan kebudayaan meliputi Gedung Serba Guna atau Gelanggang
Remaja.
- Persyaratan dan standar pembangunan sarana lingkungan fasilitas Gedung Serba
Guna dibangun untuk kebutuhan kelompok 6.000 Kepala Keluarga (KK).
- Persyaratan dan standar pembangunan sarana lingkungan fasilitas Gelanggang
Remaja dibangun untuk kebutuhan kelompok 24.000 Kepala Keluarga (KK).
11. Sarana Olahraga dan Lapangan Terbuka
Persyaratan dan standar perencanaan sarana Lisiba yang Berdiri Sendiri untuk fasilitas
olahraga dan lapangan terbuka berupa Tempat Bermain dibangun untuk kebutuhan
kelompok 50 Kepala Keluarga (KK).
- Persyaratan dan standar perencanaan sarana Lisiba yang Berdiri Sendiri untuk
fasilitas olahraga dan lapangan terbuka berupa Taman Bermain dibangun untuk
kebutuhan kelompok 500 Kepala Keluarga (KK).
- Persyaratan dan standar perencanaan sarana Lisiba yang Berdiri Sendiri untuk
fasilitas olahraga dan lapangan terbuka berupa Kesatuan Taman Bermain terdiri
dari Taman Bermain, Tempat Bermain dan Lapangan Olah Raga yang
mengelompok dengan sekolah yang dibangun untuk kebutuhan kelompok 6.000
Kepala Keluarga (KK).
12. Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau adalah ruang dalam kawasan atau kota dalam bentuk area atau
kawasan atau dalam bentuk jalur, dimana dalam penggunaannya bersifat terbuka tanpa
bangunan. Pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-
tumbuhan secara alamiah atau budidaya tanaman. Persyaratan dan standar fasilitas
ruang terbuka hijau (RTH) Lisiba yang Berdiri Sendiri adalah 15 m² per jiwa dengan
lokasi menyebar.
Hal-40
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
perubahan menjadi Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.07 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Berimbang.
Yang dimaksud dengan hunian berimbang dalam peraturan ini adalah perumahan dan
kawasan permukiman yang dibangun secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam
bentuk rumah tunggal dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah menengah dan
rumah mewah, atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum dan rumah susun
komersial.
Dalam pasal 5 Peraturan Menteri ini disebutkan bahwa setiap orang yang membangun
perumahan dan kawasan permukiman wajib dengan hunian berimbang, kecuali seluruhnya
diperuntukkan bagi rumah sederhana dan/atau rumah susun. Penyelenggaran perumahan
dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang dilaksanakan di perumahan,
permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman dengan skala sebagai berikut :
1. Perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 15 (lima belas) sampai dengan
1.000 (seribu) rumah;
2. Permukiman dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) sampai dengan
3.000 (tiga ribu) rumah;
3. Lingkungan hunian dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) sampai
dengan 10.000 (sepuluh ribu) rumah ; dan
Hal-41
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
4. Kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) rumah.
Adapun komposisinya dilakukan berdasarkan jumlah rumah dan luasan lahan sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 8. Selanjutnya pembangunan hunian berimbang dilaksanakan
bersamaan secara proporsional antara rumah mewah, rumah menengah, dan rumah
sederhana. Dalam hal hanya membangun rumah mewah, setiap orang wajib membangun
sekurang-kurangnya rumah menengah 2 (dua) kali dan rumah sederhana 3 (tiga) kali
jumlah rumah mewah yang akan dibangun. Ketika yang dibangun hanya rumah menengah,
setiap orang wajib membangun rumah sederhana sekurang-kurangnya 1,5 (satu setengah)
kali jumlah rumah menengah yang akan dibangun.
Prinsip dasar pembangunan yang berkelanjutan menurut Research Triangle Institute, 1996
terdiri atas aspek-aspek (Budihardjo, Sutarto; 1999) adalah ekonomi (kesejahteraan),
ekologi (lingkungan), equity (pemerataan), engagement (peranserta) dan energy. Dua
aspek yang berkaitan erat dengan fisik adalah ekologi (lingkungan) dan energy. Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hal-42
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Berbagai konsep perencanaan kota yang berkelanjutan sudah dipaparkan oleh para pakar
perencanaan kota seperti ; “Garden Cities” (Ebenezer Howard, 1898), “New Towns”
(Patrick Abercrombie, 1944), dan “Ecological Cities”. Konsep-konsep perencanaan kota
yang sedemikian bagusnya tidak dapat mencapai kota yang berkelanjutan bila manusa yang
menghuni kota tersebut tidak menjalankan peran yang semestinya. Dengan kata lain
dibutuhkan keterpaduan semua bidang kehidupan dalam mewujudkan kondisi
pembangunan berkelanjutan (Dwira, 2005).
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan (Kirmanto, 2002). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan
permukiman yang berwawasan lingkungan adalah dengan merencanakan kawasan
lingkungan hunian ekologis dengan lebih memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam
merencanakan lingkungan hunian tersebut. Beberapa strategi perencanaan lingkungan
hunian yang berwawasan lingkungan dapat dilihat pada prinsip-prinsip di bawah ini (Grant,
et al, 1996);
- Mengelola dan memelihara lingkungan supaya berfungsi dengan semestinya.
Seperti contohnya tempat pembuangan sampah, drainase lingkungan dan system
pembuangan.
Hal-43
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-44
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya,
dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh.
Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber
tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan
sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list,
kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan
wawancara.
a. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan
responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data
melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di
berbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan
Hal-45
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-46
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat
diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif).
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah
dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape
recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran
wawancara.
b. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan
secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali
dari responden.
Hal-47
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau
peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan
pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang
telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam
mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya
atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan
dengan tatap muka maupun melalui telpon.
3. Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut
cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban
(kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas
(kuesioner terbuka). Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-
masing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan
secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah
jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi.
Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu
untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.
Hal-48
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk (menurut komposisi umur dan
jenis kelamin) di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas,
mortalitas dan migrasi. Data penduduk Indonesia yang dapat dipakai dan dipercaya untuk
keperluan proyeksi adalah berasal dari sensus penduduk (SP) yang diselenggarakn pada
tahun yang berakhir “0” dan survei antar sensus (SUPAS) pada tahun yang berakhir “S”.
Hasil proyeksi penduduk sangat bermanfaat untuk perencanaan fasilitas kesehatan,
fasilitas pendidikan, fasilitas perumahan, dan fasilitas kesempatan kerja. Adapun beberapa
metode untuk perhitungan proyeksi penduduk antara lain :
Hal-49
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-50
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan
juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna
analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang
ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat
analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang
dihadapi.
SWOT adalah singkatan dari:
S = Strength (kekuatan).
W= Weaknesses (kelemahan).
O = Opportunities (Peluang).
T = Threats (hambatan).
Hal-51
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik di masa
sekarang maupun masa yang akan datang.
Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yangg paling dasar, yang
bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat sisi yang
berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada,
sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman. Jika digunakan dengan
benar, analisis ini akan membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat
selama ini. Dari pembahasan diatas tadi, analisis SWOT merupakan instrumen yang
bermanfaat dalam melakukan analisis strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk
meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi serta
menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
Hasil studi analisis fisik dan lingkungan ini akan menjadi masukan dalam penyusunan
rencana tata ruang maupun rencana rinci lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu,
karena akan memberikan gambaran mengenai kerangka fisik pengembangan kawasan.
Secara garis besar tata cara analisis kelayakan fisik atau dikenal juga sebagai studi
kesesuaian lahan wilayah dan/atau kawasan ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan alir
di bawah ini (Gambar E.1)
Hal-52
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Gambar E.1 Bagan Alir Tata Cara Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan
Pengumpulan data dengan cakupan data yang dikehendaki adalah seperti terlihat pada
bagan alir tersebut. Sedangkan tahap analisis terdiri dari dua, yakni analisis kemampuan
lahan dan analisis kesesuaian lahan. Hasil akhir analisis ini berupa rekomendasi kesesuaian
lahan yang akan menjadi masukan pada pengembangan wilayah dan/atau kawasan.
1) Analisis Kemampuan Lahan
Dilakukan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk
dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan
pada tahap analisis berikutnya.
Sasaran :
- Mendapatkan klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi
kawasan;
- Memperoleh gambaran potensi dan kendala masing-masing kelas kemampuan
lahan;
- Sebagai dasar penentuan;arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis
berikutnya dan rekomendasi akhir kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan.
Hal-53
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Masukan : Semua data yang dimintakan pada tahap pengumpulan data, kecuali data
kebijaksanaan yang sudah ada.
Keluaran:
- Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan lahan;
- Kelas-kelas atau tingkatan kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsi kawasan;
- Uraian potensi dan kendala fisik masing-masing kemampuan lahan.
Langkah-langkah :
a) Melakukan analisa satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh
gambaran tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan;
b) Tentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)
untuk nilai terendah.
c) Kalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan kemampuan
lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan
lahan tersebut pada pengembangan perkoaan. Bobot yang digunakan hingga saat
ini adalah seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel E.8 Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan
No Satuan Kemampuan Lahan Bobot
1 SKL Morfologi 5
2 SKL Kemudahan Dikerjakan 1
3 SKL Kestabilan Lereng 5
4 SKL Kestabilan Pondasi 3
5 SKL Ketersediaan Air 5
6 SKL Terhadap Erosi 3
7 SKL Untuk Drainase 5
8 SKL Pembuangan Limbah 0
9 SKL Terhadap Bencana Alam 9
Hal-54
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan ini yang merupakan penjumlahan nilai
dikalikan bobot ini ada dua cara, yakni:
a. Men-superimpose-kan setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil
pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian diperoleh
peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
b. Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam system grid,
kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan
lahan ke dalam grid tersebut. penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan
adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan
bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang sama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Penentuan klasifikasi kemampuan lahan tidak mutlak berdasarkan selang nilai,
tetapi memperhatikan juga nilai terendah = 1 dari beberapa satuan kemampuan
lahan, yang merupakan nilai penentu apakah selang nilai tersebut berlaku atau tidak.
dengan demikian apabila ada daerah atau zona tertentu yang mempunyai selang
nilai cukup tinggi, tetapi karena mempunyai nilai terendah dan menentukan, maka
mungkin saja kelas kemampuan lahannya tidak sama dengan daerah lain yang
memiliki nilai kemampuan lahan yang sama. Sebagai contoh, daerah yang secara
kumulatif nilainya cukup tinggi atau sedang, namun berada pada daerah rawan
longsor, tentunya kelas kemampuan lahannya tidak sama dengan daerah lain yang
relatif aman, walaupun nilai kemampuan lahannya sama. hal ini mungkin saja
terjadi mengingat penjumlahan secara matematis akan menyebabkan ada faktor-
faktor yang mengakibatkan jumlah akhir menjadi tinggi.
b) Klasifikasi kemampuan lahan yang dihasilkan di sini adalah hanya berdasarkan
kondisi fisik apa adanya, belum mempertimbangan hal-hal yang bersifat non-fisik.
Hal-55
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
b) Memperoleh gambaran penyesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini dan
pengembangannya dengan kemampuan dan kesesuaian lahan.
Masukan
a) Penggunaan lahan yang ada saat ini,
b) Klasifikasi kemampuan lahan,
c) Satuan-satuan kemampuan lahan,
d) Arahan-arahan kesesuaian lahan,
e) Persyaratan dan pembatas pembangunan.
Keluaran
a) Penyimpangan-penyimpangan penggunaan lahan yang ada saat ini dari kemampuan
dan kesesuaian lahan.
b) Arahan-arahan penyesuaian dan pengembangan berikutnya.
Langkah-langkah
a) Membandingkan penggunaan lahan yang ada dengan karakteristik fisik wilayah
berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan, satuan-satuan kemampuan lahan, dan
arahan-arahan kesesuaian lahan.
b) Memberikan arahan penyesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini ini dan
pengembangan selanjutnya berdasarkan persyaratan dan pembatas pembangunan.
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
a) Teliti secermat mungkin penyimpangan ini, karena hal ini menyangkut
konsistensi hasil studi dan toleransi penyimpangan yang diperkenankan.
b) Berikan penilaian yang tegas, terutama untuk hal-hal yang sangat berpengaruh
seperti gangguan keseimbangan tata air, atau kestabilan lereng.
c) Berikan usulan penyelesaian yang jelas dan tuntas untuk masing-masing
penyimpangan, serta diusahakan untuk tidak banyak merugikan.
Hal-56
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-57
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-58
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-59
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
lingkungan permukiman, kebodohan dan kesehatan dasar, atau disesuaikan dengan isu-
isu pokok pengembangan kawasan tersebut.
2. Metode identifikasi program
Berlandaskan pada strategi pembangunan yang berupa upaya pendaya-gunaan dan
pengelolaan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia seoptimal mungkin,
maka hasil identifikasi masalah dan potensi yang telah dilakukan sebelumnya dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan program-program indikatif, untuk
pendayagunaan potensi tersebut serta untuk penanggulangan masalah-masalah yang
ditemui pada kawasan terencanakan.
Pendekatan yang dapat dipakai adalah bahwa potensi kawasan bisa melahirkan
kesempatan, dan sebaliknya masalah yang ditemui dapat dilihat pula sebagai ancaman.
Oleh karena itu dengan menganalogikan potensi dan masalah yang ditemukenali pada
tahap analisis sebelumnya sebagai kesempatan dan ancaman, maka metode SWOTH
dapat digunakan untuk mengidentifikasi program-program indikatif. Metode SWOTH
bertumpu pada evaluasi faktor-
faktor Strength(kekuatan), Weakness (kelemahan), Oportunities (kesempatan),
dan Threathening(ancaman) yang dimiliki oleh kawasan terencanakan. Dengan
mengetahui kesempatan dan ancaman yang potensial terjadi, maka dihubungkan dengan
arah pengembangan yang telah ditetapkan sebelumnya, dapat ditemukenali
programprogram indikatif dimaksud, yaitu berupa upaya-upaya untuk mendayagunakan
kesempatan (= potensi sumberdaya) dan/ atau menanggulangi ancaman (= masalah-
masalah) yang ditemui, dengan tetap memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang ada
pada wilayah terencanakan.
3. Metode penentuan urutan prioritas pelaksanaan program
Program-program yang sudah berhasil ditemukenali diurutkan berdasarkan peran
program terhadap tujuan pembangunan kawasan ke depan, dengan mempertimbangkan
pula: kemampuan daerah untuk membiayai, kemampuan/daya serap daerah untuk
melaksanakan pekerjaan/program tersebut, serta karakteristik program itu sendiri yang
biasanya bersifat sekuensial (suatu program biasanya harus didahului atau diikuti oleh
program lainnya). Metode yang dapat diterapkan untuk maksud tersebut adalah Goals
Objectives Achievment Matrices (GOAM). Metode GOAM merupakan kelanjutan
metode pembobotan klasik. Metode ini cocok diterapkan pada perencanaan
pembangunan wilayah yang bersifat multi objectives planning dan terkadang tidak
sejalan. Dengan penerapan metode analisa ini, benturan antar tujuan pembangunan
Hal-60
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
dapat dikawinkan sedemikian rupa sehingga tidak mengorbankan salah satu diantara
tujuan-tujuan pembangunan yang tidak sejalan tersebut.
Arah pengembangan fisik dijabarkan dalam indikator yang terkait dengan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, antara lain berupa target lindung atau konservasi,
perbaikan lahan kritis dan sumberdaya keairan, relokasi penduduk yang bermukim di
sekitar hutan lindung, target penghijauan dan reboisasi, dan sebagainya. Arah
pengembangan sosial menjabarkan target dan sasaran pembangunan di bidang sosial
kemasyarakatan, yaitu yang terkait dengan usaha-usaha untuk mempersiapkan manusia
dalam proses pembangunan nasional(human development). Tujuan pembangunan di
bidang sosial tersebut dapat dibedakan menjadi:
1. Usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia, dengan indicator antara lain Indeks
Harapan Hidup (life expectancy) yang dapat dijabarkan dalam beberapa indikator
seperti: tingkat pelayanan kesehatan (jumlah puskesmas, rumah sakit, dan apotik),
tingkat konsumsi protein, dan sebagainya;
2. Usaha untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, dengan indikator seperti: jumlah
dan penyebaran berbagai fasilitas pendidikan; dan
3. Usaha untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, yang amat tergantung pada
kemampuan masyarakat untuk mengelola sumberdaya dalam rangka menciptakan
nilai tambah (added value). Indikator yang bisa dipakai antara lain: kemampuan
dalam pengelolaan lahan, kemampuan dalam akses informasi, pelayanan kredit, serta
fasilitas pelayanan lain yang diperlukan untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan masyarakat.
Hal-61
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-62
Gambar E.1 Metodologi Pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-63
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Jangka waktu untuk Tahap Pendahuluan ini dilakukan selama 1 (satu) bulan dan
dituangkan dalam bentuk Laporan Pendahuluan. Dalam tahapan ini juga dilakukan
pemaparan awal untuk melaporkan hal-hal yang sudah dilakukan serta menyampaikan
metode pelaksanaan pekerjaan dan rencana serta jadual pekerjaan.
Hal-64
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Pelaksanaan tahapan pengumpulan dan kompilasi data ini dilakukan selama 2 (dua)
minggu dan dituangkan dalam bentuk Laporan Bulanan. Hasil dari tahapan ini juga
nantinya akan menjadi bagian dari Laporan Antara.
Hal-65
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Pelaksanaan tahapan analisis ini dilakukan selama 1,5 (satu setengah) bulan dan dituangkan
dalam bentuk Laporan Antara. Dalam tahapan ini juga dilakukan pemaparan Tahap Antara
untuk melaporkan hasil analisis dan isu strategis yang sudah disusun.
Hal-66
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Pelaksanaan tahapan rencana ini dilakukan selama 2 (dua) bulan dan dituangkan dalam
bentuk Laporan Akhir. Dalam tahapan ini juga dilakukan pemaparan Draft Laporan Akhir
untuk melaporkan semua tahapan dan hasil rencana yang sudah disusun.
Hal-67
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
JADUAL PELAKSANAAN
PEKERJAAN
Hal-68
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Tabel F.1 Jadual Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
BULAN KE-
NO Rincian Kegiatan I II III IV V Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I TAHAP PENDAHULUAN
1 Mobilisasi tenaga ahli;
2 Pemantapan dan penyempurnaan metodologi
pekerjaan;
3 Pemantapan dan penyempurnaan rencana kerja;
4 Studi literatur;
5 Pengumpulan data awal tentang lokasi pekerjaan;
6 Kajian awal tentang substansi pekerjaan.
7 Penyusunan Laporan Pendahuluan;
8 Pembahasan Laporan Pendahuluan;
9 Perbaikan Laporan Pendahuluan.
II TAHAP SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA
1 Koordinasi dengan Pemerintah Daerah
2 Mobilisasi tenaga ahli ke daerah;
3 Melakukan diskusi dengan pihak-pihak terkait
4 Melakukan pengumpulan data instansi
5 Melakukan pengambilan titik koordinat untuk
deliniasi lokasi hunian bukan skala besar Kota Palu
6 Penyiapan peta skala 1:5000.
7 Kompilasi data.
III TAHAP ANALISIS
1 Melakukan analisis pemilihan lokasi dan
penentuan deliniasi kawasan perencanaan;
2 Melakukan analisis kependudukan;
3 Melakukan analisis kondisi fisik;
4 Melakukan analisis ketinggian lahan;
5 Melakukan analisis hubungan kawasan
perencanaan dengan system tata ruang kota;
6 Melakukan analisis kawasan perencanaan yang
meliputi :
a) Analisis kualitas bangunan;
b) Analisis kondisi jaringan jalan;
c) Analisis kondisi drainase;
Hal-69
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
BULAN KE-
NO Rincian Kegiatan I II III IV V Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
d) Analisis kondisi persampahan;
e) Analisis pelayanan pendidikan;
f) Analisis pelayanan kesehatan;
g) Analisis pelayanan peribadatan;
h) Analisis pelayanan pemerintahan;
7 Melakukan analisis perekonomian;
8 Melakukan analisis status lahan;
9 Melakukan analisis SWOT kawasan perencanaan;
10 Merumuskan konsep pengembangan makro dan
mikro kawasan;
11 Merumuskan konsep pengembangan infrastruktur
kawasan;
12 Penyusunan Laporan Antara;
13 Pembahasan Laporan Antara;
14 Perbaikan Laporan Antara.
IV TAHAP RENCANA
1 Perumusan visi, misi, tujuan dan scenario
pengembangan lingkungan hunian bukan skala
besar.
2 Perumusan rencana struktur dan pola ruang
kawasan perencanaan;
3 Perumusan rencana struktur pelayanan kegiatan;
4 Perumusan rencana peruntukan lahan;
5 Perumusan rencana distribusi penduduk;
6 Perumusan rencana intensitas pemanfaatan lahan;
7 Perumusan rencana jaringan pergerakan;
8 Perumusan rencana blokplan;
9 Perumusan rencana ketentuan letak dan
penampang (pra rencana teknik) bangunan gedung
dan bangunan bukan gedung
10 Perumusan rencana penanganan;
11 Perumusan rencana arahan pengembangan zona;
12 Perumusan detail plan;
13 Perumusan rencana pengembangan jaringan jalan
utama;
Hal-70
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
BULAN KE-
NO Rincian Kegiatan I II III IV V Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
14 Perumusan rencana penanganan drainase;
15 Perumusan rencana penanganan sampah;
16 Perumusan rencana penanganan air bersih;
17 Perumusan pedoman pelaksanaan pembangunan
perumahan kawasan di lingkungan hunian bukan
skala besar;
18 Perumusan pedoman pengendalian pemanfaatan
ruang;
19 Perumusan indikasi program investasi
pembangunan perumahan dan kawasan
perumahan.
20 Penyusunan Draft Laporan Akhir;
21 Pembahasan Draft Laporan Akhir;
22 Perbaikan Draft Laporan Akhir menjadi Laporan
Akhir.
V TAHAP PENYERAHAN PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Draft Akhir
4 Laporan Akhir
5 Laporan Bulanan
6 Prosiding
Hal-71
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Selengkapnya mengenai usulan struktur organisasi, komposisi tim dan penugasan (daftar
personil) dari PT. SUGITEK PATIH PERKASA sesuai dengan KAK dapat dilihat pada
gambar dan tabel berikut ini.
Hal-72
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
KEMENTERIAN PUPERA
KETUA TIM
(Ahli Penataan Ruang Kawasan)
Tenaga Pendukung
(Staf Administrasi, Staf Digital dan
Pemetaan)
Hal-73
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup
Nama Perusahaan Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing Keahlian
Bulan
I. TENAGA AHLI
1. Ir. Dwi Rosnarti, MT. PT. Sugitek Lokal Arsitektur Ahli Penataan Ruang a) Bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan seluruh 5 OB
Patih Perkasa Kawasan kegiatan;
b) Bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan;
c) Memonitor seluruh kemajuan pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh para tenaga ahli dan tenaga pendukung kegiatan;
d) Bertanggung jawab langsung terhadap kualitas produk
pekerjaan;
e) Bertanggung jawab atas penyusunan tahapan pelaksanaan
seluruh laporan pekerjaan yang dihasilkan;
f) Menyusun dan mengarahkan program kerja yang harus dipenuhi
oleh seluruh tim;
g) Melakukan analisis dan menyusun hasil analisis yang telah
disusun oleh seluruh tenaga ahli;
h) Bertanggung jawab dalam memberikan materi yang terkait
dengan penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan
hunian bukan skala besar di Kota Palu.
2. Bunga Loedmida PT. Sugitek Lokal Planner Ahli Perumahan Dan a) Mendukung Team Leader dalam melakukan pemantauan dan 8 OB
R.Putri, ST., MM Patih Perkasa Permukiman pengendalian kegiatan rencana rinci pengembangan lingkungan
3. Ir. Mangapul Sinaga Sipil hunian bukan skala besar di Kota Palu;
b) Melakukan review terhadap implementasi rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
c) Menyusun indikator keberhasilan dan format evaluasi untuk
mengukur kualitas perencanaan dan penyusunan rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu bidang perencanaan dan pembangunan kota.
d) Melakukan analisis terhadap metode dan pendekatan
perencanaan pembangunan kota dalam penyusunan rencana
rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar.
e) Bertanggung jawab dalam memberi dukungan teknis dan
manajerial dalam setiap kegiatan koordinasi penyusunan
rencana rinci di pusat dan provinsi;
Hal-74
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup
Nama Perusahaan Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing Keahlian
Bulan
f) Bertanggung jawab dalam penyiapan materi-materi pada
pelaksanaan rapat pembahasan FGD dan rapat koordinasi, yang
dilakukan dalam setiap kegiatan penyusunan rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
4. Deni Susilawan, SE. PT. Sugitek Lokal Ekonomi Ahli Ekonomi a) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan analisa ekonomi 5 OB
Patih Perkasa Pembangunan pembangunan dalam pelaksanaan kegiatan rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
b) Menyusun indikator perencanaan pembangunan ekonomi dalam
pelaksanaan penyusunan rencana rinci pengembangan
lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
c) Melakukan analisa ekonomi pembangunan terhadap indikator
yang digunakan dalam penentuan rencana rinci pengembangan
lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
d) Bertanggung jawab dalam memberi dukungan dalam
pelaksanaan koordinasi kepada pusat dan provinsi dalam
menguji prediksi ekonomi pembangunan pada penyusunan
rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala
besar di Kota Palu;
e) Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada
pelaksanaan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam
setiap kegiatan penyusunan rencana rinci pengembangan
lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
f) Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain
dalam melaksanakan tugasnya
5. Ir.Ninin Gusdini, MT. PT. Sugitek Lokal Teknik Ahli Lingkungan a) Melakukan analisis terhadap komposisi infrastruktur 5 OB
Patih Perkasa Lingkungan lingkungan dalam pelaksanaan keterpaduan pembangunan
infrastruktur permukiman pada pengembangan perumahan
bukan skala besar di Kota Palu.
b) Melakukan kajian terhadap proporsional infrastruktur
lingkungan perumahan bukan skala besar yang berimbang
dalam pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur
permukiman
c) Menyusun format dan indicator kebutuhan infrasktruktur
lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan keterpaduan
Hal-75
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup
Nama Perusahaan Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing Keahlian
Bulan
pembangunan dalam pengembangan perumahan bukan skala
besar dengan lingkungan sekitarnya;
d) Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada
pelaksanaan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam
setiap kegiatan penyusunan materi teknis rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
e) Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain
dalam melaksanakan tugasnya.
6. Erni Susanti, S.Si PT. Sugitek Lokal Geografi Ahli Pemetaan a) Melakukan pemetaan kawasan dalam penyusunan rencana rinci 4 OB
Patih Perkasa pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu.
b) Melakukan pengukuran teristis dalam pelaksanaan penyusunan
rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala
besar di Kota Palu.
c) Melakukan interpretasi foto udara/citra di lapangan dalam
pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana rinci pengembangan
lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
d) Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada
pelaksanaan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam
setiap kegiatan penyusunan materi teknis pedoman rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
e) Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain
dalam melaksanakan tugasnya.
II. TENAGA PENUNJANG
1. Siti Nurbaya PT. Sugitek Lokal Administrasi Staf Administrasi Membantu tim dalam penyelesaian proses penyelesaian pekerjaan 5 OB
Patih Perkasa khususnya yang berkaitan dengan administrasi
2. Dede Rahmadi, ST. PT. Sugitek Lokal Pemetaan Staf Pemetaan dan Membantu tim dalam penyelesaian proses penyelesaian pekerjaan 5 OB
Patih Perkasa Digital khususnya bidang pemetaan dan digital
Hal-76
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
G.2 PELAPORAN
Rencana sistem pelaporan yang harus diserahkan oleh konsultan kepada pihak Pengguna
Jasa adalah sebagai berikut :
1. Laporan Bulanan
Laporan bulanan berisi pelaksanaan kegiatan konsultansi, termasuk didalamnya
koordinasi dan FGD yang dilaksanakan, yang antara lain berisi:
e. Rencana dan realisasi pelaksanaan kegiatan dalam format diagram balok (bar
chart) dan kurva S untuk seluruh kegiatan secara komulatif;
f. Kemajuan yang dicapai serta peranan setiap tenaga ahli dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut dalam bulan yang dilaporkan;
g. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan bulan yang
dilaporkan serta usulan tindak turun tangan yang diperlukan;
h. Uraian rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan berikutnya serta
peranan setiap tenaga ahli dalam kegiatan tersebut
Laporan bulanan diserahkan kepada pengguna jasa pada akhir bulan ke 1, 2, 3, 4 dan 5
dengan masing-masing laporan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
2. Laporan Pendahuluan
Pada laporan ini disajikan hasil observasi pendahuluan tentang tinjauan terhadap
Kerangka Acuan Kerja, rencana kerja pelaksanaan kegiatan termasuk jadwal waktu
pelaksanaan dikaitkan dengan waktu dan personil yang diperlukan Konsultan,
metodologi pelaksanaan kegiatan, tinjauan terhadap kinerja penyelenggaraan
pengembangan kawasan perumahan di Kota Palu.
Laporan pendahuluan ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna Barang/Jasa
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah SPMK diterbitkan dan dicetak sebanyak
20 (dua puluh) eksemplar.
3. Laporan Antara
Laporan Antara berisikan laporan hasil survai dan pengukuran lapangan, kompilasi dan
analisis data. Laporan Antara ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna barang/Jasa
selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah SPMK diterbitkan dan
dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.
4. Laporan Draft Final
Konsep Laporan Akhir menguraikan hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk laporan
permasalahan secara keseluruhan, proses dan hasil pengumpulan data primer, proses
analisis masalah, rumusan hasil tinjauan dan analisa terhadap kondisi strategis
Hal-77
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Hal-78
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
JADUAL PENUGASAN
TENAGA AHLI
Jadual penugasan tenaga ahli untuk pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan
Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel H.1 Jadual Penugasan Tenaga Ahli Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan
Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Bulan Ke- Jlh
No Keahlian
1 2 3 4 5 Orang
I TENAGA AHLI
1 Ahli Penataan Ruang Dan Kawasan (Team 1
Leader)
2 Ahli Perumahan Dan Permukiman 2
3 Ahli Ekonomi Pembangunan 1
4 Ahli Lingkungan 1
5 Ahli Pemetaan 1
II TENAGA PENDUKUNG
1 Staf Administrasi 5
2 Staf Digital dan Pemetaan 5
Hal-79