Anda di halaman 1dari 80

PENYUSUNAN RENCANA RINCI

PENGEMBANGAN LINGKUNGAN
HUNIAN BUKAN SKALA BESAR
KOTA PALU
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

PROFIL PERUSAHAAN

A.1 PENDAHULUAN
Untuk memperkenalkan Perusahaan kami PT. SUGITEK PATIH PERKASA yang
bergerak dibidang Usaha Jasa. Pada kesempatan yang baik ini perkenankanlah kami untuk
memperkenalkan Perusahaan kami PT. SUGITEK PATIH PERKASA yang bergerak
dibidang Usaha Jasa Konsultansi, menawarkan layanan jasa kreatif dengan berorientasi
kepada kebutuhan Instansi dan Perusahaan Anda. Perpaduan antara kreatifitas, pengalaman
dan profesionalisme yang kami kembangkan di PT. SUGITEK PATIH PERKASA secara
konsepsional dan efesien, sengaja disiapkan untuk menghadapi tantangan yang mampu
memberikan solusi tepat bagi berbagai keperluan Instansi/ Perusahaan yang Bapak/ Ibu
pimpin, untuk memperoleh pelayanan dan hasil kerja yang berkualitas. Karena kami selalu
meletakkan kualitas produk, ketepatan waktu dan penepatan harga yang wajar dan
kompetitif diatas segalanya. Untuk mengoptimalkan hal tersebut diatas, kami memiliki tim
kerja yang handal dan tangguh, serta didukung oleh peralatan kerja yang lengkap dan
memadai. Atas dasar itu pula, kami terus berupaya mengembangkan kinerja serta sikap
profesionalisme dengan tetap berorientasi pada bisnis yang menguntungkan serta
menjanjikan terhadap klien/pengguna jasa.

Kami berharap kiranya kami dapat berperan dalam setiap kesempatan yang ada terutama
didalam memberikan kontribusi positif dalam segala bentuk kemitraan dan kerjasama,
sehingga pada akhirnya kita dapat membentuk sebuah synergi positif yang saling
menguntungkan dan memberi manfaat.

Hal-1
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

A.2 BIDANG LAYANAN JASA


PT. SUGITEK PATIH PERKASA sebagai perusahaan jasa yang bergerak dibidang
pelayanan jasa konsultansi, mampu memberikan pelayanan jasa konsultansi bidang-bidang
sebagai berikut :IH PERKASA sebagai perusahaan jasa yang bergerak dibidang pelayanan
jasa konsultansi, mampu memberikan pelayanan jasa konsultansi bidang-bidang sebagai
berikut :
1) PERENCANAAN UMUM
 Bangunan dan Gedung
 Pengembangan PerKabupatenan
 Tata Ruang
 Rencana Induk Sektoral
 Sungai dan Rawa
 Permukiman dan Pengembangan Wilayah Transmigrasi, Desa dan Kabupaten
 Pengembangan Wilayah Pariwisata dan Industri
2) STUDI KELAYAKAN
 AMDAL
 Infrastruktur
 Investasi
 Transportasi
 Program Jangka Menengah
 Perumahan dan Permukiman
3) PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS
 Infrastruktur
 Pengairan dan Irigasi
 Pengolahan Air Bersih
 Perumahan dan Permukiman
 Jalan dan Jembatan
 Penataan Bangunan
 Bangunan Gedung
4) PERTANIAN/ LINGKUNGAN HIDUP
 Perkebunan tanaman Keras dan Tanaman Pangan
 Peternakan, Perikanan dan Kehutanan
 Konservasi dan Penghijauan
 Lingkungan Hidup dan Percetakan Sawah

Hal-2
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

5) MANAJEMEN
 Advisory
 Pengembangan Kelembagaan
 Manajemen Keuangan
 Sistem Informasi Manajemen
 Pelatihan
6) PERINDUSTRIAN
 Industri Manufaktur
 Industri Proses dan Industri Hasil Pertanian
 Industri Elektronika dan lain-lain
7) BIDANG LAIN-LAIN
 Appraisal
 Asuransi

Hal-3
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

PENGALAMAN PEKERJAAN
SEJENIS 10 TAHUN TERAKHIR

Hal-4
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

URAIAN PENGALAMAN PEKERJAAN


SEJENIS 10 TAHUN TERAKHIR

Hal-5
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP


KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

D.1 TANGGAPAN TERHADAP LATAR BELAKANG


Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) disebutkan bahwa kawasan perumahan dan kawasan
permukiman di daerah perkotaan, selain ditujukan untuk lingkungan hunian dan kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat umum, seperti kawasan perkantoran,
perdagangan, industry, kawasan pertambangan, kawasan nelayan, serta kawasan fungsional
lainnya, juga menjadi wadah bagi keperluan maupun kebutuhan masyarakat untuk
bermukim. Kawasan-kawasan tersebut di atas dalam penanganannya membutuhkan
pendekatan yang terpadu dengan system wilayah dan perkotaan terutama untuk mendukung
kegiatan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

Meningkatknya jumlah kawasan-kawasan fungsional di wilayah perkotaan sebagaimana


disebutkan di atas, membawa dampak terhadap meningkatnya kebutuhan perumahan bagi
masyarakat yang pada umumnya berpenghasilan menengah dan rendah yang terlibat dalam
kegiatan yang berlangsung pada kawasan tersebut. Hal ini juga berakibat meningkatnya
kebutuhan berbagai pelayanan, antara lain prasarana dan sarana permukiman, transportasi,
fasilitas sosial (fasos) maupun fasilitas umum (fasum).

Salah satu kebijakan pengembangan hunian perkotaan untuk peningkatan pelayanan


lingkungan hunian perkotaan yaitu perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru yang
serasi, seimbang dan berkelanjutan dengan dukungan penyediaan prasarana, sarana dan
utilitas umum permukiman yang memadai sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
(RTRW) Kabupaten/Kota.

Hal-6
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Pembangunan dan pengembangan lingkungan hunian baru perkotaan sebagaimana


dimaksud di atas meliputi perencanaan lingkungan hunian baru skala besar dengan Kasiba
dan perencanaan lingkungan hunian baru bukan skala besar dengan prasarana, sarana dan
utilitas umum. Tujuan pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar adalah agar
pembangunan perumahan dan permukiman dapat lebih terarah dan terpadu sesuai dengan
araha pembangunan Kabupaten/Kota, sehingga dapat mengarahkan pertumbuhan wilayah
serta menciptakan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah
perkotaan agar lebih efisien dan efektif.

Pengembangan perumahan dan permukiman baru dengan lingkungan hunian bukan skala
besar dilakukan sesuai dengan kondisi lokal atau daerah masing-masing, namun secara
fungsional pemanfaatan berbagai sumberdaya sebaiknya dirumuskan dalam RP3KP dan
sesuai dengan RTRW yang ada di daerah. Berbagai kendala yang dihadapi dalam
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar pada wilayah perkotaan antara lain :
kepadatan penduduk, ketersediaan lahan, dan meningkatnya harga lahan untuk perumahan,
serta kecenderungan semakin menurunnya kualitas lingkungan.

Selain dilakukan pada kawasan yang telah dialokasikan untuk mewujudkan fungsi
permukiman, baik diperkotaan maupun di perdesaan, pembangunan perumahan perlu pula
dilaksanakan pada kawasan khusus/tematik. Pengembangan perumahan dan permukiman
secara umum mengacu kepada UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, dan Peraturan Pemerintah
No.80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangunan Berdiri
Sendiri.

Lingkungan hunian merupakan bagian dari kawasan permukiman yang dapat berupa
kawasan perkotaan dan atau kawasan perdesaan, yang berfungsi sebagai tempat
tinggal/bermukim. Tempat tinggal atau bermukim tersebut dapat berupa perumahan atau
permukiman tergantung dari besar atau jumlah tempat tinggal yang menjadi satu kesatuan
komunitas dan pelayanannya. Hunian berimbang adala perumahan dan kawasan
permukiman yang dibangun secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk
rumah tunggal dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah
mewah atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum dan rumah susun

Hal-7
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

komersil. Konsep ini ditujukan untuk ketersediaan perumahan dan kawasan permukiman
bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar merupakan lingkungan hunian siap bangun yang
bukan merupakan bagian dari kawasan siap bangun (KASIBA) yang dikelilingi oleh
lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi-
fungsi lain yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan tata ruang wilayah. Lingkungan
Hunian Bukan Skala Besar sesuai dengan PP.80/1999 disebut dengan LISIBA BS yang
sekurang-kurangnya dapat menampung 1.000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya 3.000
unit rumah.

Kebutuhan akan perumahan dan permukiman yang sangat besar dan kondisi sosial yang ada
sangat berpotensi terjadinya lingkungan yang kurang memenuhi persyaratan untuk hidup
layak secara ekonomi, budaya, maupun sosial. Berbagai upaya diperlukan untuk dapat
menyediakan perumahan dan permukiman yang layak, mulai dari sifatnya peningkatan
hingga pembangunan baru. Bentuk upaya tersebut pada dasarnya menyangkut optimasi dan
akan sangat tergantung pada kondisi sumberdaya ruang, fisk (prasarana, lahan) serta
kemampuan sosial ekonomi masyarakat yang ada.

Pemerintah daerah memegang peranan penting dalam penataan, pengelolaan dan


pengembangan kebijaksanaan perumahan di wilayahnya. Sebagai pihak yang paling
mengetahui permasalahan perumahan, Pemerintah Daerah harus mempunyai kemampuan
untuk menjalankan kebijakan pusat dalam menata, mengelola dan mengembangkan
perumahan dan pemukiman di wilayahnya. Kemampuan teknis untuk penataan kawasan
perumahan dan kawasan permukiman di kawasan-kawasan fungsional perlu dtingkatkan
mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh pusat dan peran yang harus diembang
oleh Pemerintah Daerah.

Untuk mempercepat tercapainya tujuan peningkatan pelayanan lingkungan hunian


perkotaan, diperlukan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Hunian Bukan Skala
Besar pada daerah-daerah yang memerlukan penanganan segera pelaksanaan peningkatan
lingkungan hunian pada kawasan-kawasan prioritas termasuk didalamnya mencakup
peningkatan prasarana dan sarana, serta fasos/fasum lingkungannya.

Hal-8
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar ini
mengambil stud kasus Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, dimana kota tersebut termasuk
kawasan prioritas yang perlu penanganan segera untuk mengantisipasi kebutuhan
penyediaan rumah baik dari kelompok masyarakat, swasta maupun PNS yang
kecenderungannya terus meningkat.

Latar belakang yang disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja sudah dipahami oleh
konsultan. Adapun tanggapan konsultan terhadap latar belakang tersebut adalah sebagai
berikut :
 Dalam UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan
kebutuhan dasar manusia. Adapun negara bertanggung jawab melindungi segenap
bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan
terjangkau.
 Dari penjelasan tersebut di atas, terlihat bahwa pemenuhan kebutuhan perumahan
berperan penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Akan tetapi penyediaan
perumahan yang dilakukan sampai dengan saat ini belum mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Selain
itu, pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sebagian besar
belum sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan
antara semua pihak yang berkepentingan dalam penyediaan perumahan.
Tersedianya perumahan yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan juga belum dapat
terwujud khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
 Meningkatnya pembangunan hunian perumahan perkotaan di Indonesia harus
diimbangi dengan penyediaan rumah sederhana dan menengah untuk masyarakat
berpenghasilan rendah. Salah satu kebijakan pengembangan lingkungan hunian
perkotaan untuk peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan yaitu
perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru yang serasi, selaras, seimbang
dan berkelanjutan dengan dukungan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas

Hal-9
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

umum permukiman yang memadai sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
(RTRW) Kabupaten/Kota.
 Perencanaan lingkungan hunian baru skala besar dengan Kasiba dan perencanaan
lingkungan hunian baru bukan skala besar dengan prasarana, sarana dan utilitas
umum merupakan salah satu kebijakan yang dapat ditempuh dalam mewujudkan
lingkungan hunian baru perkotaan. Pada tahun ini, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat fokus pada perencanaan lingkungan hunian baru bukan
skala besar dalam rangka penyediaan perumahan untuk Kota Palu. Hal ini
dilakukan karena penyediaan perumahan di kota tersebut termasuk prioritas yang
perlu penangangan segera untuk mengantisipasi kebutuhan penyediaan perumahan
yang lebih baik untuk kelompok masyarakat, swasta maupun PNS yang cenderung
meningkat di kota tersebut.

D.2 TANGGAPAN TERHADAP MAKSUD DAN TUJUAN


Kerangka Acuan Kerja menyebutkan bahwa maksud dan tujuan pekerjaan ini adalah untuk
memberikan acuan kepada Pemda dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan
pembangunan perumahan pada lingkungan hunian bukan skala besar. Sedangkan tujuan
yang ingin dicapai melalui pelaksanaan kegiatan ini adalah tersedianya dokumen Rencana
Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar sebagai acuan dalam
melaksanakan pembangunan dan pengembangan perumahan yang akan diselenggarakan
oleh pemda dan pemangku kepentingan lainnya.

Maksud dan tujuan yang disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah dipahami
oleh Konsultan. Perencanaan penyediaan perumahan yang tidak terarah dan terkoordinasi
dengan baik menyebabkan munculnya masalah-masalah perumahan seperti kumuh, banjir,
dll. Adanya dokumen ini nantinya diharapkan menjadi pedoman bagi Pemerintah dan
Pemangku Kepentingan lainnya untuk mewujudkan lingkungan hunian bukan skala besar
yang terarah. Arahan pembangunan dan pengembangan perumahan hunian bukan skala
besar yang baik juga harus didukung oleh kualitas dokumen yang akan disusun nantinya.
Oleh karena itu, konsultan akan menyusun materi dokumen Rencana Rinci Pengembangan
Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar dengan lokasi Kota Palu ini nantinya dengan baik
dan berkualitas sehingga benar-benar mampu menjadi pedoman bagi Pemerintah dan
instansi yang terkait.

Hal-10
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

D.3 TANGGAPAN TERHADAP SASARAN


Sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja adalah :
a. Teridentifikasinya permasalahan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman bangunan dengan bangunan, dan bangunan dengan prasarana, sarana
dan utilitas serta lingkungannya.
b. Tersusunnya arahan strategi pengembangan penataan ruang lingkungan hunian
bukan skala besar;
c. Tersusunnya arahan rencana rinci pelaksanaan pembangunan di lingkungan hunian
bukan skala besar mencakup arahan penyediaan lahan, arahan investasi
pembangunan lingkungan hunian serta arahan tahapan pembangunan;
d. Tersusunnya indikasi program pembangunan lingkungan hunian bukan skala besar;
e. Tersusunnya dokumen Rencana Rinci untuk pengembangan perumahan dan
permukiman pada lingkungan hunian bukan skala besar.

Sasaran yang ingin dicapai oleh Kerangka Acuan Kerja tersebut sudah dimengerti oleh
konsultan. Bahwa memang Rencana Rinci yang akan disusun akan memuat tentang
permasalahan yang terjadi di lapangan, tersusunnya arah pengembangan, tersusunnya
arahan rencana rinci serta indikasi program pembangunan hunian bukan skala besar yang
semuanya akan dituangkan dalam Dokumen Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan
Hunian Bukan Skala Besar.

D.4 TANGGAPAN TERHADAP RUANG REFERENSI HUKUM


Dalam Keranga Acuan Kerja (KAK) sudah disebutkan beberapa kebijakan/peraturan yang
menjadi referensi hukum dari pekerjaan ini, antara lain :
1. Undang-undang Nomor 11 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
2. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan;
3. Peraturan Menteri PU No.20 tentang Pedoman Penyusunan Detail Tata Ruang dan
Pengaturan Zonasi;
4. Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba/Lisiba BS;
5. Peraturan Pemerintah No.38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;

Hal-11
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.21/PRT/M/2014


tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Perolehan
Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah;
7. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.17 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Berimbang;
8. Permenpera No.3 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri;
9. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.4 Tahun 2013 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Bantuan Prasarana, Sarana, Utilitas Umum Perumahan Tapak Yang
Dibangun Oleh Pengembanga;
10. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.09 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.4 Tahun 2013 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Bantuan Prasarana, Sarana, Utilitas Umum Perumahan Taak Yang
Dibangun Oleh Pengembang;
11. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2010 tentang Acuan
Pengelolaan Lingkungan Perumahan Tapak;
12. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.31/PERMEN/M/2006 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Yang
Berdiri Sendiri;
13. Surat Edaran No.648/3868/SJ tentang Pengawasan Atas Pelaksanaan Peraturan
Menteri Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang.

Referensi hukum yang dijadikan acuan pekerjaan ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah dipahami dan dimengerti oleh konsultan. Kedepannya
referensi-referensi tersebut akan menjadi pedoman/pegangan bagi konsultan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa ada referensi-
referensi hukum lain khususnya di daerah (Kota Palu dan/atau Provinsi Sulawesi Tengah)
yang dapat dijadikan acuan bagi proses penyelesaian pekerjaan ini. Konsultan akan
mencari referensi-referensi tersebut guna menambah masukan pekerjaan ini.

Hal-12
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

D.5 TANGGAPAN TERHADAP RUANG LINGKUP KEGIATAN


Ruang lingkup kegiatan yang disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan studi literatur terkait kebijakan pengembangan kawasan perumahan pada
lingkungan hunian bukan skala besar;
2. Mengidentifikasi permasalahan, kendala, potensi dan peluang pengembangan kawasan;
3. Melakukan survei pengumpulan dan kompilasi data pada lokasi pengembangan kawasan
bukan skala besar;
4. Melakukan analisis dan perumusan terkait rencana rinci pengembangan kawasan bukan
skala besar;
5. Melaksanakan diskusi dan pembahasan dengan tim teknis pemeriksa pekerjaan;
6. Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Kawasan Bukan Skala Besar.

Ruang lingkup pekerjaan yang disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja cukup dimengerti
oleh konsultan. Ada 6 kegiatan utama dari ruang lingkup tersebut, akan tetapi dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut nantinya akan jumlahnya akan lebih dari seperti yang
disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja. Konsultan akan menyelesaian pekerjaan ini
nantinya sesuai dengan ruang lingkup yang disampaikan dengan mengakomodasi langkah
langkah lain yang tidak bertentangan dengan lingkup kegiatan yang ada dalam Kerangka
Acuan Kerja.

D.6 TANGGAPAN TERHADAP KELUARAN


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
adalah berupa Dokumen Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala
Besar Kota Palu, yang berisi :
1. Visi, misi, tujuan dan scenario pengembangan hunian bukan skala besar sesuai dengan
permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan konstelasi pengembangan wilayah dan
perkotaan;
2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang lingkungan hunian, rencana distribusi
penduduk, rencana struktur pelayanaan kegiatan, rencana system jaringan pergerakan,
dan rencana system utilitas;
3. Rencana tapak dan pemanfaatan ruang lingkungan kawasan perumahan;
4. Rencana blok pemanfaaan ruang (blockplan);

Hal-13
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

5. Ketentuan letak dan penampang (pra rencana teknik) bangunan gedung, bangunan bukan
gedung, jaringan jalan, dan jaringan utilitas;
6. Gambar perspektif dan animasi kawasan perumahan;
7. Pedoman pelaksanaan pembangunan perumahan kawasan di lingkungan hunian bukan
skala besar;
8. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang;
9. Indikasi program investasi pembangunan perumahan dan kawasan perumahan.

Hasil dokumen tersebut diatas dilengkapi peta-peta dan album peta yang mengacu pada
Permenpera No.3 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Siap
Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri dan Kepmen PU NO.20 Tahun 2011
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Pengaturan Zonasi.

Keluaran yang diharapkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini cukup banyak. Walaupun
demikian, konsultan sudah memahami kondisi tersebut karena pekerjaan rencana rinci
memang akan menghasilkan output-output yang detail dan banyak seperti yang sudah
disampaikan. Untuk menghasilkan keluaran tersebut, tentu saja dibutuhkan dukungan data-
data yang berkualitas dan terkini, sehingga konsultan membutuhkan kerjasama dari
Pengguna Jasa maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan sehingga hasil dari
pekerjaan ini nantinya sangat lebih baik.

D.7 TANGGAPAN TERHADAP JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah
selama 5 (lima) bulan kalender.

Jangka waktu 5 (lima) bulan yang diberikan oleh Pengguna Jasa untuk menyelesaikan
pekerjaan ini dirasakan cukup oleh konsultan. Walaupun demikan, konsultan akan membagi
seluruh tahapan-tahapan pekerjaan serta output yang diinginkan oleh Kerangka Acuan
Kerja ke dalam satu rencana pelaksanaan pekerjaan yang baik dan terencana.

D.8 TANGGAPAN TERHADAP PERSONIL


Kebutuhan tenaga ahli sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut :

Hal-14
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Pengalam
Kualifikasi Pendidikan an Jumla
No Personil Keahlian
Minimal Minimal h (OB)
(Tahun)
1 Tenaga Ahli
1.1 Ketua Tim Ahli S-2 Studi SKA Studi 5 5
Penataan Ruang Pembangunan/Pengembanga Pembangunan/Pengembangan
Kawasan n Wilayah dan Wilayah Dan
Kota/Sipil/Arsitek Kota/Sipil/Arsitek
1.2 Tenaga Ahli S1 Teknik SKA Perencanaan Wilayah 5 8
Perumahan Dan Sipil/Arsitektur/Planologi Dan Kota/Sipil/Arsitektur
Permukiman
1.3 Tenaga Ahli S1 Ekonomi Manajemen SKA Ekonomi 5 5
Ekonomi Pembangunan Pembangunan/Manajemen
Pembangunan Pembangunan
1.4 Tenaga Ahli S1 Teknik SKA Air 5 5
Lingkungan Lingkungan/Teknik Sipil Minum/Sanitasi/Limbah/Tekn
ik Lingkungan/Sipil
1.5 Tenaga Ahli S1 Teknik Geodesi/Geografi SKA 5 4
Pemetaan Perpetaan/Geodesi/Geologi
2 Tenaga Pendukung
2.1 Staf 5
Administrasi
2.2 Staf Digital Dan D3 Komputer/GIS 5
Pemetaan

Penjelasan :
1. Ketua Tim Ahli Penataan Ruang Kawasan, yaitu Tenaga Ali Perumahan Dan
Permukiman dengan latar belakang pendidikan formal minimal S2 Studi
Pembangunan/Pengembangan Wilayah dan Kota/Sipil/Arsitektur, yang memiliki
pengalaman kerja sebagai team leader selama 5 tahun (5 MM).
Bertanggung jawab;
a. Bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan seluruh kegiatan;
b. Bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan;
c. Memonitor seluruh kemajuan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh para tenaga
ahli dan tenaga pendukung kegiatan;
d. Bertanggung jawab langsung terhadap kualitas produk pekerjaan;
e. Bertanggung jawab atas penyusunan tahapan pelaksanaan seluruh laporan pekerjaan
yang dihasilkan;
f. Menyusun dan mengarahkan program kerja yang harus dipenuhi oleh seluruh tim;
g. Melakukan analisis dan menyusun hasil analisis yang telah disusun oleh seluruh
tenaga ahli;
h. Bertanggung jawab dalam memberikan materi yang terkait dengan penyusunan
rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu.

Hal-15
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

2. Tenaga Ahli Perumahan dan Permukiman, memiliki latar belakang pendidikan


formal minimal S1 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota/Arsitektur/Teknik Sipil dan
mempunyai pengalaman dibidangnya selama 5 tahun (8 MM).
Bertanggung jawab:
a. Mendukung Team Leader dalam melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan
rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
b. Melakukan review terhadap implementasi rencana rinci pengembangan lingkungan
hunian bukan skala besar di Kota Palu;
c. Menyusun indikator keberhasilan dan format evaluasi untuk mengukur kualitas
perencanaan dan penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan
skala besar di Kota Palu bidang perencanaan dan pembangunan kota.
d. Melakukan analisis terhadap metode dan pendekatan perencanaan pembangunan
kota dalam penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala
besar.
e. Bertanggung jawab dalam memberi dukungan teknis dan manajerial dalam setiap
kegiatan koordinasi penyusunan rencana rinci di pusat dan provinsi;
f. Bertanggung jawab dalam penyiapan materi-materi pada pelaksanaan rapat
pembahasan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam setiap kegiatan
penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di
Kota Palu;
g. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain dalam melaksanakan
tugasnya.
3. Tenaga Ahli Ekonomi Pembangunan, memiliki latar belakang pendidikan formal
minimal S1 Ekonomi/Manajemen Pembangunan dan mempunyai pengalaman kerja di
bidangnya selama 5 (5 MM)
Bertanggung jawab:
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan analisa ekonomi pembangunan dalam
pelaksanaan kegiatan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala
besar di Kota Palu;
b. Menyusun indikator perencanaan pembangunan ekonomi dalam pelaksanaan
penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di
Kota Palu;

Hal-16
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

c. Melakukan analisa ekonomi pembangunan terhadap indikator yang digunakan dalam


penentuan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
d. Bertanggung jawab dalam memberi dukungan dalam pelaksanaan koordinasi kepada
pusat dan provinsi dalam menguji prediksi ekonomi pembangunan pada penyusunan
rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
e. Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada pelaksanaan FGD dan rapat
koordinasi, yang dilakukan dalam setiap kegiatan penyusunan rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
f. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain dalam melaksanakan
tugasnya
4. Tenaga Ahli Lingkungan, memiliki latar belakang pendidikan formal minimal S1
Teknik Lingkungan/Sipil dan mempunyai pengalaman kerja di bidangnya selama 5
tahun (5 MM).
Bertanggung jawab:
a. Melakukan analisis terhadap komposisi infrastruktur lingkungan dalam pelaksanaan
keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman pada pengembangan
perumahan bukan skala besar di Kota Palu.
b. Melakukan kajian terhadap proporsional infrastruktur lingkungan perumahan bukan
skala besar yang berimbang dalam pelaksanaan keterpaduan pembangunan
infrastruktur permukiman
c. Menyusun format dan indicator kebutuhan infrasktruktur lingkungan yang
mendukung pelaksanaan kegiatan keterpaduan pembangunan dalam pengembangan
perumahan bukan skala besar dengan lingkungan sekitarnya;
d. Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada pelaksanaan FGD dan rapat
koordinasi, yang dilakukan dalam setiap kegiatan penyusunan materi teknis rencana
rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
e. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain dalam melaksanakan
tugasnya.
5. Tenaga Ahli Pemetaan, memiliki latar belakang pendidikan formal minimal S1 Teknik
Geodesi/Geografi dan mempunyai pengalaman kerja di bidangnya selama 5 tahun (4
MM).
a. Melakukan pemetaan kawasan dalam penyusunan rencana rinci pengembangan
lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu.

Hal-17
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

b. Melakukan pengukuran teristis dalam pelaksanaan penyusunan rencana rinci


pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu.
c. Melakukan interpretasi foto udara/citra di lapangan dalam pelaksanaan kegiatan
penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di
Kota Palu;
d. Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada pelaksanaan FGD dan rapat
koordinasi, yang dilakukan dalam setiap kegiatan penyusunan materi teknis pedoman
rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
e. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain dalam melaksanakan
tugasnya.
6. Tenaga Pendukung Yang Dibutuhkan
Tenaga pendukung untuk menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut adalah Staf
Administrasi sebanyak 1 orang (5 MM), dan staf digitasi dan pemetaan sebanyak 1 orang
(5 MM).

Tenaga ahli dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan


Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu ini yang dijelaskan dalam KAK telah
sangat jelas namun jika dipertimbangkan dari lingkup substansi dan materi pekerjaan maka
dipandang baik ditambahkan pula narasumber – narasumber baik dari Pusat yang terkait
dengan maupun dari pihak akademis dan pihak lain yang berkecimpung dalam kegiatan
tentang perumahan agar dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan hasil dari kajian
ini.

D.9 TANGGAPAN TERHADAP PELAPORAN


Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), sistem pelaporan yang diharuskan adalah sebagai
berikut :
1. Laporan Bulanan
Laporan bulanan berisi pelaksanaan kegiatan konsultansi, termasuk didalamnya
koordinasi dan FGD yang dilaksanakan, yang antara lain berisi:
a. Rencana dan realisasi pelaksanaan kegiatan dalam format diagram balok (bar
chart) dan kurva S untuk seluruh kegiatan secara komulatif;
b. Kemajuan yang dicapai serta peranan setiap tenaga ahli dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut dalam bulan yang dilaporkan;

Hal-18
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

c. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan bulan yang
dilaporkan serta usulan tindak turun tangan yang diperlukan;
d. Uraian rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan berikutnya serta
peranan setiap tenaga ahli dalam kegiatan tersebut
Laporan bulanan diserahkan kepada pengguna jasa pada akhir bulan ke 1, 2, 3, 4 dan 5
dengan masing-masing laporan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
2. Laporan Pendahuluan
Pada laporan ini disajikan hasil observasi pendahuluan tentang tinjauan terhadap
Kerangka Acuan Kerja, rencana kerja pelaksanaan kegiatan termasuk jadwal waktu
pelaksanaan dikaitkan dengan waktu dan personil yang diperlukan Konsultan,
metodologi pelaksanaan kegiatan, tinjauan terhadap kinerja penyelenggaraan
pengembangan kawasan perumahan di Kota Palu.
Laporan pendahuluan ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna Barang/Jasa
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah SPMK diterbitkan dan dicetak sebanyak
20 (dua puluh) eksemplar.
3. Laporan Antara
Laporan Antara berisikan laporan hasil survai dan pengukuran lapangan, kompilasi dan
analisis data. Laporan Antara ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna barang/Jasa
selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah SPMK diterbitkan dan
dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.
4. Laporan Draft Final
Konsep Laporan Akhir menguraikan hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk laporan
permasalahan secara keseluruhan, proses dan hasil pengumpulan data primer, proses
analisis masalah, rumusan hasil tinjauan dan analisa terhadap kondisi strategis
mekanisme penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang ada dikaitkan dengan
pelaksanaan pengembangan lingkungan hunian di kawasan bukan skala besar. Laporan
Draft Akhir ini harus sudah diserahkan kepada Penguna Barang/Jasa selambat-
lambatnya 15 (lima belas) hari kalender sebelum berakhirnya waktu pelaksanaan
pekerjaan dan dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.
5. Laporan Final
Sebagai penyempurnaan Laporan Draft Akhir yang menguraikan hasil pelaksanaan
pekerjaan termasuk laporan permasalahan secara keseluruhan, rangkuman pelaksanaan
kegiatan, pertanggungjawaban penggunaan sumberdaya kegiatan, pertanggungjawaban
penggunaan sumberdaya kegiatan, dan produk tindak lanjut hasil bentuan teknis berupa

Hal-19
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Dokumen Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar, telah
dibahas dengan pemda dan instansi terkait. Laporan Akhir ini harus sudah diserahkan
kepada pemberi tugas selambat-lambatnya pada akhir kontrak dan dicetak sebanyak 20
(dua puluh) eksemplar.
6. Laporan Khusus
Laporan ini berupa; (i) proceeding kegiatan FGD yang dilakukan; (ii) laporan subtansi
yang dibutuhkan sesuai permintaan pengguna jasa; dan (iii) Materi materi bantuan teknis
serta informasi yang berkaitan dengan kegiatan rencana rinci pengembangan lingkungan
hunian bukan skala besar di Palu.

Konsultan sudah memahami pelaporan yang dipersyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK), dan sudah kewajiban dari konsultan untuk memenuhi dan menyerahkan laporan-
laporan tersebut kepada pihak pengguna jasa. Selain terpenuhi secara fisik, konsultan juga
akan menyerahkan laporan-laporan tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Dengan penjelasan akan latar belakang, maksud, tujuan serta ruang lingkup dari kegiatan
yang diinginkan serta laporan yang dihasilkan oleh pengguna jasa seperti yang telah
dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), konsultan telah dapat mengerti dan
memahami dengan jelas mulai dari latar belakang, maksud, tujuan serta ruang lingkup dari
kegiatan yang diinginkan serta laporan yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan Rencana
Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu. Konsultan juga
telah dapat menanggapinya sehingga maksud, tujuan serta ruang lingkup dari kegiatan
yang diinginkan serta laporan yang dihasilkan semakin jelas, dan sempurna. Dan konsultan
akan berusaha untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya pekerjaan Penyusunan Rencana
Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu ini sesuai dengan
tujuan dan sasaran serta tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa yaitu
Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan di Direktorat Perenanaan Penyediaan
Perumahan, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.

D.10 SARAN UNTUK KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


Setelah konsultan memberikan tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja seperti sudah
dijelaskan di atas, maka saran konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja tersebut adalah
sebagai berikut :

Hal-20
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

 Dalam Kerangka Acuan Kerja ini, sudah disebutkan bahwa lokasi pekerjaan adalah
di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, akan tetapi belum disebutkan lokasi mana
yang akan difokuskan untuk dikembangkan. Seringkali kesepakatan lokasi pekerjaan
membutuhkan waktu yang lama, oleh karena itu perlu dikoordinasikan dengan
Pemerintah Daerah apakah lokasi sudah disepakati atau belum.
 Dalam Kerangka Acuan Kerja memang sudah disebutkan kalau album peta mengacu
pada Permenpera No.3 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri dan Kepmen
PU NO.20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Dan Pengaturan Zonasi. Akan tetapi menurut konsultan, pengguna jasa perlu
langsung menetapkan kedalaman peta yang akan dihasilkan dalam pekerjaan ini
apakah menggunakan skala 1:1000 atau 1:5000.

Hal-21
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

PENDEKATAN, METODOLOGI
DAN RENCANA KERJA

E.1 PENDEKATAN PEKERJAAN


Pendekatan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini antara lain pendekatan tentang
kebijakan/peraturan terkait dan pendekatan tentang hunian bukan skala besar.

E.1.1 Pendekatan Kebijakan/Peraturan


A. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan
Permukiman
Penjelasan undang-undang ini menyebutkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Tempat tinggal mempunyai peran yang sangat strategis
dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya
membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga
terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
manusia, yang akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus
kehidupan manusia. Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia
melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat
mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah
Indonesia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki
oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi
masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Negara juga
bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan perolehan rumah
bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta

Hal-22
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan kemudahan perolehan rumah tersebut


merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan
sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan
semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman yang bertumpu pada masyarakat memberikan hak dan kesempatan seluas-
luasnya bagi masyarakat untuk ikut berperan. Sejalan dengan peran masyarakat di dalam
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, Pemerintah dan pemerintah
daerah mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan dan
kemudahan kepada masyarakat, serta melakukan penelitian dan pengembangan yang
meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan, prasarana
lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancang bangun,
pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal, serta peraturan
perundang-undangan yang mendukung. Kebijakan umum pembangunan perumahan
diarahkan untuk:
a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara
berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang
berkepribadian Indonesia;
b. ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan
kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan
dan perdesaan;
c. mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta
tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;
d. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan
e. mendorong iklim investasi asing.

Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan dan


permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di daerah
perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya ketertiban
dan kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah dan pemerintah daerah perlu
memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah
melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dalam bentuk

Hal-23
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

pemberian kemudahan pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan


utilitas umum di lingkungan hunian.

Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman tidak hanya melakukan


pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan serta pembenahan perumahan
dan kawasan permukiman yang telah ada dengan melakukan pengembangan, penataan,
atau peremajaan lingkungan hunian perkotaan atau perdesaan serta pembangunan
kembali terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Untuk itu,
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman perlu dukungan anggaran yang
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan belanja
daerah, lembaga pembiayaan, dan/atau swadaya masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat perlu melakukan upaya pengembangan sistem
pembiayaan perumahan dan permukiman secara menyeluruh dan terpadu.

Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat internasional yang turut


menandatangani Deklarasi Rio de Janeiro, Indonesia selalu aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang diprakarsai oleh United Nations Centre for Human Settlements. Jiwa dan
semangat yang tertuang dalam Agenda 21 dan Deklarasi Habitat II adalah bahwa rumah
merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak bagi semua orang untuk
menempati hunian yang layak dan terjangkau (adequate and affordable shelter for all).
Dalam Agenda 21 ditekankan pentingnya rumah sebagai hak asasi manusia. Hal itu telah
sesuai pula dengan semangat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan
untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman, mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan,
terutama bagi MBR, meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan,
baik di lingkungan hunian perkotaan maupun lingkungan hunian perdesaan, dan
menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan. Penyelenggaraan
perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan
dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, yang meliputi

Hal-24
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

perencanaan perumahan, pembangunan perumahan, pemanfaatan perumahan dan


pengendalian perumahan. Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini
adalah keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam kaitan
ini, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan dan
perolehan rumah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara
bertahap dan berkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah itu, dengan memberikan kemudahan, berupa
pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, keringanan biaya
perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal. Penyelenggaraan kawasan permukiman
dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana,
menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.
Penyelenggaraan kawasan permukiman tersebut bertujuan untuk memenuhi hak warga
negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan
teratur serta menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan sesuai dengan
arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan.

Undang-undang perumahan dan kawasan permukiman ini juga mencakup pemeliharaan


dan perbaikan yang dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan dan kawasan
permukiman agar dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk kepentingan
peningkatan kualitas hidup orang perseorangan yang dilakukan terhadap rumah serta
prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan, permukiman, lingkungan hunian
dan kawasan permukiman. Di samping itu, juga dilakukan pengaturan pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
dilakukan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Hal ini dilaksanakan berdasarkan prinsip
kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati,
memiliki, dan/atau menikmati tempat tinggal, yang dilaksanakan sejalan dengan
kebijakan penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

Penyediaan lingkungan hunian bukan skala besar pada undang-undang ini dimulai dari
pasal 56 Undang-undang ini menyebutkan bahwa penyelenggaraan kawasan
permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan

Hal-25
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang
terencana, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.
Penyelenggaraan kawasan permukiman yang dimaksud tersebut bertujuan untuk
memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi dan teratur serta menjamin kepastian bermukim. Kemudian pada
pasal 57 disebutkan bahwa penyelenggaraan kawasan permukiman mencakup
lingkungan hunian dan tempat kegiatan pendukung perikehidupan dan penghidupan di
perkotaan dan di perdesaan. Selanjutnya pada pasal 58 ayat 2 ditekankan bahwa arahan
pengembangan kawasan permukiman meliputi :
a. hubungan antarkawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup di luar
kawasan lindung;
b. keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan;
c. keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perkotaan dan pengembangan
kawasan perkotaan;
d. keterkaitan antara pengembagnan lingkungan hunian perdesaan dan pengembangan
kawasan perdesaan;
e. keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;
f. keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan setiap orang; dan
g. lembaga yang mengkoordinasikan pengembangan kawasan permukiman.

Perencanaan kawasan permukiman sebagaimana disebut pada pasal 65 Undang-undang


No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman ini terdiri dari
perencanaan lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan serta perencanaan tempat
kegiatan pendukung perkotaan dan perdesaan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan. Untuk perencanaan lingkungan hunian perkotaan (pasal 66) dilakukan
melalui :
a. Perencanaan pengembangan lingkungan hunian perkotaan;
b. Perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan; aau
c. Perencanaan pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan.

Perencanaan pengembangan lingkungan hunian baru perkotaan seperti pada pasal 66


ayat 2 mencakup perencanaan sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana peningkatan efisiensi potensi lingkungan hunian perkotaan
dengan memperhatikan fungsi dan peranan perkotaan;

Hal-26
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

b. Penyusunan rencana peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan;


c. Penyusunan rencana peningkatan keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum
lingkungan hunian perkotaan;
d. Penyusunan rencana pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman
kumuh;
e. Penyusunan rencana pencegahan tumbuh dan berkembangnya lingkungan hunian
yang tidak terencana dan tidak teratur.

Penyusunan rencana peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan sebagai salah


satu perencanaan pengembangan lingkungan hunian baru perkotaan terdiri atas :
a) Penyusunan rencana penyediaan lokasi permukiman;
b) Penyusunan rencana penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum permukiman;
dan
c) Penyusunan rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.

Perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan tersebut meliputi


perencanaan lingkungan hunian baru skala besar dengan Kasiba dan perencanaan
lingkungan hunian baru bukan skala besar dengan prasarana, sarana dan utilitas umum.
Sebelum perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan tersebut,
terlebih dahulu dilakukan penetapan lokasi pembangunan yang dapat diusulkan oleh
badan hukum bidang perumahan dan permukiman atau pemerintah daerah dan
ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota. Penetapan lokasi pembangunan hunian
baru tersebut dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan :
1. Rencana pembangunan perkotaan dan perdesaan;
2. Rencana penyediaan tanah; dan
3. Analisis mengenai dampak lalu lintas dan lingkungan.

B. Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang


Didalam Undang-Undang RI No.26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang
mengamanatkan, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas keterpaduan, keserasian, keselarasan, keseimbangan,
keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan

Hal-27
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

kemitraan, pelindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadalian, dan


akuntabilitas.

Sesuai dengan Bab II Pasal 3, tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang adalah untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan :
(1) Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
(2) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.
(3) Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Di dalam UU Penataan Ruang ini disebutkan bahwa kedudukan RTRW Kabupaten/Kota


berhirarki dan mengacu kepada RTWN, RTWP Provinsi, pedoman dan petunjuk
pelaksanaan bidang penataan ruang serta rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Faktor yang harus diperhatikan adalah: perkembangan permasalahan provinsi dan hasil
pengkajian implikasi penataan ruang wilayah kota. Pemerataan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, keselarasan aspirasi pembangunan kota, daya dukung, RTRW
yang berbatasan dan rencana tata ruang strategis kota.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka
hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik merupakan
ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka
hijau publik, antara lain, adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau
sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara
lain, adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami
tumbuhan.

Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari
luas wilayah kota, merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun
sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih
yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

Hal-28
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah,
masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung
miliknya.

Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh)
persen dari luas wilayah kota, dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal
dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara
luas oleh masyarakat. Distribusi ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan sebaran
penduduk dan hirarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola
ruang.

Berkaitan dengan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian


Bukan Skala Besar Kota Palu pasal-pasal didalam undang-udang penataan ruang yang
mempunyai korelasi yaitu yang terdapat pada pasal 11 perihal wewenang pemerintah
kabupaten/kota dan pasal 41 perihal penyelenggaraan penataan ruang perkotaan.
Pasal 11 :
(1) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kotadalam penyelenggaraan
penataan ruang meliputi :
a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;
b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan
d. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.
(2) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi :
a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota;
b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
(3) Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, pemerintah daerah
kabupaten/kota melaksanakan :
a. penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;
b. perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

Hal-29
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

c. pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan


d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
(4) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), pemerintah daerah kabupaten/kota mengacu pada pedoman bidang
penataan ruang dan petunjuk pelaksanaannya.
(5) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4), pemerintah daerah kabupaten/kota :
a. menyebarluaskan informasi yang berkaitandengan rencana umum dan
rencana rinci tataruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota; dan
b. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
(6) Dalam hal pemerintah daerah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi standar
pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemerintah daerah provinsi dapat
mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 41 :
(1) Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan pada:
a. Kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten; atau
b. Kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang mencakup 2
(dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah
provinsi.
(2) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
menurut besarannya dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan
perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, atau
kawasan megapolitan.
(3) Kriteria mengenai kawasan perkotaan menurut besarannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.

C. Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah


Undang-Undang No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan makna
pengalihan fungsi-fungsi pemerintahan dari pusat ke daerah yang dimulai sejak efektif
tahun 2001. Berdasarkan undang-undang ini, semua fungsi pelayanan publik kecuali
pertahanan, urusan luar negeri, kebijakan moneter dan fiskal, urusan perdagangan dan

Hal-30
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

hukum, telah dialihkan ke daerah otonom. Kota dan kabupaten memikul tanggung jawab
di hampir semua bidang pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, dan prasarana;
dengan provinsi bertindak sebagai koordinator. Jika ada tugas-tugas lain yang tidak
disebut dalam undang-undang, hal itu berada dalam tanggung jawab pemerintah daerah.

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 lebih kita kenal sebagai Undang-undang Otonomi
Daerah. Undang-undang ini menekankan bahwa pengembangan Otonomi Daerah
diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, partisipasi
masyarakat, pemerataan, keadilan, pengembangan peran dan fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), serta memperhatikan potensi dan keaneragaman daerah.
Undang-undang tersebut juga memberi kejelasan arah yang ingin dicapai dan memberi
keleluasaan bagi daerah melebihi apa yang ada di masa sebelumnya.

Kesatuan penyerahan ini termasuk penyerahan dan pengalihan pembangunan


permukiman, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia yang terkait dengan
kewenangan tersebut. Dalam rangka Penanganan Lingkungan Perumahan dan
Perumahan peran pemerintah pusat hanya menfasilitasi dan mengarahkan sesuai dengan
kewenangannya (“Steering”) sedangkan pemerintah daerah sebagai pelaksana dan
pengendali (“Rowing”). Dalam rangka mengemban tugas sebagai pengarah maka
pemerintah pusat perlu membuat rumusan-rumusan atau pedoman-pedoman dalam
rangka pembangunan daerah agar tercipta kolaborasi yang baik antara pusat dan daerah.

Implikasi dari kedua undang-undang tersebut diwujudkan melalui Peraturan Pemerintah


No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Implikasi dari
peraturan pemerintah ini terhadap Program Penanganan Lingkungan Perumahan dan
Pemukiman Kumuh Berbasis Kawasan yaitu bahwa urusan perumahan merupakan
urusan wajib sebagaimana tercantum didalam pasal 7 yaitu :
(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah urusan
pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan pelayanan dasar.
(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada meliputi:
a. pendidikan;
b. kesehatan;

Hal-31
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

c. lingkungan hidup;
d. pekerjaan umum;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perumahan;
h. kepemudaan dan olahraga;
i. penanaman modal;
j. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
k. kependudukan dan catatan sipil;
l. ketenagakerjaan;
m. ketahanan pangan;
n. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
p. perhubungan;
q. komunikasi dan informatika;
r. pertanahan;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,
perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;
u. pemberdayaan masyarakat dan desa;
v. sosial;
w. kebudayaan;
x. statistik;
y. kearsipan; dan
z. perpustakaan.

D. Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 1999 Tentang Kawasan Siap Bangun Dan
Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri
Kawasan Siap Bangun (Kasiba) adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan
untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu
lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap
dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana
lingkungan sesuai dengna rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah dan memenuhi persyaratan pembukaan pelayanan prasarana dan sarana

Hal-32
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

lingkungan. Lingkungan siap bangun selanjutnya disebut Lisiba merupakan sebidang


tanah yang merupakan bagian dari Kasiba ataupun berdiri sendiri yang telah
dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai
dengan persyaratan pembangunan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah matang. Adapun
lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri selanjutnya disebut Lisiba yang berdiri
sendiri adalah Lisiba yang bukan merupakan bagian dari Kasiba yang dikelilingi oleh
lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan
fungsi-fungsi lain.

Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), disebutkan bahwa Lingkungan Hunian Bukan
Skala Besar merupakan lingkungan hunian siap bangun yang bukan merupakan bagian
dari kawasan siap bangun (Kasiba) yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang
sudah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi-fungsi lain yang
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan tata ruang wilayah. Lingkungan Hunian Bukan
Skala Besar sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini disebut dengan Lisiba BS yang
sekurang-kurangnya dapat menampung 1.000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya 3.00
unit rumah.

Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah ini disebutkan bahwa tujuan dari pengelolaan
Lisiba bagian dari Kasib atau Lisiba yang berdiri sendiri bertujuan agar tersedia
kaveling tanah matang beserta rumah dengan pola hunian yang berimbang, terencana
dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk masalah penyiapan lokasi, dalam
pasal 9 disebutkan bahwa penyiapan lokasi untuk Lisiba yang berdiri sendiri maka
Pemerintah Daerah harus memperhatikan bahwa jumlah unit rumah yang dapat
dibangun sekurang-kurangnya 1.000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya 2.000 unit
rumah.

Penetapan lokasi Lisiba yang berdiri sendiri harus dilakukan dengan Keputusan Kepala
Daerah (pasal 12). Untuk dapat ditetapkan sebagai Lisiba yang berdiri sendiri, maka
lokasi Lisiba tersebut harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya :
a. Sudah tersedia data mengena luas, batas dan kepemilikan tanah sesuai dengan
tahapan pengembangan dalam rencana dan program penyelenggaraannya;
b. Lokasi tersebut telah dilayani jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan;

Hal-33
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

c. Lokasi tersebut telah dilayani fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas ekonomi
setingkat kecamatan.

Penyelenggaraan Lisiba yang berdiri sendiri dilakukan melalui perencanaan


pembangunan, pelaksanaan pembangunan dan pengendalian pembangunan (pasal 43).
Selanjutnya pada pasal 44 disebutkan bahwa rencana dan program penyelenggaraan
Lisiba yang berdiri sendiri harus sesuai dan terintegrasi dengan program pembangunan
daerah dan sektor mengenai prasarana lingkungan, sarana lingkungan, serta utilitas
umum di daerah yang bersangkutan. Rencana tersebut akan digunakan sebagai acuan
untuk kegiatan pematangan tanah serta pembangunan perumahan dan permukiman yang
meliputi prasarana lingkungan, sarana lingkungan, utilitas umum dan rumah yang
berkualitas dalam rangka memenuhi persyaratan teknis, ekologis dan administrasi
sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

E.1.2 Pendekatan Standar Rencana Rinci Tata Ruang Lisiba Yang Berdiri Sendiri
(Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.32 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Teknis
Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri)
Penyusunan rencana rinci tata ruang Lisiba yang berdiri sendiri harus memenuhi standar
pembangunan prasarana jalan, prasarana drainase, prasarana pengelolaan air limbah, dan
prasarana pengelolaan persampahan untuk pengembangan Lisiba yang Berdiri Sendiri.
1. Prasarana Jalan
Pembangunan prasarana jalan harus memenuhi standar dimensi minimal ideal
prasarana jalan di kawasan perumahan yang terdiri dari :
a. jalan Lokal Sekunder I harus memenuhi stándar lebar jalur ideal minimum untuk
jalan satu jalur dengan dua lajur adalah 5,5 – 6,0 meter agar mampu melayani
lalu lintas dengan jumlah kendaraan relatif besar (800 – 2000 kendaraan/hari),
dengan lebar bahu antara 1,0 – 1,5 meter;
b. jalan Lokal Sekunder II harus memenuhi stándar lebar badan jalan 4,5 – 5,5
meter agar mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan relatif besar
(200 – 800 kendaraan/hari) dengan lebar bahu jalan 0,75 – 1,0 meter;
c. jalan Lokal Sekunder III harus memenuhi stándar lebar badan jalan 4,0 – 5,5
meter agar mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan kurang dari
350 kendaraan/hari, dengan lebar bahu 0,75 – 1,0 meter;

Hal-34
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

d. jalan Lingkungan I harus memenuhi stándar lebar badan jalan 3,5 – 4 meter agar
mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan kurang dari 350
kendaraan/hari dengan lebar bahu 0,5 – 0,75 meter, yang dapat dilengkapi
dengan trotoar untuk pejalan kaki dan fasilitas orang cacat;
e. jalan Lingkungan II harus memenuhi stándar lebar badan jalan 3 – 3,5 meter agar
mampu melayani lalu lintas dalam lingkungan perumahan dengan jumlah
kendaraan relatif sedikit (<350 kendaraan/hari), yang dilengkapi dengan lebar
bahu 0,5 – 0,75 meter serta trotoar apabila diperlukan.
2. Prasarana Drainase
Pembangunan prasarana drainase harus memenuhi standar nilai koefisien aliran saluran
drainase di Kawasan Perumahan yang terdiri dari :
a. rumah tinggal terpencar harus memenuhi stándar koofisien pengaliran 0,30 –
0,50;
b. komplek perumahan harus memenuhi stándar koofisien pengaliran 0,40 – 0,60;
c. permukiman (suburban) harus memenuhi stándar Koofisien pengaliran 0,25 –
0,40;
d. apartemen harus memenuhi stándar Koofisien pengaliran 0,50 – 0,90.
3. Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Standar pengelolaan air limbah meliputi penanganan air limbah setempat dan
penanganan air limbah terpusat. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat (on
site) di kawasan perumahan meliputi :
a. Jarak minimum tangki septik terhadap sumur air minum adalah 10 meter dengan
ukuran tangki sebagai berikut :
Tabel E.1 Ukuran Tangki Septik Pada Sumur Air Minum

b. Bidang resapan memenuhi ketentuan berikut :


1) Minimal perkolasi tanah 0,01 m/jam
2) Lebar galian minimum 0,5 m dan dalam galian efektif minimum 0,45 m;

Hal-35
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

3) Jarak sumbu 2 jalur galian minimum 1,5 m;


4) Pipa resapan terbuat dari bahan tahan korosi dengan diameter minimum 110
cm;
5) Bidang resapan dan pipa resapan dibuat miring 0,2%;
6) Di bawah pipa resapan harus diberi kerikil berdiameter 1,5-5 cm dengan tebal
lapisan 10 cm; dan
7) Di atas pipa resapan ditimbun dengan bahan yang sama minimum 5 cm.
8) Kapasitas tangki kompartemen mencukupi 100 jiwa (20 KK0
9) Kapasitas tangki truk pengangkut tinja mampu melayani 5 KK;
10) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dapat melayani wilayah
kawasan atau perkotaan.

Tabel E.2 Dimensi Tangki Biofilter

Tabel E.3 Dimensi Cubluk Kembar

c. Pembangunan pengelolaan air limbah terpusat (off-site) meliputi :


1) Untuk seluruh air limbah menggunakan pipa sewer, flushing memenuhi
ketentuan seperti berikut ini;

Hal-36
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Tabel E.4 Ketentuan Pipa Sewer

2) System Small Bore Seller seperti berikut ini;


Tabel E.5 Ketentuan Sistem Small Bore Seller

4. Prasarana Pengelolaan Persampahan


Pembangunan pengelolaan persampahan harus memenuhi standari sebagai berikut :
a. Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
Tabel E.6 Ketentuan Timbulan Sampah

b. Densitas sampah di sumber, TPS dan TPA memenuhi ketentuan seperti pada
Tabel E.1
c. Untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan/Pengolahan Akhir (TPA) perlu
dilakukan proses pengolahan sampah (komposter) skala rumah tangga maupun
skala kawasan.
5. Sarana Pemerintahan
Pembangunan fasilitas pemerintahan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. Standar fasililitas pemerintah untuk fasilitas tingkat kawasan dengan penduduk ±
2.500 jiwa adalah :

Hal-37
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

 Pos hansip, balai pertemuan ± 300 m²


 Parkir umum ± 100 m²
b. Standar fasilitas pemerintahan untuk fasilitas tingkat kelompok dengan penduduk
± 30.000 jiwa adalah :
 Kantor Kelurahan ± 500 m²
 Pos Polisi ± 200 m²
 Kantor pos pembantu ± 100 m²
 Pos pemadam kebakaran ± 200 m²
 Parkir umum dan MCK ± 1000 m²
 Bioskop 1 (satu) ± 2000 m²
c. Standar fasilitas pemerintahan untuk fasilitas tingkat kelompok penduduk ±
240.000 jiwa adalah :
 Kantor Kecamatan ± 1000 m²
 Pos Polisi ± 300 m²
 Kantor pos cabang ± 500 m²
 Kantor telepon ± 300 m²
 Pos Pemadam Kebakaran ± 300 m²
 Parkir Umum ± 4000 m²
6. Sarana Pendidikan
Pembangunan fasilitas pendidikan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
standar perencanaan fasilitas pendidikan Lisiba yang Berdiri Sendiri.
a. Standar fasilitas pendidikan untuk fasilitas pendidikan Taman Kanak-Kanak
adalah :
 Satu TK untuk melayani ± 1000 jiwa
 Radius pencapaian ± 500 m
b. Standar fasilitas pendidikan untuk fasilitas pendidikan Sekolah Dasar adalah :
 Satu SD untuk melayani ± 1600 jiwa
 Radius pencapaian maksimum ± 1000 m
c. Standar fasilitas pendidikan untuk fasilitas pendidikan Sekolah Lanjutan Pertama
adalah satu SLTP untuk melayani ±4.800 jiwa.
d. Standar fasilitas pendidikan untuk fasilitas pendidikan Sekolah Lanjutan Atas
adalah satu SLTA untuk melayani ±4.800 jiwa.

Hal-38
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

7. Sarana Kesehatan
Pembangunan fasilitas kesehatan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
standar perencanaan fasilitas kesehatan Lisiba yang Berdiri Sendiri.
a. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Puskesma Pembantu adalah
pencapaian maksimum ke lokasi dengan radius ± 1.500 m
b. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Puskesmas adalah :
 Minimum penduduk yang melayani ± 1.000 jiwa
 Radius pencapaian maksimum ± 2.000 m
c. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Tempat Praktek Dokter
adalah :
 Minimum penduduk yang melayani ± 5.000 jiwa
 Radius pencapaian maksimum ± 1.500 m
d. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Rumah Bersalin adalah :
 Penduduk yang melayani ± 1.000 jiwa
 Radius pencapaian maksimum ± 2.000 m
e. Standar fasilitas kesehatan untuk fasilitas kesehatan Apotik adalah :
 Penduduk yang dilayani minimum ± 10.000 jiwa
 Radius pencapaian maksimum ± 1.500 m
8. Sarana Perbelanjaan
Pembangunan fasilitas perbelanjaan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
standar perencanaan fasilitas perbelanjaan Lisiba yang Berdiri Sendiri.
a. Standar fasilitas perbelanjaan untuk fasilitas warung adalah :
 Penduduk yang melayani ± 250 jiwa
 Radius pencapaian maksimum ± 500 m
b. Standar fasilitas perbelanjaan untuk fasilitas pertokoan adalah :
 Penduduk yang melayani ± 2.500 jiwa
 Radius pencapaian maksimum ± 500 m
c. Standar fasilitas perbelanjaan untuk fasilitas pusat perbelanjaan lingkungan
adalah :
 Penduduk yang melayani ± 2.500 jiwa
 Radius pencapaian maksimum ± 500 m
9. Sarana Peribadatan
Pembangunan fasilitas peribadatan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
standar perencanaan fasilitas peribadatan di Lisiba yang Berdiri Sendiri. Standar

Hal-39
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

fasilitas peribadatan untuk fasilitas tingkat kawasan dengan penduduk ±20.000 jiwa
adalah bangunan peribadatan sesuai dengan agamanya seluas ± 1.000 m²
10. Sarana Rekreasi dan Kebudayaan
Persyaratan dan standar perencanaan sarana lingkungan di Lisiba yang Berdiri Sendiri
untuk fasilitas rekreasi dan kebudayaan meliputi Gedung Serba Guna atau Gelanggang
Remaja.
- Persyaratan dan standar pembangunan sarana lingkungan fasilitas Gedung Serba
Guna dibangun untuk kebutuhan kelompok 6.000 Kepala Keluarga (KK).
- Persyaratan dan standar pembangunan sarana lingkungan fasilitas Gelanggang
Remaja dibangun untuk kebutuhan kelompok 24.000 Kepala Keluarga (KK).
11. Sarana Olahraga dan Lapangan Terbuka
Persyaratan dan standar perencanaan sarana Lisiba yang Berdiri Sendiri untuk fasilitas
olahraga dan lapangan terbuka berupa Tempat Bermain dibangun untuk kebutuhan
kelompok 50 Kepala Keluarga (KK).
- Persyaratan dan standar perencanaan sarana Lisiba yang Berdiri Sendiri untuk
fasilitas olahraga dan lapangan terbuka berupa Taman Bermain dibangun untuk
kebutuhan kelompok 500 Kepala Keluarga (KK).
- Persyaratan dan standar perencanaan sarana Lisiba yang Berdiri Sendiri untuk
fasilitas olahraga dan lapangan terbuka berupa Kesatuan Taman Bermain terdiri
dari Taman Bermain, Tempat Bermain dan Lapangan Olah Raga yang
mengelompok dengan sekolah yang dibangun untuk kebutuhan kelompok 6.000
Kepala Keluarga (KK).
12. Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau adalah ruang dalam kawasan atau kota dalam bentuk area atau
kawasan atau dalam bentuk jalur, dimana dalam penggunaannya bersifat terbuka tanpa
bangunan. Pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-
tumbuhan secara alamiah atau budidaya tanaman. Persyaratan dan standar fasilitas
ruang terbuka hijau (RTH) Lisiba yang Berdiri Sendiri adalah 15 m² per jiwa dengan
lokasi menyebar.

E.1.3 Pendekatan Hunian Berimbang


Penyelenggaraan perumahan dan kawasan perumahan dengan hunian berimbang diatur
dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.10 tahun 2012 tentang Penyelenggaaran
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Berimbang yang kemudian terjadi

Hal-40
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

perubahan menjadi Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.07 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Berimbang.
Yang dimaksud dengan hunian berimbang dalam peraturan ini adalah perumahan dan
kawasan permukiman yang dibangun secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam
bentuk rumah tunggal dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah menengah dan
rumah mewah, atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum dan rumah susun
komersial.

Adapun tujuan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan hunian


berimbang adalah :
a. Menjamin tersedianya harga rumah mewah, rumah menengah dan rumah sederhana
bagi masyarakat yang dibangun dalam satu hamparan atau tidak dalam satu hamparan
untuk rumah sederhana;
b. Mewujudkan kerukunan antar berbagai golongan masyarakat dari berbagai profesi,
tingkat ekonomi dan status sosial dalam perumahan, permukiman, lingkungan hunian
dan kawasan permukiman;
c. Mewujudkan subsidi silang untuk penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum,
serta pembiayaan pembangunan perumahan;
d. Menciptakan keserasian tempat bermukim baik secara sosial dan ekonomi; dan
e. Mendayagunakan penggunaan lahan yang diperuntukkan bagi perumahan dan kawasan
permukiman.

Dalam pasal 5 Peraturan Menteri ini disebutkan bahwa setiap orang yang membangun
perumahan dan kawasan permukiman wajib dengan hunian berimbang, kecuali seluruhnya
diperuntukkan bagi rumah sederhana dan/atau rumah susun. Penyelenggaran perumahan
dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang dilaksanakan di perumahan,
permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman dengan skala sebagai berikut :
1. Perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 15 (lima belas) sampai dengan
1.000 (seribu) rumah;
2. Permukiman dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) sampai dengan
3.000 (tiga ribu) rumah;
3. Lingkungan hunian dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) sampai
dengan 10.000 (sepuluh ribu) rumah ; dan

Hal-41
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

4. Kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) rumah.

Adapun komposisinya dilakukan berdasarkan jumlah rumah dan luasan lahan sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 8. Selanjutnya pembangunan hunian berimbang dilaksanakan
bersamaan secara proporsional antara rumah mewah, rumah menengah, dan rumah
sederhana. Dalam hal hanya membangun rumah mewah, setiap orang wajib membangun
sekurang-kurangnya rumah menengah 2 (dua) kali dan rumah sederhana 3 (tiga) kali
jumlah rumah mewah yang akan dibangun. Ketika yang dibangun hanya rumah menengah,
setiap orang wajib membangun rumah sederhana sekurang-kurangnya 1,5 (satu setengah)
kali jumlah rumah menengah yang akan dibangun.

E.1.4 Pendekatan Konsep Permukiman Yang Berwawasan Lingkungan


Pembangunan permukiman yang berkelanjutan diartikan sebagai upaya yang berkelanjutan
untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan tempat hidup dan
bekerja semua orang. Sehingga dalam melaksanakan pembangunan permukiman yang
berkelanjutan sangatlah penting untuk mempertimbangkan permukiman yang berwawasan
lingkungan. Beberapa konsep yang pernah dikemukakan para pakar dalam melaksanakan
pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah : pelestarian ekologi, teknologi hijau
dan mengatasi pencemaran lingkungan (Budiharjo, et.al; 1993 dalam Permukiman Yang
Berwawasan Lingkungan Tinjauan, Dwira N.Aulia, 2005). Betapa pentingnya setiap
stakeholder pembangunan kota untuk menerapkan konsep-konsep permukiman yang
berwawasan lingkungan sehingga tujuan dapat tercapai yaitu mewujudkan bumi ini sebagai
tempat yang aman dan nyaman bagi generasi sekarang dan akan dating.

Prinsip dasar pembangunan yang berkelanjutan menurut Research Triangle Institute, 1996
terdiri atas aspek-aspek (Budihardjo, Sutarto; 1999) adalah ekonomi (kesejahteraan),
ekologi (lingkungan), equity (pemerataan), engagement (peranserta) dan energy. Dua
aspek yang berkaitan erat dengan fisik adalah ekologi (lingkungan) dan energy. Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Hal-42
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Tabel E.7 Aspek Fisik Dari Pembangunan Yang Berkelanjutan


Ekologi (Lingkungan)
Penggunaan Sumber Konservasi sumber daya
Daya Pencegahan dan penaggulangan polusi
Peraturan Penggunaan Penggunaan lahan campuran
Tanah Menciptakan ruang-ruang terbuka
Menetapkan batas perkembangan/pemekaran
kota
Energi
Sumber Energi Penghematan sumber energy
Sistem Transportasi Mengutamakan transportasi umum, massal dan
hemat energy
Bangunan Mendayagunakan pencahayaan dan
penghawaan alami
Sumber : (Budihardjo, 1999)

Berbagai konsep perencanaan kota yang berkelanjutan sudah dipaparkan oleh para pakar
perencanaan kota seperti ; “Garden Cities” (Ebenezer Howard, 1898), “New Towns”
(Patrick Abercrombie, 1944), dan “Ecological Cities”. Konsep-konsep perencanaan kota
yang sedemikian bagusnya tidak dapat mencapai kota yang berkelanjutan bila manusa yang
menghuni kota tersebut tidak menjalankan peran yang semestinya. Dengan kata lain
dibutuhkan keterpaduan semua bidang kehidupan dalam mewujudkan kondisi
pembangunan berkelanjutan (Dwira, 2005).

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan (Kirmanto, 2002). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan
permukiman yang berwawasan lingkungan adalah dengan merencanakan kawasan
lingkungan hunian ekologis dengan lebih memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam
merencanakan lingkungan hunian tersebut. Beberapa strategi perencanaan lingkungan
hunian yang berwawasan lingkungan dapat dilihat pada prinsip-prinsip di bawah ini (Grant,
et al, 1996);
- Mengelola dan memelihara lingkungan supaya berfungsi dengan semestinya.
Seperti contohnya tempat pembuangan sampah, drainase lingkungan dan system
pembuangan.

Hal-43
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

- Meminimalisasikan pengaruh bangunan pada lingkungan sekitarnya. Seperti


contohnya : pemanfaatan ruang, fasilitas pelayanan, jaringan infrastruktur
sebaiknya direncanakan efisien.
- Melindungi sumber-sumber alam dan sumberdaya lahan untuk generasi
selanjutnya. Seperti contohnya : melindungi pemakaian sumber daya air, tanah dan
udara.
- Mengurangi limbah yang dihasilkan oleh bangunan hunian. Misalnya : mengolah
limbah yang berasal dari bangunan-bangunan sehingga tidak menimbulkan polusi
terhadap lingkungan di sekitarnya, menanam tanaman-tanaman yang dapat
melindungi ekologi kawasan.
- Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menggalakkan pemeliharaan
lingkungan. Misalnya : mensosialisasikan pentingnya permukiman yang
berkelanjutan sehingga masyarakat juga turut serta memelihara lingkungan;
- Mensosialisasikan pentingnya lingkungan sosial yang “sehat”, misalnya :
keamanan lingkungan, kesehatan lingkungan dan partisipasi masyarakat.
Pemanfaatan lahan dengan memaksimalkan bangunan akan mengakibatkan
semakin besarnya pengaruh bangunan terhadap lingkungannya. Kawasan lapang
dan penghijauan akan banyak membantu terciptanya permukiman yang
berwawasan lingkungan.

Konsep perancangan bangunan hunian yang berwawasan lingkungan lebih kepada


komponen-komponen berikut ini (Budihardjo, 1993);
- Teknologi Hijau, hemat energy dan sumber daya. Seperti contohnya : sedapat
mungkin mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, menggunakan
energy lebih efisien dan bijaksana;
- Pemanfaatan sumber-sumber alam yang tersedia. Contohnya; karena berada di
daerah tropis, maka matahari adlaah sumber alam yang dapat dimanfaatkan secara
maksimal.

Hal-44
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

E.2 METODOLOGI PEKERJAAN


Metode yang akan digunakan dalam Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan
Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

E.2.1 Metode Pengumpulan Data


Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data
primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan
panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Contoh data sekunder
misalnya RTRW, RP4D, RPJMD, dll.

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya,
dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh.
Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber
tidak langsung (data sekunder).

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan
sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list,
kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan
wawancara.
a. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan
responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data
melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di
berbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan

Hal-45
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket


menyangkut beberapa faktor antara lain :
 Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur
maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
 Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak
mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada
responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
 Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka
responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
b. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan
untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini
digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang
atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku
siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru,
dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi
yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang
diamati. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang
mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui
makna yang terkandung di dalam peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik
observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
c. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara
sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya
dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara

Hal-46
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat
diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif).
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah
dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape
recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran
wawancara.
b. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan
secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali
dari responden.

Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data


1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung
adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik
mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
 Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara
sistematik.
 Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
 Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi
umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan
pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa
keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat
hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku,
atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung
mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dan tidak
menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat
berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.

Hal-47
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau
peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan
pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang
telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam
mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya
atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan
dengan tatap muka maupun melalui telpon.
3. Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut
cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban
(kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas
(kuesioner terbuka). Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-
masing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan
secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah
jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi.
Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu
untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.

E.2.2 Metode Pemilihan Lokasi Dan Deliniasi Kawasan Perencanaan


Deliniasi merupakan batas yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang
digunakan sebagai batas wilayah perencanaan. Kriteria tertentu yang dimaksud sesuai
dengan tipologi kawasan perencanaan. Deliniasi kawasan perencanaan dapat dilakukan
dengan menggunakan kriteria antara lain kriteria teknis/ruang, kriteria kegiatan, dan
kriteria administrasi (batas administrasi). Dalam hal ini kawasan perencanaan
kemungkinan sudah ditentukan oleh Pemerintah Kota Palu, akan tetapi luasan kawasan
perencanaan belum ditentukan.

Hal-48
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

E.2.3 Metode Analisis Dan Proyeksi Kependudukan


Analisis kependudukan, yang meliputi analisa-analisa berikut:
a. Analisa bunga berganda. Metode analisa ini menggunakan patokan pertumbuhan
rata-rata pada kurun 5 - 10 tahun lalu, selanjutnya pertumbuhan penduduk
diproyeksikan dengan menggunakan dasar bunga berganda/bunga majemuk
dengan angka pertumbuhan yang sama setiap tahun;
b. Analisa kecenderungan (trend analysis) dengan regresi. Metode analisa ini
didasarkan pada data pola pertumbuhan penduduk pada 5 - 10 tahun lalu yang
didekati dengan salah satu pola regresi (linier, logaritma, eksponensial, atau
regresi berpangkat);
c. Analisa cohort. Metode analisa ini menggunakan data penduduk yang dirinci
menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Hasil proyeksi akan memperlihatkan
pertumbuhan pada setiap kelompok umur dan jenis kelamin, dan hasilnya dapat
digunakan untuk memprediksikan kebutuhan berbagai fasilitas pelayanan dan
kebutuhan penyediaan lapangan kerja. Ketersediaan fasilitas pelayanan sosial dan
ekonomi, apabila dikaitkan dengan perkembangan jumlah penduduk dapat
dijadikan indikator arah pengembangan sosial. Karena dengan membandingkan
kebutuhan baku minimal dari setiap jenis fasilitas pelayanan tersebut, dapat
ditentukan tingkat pelayanan yang tersedia dan/atau diinginkan (tinggi, sedang,
dan/atau rendah);

Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk (menurut komposisi umur dan
jenis kelamin) di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas,
mortalitas dan migrasi. Data penduduk Indonesia yang dapat dipakai dan dipercaya untuk
keperluan proyeksi adalah berasal dari sensus penduduk (SP) yang diselenggarakn pada
tahun yang berakhir “0” dan survei antar sensus (SUPAS) pada tahun yang berakhir “S”.
Hasil proyeksi penduduk sangat bermanfaat untuk perencanaan fasilitas kesehatan,
fasilitas pendidikan, fasilitas perumahan, dan fasilitas kesempatan kerja. Adapun beberapa
metode untuk perhitungan proyeksi penduduk antara lain :

Hal-49
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

a) Metode Arithmatik, dengan rumus adalah sebagai berikut :

b) Metode Geometri, dengan rumus adalah sebagai berikut :

c) Metode Least Square, dengan rumus adalah sebagai berikut :

d) Metode Trend Logistic, dengan rumus adalah sebagai berikut :

E.2.4 Metode Analisis SWOT


Metode ini digunakan untuk melihat potensi maupun hambatan yang akan muncul pada
lingkungan hunin bukan skala besar Kota Palu. Analisis
SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen
perusahaan atau di dlam organisasi yang secara sistematis
dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang
matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek
maupun tujuan jangkan panjang. Definisi analisis SWOT yang
lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi

Hal-50
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan
juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna
analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang
ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat
analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang
dihadapi.
SWOT adalah singkatan dari:
 S = Strength (kekuatan).
 W= Weaknesses (kelemahan).
 O = Opportunities (Peluang).
 T = Threats (hambatan).

Penjelasan mengenai 4 (empat) komponen analisis SWOT, yaitu :


1. Strenght (S) yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan
kekuatan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan
di dalam analisis ini adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-
kekuatan dan kelemahan di bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika
kekuatan perusahaan tersebut unggul di dalam teknologinya, maka keunggulan itu
dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat
teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.
2. Weaknesses (W) yaitu analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan
kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara
menganalisis kelemahan di dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi yang
menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau organisasi.
3. Opportunity (O) yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang
diluar suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi
organisasi dimasa depan. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan
yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang di masa
yang akan depan atau masa yang akan datang.
4. Threats (T) yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang
harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai
macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau
organisasi yang menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera di atasi, ancaman

Hal-51
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik di masa
sekarang maupun masa yang akan datang.

Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yangg paling dasar, yang
bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat sisi yang
berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada,
sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman. Jika digunakan dengan
benar, analisis ini akan membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat
selama ini. Dari pembahasan diatas tadi, analisis SWOT merupakan instrumen yang
bermanfaat dalam melakukan analisis strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk
meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi serta
menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

E.2.5 Metode Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan


Analisis fisik dan lingkungan adalah untuk mengenali karakteristik sumber daya alam
tersebut dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam
pengembangan wilayah dan/atau kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap
memperhatikan keseimbangan ekosistem.

Hasil studi analisis fisik dan lingkungan ini akan menjadi masukan dalam penyusunan
rencana tata ruang maupun rencana rinci lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu,
karena akan memberikan gambaran mengenai kerangka fisik pengembangan kawasan.
Secara garis besar tata cara analisis kelayakan fisik atau dikenal juga sebagai studi
kesesuaian lahan wilayah dan/atau kawasan ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan alir
di bawah ini (Gambar E.1)

Hal-52
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Gambar E.1 Bagan Alir Tata Cara Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan

Pengumpulan data dengan cakupan data yang dikehendaki adalah seperti terlihat pada
bagan alir tersebut. Sedangkan tahap analisis terdiri dari dua, yakni analisis kemampuan
lahan dan analisis kesesuaian lahan. Hasil akhir analisis ini berupa rekomendasi kesesuaian
lahan yang akan menjadi masukan pada pengembangan wilayah dan/atau kawasan.
1) Analisis Kemampuan Lahan
Dilakukan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk
dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan
pada tahap analisis berikutnya.
Sasaran :
- Mendapatkan klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi
kawasan;
- Memperoleh gambaran potensi dan kendala masing-masing kelas kemampuan
lahan;
- Sebagai dasar penentuan;arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis
berikutnya dan rekomendasi akhir kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan.

Hal-53
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Masukan : Semua data yang dimintakan pada tahap pengumpulan data, kecuali data
kebijaksanaan yang sudah ada.
Keluaran:
- Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan lahan;
- Kelas-kelas atau tingkatan kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsi kawasan;
- Uraian potensi dan kendala fisik masing-masing kemampuan lahan.
Langkah-langkah :
a) Melakukan analisa satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh
gambaran tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan;
b) Tentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)
untuk nilai terendah.
c) Kalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan kemampuan
lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan
lahan tersebut pada pengembangan perkoaan. Bobot yang digunakan hingga saat
ini adalah seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel E.8 Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan
No Satuan Kemampuan Lahan Bobot
1 SKL Morfologi 5
2 SKL Kemudahan Dikerjakan 1
3 SKL Kestabilan Lereng 5
4 SKL Kestabilan Pondasi 3
5 SKL Ketersediaan Air 5
6 SKL Terhadap Erosi 3
7 SKL Untuk Drainase 5
8 SKL Pembuangan Limbah 0
9 SKL Terhadap Bencana Alam 9

d) Superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan tersebut dengan cara


menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan
kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang
menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah dan/atau kawasan perencanaan.
e) Tentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas
kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan
nilai…-… yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah ini dan
digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk perencanaan
tata ruang.

Hal-54
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Pembuatan peta nilai kemampuan lahan ini yang merupakan penjumlahan nilai
dikalikan bobot ini ada dua cara, yakni:
a. Men-superimpose-kan setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil
pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian diperoleh
peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
b. Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam system grid,
kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan
lahan ke dalam grid tersebut. penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan
adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan
bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang sama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Penentuan klasifikasi kemampuan lahan tidak mutlak berdasarkan selang nilai,
tetapi memperhatikan juga nilai terendah = 1 dari beberapa satuan kemampuan
lahan, yang merupakan nilai penentu apakah selang nilai tersebut berlaku atau tidak.
dengan demikian apabila ada daerah atau zona tertentu yang mempunyai selang
nilai cukup tinggi, tetapi karena mempunyai nilai terendah dan menentukan, maka
mungkin saja kelas kemampuan lahannya tidak sama dengan daerah lain yang
memiliki nilai kemampuan lahan yang sama. Sebagai contoh, daerah yang secara
kumulatif nilainya cukup tinggi atau sedang, namun berada pada daerah rawan
longsor, tentunya kelas kemampuan lahannya tidak sama dengan daerah lain yang
relatif aman, walaupun nilai kemampuan lahannya sama. hal ini mungkin saja
terjadi mengingat penjumlahan secara matematis akan menyebabkan ada faktor-
faktor yang mengakibatkan jumlah akhir menjadi tinggi.
b) Klasifikasi kemampuan lahan yang dihasilkan di sini adalah hanya berdasarkan
kondisi fisik apa adanya, belum mempertimbangan hal-hal yang bersifat non-fisik.

2) Evaluasi Penggunaan Lahan Yang Ada Terhadap Kesesuaian Lahan


Lingkup pekerjaan
Melakukan analisis untuk mengetahui penyimpangan atau ketidaksesuaian penggunaan
lahan yang ada saat ini dilihat dari hasil studi kesesuaian lahan ini.
Sasaran
a) Mengetahui penggunaan lahan yang ada saat ini yang tidak sesuai dengan
kemampuan dan kesesuaian lainnya.

Hal-55
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

b) Memperoleh gambaran penyesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini dan
pengembangannya dengan kemampuan dan kesesuaian lahan.
Masukan
a) Penggunaan lahan yang ada saat ini,
b) Klasifikasi kemampuan lahan,
c) Satuan-satuan kemampuan lahan,
d) Arahan-arahan kesesuaian lahan,
e) Persyaratan dan pembatas pembangunan.
Keluaran
a) Penyimpangan-penyimpangan penggunaan lahan yang ada saat ini dari kemampuan
dan kesesuaian lahan.
b) Arahan-arahan penyesuaian dan pengembangan berikutnya.
Langkah-langkah
a) Membandingkan penggunaan lahan yang ada dengan karakteristik fisik wilayah
berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan, satuan-satuan kemampuan lahan, dan
arahan-arahan kesesuaian lahan.
b) Memberikan arahan penyesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini ini dan
pengembangan selanjutnya berdasarkan persyaratan dan pembatas pembangunan.
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
a) Teliti secermat mungkin penyimpangan ini, karena hal ini menyangkut
konsistensi hasil studi dan toleransi penyimpangan yang diperkenankan.
b) Berikan penilaian yang tegas, terutama untuk hal-hal yang sangat berpengaruh
seperti gangguan keseimbangan tata air, atau kestabilan lereng.
c) Berikan usulan penyelesaian yang jelas dan tuntas untuk masing-masing
penyimpangan, serta diusahakan untuk tidak banyak merugikan.

3) Analisis Kesesuaian Lahan


Lingkup Pekerjaan
Melakukan analisis untuk mengetahui arahan-arahan kesesuaian lahan, sehingga
diperoleh arahan kesesuaian peruntukan lahan untuk pengembangan kawasan
berdasarkan karakteristik fisiknya.
Sasaran
a) Memperoleh gambaran peruntukan lahan secara umum berdasarkan kondisi fisik.

Hal-56
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

b) Mengetahui daerah-daerah yang benar-benar sesuai untuk perencanaan tata ruang


daerah yang harus dikonservasikan, serta peruntukan lahan pada daerah-daerah di
antara kedua peruntukan tersebut.
Masukan
a) Klasifikasi kemampuan lahan,
b) Arahan rasio tutupan lahan,
c) Arahan ketinggian bangunan,
d) Arahan pemanfaatan air baku,
e) Perkiraan daya tampung lahan,
f) Persyaratan⁄pembatas pengembangan,
g) Evaluasi penggunaan lahan yang ada.
Keluaran
a) Peta arahan kesesuaian peruntukan lahan.
b) Deskripsi pada masing-masing arahan peruntukan.
Langkah-langkah
a) Melakukan lebih dahulu analisis masing-masing arahan kesesuaian lahan untuk
memperoleh arahan-arahan kesesuaian lahan yang merupakan masukan bagi
analisis peruntukan lahan ini.
b) Menentukan arahan peruntukan lahan berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan
dan arahan-arahan kesesuaian lahan di atas.
c) Dalam penentuan arahan peruntukan lahan ini, mengarahkan pada kondisi ideal
sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya, yang tentunya meliputi juga
persyaratan⁄pembatas pengembangan, serta telah mengevaluasi penggunaan lahan
yang ada saat ini.
d) Mempertajam arahan ini dengan memasukkan hasil studi fisik⁄lingkungan yang ada,
seperti: studi pertanian, kehutanan, analisis dampak lingkungan, dan lainnya.
e) Mendeskripsikan masing-masing arahan peruntukan, termasuk persyaratan dan
pembatas pengembangannya.
Hal-hal Yang perlu diperhatikan:
a) Arahan-arahan ini tidak mengikat, namun perencanaan sebaiknya diusahakan untuk
bisa mengikuti arahan tersebut.
b) Untuk kondisi yang ada saat ini yang menyimpang dari arahan ini
pengembangannya agar ditahan, dan bila terdapat kecenderungan akan terus

Hal-57
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

berkembang usahakan untuk memindahkan arah pengembangannya pada daerah


yang lebih sesuai.

4) Rekomendasi Penggunaan Lahan


Lingkup Kegiatan:
Merangkum semua hasil studi kesesuaian lahan dalam satu rekomendasi kesesuaian
lahan untuk pengembangan kawasan, yang akan merupakan masukan bagi penyusunan
rencana pengembangan kawasan (rencana tata ruang, rencana induk pengembangan
kawasan).
Sasaran
a) Mengetahui gambaran umum arah perkembangan perkotaan yang sesuai dengan
karakteristik fisik wilayah.
b) Mengetahui kapasitas pengembangan kawasan wilayah perencanaan.
c) Memperoleh gambaran peruntukan lahan bagi perencanaan tata ruang sesuai
dengan potensi dan kendala fisiknya.
d) Memperoleh persyaratan dan pembatas pembangunan untuk perencanaan tata ruang
selanjutnya.
Masukan
a) Arahan kesesuaian peruntukan lahan,
b) Penggunaan lahan yang ada saat ini,
c) Kebijakan pengembangan kota⁄wilayah yang ada baik dari pusat maupun daerah.
Keluaran
a) Peta rekomendasi kesesuaian lahan.
b) Kapasitas pengembangan lahan,
c) Deskripsi masing-masing arahan dalam rekomendasi tersebut termasuk persyaratan
pengembangannya.
Langkah-langkah
a) Membandingkan kembali arahan peruntukan lahan dengan penggunaan lahan yang
ada saat ini.
b) Menyesuaikan arahan tersebut dengan penggunaan lahan yang ada saat ini dan
perkiraan kecenderungannya, sejauh tidak terlalu menyimpang.
c) Menyesuaikan arahan peruntukan tersebut dengan kebijaksanaan pengembangan
yang ada baik kebijaksanaan pusat maupun daerah serta sektoral.

Hal-58
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

d) Menentukan persyaratan pengembangan pada masing-masing arahan yang


direkomendasikan, terutama dalam mengikuti kebijaksanaan yang ada.
e) Menentukan kapasitas pengembangan wilayah perencanaan.
f) Memberikan deskripsi masing-masing arahan kesesuaian lahan yang telah
direkomendasikan tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a) Rekomendasi sejauh mungkin disesuaikan dengan kebijaksanaan pengembangan.
untuk kasus kebijaksanaan yang bertentangan dengan kesesuaian lahannya, arahan
kesesuaian lahan diusahakan mengikuti kebijaksanaan namun dilengkapi dengan
persyaratan dan pembatas pengembangannya.
b) Untuk arahan kesesuaian lahan yang bertentangan dengan kebijaksanaan tersebut,
dalam rekomendasi bila memungkinkan perhitungan biaya pembangunan bila
mengikuti kebijaksanaan tersebut, sehingga ketidak sesuaian ini bisa diterjemahkan
dalam bentuk biaya.

E.2.6 Metode Identifikasi dan Tahapan Pelaksanaan Pembangunan


Penyusunan tahapan pelaksanaan program merupakan tahap akhir dari proses penyusunan
rencana tata ruang kawasan/daerah. Untuk maksud tersebut diperlukan beberapa langkah,
meliputi: (a) Menemukenali potensi dan masalah yang ada di kawasan terencanakan, (b)
Menerjemahkan potensi dan masalah tersebut menjadi programprogram indikatif, dan (c)
Menyusun program indikatif yang berhasil ditemukenali manjadi suatu daftar urutan
prioritas yang akan menjadi dasar bagi penyusunan tahapan pelaksanaan program. Metode
yang digunakan pada masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Metode identifikasi potensi dan masalah
Cukup sulit untuk memilih metode identifikasi potensi dan masalah yang handal dan
sesuai, dikarenakan masing-masing metode punya keunggulan dan kelemahan.
Kevalitan hasil identifikasi lebih banyak dipengaruhi oleh keahlian dan pengalaman dari
seorang perencana (planner) sendiri. Salah satu metode identifikasi yang sering dipilih
dalam kegiatan ini adalah analisis pohon masalah (tree problem analysis).
Untuk memudahkan proses identifikasi, potensi kawasan terencanakan dapat
dikelompokkan menjadi: potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia, dan
potensi ruang. Sedangkan masalah yang dihadapi kawasan terencanakan dapat
dibedakan ke dalam topik bahasan seperti: kemiskinan, penggangguran, keterisolasian,

Hal-59
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

lingkungan permukiman, kebodohan dan kesehatan dasar, atau disesuaikan dengan isu-
isu pokok pengembangan kawasan tersebut.
2. Metode identifikasi program
Berlandaskan pada strategi pembangunan yang berupa upaya pendaya-gunaan dan
pengelolaan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia seoptimal mungkin,
maka hasil identifikasi masalah dan potensi yang telah dilakukan sebelumnya dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan program-program indikatif, untuk
pendayagunaan potensi tersebut serta untuk penanggulangan masalah-masalah yang
ditemui pada kawasan terencanakan.
Pendekatan yang dapat dipakai adalah bahwa potensi kawasan bisa melahirkan
kesempatan, dan sebaliknya masalah yang ditemui dapat dilihat pula sebagai ancaman.
Oleh karena itu dengan menganalogikan potensi dan masalah yang ditemukenali pada
tahap analisis sebelumnya sebagai kesempatan dan ancaman, maka metode SWOTH
dapat digunakan untuk mengidentifikasi program-program indikatif. Metode SWOTH
bertumpu pada evaluasi faktor-
faktor Strength(kekuatan), Weakness (kelemahan), Oportunities (kesempatan),
dan Threathening(ancaman) yang dimiliki oleh kawasan terencanakan. Dengan
mengetahui kesempatan dan ancaman yang potensial terjadi, maka dihubungkan dengan
arah pengembangan yang telah ditetapkan sebelumnya, dapat ditemukenali
programprogram indikatif dimaksud, yaitu berupa upaya-upaya untuk mendayagunakan
kesempatan (= potensi sumberdaya) dan/ atau menanggulangi ancaman (= masalah-
masalah) yang ditemui, dengan tetap memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang ada
pada wilayah terencanakan.
3. Metode penentuan urutan prioritas pelaksanaan program
Program-program yang sudah berhasil ditemukenali diurutkan berdasarkan peran
program terhadap tujuan pembangunan kawasan ke depan, dengan mempertimbangkan
pula: kemampuan daerah untuk membiayai, kemampuan/daya serap daerah untuk
melaksanakan pekerjaan/program tersebut, serta karakteristik program itu sendiri yang
biasanya bersifat sekuensial (suatu program biasanya harus didahului atau diikuti oleh
program lainnya). Metode yang dapat diterapkan untuk maksud tersebut adalah Goals
Objectives Achievment Matrices (GOAM). Metode GOAM merupakan kelanjutan
metode pembobotan klasik. Metode ini cocok diterapkan pada perencanaan
pembangunan wilayah yang bersifat multi objectives planning dan terkadang tidak
sejalan. Dengan penerapan metode analisa ini, benturan antar tujuan pembangunan

Hal-60
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

dapat dikawinkan sedemikian rupa sehingga tidak mengorbankan salah satu diantara
tujuan-tujuan pembangunan yang tidak sejalan tersebut.

E.2.7 Metode Penentuan Arah Pengembangan


Arah pengembangan merupakan hasil kompilasi tujuan dan sasaran jangka menengah
pembangunan daerah/kawasan yang dijabarkan dalam bentuk yang lebih operasional.
Tujuan dan sasaran yang dimaksudkan ini dapat diperoleh dari pola dasar daerah/kawasan
yang bersangkutan dan/atau dokumen lain terkait. Arah pengembangan pada level Rencana
Teknik Tata Ruang harus dijabarkan dalam bentuk teknis dan didasarkan pada
perbandingan terhadap standar teknik sektoral yang sudah ada dan diakui. Untuk
memudahkan analisa, arah pengembangan dijabarkan ke dalam 3 (tiga) unsur, yang
meliputi: fisik, sosial, dan ekonomi. Penjelasan singkat masing-masing unsur tersebut
adalah sebagai berikut.

Arah pengembangan fisik dijabarkan dalam indikator yang terkait dengan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, antara lain berupa target lindung atau konservasi,
perbaikan lahan kritis dan sumberdaya keairan, relokasi penduduk yang bermukim di
sekitar hutan lindung, target penghijauan dan reboisasi, dan sebagainya. Arah
pengembangan sosial menjabarkan target dan sasaran pembangunan di bidang sosial
kemasyarakatan, yaitu yang terkait dengan usaha-usaha untuk mempersiapkan manusia
dalam proses pembangunan nasional(human development). Tujuan pembangunan di
bidang sosial tersebut dapat dibedakan menjadi:
1. Usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia, dengan indicator antara lain Indeks
Harapan Hidup (life expectancy) yang dapat dijabarkan dalam beberapa indikator
seperti: tingkat pelayanan kesehatan (jumlah puskesmas, rumah sakit, dan apotik),
tingkat konsumsi protein, dan sebagainya;
2. Usaha untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, dengan indikator seperti: jumlah
dan penyebaran berbagai fasilitas pendidikan; dan
3. Usaha untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, yang amat tergantung pada
kemampuan masyarakat untuk mengelola sumberdaya dalam rangka menciptakan
nilai tambah (added value). Indikator yang bisa dipakai antara lain: kemampuan
dalam pengelolaan lahan, kemampuan dalam akses informasi, pelayanan kredit, serta
fasilitas pelayanan lain yang diperlukan untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan masyarakat.

Hal-61
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Sedangkan arah pengembangan ekonomi menetapkan tujuan dan/atau sasaran


pembangunan di bidang ekonomi, yang setidaknya menjabarkan:
a. Pertumbuhan ekonomi, yang dapat diukur dengan laju kenaikan Produk Domestik
Bruto/PDB, yang diukur menurut sub sektor; dan
b. Pergeseran struktur ekonomi, yaitu pergeseran struktur dari sector
pertanian(primery sector) ke sektor industri dan jasa (secondary sector), dengan
indikator kontribusi sektor pertanian kepada PDB dibandingkan dengan kontribusi
sektor industri dan jasa, perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor
pertanian dengan di sektor industri dan jasa, perbandingan jumlah penduduk kota
dan desa, dan sebagainya.

Adapun metodologi pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan


Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Hal-62
Gambar E.1 Metodologi Pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Hal-63
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

E.3 RENCANA KERJA


Rencana kerja Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala
Besar Kota Palu ini akan dibagi dalam 4 (empat) tahapan yaitu : Tahap Pendahuluan, Tahap
Survey dan Pengumpulan Data, Tahap Analisa dan Tahap Rencana. Rincian kegiatan yang
akan dilakukan pada masing-masing tahapan dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

E.3.1 Tahap Pendahuluan


Rincian kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pendahuluan ini adalah sebagai berikut :
1. Mobilisasi tenaga ahli;
2. Pemantapan dan penyempurnaan metodologi pekerjaan;
3. Pemantapan dan penyempurnaan rencana kerja;
4. Studi literatur;
5. Pengumpulan data awal tentang lokasi pekerjaan;
6. Kajian awal tentang substansi pekerjaan.
7. Penyusunan Laporan Pendahuluan;
8. Pembahasan Laporan Pendahuluan;
9. Perbaikan Laporan Pendahuluan.

Jangka waktu untuk Tahap Pendahuluan ini dilakukan selama 1 (satu) bulan dan
dituangkan dalam bentuk Laporan Pendahuluan. Dalam tahapan ini juga dilakukan
pemaparan awal untuk melaporkan hal-hal yang sudah dilakukan serta menyampaikan
metode pelaksanaan pekerjaan dan rencana serta jadual pekerjaan.

E.3.2 Tahap Survey Dan Pengumpulan Data


Rincian kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan survey dan pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah
2. Mobilisasi tenaga ahli ke daerah;
3. Melakukan survey instansi yang meliputi :
a. Melakukan diskusi dengan pihak-pihak terkait di tingkat Provinsi Sulawesi
Tengah dan tingkat Kota Palu dalam rangka melakukan identifikasi
permasalahan dan usulan perumahan di Kota Palu;
b. Melakukan pengumpulan data instansi, antara lain :
- RTRW Provinsi Sulawesi Tengah;
- RTRW Kota Palu;

Hal-64
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

- RPJMD Kota Palu;


- Kota Palu Dalam Angka 2010-2015
- RP4D/RP3KP Kota Palu
- Dokumen-dokumen lain yang terkait dengan masalah perumahan di Kota
Palu khususnya mengenai hunian bukan skala besar.
4. Melakukan pengambilan titik koordinat untuk deliniasi lokasi hunian bukan skala
besar Kota Palu.
5. Penyiapan peta skala 1:5000.
6. Kompilasi data.
Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan pengumpulan
data dan survey kemudian dikompilasikan. Pada dasarnya kegiatan kompilasi data
ini dilakukan dengan cara mentabulasi dan mengsistemasisasi data-data tersebut
dengan menggunakan cara komputerisasi. Hasil dari kegiatan kompilasi data ini
adalah tersusunnya data terkomputerisasi sehingga akan mempermudah tahapan
selanjutnya.

Pelaksanaan tahapan pengumpulan dan kompilasi data ini dilakukan selama 2 (dua)
minggu dan dituangkan dalam bentuk Laporan Bulanan. Hasil dari tahapan ini juga
nantinya akan menjadi bagian dari Laporan Antara.

E.3.3 Tahap Analisis


Rincian kegiatan yang akan dilakukan pada tahap analisa adalah sebagai berikut :
1. Melakukan analisis pemilihan lokasi dan penentuan deliniasi kawasan
perencanaan;
2. Melakukan analisis kependudukan;
3. Melakukan analisis kondisi fisik;
4. Melakukan analisis ketinggian lahan;
5. Melakukan analisis hubungan kawasan perencanaan dengan system tata ruang
kota;
6. Melakukan analisis kawasan perencanaan yang meliputi :
a. Analisis kualitas bangunan;
b. Analisis kondisi jaringan jalan;
c. Analisis kondisi drainase;
d. Analisis kondisi persampahan;

Hal-65
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

e. Analisis pelayanan pendidikan;


f. Analisis pelayanan kesehatan;
g. Analisis pelayanan peribadatan;
h. Analisis pelayanan pemerintahan;
7. Melakukan analisis perekonomian;
8. Melakukan analisis status lahan;
9. Melakukan analisis SWOT kawasan perencanan;
10. Merumuskan konsep pengembangan makro dan mikro kawasan;
11. Merumuskan konsep pengembangan infrastruktur kawasan;
12. Penyusunan Laporan Antara;
13. Pembahasan Laporan Antara;
14. Perbaikan Laporan Antara.

Pelaksanaan tahapan analisis ini dilakukan selama 1,5 (satu setengah) bulan dan dituangkan
dalam bentuk Laporan Antara. Dalam tahapan ini juga dilakukan pemaparan Tahap Antara
untuk melaporkan hasil analisis dan isu strategis yang sudah disusun.

E.3.4 Tahap Rencana


Rincian kegiatan yang akan dilakukan pada tahap rencana antara lain :
1. Perumusan visi, misi, tujuan dan scenario pengembangan lingkungan hunian
bukan skala besar.
2. Perumusan rencana struktur dan pola ruang kawasan perencanaan;
3. Perumusan rencana struktur pelayanan kegiatan;
4. Perumusan rencana peruntukan lahan;
5. Perumusan rencana distribusi penduduk;
6. Perumusan rencana intensitas pemanfaatan lahan;
7. Perumusan rencana jaringan pergerakan;
8. Perumusan rencana blokplan;
9. Perumusan rencana ketentuan letak dan penampang (pra rencana teknik)
bangunan gedung dan bangunan bukan gedung;
10. Perumusan rencana penanganan;
11. Perumusan rencana arahan pengembangan zona;
12. Perumusan detail plan;
13. Perumusan rencana pengembangan jaringan jalan utama;

Hal-66
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

14. Perumusan rencana penanganan drainase;


15. Perumusan rencana penanganan sampah;
16. Perumusan rencana penanganan air bersih;
17. Perumusan pedoman pelaksanaan pembangunan perumahan kawasan di
lingkungan hunian bukan skala besar;
18. Perumusan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang;
19. Perumusan indikasi program investasi pembangunan perumahan dan kawasan
perumahan.
20. Penyusunan Draft Laporan Akhir;
21. Pembahasan Draft Laporan Akhir;
22. Perbaikan Draft Laporan Akhir menjadi Laporan Akhir.

Pelaksanaan tahapan rencana ini dilakukan selama 2 (dua) bulan dan dituangkan dalam
bentuk Laporan Akhir. Dalam tahapan ini juga dilakukan pemaparan Draft Laporan Akhir
untuk melaporkan semua tahapan dan hasil rencana yang sudah disusun.

Hal-67
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

JADUAL PELAKSANAAN
PEKERJAAN

Jadual pelaksanaan pekerjaan untuk pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan


Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu ini dapat dilihat pada Tabel F-1 berikut ini.

Hal-68
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Tabel F.1 Jadual Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
BULAN KE-
NO Rincian Kegiatan I II III IV V Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I TAHAP PENDAHULUAN
1 Mobilisasi tenaga ahli;
2 Pemantapan dan penyempurnaan metodologi
pekerjaan;
3 Pemantapan dan penyempurnaan rencana kerja;
4 Studi literatur;
5 Pengumpulan data awal tentang lokasi pekerjaan;
6 Kajian awal tentang substansi pekerjaan.
7 Penyusunan Laporan Pendahuluan;
8 Pembahasan Laporan Pendahuluan;
9 Perbaikan Laporan Pendahuluan.
II TAHAP SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA
1 Koordinasi dengan Pemerintah Daerah
2 Mobilisasi tenaga ahli ke daerah;
3 Melakukan diskusi dengan pihak-pihak terkait
4 Melakukan pengumpulan data instansi
5 Melakukan pengambilan titik koordinat untuk
deliniasi lokasi hunian bukan skala besar Kota Palu
6 Penyiapan peta skala 1:5000.
7 Kompilasi data.
III TAHAP ANALISIS
1 Melakukan analisis pemilihan lokasi dan
penentuan deliniasi kawasan perencanaan;
2 Melakukan analisis kependudukan;
3 Melakukan analisis kondisi fisik;
4 Melakukan analisis ketinggian lahan;
5 Melakukan analisis hubungan kawasan
perencanaan dengan system tata ruang kota;
6 Melakukan analisis kawasan perencanaan yang
meliputi :
a) Analisis kualitas bangunan;
b) Analisis kondisi jaringan jalan;
c) Analisis kondisi drainase;

Hal-69
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

BULAN KE-
NO Rincian Kegiatan I II III IV V Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
d) Analisis kondisi persampahan;
e) Analisis pelayanan pendidikan;
f) Analisis pelayanan kesehatan;
g) Analisis pelayanan peribadatan;
h) Analisis pelayanan pemerintahan;
7 Melakukan analisis perekonomian;
8 Melakukan analisis status lahan;
9 Melakukan analisis SWOT kawasan perencanaan;
10 Merumuskan konsep pengembangan makro dan
mikro kawasan;
11 Merumuskan konsep pengembangan infrastruktur
kawasan;
12 Penyusunan Laporan Antara;
13 Pembahasan Laporan Antara;
14 Perbaikan Laporan Antara.
IV TAHAP RENCANA
1 Perumusan visi, misi, tujuan dan scenario
pengembangan lingkungan hunian bukan skala
besar.
2 Perumusan rencana struktur dan pola ruang
kawasan perencanaan;
3 Perumusan rencana struktur pelayanan kegiatan;
4 Perumusan rencana peruntukan lahan;
5 Perumusan rencana distribusi penduduk;
6 Perumusan rencana intensitas pemanfaatan lahan;
7 Perumusan rencana jaringan pergerakan;
8 Perumusan rencana blokplan;
9 Perumusan rencana ketentuan letak dan
penampang (pra rencana teknik) bangunan gedung
dan bangunan bukan gedung
10 Perumusan rencana penanganan;
11 Perumusan rencana arahan pengembangan zona;
12 Perumusan detail plan;
13 Perumusan rencana pengembangan jaringan jalan
utama;

Hal-70
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

BULAN KE-
NO Rincian Kegiatan I II III IV V Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
14 Perumusan rencana penanganan drainase;
15 Perumusan rencana penanganan sampah;
16 Perumusan rencana penanganan air bersih;
17 Perumusan pedoman pelaksanaan pembangunan
perumahan kawasan di lingkungan hunian bukan
skala besar;
18 Perumusan pedoman pengendalian pemanfaatan
ruang;
19 Perumusan indikasi program investasi
pembangunan perumahan dan kawasan
perumahan.
20 Penyusunan Draft Laporan Akhir;
21 Pembahasan Draft Laporan Akhir;
22 Perbaikan Draft Laporan Akhir menjadi Laporan
Akhir.
V TAHAP PENYERAHAN PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Draft Akhir
4 Laporan Akhir
5 Laporan Bulanan
6 Prosiding

Hal-71
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

KOMPOSISI TIM DAN


PELAPORAN

G.1 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN


Untuk melaksanakan pekerjaan ini, konsultan akan menyiapkan tim yang terdiri dari tenaga
ahli yang berkompeten di bidangnya. Adapun kebutuhan personil yang dibutuhkan pekerjaan
ini sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini;
Tabel G.1 Kebutuhan Tenaga Ahli Sesuai Kerangka Acuan Kerja
Pengalam
Kualifikasi Pendidikan an Jumla
No Personil Keahlian
Minimal Minimal h (OB)
(Tahun)
1 Tenaga Ahli
1.1 Ketua Tim Ahli S-2 Studi SKA Studi 5 5
Penataan Ruang Pembangunan/Pengembanga Pembangunan/Pengembangan
Kawasan n Wilayah dan Wilayah Dan
Kota/Sipil/Arsitek Kota/Sipil/Arsitek
1.2 Tenaga Ahli S1 Teknik SKA Perencanaan Wilayah 5 8
Perumahan Dan Sipil/Arsitektur/Planologi Dan Kota/Sipil/Arsitektur
Permukiman
1.3 Tenaga Ahli S1 Ekonomi Manajemen SKA Ekonomi 5 5
Ekonomi Pembangunan Pembangunan/Manajemen
Pembangunan Pembangunan
1.4 Tenaga Ahli S1 Teknik SKA Air 5 5
Lingkungan Lingkungan/Teknik Sipil Minum/Sanitasi/Limbah/Tekn
ik Lingkungan/Sipil
1.5 Tenaga Ahli S1 Teknik Geodesi/Geografi SKA 5 4
Pemetaan Perpetaan/Geodesi/Geologi
2 Tenaga Pendukung
2.1 Staf 5
Administrasi
2.2 Staf Digital Dan D3 Komputer/GIS 5
Pemetaan

Selengkapnya mengenai usulan struktur organisasi, komposisi tim dan penugasan (daftar
personil) dari PT. SUGITEK PATIH PERKASA sesuai dengan KAK dapat dilihat pada
gambar dan tabel berikut ini.

Hal-72
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Gambar G.1 Struktur Organisasi Pekerjaan

KEMENTERIAN PUPERA

PT. SUGITEK PATIH


PERKASA

KETUA TIM
(Ahli Penataan Ruang Kawasan)

Ahli Ahli Ahli Ekonomi Ahli


Ahli Pemetaan
Perumahan Perumahan Pembangunan Lingkungan
Dan Dan
Permukiman Permukiman

Tenaga Pendukung
(Staf Administrasi, Staf Digital dan
Pemetaan)

Hal-73
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Tabel G-2 Komposisi Tim Dan Penugasan

Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup
Nama Perusahaan Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing Keahlian
Bulan
I. TENAGA AHLI
1. Ir. Dwi Rosnarti, MT. PT. Sugitek Lokal Arsitektur Ahli Penataan Ruang a) Bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan seluruh 5 OB
Patih Perkasa Kawasan kegiatan;
b) Bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan;
c) Memonitor seluruh kemajuan pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh para tenaga ahli dan tenaga pendukung kegiatan;
d) Bertanggung jawab langsung terhadap kualitas produk
pekerjaan;
e) Bertanggung jawab atas penyusunan tahapan pelaksanaan
seluruh laporan pekerjaan yang dihasilkan;
f) Menyusun dan mengarahkan program kerja yang harus dipenuhi
oleh seluruh tim;
g) Melakukan analisis dan menyusun hasil analisis yang telah
disusun oleh seluruh tenaga ahli;
h) Bertanggung jawab dalam memberikan materi yang terkait
dengan penyusunan rencana rinci pengembangan lingkungan
hunian bukan skala besar di Kota Palu.
2. Bunga Loedmida PT. Sugitek Lokal Planner Ahli Perumahan Dan a) Mendukung Team Leader dalam melakukan pemantauan dan 8 OB
R.Putri, ST., MM Patih Perkasa Permukiman pengendalian kegiatan rencana rinci pengembangan lingkungan
3. Ir. Mangapul Sinaga Sipil hunian bukan skala besar di Kota Palu;
b) Melakukan review terhadap implementasi rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
c) Menyusun indikator keberhasilan dan format evaluasi untuk
mengukur kualitas perencanaan dan penyusunan rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu bidang perencanaan dan pembangunan kota.
d) Melakukan analisis terhadap metode dan pendekatan
perencanaan pembangunan kota dalam penyusunan rencana
rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar.
e) Bertanggung jawab dalam memberi dukungan teknis dan
manajerial dalam setiap kegiatan koordinasi penyusunan
rencana rinci di pusat dan provinsi;

Hal-74
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup
Nama Perusahaan Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing Keahlian
Bulan
f) Bertanggung jawab dalam penyiapan materi-materi pada
pelaksanaan rapat pembahasan FGD dan rapat koordinasi, yang
dilakukan dalam setiap kegiatan penyusunan rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
4. Deni Susilawan, SE. PT. Sugitek Lokal Ekonomi Ahli Ekonomi a) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan analisa ekonomi 5 OB
Patih Perkasa Pembangunan pembangunan dalam pelaksanaan kegiatan rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
b) Menyusun indikator perencanaan pembangunan ekonomi dalam
pelaksanaan penyusunan rencana rinci pengembangan
lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
c) Melakukan analisa ekonomi pembangunan terhadap indikator
yang digunakan dalam penentuan rencana rinci pengembangan
lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
d) Bertanggung jawab dalam memberi dukungan dalam
pelaksanaan koordinasi kepada pusat dan provinsi dalam
menguji prediksi ekonomi pembangunan pada penyusunan
rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala
besar di Kota Palu;
e) Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada
pelaksanaan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam
setiap kegiatan penyusunan rencana rinci pengembangan
lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
f) Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain
dalam melaksanakan tugasnya
5. Ir.Ninin Gusdini, MT. PT. Sugitek Lokal Teknik Ahli Lingkungan a) Melakukan analisis terhadap komposisi infrastruktur 5 OB
Patih Perkasa Lingkungan lingkungan dalam pelaksanaan keterpaduan pembangunan
infrastruktur permukiman pada pengembangan perumahan
bukan skala besar di Kota Palu.
b) Melakukan kajian terhadap proporsional infrastruktur
lingkungan perumahan bukan skala besar yang berimbang
dalam pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur
permukiman
c) Menyusun format dan indicator kebutuhan infrasktruktur
lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan keterpaduan

Hal-75
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup
Nama Perusahaan Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing Keahlian
Bulan
pembangunan dalam pengembangan perumahan bukan skala
besar dengan lingkungan sekitarnya;
d) Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada
pelaksanaan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam
setiap kegiatan penyusunan materi teknis rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
e) Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain
dalam melaksanakan tugasnya.
6. Erni Susanti, S.Si PT. Sugitek Lokal Geografi Ahli Pemetaan a) Melakukan pemetaan kawasan dalam penyusunan rencana rinci 4 OB
Patih Perkasa pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu.
b) Melakukan pengukuran teristis dalam pelaksanaan penyusunan
rencana rinci pengembangan lingkungan hunian bukan skala
besar di Kota Palu.
c) Melakukan interpretasi foto udara/citra di lapangan dalam
pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana rinci pengembangan
lingkungan hunian bukan skala besar di Kota Palu;
d) Memberi dukungan dalam penyiapan materi-materi pada
pelaksanaan FGD dan rapat koordinasi, yang dilakukan dalam
setiap kegiatan penyusunan materi teknis pedoman rencana rinci
pengembangan lingkungan hunian bukan skala besar di Kota
Palu;
e) Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli lain
dalam melaksanakan tugasnya.
II. TENAGA PENUNJANG
1. Siti Nurbaya PT. Sugitek Lokal Administrasi Staf Administrasi Membantu tim dalam penyelesaian proses penyelesaian pekerjaan 5 OB
Patih Perkasa khususnya yang berkaitan dengan administrasi
2. Dede Rahmadi, ST. PT. Sugitek Lokal Pemetaan Staf Pemetaan dan Membantu tim dalam penyelesaian proses penyelesaian pekerjaan 5 OB
Patih Perkasa Digital khususnya bidang pemetaan dan digital

Hal-76
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

G.2 PELAPORAN
Rencana sistem pelaporan yang harus diserahkan oleh konsultan kepada pihak Pengguna
Jasa adalah sebagai berikut :
1. Laporan Bulanan
Laporan bulanan berisi pelaksanaan kegiatan konsultansi, termasuk didalamnya
koordinasi dan FGD yang dilaksanakan, yang antara lain berisi:
e. Rencana dan realisasi pelaksanaan kegiatan dalam format diagram balok (bar
chart) dan kurva S untuk seluruh kegiatan secara komulatif;
f. Kemajuan yang dicapai serta peranan setiap tenaga ahli dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut dalam bulan yang dilaporkan;
g. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan bulan yang
dilaporkan serta usulan tindak turun tangan yang diperlukan;
h. Uraian rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan berikutnya serta
peranan setiap tenaga ahli dalam kegiatan tersebut
Laporan bulanan diserahkan kepada pengguna jasa pada akhir bulan ke 1, 2, 3, 4 dan 5
dengan masing-masing laporan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
2. Laporan Pendahuluan
Pada laporan ini disajikan hasil observasi pendahuluan tentang tinjauan terhadap
Kerangka Acuan Kerja, rencana kerja pelaksanaan kegiatan termasuk jadwal waktu
pelaksanaan dikaitkan dengan waktu dan personil yang diperlukan Konsultan,
metodologi pelaksanaan kegiatan, tinjauan terhadap kinerja penyelenggaraan
pengembangan kawasan perumahan di Kota Palu.
Laporan pendahuluan ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna Barang/Jasa
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah SPMK diterbitkan dan dicetak sebanyak
20 (dua puluh) eksemplar.
3. Laporan Antara
Laporan Antara berisikan laporan hasil survai dan pengukuran lapangan, kompilasi dan
analisis data. Laporan Antara ini harus sudah diserahkan kepada Pengguna barang/Jasa
selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah SPMK diterbitkan dan
dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.
4. Laporan Draft Final
Konsep Laporan Akhir menguraikan hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk laporan
permasalahan secara keseluruhan, proses dan hasil pengumpulan data primer, proses
analisis masalah, rumusan hasil tinjauan dan analisa terhadap kondisi strategis

Hal-77
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

mekanisme penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang ada dikaitkan dengan


pelaksanaan pengembangan lingkungan hunian di kawasan bukan skala besar. Laporan
Draft Akhir ini harus sudah diserahkan kepada Penguna Barang/Jasa selambat-
lambatnya 15 (lima belas) hari kalender sebelum berakhirnya waktu pelaksanaan
pekerjaan dan dicetak sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar.
5. Laporan Final
Sebagai penyempurnaan Laporan Draft Akhir yang menguraikan hasil pelaksanaan
pekerjaan termasuk laporan permasalahan secara keseluruhan, rangkuman pelaksanaan
kegiatan, pertanggungjawaban penggunaan sumberdaya kegiatan, pertanggungjawaban
penggunaan sumberdaya kegiatan, dan produk tindak lanjut hasil bentuan teknis berupa
Dokumen Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar, telah
dibahas dengan pemda dan instansi terkait. Laporan Akhir ini harus sudah diserahkan
kepada pemberi tugas selambat-lambatnya pada akhir kontrak dan dicetak sebanyak 20
(dua puluh) eksemplar.
6. Laporan Khusus
Laporan ini berupa; (i) proceeding kegiatan FGD yang dilakukan; (ii) laporan subtansi
yang dibutuhkan sesuai permintaan pengguna jasa; dan (iii) Materi materi bantuan teknis
serta informasi yang berkaitan dengan kegiatan rencana rinci pengembangan lingkungan
hunian bukan skala besar di Palu.

Hal-78
USULAN TEKNIS :
Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu

JADUAL PENUGASAN
TENAGA AHLI

Jadual penugasan tenaga ahli untuk pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan
Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel H.1 Jadual Penugasan Tenaga Ahli Penyusunan Rencana Rinci Pengembangan
Lingkungan Hunian Bukan Skala Besar Kota Palu
Bulan Ke- Jlh
No Keahlian
1 2 3 4 5 Orang
I TENAGA AHLI
1 Ahli Penataan Ruang Dan Kawasan (Team 1
Leader)
2 Ahli Perumahan Dan Permukiman 2
3 Ahli Ekonomi Pembangunan 1
4 Ahli Lingkungan 1
5 Ahli Pemetaan 1
II TENAGA PENDUKUNG
1 Staf Administrasi 5
2 Staf Digital dan Pemetaan 5

Hal-79

Anda mungkin juga menyukai