PENDAHULUAN
AIDS pertama kali diketahui di Amerika Serikat pada musim semi 1981,
ketika U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan
sehat di Los Angeles. Dalam beberapa bulan kemudian, penyakit ini menjangkiti
perempuan dan laki-laki pengguna suntikan intra vena dan lalu pada penerima
transfusi darah dan pasien hemofilia. Ketika gambaran epidemiologinya berlipat dua,
Di seluruh dunia tahun 2007 diperkirakan terdapat 30,6 juta hingga 36,1 juta
orang dengan HIV dan AIDS. Remaja 15-24 tahun adalah populasi paling berrisiko
yang cukup tinggi, mencapai 52 persen pada penasun, 45 persen pada penjaja seks,
dan 31 persen pada pelanggan penjaja seks. Diperkirakan pada 2007 akan terjadi
jumlah infeksi baru HIV yang terbesar pada kelompok usia 15 hingga 19 tahun.
pasien AIDS sejumlah 2190 orang pada 2007 dan secara komulatif menjadi 10.384
orang.
BAB II
LAPORAN KASUS
KETERANGAN UMUM
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : karyawan
Agama : Islam
No RM : A282280
KELUHAN UTAMA
Keluhan muncul secara tiba-tiba kemudian selama 3 bulan terus menerus terutama
saat malam hari. Keluhan demam disertai dengan keringat dan menggigil. Pasien juga
mengeluhkan batuk bersamaan dengan keluhan demamnya. Keluhan juga disertai
mual muntah, BAB mencret, mulut sariawan dan penurunan berat badan.
demamnya muncul, tapi muntah maupun diarenya tidak berdarah. Pasien sulit makan
minuman panas daripada minum air dingin. Keluhan BAB cair dirasakan terus
menerus setiap hari, sampai 3 kali mengganti popok. Pasien merasakan lemas badan
sampai sempat tidak sadarkan diri saat masuk ke IGD RSUD R. Syamsudin.
Pasien juga merasakan lemas, dan malas beraktivitas. Dibagian mulut pasien terdapat
bercak-bercak merah dan putih di bagian lidah dan dinding mulut yang terasa perih.
Pasien terlihat lebih pendiam dan sulit diajak bicara, dan mengeluhkan sulit
mendengar.
bercak kehitaman atau pun bruntus-bruntus berisi air. Tidak ada keluhan BAB
STATUS PRESEN
I. KESAN UMUM
a. Keadaan Umum
Kesan sakit : sakit sedang
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 39,4 oC
Nadi : 80 x/menit
- Tipe : equal
- Isi : cukup
- Irama: regular
3. Mata
Letak : simetris
b. Leher
- Inspeksi
- Palpasi
c. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi
Pergerakan : simetris
Palpasi
- Irama : reguler
Perkusi
- Kiri : sonor
Auskultasi
Inspeksi
Bentuk : datar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
III. FOLLOW UP :
IV. RESUME
Pasien laki-laki berusia 24 tahun mengeluhkan deman sejak 3 bulan yang lalu,
keluhan disertai mual muntah, BAB mencret, mulut sariawan dan penurunan berat
badan bersamaa sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga merasakan lemas, dan malas
beraktivitas dan makan. Dibagian mulut pasien terdapat bercak-bercak merah dan
putih di bagian lidah dan dinding mulut yang terasa perih. Pasien terlihat lebih
(composmentis), suhu : 39,4 C, bagian luat mulut kering, dipermukaan dalam tampak
tampak kering. Pada pemeriksaan auskultasi paru terdapat rokhi +/+. Dibagian
ektremitas ditemukan dua buah tatto. Pada pemeriksaan lab ditemukan nilai hb: 8,9,
V. DIAGNOSA KERJA
B20 stage III+ candidiasis oral+ prolong febris + GEA kronis + anemia +
VI. PROGNOSIS
PEMBAHASAN
Definisi
HIV adalah virus yang menyerang sistem imun, khususnya sel limfosit T
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termasuk
III (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy
Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini menunjukkan
bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA)
dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA) (Price & Wilson, 1995).
mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse
RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada umumnya (Muma et al, 1997).
AIDS
200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain
syndrome”, atau sarkoma kaposi (pada pasien berusia lebih dari 60 tahun),
(Doengoes, 2000).
Epidemiologi
Th CD4+.
Sel dendritik.
Makrofag.
Tc CD8+.
Sel NK (CD4+, CCR5).
Faktor Risiko
Homoseksual (72%)
Penyalahgunaan obat IV (intravena) (17%)
Heteroseksual (4%)
Resipien transfusi (1 %)
Pediatri (1%)
Penularan :
Dapat menularkan :
• Hubungan sexual, jarum suntik pada pengguna narkoba, tranfusi, dari ibu
yang (+) kepada bayi yang dilahirkan, tertusuk jarum suntik yang
terkontaminasi
Patofisiologi
Virus memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai
molekul CD4. Kelompok terbesar yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit T4
yang mengatur reaksi sistem kekebalan manusia. Sel-sel target lain adalah monosit,
makrofag, sel dendrit, sel langerhans dan sel mikroglia. Setelah mengikat molekul
CD4 melalui transkripsi terbalik. Beberapa DNA yang baru terbentuk saling
bergabung dan masuk ke dalam sel target dan membentuk provirus. Provirus dapat
menghasilkan protein virus baru, yang bekerja menyerupai pabrik untuk virus-virus
baru. Sel target normal akan membelah dan memperbanyak diri seperti biasanya dan
dalam proses ini provirus juga ikut menyebarkan anak-anaknya. Secara klinis, ini
berarti orang tersebut terinfeksi untuk seumur hidupnya (Price & Wilson, 1995).
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi
diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen,
sitokin (TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus
(CMV), virus Epstein-Barr, herpes simpleks dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada
saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan
terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke
dalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya. Karena proses infeksi dan
Suddarth, 2001).
Sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan
terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan
infeksi HIV; tempat primernya adalah jaringan limfoid. Kecepatan produksi HIV
diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut.
jika orang tersebut tidak sedang menghadapi infeksi lain, reproduksi HIV berjalan
penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi.
Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian
penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV (65%)
tetap menderita HIV/AIDS yang simptomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang
Manifestasi Klinis
Stadium 1 :
Akut
Asimptomatik
KGB membesar
Limfadenopati generalisata yang persisten
Stadium 2 :
Stadium 3 :
Stadium 4 :
Perkembangan Klinis :
getah bening.
waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan
tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang
lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase
kedua.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan
penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4
Penatalaksanaan
Tiga golongan obat ARV yang tersedia di Indonesia :
1. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA (replikasi virus).
Didanosine (ddI)
Zidovudine
Zalcitabine (ddC)
(ZDV/AZT).
Stavudine (d4T)
Iamivudine (3TC)
Abacavir (ABC)
Evafirenz (EFZ)
Nevirapine (NVP)
Delavirdine (DLV)
3, Protease Inhibitor (PI)
Menghambat enzim protease yang memotong rantai panjang asam amino menjadi
protein yang lebih kecil.
Indinavir (IDV)
Nelfinavir (NFV)
Saquinavir (SQV)
Ritonavir (RTV)
Amprenavir (APV)
Iopinavir/ritonavir (LPV/r)
(Zubairi Djurban, 2003).
Nama dagang Nama Golongan Sediaan Dosis (per hari)
Generik
Duviral Tablet, kandungan: 2 x I tablet
zidovudin 300 mg,
lamivudin 150 mg
No IO %
1 Kandidosis 31,29
2 Tuberculosis 6,14
3 Koksidioimikosis 4,09
4 Pneumonia 4,04
5 Herpes Zoster 1,27
6 Herpes Simpleks 0,65
7 Toksoplasmosis 0,43
8 Cmv 0,17
oleh populasi tertentu dari varian HIV-1. Penyebaran virus melalui makrofag-tropik (not T- cell
tropic) dan kehilangan kemampuan untuk mempengaruhi synctitia multinukleasi di dalam biakan
jaringan. Glikoprotein 120, protein pembungkus virus, mengikat molekul CD4 kedalam sel yang
peka, tetapi untuk masuk kedalam sel butuh suatu coreseptor. Coreseptor dari makrofag tropik
adalah strain dari CCR5, sebuah reseptor kemokin permukaan . beberapa virus dinamai R5 untuk
mencerminkan reseptor mereka, sedangkan virus-virus sel T-tropik yang memerlukan CXCR4
untuk masuk, disebut virus-virus X4. Sel Langerhans yang merupakan target utama virus respon
terhadap CCR5 tetapi CXCR4 tidak. Hal ini dapat menjelaskan virus R5 merupakan strain yang
dominan dalam infeksi HIV-1 akut. Hal ini juga menjelaskan orang-orang dengan homozigot 32-
bp delesi pada CCR5 relatif resisten terhadap strain R5. Walaupun jarang kasus transmisi virus
Setelah infeksi terdapat penigkatan viremia secara cepat di dalam plasma, dengan
penyebaran virus terbanyak pada pembuluh limfa, dan virus tersebut terjebak oleh sel-sel dendrit.
Titer tertinggi virus ditemukan pada infeksi primer di daerah genitalia. Pada tahap ini ditandai
dengan tingginya replikasi virus dan kemampuan untuk menginfeksi, penting untuk kesehatan
Setelah penigkatan viremia, sering kali untuk mengukur 1 juta molekul RNA per
milimeter, ditamdai dengan pengurangan viremia ke keadaan replikasi virus. Penurunan jumlah
virus selama infeksi HIV-1 akut mungkin dikarenakan respon spesifik dari sistem imun ketika
virus berreplikasi. Terdapat hubungan antara HIV-1 sitotoksik T limfosit dan penurunan titer
virus pada manusia dan binatang. Ketika infeksi akut, satu dari 17 CD4+T sel dalam darah
perifer menjadi T sitotoksik limfosit spesifik menjadi target melawan virus. Proporsi tinggi ini
mencerminkan suatu usaha yang bertenaga oleh pertahanan-pertahanan seluler untuk menahan
replikasi virus. Pengamatan ini, menggabungkan dengan bukti in vitro dari suatu pengaruh
antiviral yang kuat dari sitotoksik T limfosit menyatakan bahwa sel-sel ini adalah di paling
sedikit bertanggung jawab untuk pengurangan di viremia HIV-1. Ada juga suatu korelasi antara
RNA plasma karena virus. Sebagai tambahan, faktor-faktor yang dapat larut oleh CD8+
menghalangi replikasi HIV-1 pada awal infeksi yang akut dan berperan untuk pengurangan
beban yang karena virus. Di dalam kontras, antibodi penetralan tidak biasanya dapat ditemukan
dari minggu sampai bulan sampai pengurangan di dalam replikasi virus. Banyak dari gejala
infeksi HIV-1 akut refleksi dari respon antibodi tubuh, dan kebanyakan terjadi pada saat
pengisian virus dalam plasma menurun. Seseorang dengan pengisian virus yang tinggi lebih
Prognosis
Sulit sekali menduga apalagi menentukan perjalanan penyakit pada waktu diagnosis
AIDS ditegakkan. Mortalitas pasien AIDS mendekati 100% tetapi dengan adanya pengobatan
ARV bermanfaat menurunkan morbiditas & mortalitas dini akibat infeksi oportunistik.
Pencegahan
Orang normal dengan pasangan yang berisiko, menggunakan teknik seks yang aman :
Untuk pasien hemofili atau kemungkinan untuk transfusi dan penggunaan produk darah :
Penggunaan alat pelindung pribadi untuk menurunkan risiko terkena darah atau bahan-
bahan lain yang mungkin infeksius.
Setelah penggunaan alat pelindung, tangan harus dicuci dengan sabun dan air.
Batasi resusitasi mouth to mouth, gunakan alat bantu mulut, kantung resusitasi, dan lain-
lain yang tersedia.
Cuci bagian tubuh yang terpapar cairan tubuh/mukosa membran yang potensial
menimbulkan infeksi dengan sabun dan air.
Pemeriksaan HIV dan hepatitis bagi yang tertusuk jarum, tergores pisau.
Dekontaminasi area kerja.
Pembuangan alat-alat medis pada tempat yang tepat.
Hindari penutupan kembali dengan kedua tangan, membengkokkan, memindahkan jarum
suntik bekas. Lakukan dengan satu tangan atau dengan forceps (Muma et al, 1997).
DAFTAR PUSTAKA