Anda di halaman 1dari 9

1.

Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang


a. Bandar udara
Menurut Annex 14 dari ICAO (Internatilonal Civil Aviation Organization):
Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan,
instansi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian
untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.
Menurut Undang-undang No. 15 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 70
Tahun 2001, Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk
mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar
muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan
dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.

b. Sistem lapangan terbang


Sistem lapangan terbang menurut Basuki (1986) dibagi menjadi dua, yaitu
landside (sisi darat) dan airside (sisi udara). Keduanya dibatasi oleh terminal. Sebuah
lapangan terbang melingkupi kegiatan yang sangat luas, yang mempunyai kebutuhan
yang berbeda, bahkan kadang-kadang berlawanan, seperti misalnya kegiatan
keamanan membatasi sedikit mungkin hubungan (pintu-pintu) antara lanside dan
airside, sedangkan kegiatan pelayanan memerlukan sebanyak mungkin pintu terbuka
dari landside ke airside agar pelayanan berjalan dengan lancar.
Sistem bandar udara dari sisi darat terdiri dari sistem jalan penghubung (jalan
masuk bandara), lapangan parker dan sirkulasi kendaraan, dan bangunan terminal.
System Bandar udara dari sisi udara terdiri dari area pintu gerbang – apron, taxiway,
holding pad, exit taxiway, dan jalur penerbangan di angkasa (Horonjef dan McKelvey,
1993).
Tujuan dari perencanaan sistem bandar udara adalah untuk pengembangan
komponen – komponen pendukung utama maupun tambahan dalam bandar udara
secara terarah dan terpadu menurut konsep rencana induk bandar udara.
APPROACH BERANGKAT

LANDASAN LANDASAN

TAXIWAY TAXIWAY

APRON APRON

PESAWAT DI
GATE SERVICE GATE

PIER PIER

RUANG DATANG PROSES RUANG DATANG


BARANG

PENUMPANG AMBIL PENUMPANG AMBIL


BARANG BARANG

LAPANGAN JALAN TRANSPORTASI JALAN LAPANGAN


PARKIR RAYA DARAT LAINNYA RAYA PARKIR

Gambar 1. Sistem Lapangan Terbang

Komponen pendukung bandara udara ada 2 yaitu


 Pendukung Utama, terdiri dari:
- Gedung Terminal Utama yang terdiri atas terminal keberangkatan
(Departure Terminal) untuk mengatur proses keberangkatan
penumpang dan terminal kedatangan (Arrival Terminal) untuk
mengatur proses kedatangan penumpang.
- Apron merupakan area parkir pesawat terbang dengan struktur
perkerasan kaku (rigid pavement) pada masing-masing jalur terminal
yakni terminal kedatangan maupun terminal keberangkatan.
- ATC (Air Traffic Control) Tower merupakan menara pengatur dan
pengawasan lalu lintas udara, yang mengatur sistem keamanan
penerbangan serta berwenang untuk memberikan ijin dalam proses
tinggal landas (take-off) maupun pendaratan (landing) dari pesawat
terbang.
- Landasan pacu (runway) merupakan jalur utama dengan struktur
perkerasan lentur (flexible pavement) bagi pesawat terbang untuk
melakukan tinggal landas (take-off) dan pendaratan (landing).
- Landasan penghubung merupakan jalur penghubung untuk mobilitas
pesawat terbang dari apron ke landasan pacu dan sebaliknya, yakni
terdiri atas jalur penghubung masuk landasan pacu (entrance taxiway)
dan jalur penghubung keluar landasan pacu (exit taxiway).
 Pendukung Tambahan, terdiri dari:
- Hanggar adalah tempat perawatan dan pemeliharaan pesawat terbang
sebelum dan sesudah melakukan penerbangan.
- Airport Security and Safety Division atau divisi keamanan dan
keselamatan otorita bandar udara berwenang untuk menjamin
keamanan dan keselamatan pengguna jasa transportasi udara selama
berada di bandar udara.
Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam perencanaan bandar udara adalah:
 Tingkat kebutuhan pelayanan jasa transportasi udara di daerah pada suatu
Negara.
 Pengembangan wilayah/daerah dalam tinjauan aspek ekonomi dan
kepentingan otonomi regional
 Kepentingan strategis dari pemerintah daerah setempat
 Kondisi geografis dari daerah setempat

Pemilihan dan penentuan lokasi dari lapangan terbang dipengaruhi oleh faktor :

 Tipe pengembangan daerah di sekitar lapangan terbang


 Kondisi geologi, geografi dan klimatologi dari daerah setempat, hal ini
mempengaruhi dalam desain geometris landasan pacu maupun landasan
penghubung dan perencanaan drainase dari bandar udara.
 Kemudahan untuk dicapai dengan sarana transportasi darat, hal ini
dipengaruhi oleh jumlah distribusi harian kendaraan bermotor, alternatif
penggunaan sarana transportasi darat yang ada dan penentuan jumlah
kemungkinan cara penggunaan moda transportasi darat yang tersedia.
 Ketersediaan lahan untuk perluasan wilayah/ kawasan lapangan terbang
 Ada tidaknya bandar udara/lapangan terbang lain dan tersedianya wilayah
penerbangan/ jalur terbang, hal ini menentukan jarak antar lapangan
terbang dan kapasitas dasar dari bandar udara yang dapat melayani
pengguna jasa transportasi udara, sehingga tidak menimbulkan gangguan
dalam proses operasional lapangan terbang
 Ada tidaknya halangan terhadap pandangan dari pilot pesawat terbang
maupun dari pengawas menara ATC (sight obstruction) secara alami
(keadaan asli daerah yang direncanakan untuk lapangan terbang berupa
pegunungan atau perbukitan) maupun buatan (gangguan asap dari
industri)
 Tersedianya sumber daya pendukung operasional lapangan terbang seperti
suplai kebutuhan air, tenaga listrik, dan jangkauan distribusi bahan bakar
untuk pesawat terbang dapat dicapai dengan mudah.

Faktor – faktor yang mempengaruhi dimensi atau ukuran lapangan terbang:

 Karakteristik dan spesifikasi pesawat terbang rencana berpengaruh pada


perencanaan ukuran panjang dan lebar dari landasan pacu dan landasan
penghubung
 Kepadatan lalu lintas penerbangan yang dilayani mempengaruhi jumlah
landasan pacu dan susunan landasan penghubung
 Kondisi iklim dan cuaca pada lokasi lapangan terbang, aspek temperature
udara berpengaruh pada ukuran panjang landasan pacu dan aspek arah
angin berpengaruh pada jumlah dan konfigurasi landasan pacu.
c. Permintaan Transportasi (Transport Demand)
Menurut Basuki dan Ervianto dalam Penelitian Perhitungan Kapasitas
Bandar Udara Adi Sutjipto Yogyakarta (2004), transport demand (permintaan
akan transport) adalah jenis permintaan tak langsung, berawal dari kebutuhan
manusia akan berbagai jenis barang dan jasa. Sarana transportasi adalah ‘barang
produsen’ yang turut berperan dalam proses produksi. Fungsi utamanya adalah
menjembatani jarak geografis antara produsen dan konsumen.

d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Permintaan Transportasi


Faktor utama yang mempengaruhi permintaan transportasi (Transportation
and Road Research Laboratory, 1990) :
 Dibawah kontrol operator, meliputi : tarif, tingkat pelayanan, kenyamanan
penumpang, publikasi dan informasi tentang pelayanan yang dilakukan,
 Diluar kontrol operator, meliputi : kepemilikan mobil, biaya perjalanan,
lokasi
pemukiman, pertokoan, tempat kerja dan pengaturan tata guna lahan
lainnya,
tingkat kesejahteraan pemakai potensial transportasi umum.

e. Kapasitas Bandar Udara


Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), kapasitas adalah kemampuan
memproses pada suatu fasilitas pelayanan dalam jangka waktu tertentu. Kapasitas
merupakan suatu ukuran penting untuk mengetahui tingkat keefektifan dari suatu
bandara. Untuk perencanaan bandar udara, kapasitas dapat didefinisikan sebagai
jumlah operasi pesawat terbang dalam jangka waktu tertentu yang berhubungan
dengan tingkat penundaan rata-rata yang dapat diterima. Kapasitas juga dapat
didefinisikan sebagai jumlah operasi pesawat maksimum yang dapat dilakukan
pada suatu lapangan udara pada suatu waktu tertentu ketika ada permintaan akan
pelayanan yang berkesinambungan. Permintaan akan pelayanan yang
berkesinambungan ini berarti selalu terdapat pesawat yang siap untuk lepas landas
atau mendarat. Definisi ini dinyatakan sebagai kapasitas ultimit (ultimate
capacity) atau maximum troughtput rate.
Analisis kapasitas menurut Ashford dan Wright (1992), memungkinkan
untuk perencana bandar udara untuk menentukan jumlah landasan pacu yang
diperlukan, untuk mengidentifikasi konfigurasi yang sesuai dan untuk
membandingkan beberapa alternatif desain. Analisis kapasitas bandar udara
dilakukan untuk memenuhi dua tujuan :
 Mengukur secara objektif kemampuan dari berbagai komponen sistem
bandar
udara untuk penanganan penumpang dan arus pesawat.
 Memperkirakan keterlambatan dalam sistem pada berbagai tingkat
permintaan.

2. Karakteristik Pesawat Terbang


Sebelum merancang pengembangan sebuah lapangan terbang, dibutuhkan
pengetahuan karakteristik pesawat terbang secara umum untuk merencanakan
prasarananya. Karakteristik pesawat terbang antara lain :
 Berat (Weight)
Berat pesawat diperlukan untuk merencanakan tebal perkerasan dan kekuatan
landasan pacu.
 Ukuran (Size)
Lebar dan panjang pesawat (Fuselag) mempengaruhi dimensi landasan pacu.
 Kapasitas Penumpang
Kapasitas penumpang berpengaruh terhadap perhitungan perencanaan
kapasitas landasan pacu.
 Panjang Landasan Pacu
Berpengaruh terhadap luas tanah yang dibutuhkan suatu bandar udara.
Anggapan bahwa makin besar pesawat terbang, makin panjang landasan tidak selalu
benar. Bagi pesawat besar, yang sangat menentukan kebutuhan panjang landasan adalah
jarak yang akan ditempuh sehingga menentukan berat lepas landas (Take Off Weight).

a. Berat pesawat terbang


Beberapa komponen dari berat pesawat terbang yang paling menentukan dalam
menghitung panjang landas pacu dan kekuatan perkerasannya, yaitu :
 Operating Weight Empty
Adalah berat dasar pesawat terbang, termasuk di dalamnya crew dan peralatan
pesawat terbang, tetapi tidak termasuk bahan bakar dan penumpang atau
barang yang membayar.
 Pay Load
Adalah produksi muatan (barang atau penumpang) yang membayar,
diperhitungkan menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Pertanyaan yang
sering muncul, berapa jauh pesawat bisa terbang, jarak yang bisa ditempuh
pesawat disebut jarak tempuh (range). Banyak faktor yang mempengaruhi
jarak tempuh pesawat, yang paling penting adalah pay load. Pada dasarnya
pay load bertambah, jarak tempuhnya berkurang atau sebaliknya pay load
berkurang, jarak tempuh bertambah.
 Zero Fuel Weight
Adalah batasan berat, spesifik pada tiap jenis pesawat, di atas batasan berat itu
tambahan berat harus berupa bahan bakar, sehingga ketika pesawat sedang
terbang, tidak terjadi momen lentur yang berlebihan pada sambungan.
 Maximum Structural Landing Weight
Adalah kemampuan struktural dari pesawat terbang pada waktu melakukan
pendaratan.
 Maximum Structural Take Off Weight
Adalah berat maximum pesawat terbang termasuk didalamnya crew, berat
pesawat kosong, bahan bakar, pay load yang diizinkan pabrik, sehingga
momen tekuk yang terjadi pada badan pesawat terbang, ratarata masih dalam
batas kemampuan yang dimiliki oleh material pembentuk pesawat terbang.
 Berat Statik Main Gear dan Nose Gear
Pembagian beban statik antara roda pendaratan utama (main gear) dan nose
gear, tergantung pada jenis/tipe pesawat dan tempat pusat gravitasi pesawat
terbang.
Batas-batas dan pembagian beban disebutkan dalam buku petunjuk
tiap-tiap jenis pesawat terbang, yang mempunyai perhitungan lain dan
ditentukan oleh pabrik.

b. Jenis-jenis pesawat terbang


 Berdasarkan mesin penggerak
- Piston Engine Air Craft
- Turbo Prop
- Turbo Jet
- Turbo Fan
- Ram Jet
- Pesawat dengan menggunakan mesin roket
 Berdasarkan Panjang Runway
Dibedakan menjadi 5 golongan yaitu:
Pesawat Bentang Panjang Berat Berat Berat Berat Muatan Panjang
Terbang Sayap Pesawat Lepas Pendaratan Kosong Bahan Maximum Landasan
Landas (Pon) Operasi Bakar Penumpang Pacu
(Pon) (Pon) (Pon) (Kaki)
DC9-50 93’04” 132’00” 120.000 110.000 63.328 98.000 130 7.100
DC10-10 155’04” 182’03” 430.000 363.000 234.664 335.000 270-345 9.000
B737-200 93’00” 100’00” 100.000 98.000 59.958 85.000 86-125 5.600
B747-B 195’09” 229’02” 775.000 564.000 365.800 526.000 211-230 6.700
A-300 147’01” 175’11” 302.000 281.000 186.810 256.830 225-345 6.500

c. Gerak pesawat dalam transportasi udara


Gerakan pesawat adalah maju, vertical dan lateral sesuai dengan koordinat
sehingga gerakan dapat dinyatakan dalam 3 sumbu yaitu :
 Gerak maju searah dengan sumbu landasan
 Gerak vertikal searah dengan sumbu vertikal
 Gerak lateral searah dengan dengan sumbu horisontal
Adapun putaran terhadap ketiga sumbu tadi dinamakan sebagai berikut:
 Pitch ;berputarterhadapsumbuhorisontal
 Yaw ; berputar terhadap sumbu sejajar (sejajar sumbu landasan)
 Roll ; berputar terhadap sumbu vertikal
Ketika akan mendarat pilot harus mengontrol serta mengkoordinir ketiga gerakan
(Pitch, Yaw, Roll) tersebut sehingga pesawat bisa mengikuti jalur pendaratan dengan
benar.
Guna mengatur tiga gerakan tersebut perlu menginformasikan posisi pesawat
setiap saat dalam hubungannya dengan tiga ordinat yaitu ketinggian pesawat, jarak
dari titik yang dituju serta posisi sayap horisontal atau miring, hubungannya untuk
mengatur Pitch, Yaw dan Roll. Perlu juga informasi tingkat penurunan, tingkat
kedekatannya dengan jalur pendaratan.
TUGAS
LAPANGAN TERBANG
(Sistem Bandar Udara dan Karakteristik Pesawat Terbang)

Dikerjakan Oleh:

MUHAMMAD DWI ANDRIYANTO


41511A0032

PROGRAM STUDI REKAYASA SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2018

Anda mungkin juga menyukai