BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Dari data yang diambil di BPS Ny. Mukhliatin Amd. Keb. Mrican-Kediri
dari bulan September-November 2007 jumlah ibu melahirkan normal sebanyak 25
orang. Sedangkan yang luka jahitan 7 orang,melahirkan normal tanpa jahitan 16
orang dan 2 diantara 25 orang terdapat HPP primer.
Untuk itu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri dan
neonatal, khususnya bidan harus mampu dan terampil memberikan pelayanan
sesuai dengan standart. Hal ini penting karena bidan harus memberikan asuhan
kebidanan yang meliputi konsep dasar tentang pengkajian, analisa data, diagnosa
atau masalah, diagnosa potensial, tindakan segera, rencana tindakan, pelaksanaan
secara komprehensif yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan yang menggunakan pendekatan
suatu kesatuan yang utuh khususnya secara fisik dan psikologis untuk memberikan
asuhan kebidanan yang memerlukan kesabaran, dan kepekaan yang didukung oleh
pengetahuan, ketrampilan, sikap yang professional pada pelaksanaan asuhan
kebidanan.
Pada ibu dan keluarga perlu dilibatkan dengan harapan dapat menimbulkan
persepsi yang sama antara tenaga kesehatan (bidan) dengan teciptanya kerjasama
yang baik dalam proses penyembuhan dan mengatasi permasalahan pada ibu post
partum dengan HPP primer.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asuhan kebidanan pada ibu
post partum dengan HPP Primer diperlukan untuk mendeteksi resiko terjadinya
komplikasi pada ibu nifas dan untuk melaksanakan askeb yang benar, karena itu
penulis berminat untuk mengambil study kasus dengan judul : Asuhan Kebidanan
Ibu Post Partum dengan HPP Primer.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada
ibu pos partum dengan HPP primer di BPS Ny. Mukhliatin Amd. Keb.
Mrican-Kediri.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam pelaksanaan asuhan kebidanan dengan HPP primer
adalah :
1.2.2.1 Melaksanakan pengkajian terhadap keadaan
1.2.2.2 Mengidentifikasi masalah dengan melakukan diagnosa
1.2.2.3 Mengantisipasi masalah potensial yang terjadi
3
1.4.2 Observasi.
Yaitu suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan
mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti. (Soekidjo, 2002 : 93).
1.4.3 Pemeriksaan Fisik.
Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada
klien secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
atau mendapatkan data yang obyektif. (Nursalam, 2001 : 30).
1.4.4 Studi Kepustakaan.
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil leteratur dan buku-buku
serta makalah-makalah yang ada. (Notoadmojo,2002).
1.5 Tempat dan Waktu.
1.5.1 Tempat pelaksanaan pengambilan data untuk karya tulis ilmiah
dilaksanakan di BPS Ny. Mukhliatin Amd. Keb. Mrican-Kediri.
1.5.2 Waktu pelaksanaan pengambilan data untuk karya tulis ilmiah
dilaksanakan tanggal 16 Oktober 2007 di BPS Ny. Mukhliatin Amd. Keb.
Mrican-Kediri.
1.6 Sistematika Penulisan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis menjadi
lima bab dengan susunan sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN.
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penulisan, teknik pengumpulan data, lokasi dan waktu penulisan serta
sistematika penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.
Meliputi konsep dasar kehamilan normal dan konsep manajemen asuhan
kebidanan pada ibu hamil normal.
BAB 3 : TINJAUAN KASUS.
Dalam tinjauan kasus ini meliputi pengkajian, identifikasi masalah dan
diagnosa, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera,
rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB 4 : PEMBAHASAN.
BAB 5 : PENUTUP.
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1
5
6
2.1.3.2 Lochea.
Menurut Mochtar (1998) lochea adalah cairan sekret yang berasal
dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Lochea dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :
1) Lochea Rubra.
Berwarna merah, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, vernick kaseosa lanugo dan
mekonium, selama 2 hari post partum.
2) Lochea Sanguelenta
Berwarna kuning, berisi darah dan lendir pada hari ke 3-7 post
partum.
3) Lochea Serosa.
Berwarna kuning, cairan tidak berwarna lagi, pada hari ke 7-
14 post partum.
4) Lochea Alba.
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea Purelenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau bisul.
6) Lochea Statis.
Lochea yang tidak lancar keluarnya.
2.1.3.3 Laktasi.
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan
telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :
7
c. Pola eliminasi.
dalam 24 jam post partum BAK sering, sulit, urin dalam jumlah
besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam post partum, dimana
produksi urin normal 300 cc-600 cc/jam. Data yang perlu
ditanyakan adakah BAK lancar, BAB biasanya pada 3 hari post
partum. Disebabkan karena gerak tubuh berkurang sehingga usus
bagian bawah kosong, baik selama hamil dan nifas .
d. Personal hygiene.
personal hygiene adalah perawatan dari yang dilakukan oleh klien
dengan bimbingan atau bantuan bidan bila diperlukan personal
hygiene ini meliputi perawatan luka jahitan episotomi,perawatan
payudara, vulva hygiene dan mandi 2 kali dalam sehari dengan
sbaun, gosok gigi 2 kali dalam sehari, cuci rambut 3 kali/minggu
dengan shampoo. Ganti pakaian bersih 2 kali perhari. Ganti
pembalut setiap kali BAK dan BAB selama hamil atau nifas.
e. Pola aktivitas.
ditanyakan aktifitas yang dilakukan klien selama hamil dan
kemampuan aktifitas setelah persalinan klien sudah harus dapat
miring kanan atau kiri duduk dan sudah boleh berjalan-jalan.
f. Pola seksual.
selama hamil berapa kali dan selam nifas apakah klien melakukan
hubungan seksual. Menurut ajaran agama tidak boleh melakukan
hubungan sampai 40 hari ungkapan kasih sayang berupa membelai
rambut dan mencium.
10. Keadaan Psikososial.
Yang perlu ditanyakan adalah bagaimana perasaan klien pada saat ini.
Perubahan psikologis yang terjadi pada klien hari kedua post nifas
adalah kekhawatiran terhadap perubahan tubuhnya.
11 Latar belakang sosial budaya.
Apakah klien mengadakan acara selamatan, apakah klien pernah
merokok, minum minuman keras, minum obat-obatan terlarang dan
minum jamu, apakah kebiasaan keluarga yang mendukung dang
menghambat yang berhubungan dengan nifas.
22
2.4.1 Diagnosa
Contoh
Diagnosa : P … A … nifas hari ke … dengan Hemoragi post
partum primer
DS : klien mengatakan badannya lemas setelah
melahirkan
DO : tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 - ≤ 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 – 31 0C
RR : 16-20 x/menit
Muka : apakah muka pucat ?
Mata : apakah conjungtiva anemis ?
Abdomen
a. berapa tinggi fundus uteri ?
b. Bagaimana kontraksi uterus ?
Genetalia
a. Pengeluaran
b. Perdarahan … cc
Ekstremitas : pada tangan kanan/kiri terpasang infuse
2.4.2 Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan
dan hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis (varney, 2007).
Masalah yang mungkin timbul pada ibu nifas dengan hemoragi postpartum
adalah cemas (Mochtar, 1998).
DS : klien mengatakan cemas dengan keadaannya
DO : 1. Wajah klien tampak cemas
2. Ada perdarahan
2.5 Langkah Ketiga : Antisipasi masalah potensial
Diagnosa potensial adalah pernyataan yang timbul berdasarkan diagnosa atau
masalah yang sudah diidentifikasi langkah ini mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila bersiap-siap, tidak
diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).
Pada kasus nifas hemoragi post partum primer masalah potensial terjadi syok
26
R/ informasi yang jelas membantu klien untuk menemui kondisi yang sedang
dialami.
c. Ajari ibu dan keluarga untuk masase uterus.
R/ Untuk merangsang kontraksi uterus
d. Anjurkan klien untuk lebih banyak berdoa.
R/ menimbulkan rasa percaya diri.
e. jelaskan tanda-tanda bahaya nifas.
R/ menentukan kapan ibu harus mengunjungi tempat pelayanan.
Masalah : potensial terjadi syok.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 15 menit
diharapkan tidak terjadi syok.
Kriteria : 1. Keadaan umum : baik.
2. Kesadaran : composmentis.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Tensi : 100/60 - ≤ 110/90 mmHg.
Nadi : 60 - ≤ 100 x/menit.
Suhu : 365 – 375 0C.
RR : 16-24 x/menit.
4. Wajah tidak pucat.
Rencana :
1. Observasi TTV.
R/ untuk memantau keadan ibu.
2. Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring.
R/ untuk meminimalkan resiko terjadinya aspirasi jika ia
muntah dan untuk memastikan jalan napasnya terbuka.
3. Jagalah ibu tersebut tetap hangat.
R/ hal ini akan menambah sirkulasi perifernya dan
mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
4. Naikkan kaki ke atas.
R/ untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung.
2.8 Langkah Keenam : Pelaksanaan.
Mengacu pada intervensi.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tempat pengkajian : BPS Ny. Sumarti Amd keb bendorejo-trenggalek
Tanggal Pengkajian : 16 Oktober 2007
Nama Pengkaji :BENNY SISWATI
Jam : 03.10 WIB
No. Register :-
3.1.1 Anamnese / Data Subyektif
3.1.1.1 Biodata
Nama : Ny. “S” Nama : Tn. “M”
Umur : 20 tahun Umur : 21 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan: - Penghasilan: 700.000/bln
Alamat : ngadienggo Alamat : ngadirenggo
3.1.1.2 Keluhan Utama
1) Ibu mengatakan darahnya keluar sur-sur
2) Ibu mengatakan badannya agak lemas
3.1.1.3 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang dapat
mempengaruhi masa nifasnya seperti penyakit menular.
Dengan gejala batuk lama, sesak nafas, batuk darah (TBC).
Tidak nafsu makan, mual, muntah, nyeri ulu hati, kuning
(hepatitis).
Penyakit menular seksual seperti sakit waktu kencing, gatal di
vulva, keputihan, gonorhoe.
Ibu tidak punya penyakit menurun, seperti kencing manis
(DM), hipertensi.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang.
29
30
3) Pola aktivitas
Hari pertama, klien hanya tidur terlentang, belajar miring ke
kiri dan ke kanan dan belajar menyusui.
4) Pola eliminasi.
Hari pertama I, BAB belum, BAK memakai pispot selama 5
jam terakhir 400 cc.
5) Pola hygiene.
Hari pertama mandi belum dilakukan, hanya di seka pagi dan
sore, gosok gigi belum dilakukan, ganti baju 1 kali/hari, ganti
pembalut jika sudah penuh.
6) Pola seksual.
Hari pertama, dengan kelahiran anak yang pertama oleh
suami klien diberi ciuman dan pelukan kasih sayang.
3.1.1.6 Keadaan Latar Belakang Sosial Budaya.
Dalam keluarga terdapat kebiasaan yang menunjang masalah
kesehatan yaitu : tidak ada pantangan makanan selama nifas klien
mengatakan akan di adakan selamatan setelah 5 hari kelahiran
bayi dan pada saat di rumah klien berencana menyusui bayi
sampai usia 2 tahun.
Dalam keluarga pasien tidak kebiasaan yang menghambat
masalah kesehatan pernah mempunyai kebiasaan minum jamu,
pijat didukun.
3.1.2 Data Obyektif.
3.1.2.1 Pemeriksaan Umum.
Keadaan Umum : lemas.
Kesadaran : Composmentis.
Tinggi badan : 158 cm
BB sebelum hamil : 51 kg.
BB setelah hamil : 58 kg.
LILA : 25 cm.
3.1.2.2 Tanda-Tanda Vital
Tensi : 100/70 mmHg.
Nadi : 80 x/menit.
Suhu : 370C.
Respirasi : 20 x/menit.
33
Catatan perkembangan
Tanggal : 17 -11-2007
Jam : 07.00 WIB
S : Ibu mengatakan keadaannya sudah baik dan tidak cemas lagi.
O : TTV : TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,50C
RR : 25x/menit Nadi : 80 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi
40
BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “S” P10001 post partum dengan
HPP primer, tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus.
4.1. Pengkajian
Dalam pengkajian kasus Ny. “S” P10001 post partum dengan HPP primer di
dapatkan pada 1 jam pertama setelah placenta lahir ibu mengalami perdarahan +
600 cc dan uterus lembek disebabkan karena tidak adanya kontraksi uterus. Pada
pelaksanaan pengkajian ini penulis tidak menemukan hambatan, karena
komunikasi antara penulis dan klien lancar. tidak ada kesenjangan antara tinjauan
pustaka dengan tinjauan kasus.
4.2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Pada tinjauan pustaka di dapatkan 1 diagnosa yaitu Ny. “S” P10001 post
partum dengan HPP primer dan ditemukan 1 masalah yaitu cemas karena ada
perdarahan, sedangkan pada tinjauan kasus di dapatkan 1 diagnosa yaitu : Ny. “S”
P10001 post partum dengan HPP primer dan 1 masalah yaitu cemas.
4.3. Antisipasi Masalah Potensial
Pada tinjauan pustaka penulis menemukan masalah potensial pada ibu post
partum dengan HPP primer adalah syok, sedangkan di tinjauan kasus tidak
ditemukan masalah potensial yang muncul. Jadi ada kesenjangan antara tinjauan
pustaka dengan tinjauan kasus.
4.4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Pada tinjauan pustaka disebutkan bahwa identifikasi kebutuhan segera
yang harus dibentuk pada klien dengan HPP primer adalah lakukan KBI
(Kompresi bimanual internal) jika belum berhasil lakukan KBE jika masih belum
berhasil lakuakan KAA (Kompresi aorta abdominalis) dan jika belum teratasi
rujuk pasien dan kolaborasi dengan dokter S.P.O.G dalam pemberian terapi.
Sedangkan pada tinjauan kasus kebutuhan segera pada klien dengan HPP primer
adalah melakukan masase uterus selama 15 detik, lakuakan kompresi bimanual
internal (KBI) jika belum berhasil lakukan KBE jika masih belum berhasil
lakukan KAA dan jika belum teratasi rujuk pasien dan kolaborasi dengan dokter
40
41
S.P.O.G. Jadi pada identifikasi kebutuhan segera tidak ada kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
4.5. Intervensi
Pada langkah kelima pada Ny. “.S...” P10001 post partum dengan HPP primer
yang terdiri dari tinjauan dan kriteria hasil. Di dalam tinjauan kasus di temukan 1
diagnosa yaitu : Ny. “S” P10001 post partum dengan HPP primer dan 1 masalah
yaitu cemas. Intervensi yang didapat adalah 1 diagnosa yaitu Ny. “.S...” P10001 post
partum dengan HPP primer dengan tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan
selama 5 menit diharapkan perdarahan berhenti, dan keadaan umum ibu baik
dengan hasil kesadaran composmetis, TTV dalam batas normal : TD : 110/70 - <
140/90 mmHg, N : 60 - < 100x/menit, suhu : 365 0 C -37 5 C , R : 16 – 24 x/menit,
0
kontraksi uterus baik tidak terjadi HPP sekunder tidak terjadi syok, ASI keluar,
intervensi meliputi : lakukan masase uterus, bersihkan keluar darah, pastikan
kandung kemih kosong, lakukan KBI, observasi keadaan umum ibu dan TVV,
obrservasi pemantauan kala IV, bantu pasien menyusui bayinya, motivasi klien
untuk menjaga personal hygiene, dan pada masalah I : cemas, tujuannya adalah
setelah diberi penjelasan ibu tenang dan siap menghadapi nifas, kriteria hasil
adalah ekspresi wajah tenang, ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh
petugas, intervensinya meliputi:menjelaskan tentang keadaan klien saat ini dengan
menggunakan pendekatan terapeutik. Jelaskan pada pasien penyebab perdarahan,
ajari klien dan keluarga masase uterus, anjurkan klien untuk kebih banyak berdo’a,
jelaskan tanda-tanda nifas. intervensi pada tinjauan pustaka dapat diterapkan pada
tinjauan kasus. Jadi tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus.
4.6. Implementasi
Dalam implementasi terdapat kesesuaian antara tinjauan pustaka dengan
tinjauan kasus, hal ini dapat kita lihat pada tinjauan pustaka klien dengan HPP
primer dapat dilakukan tindakan sebagai berikut : masuk uterus, bersihkan bekuan
darah, kosongkan kandung kemih, lakukan KBI, memerikasa tanda dan gejala
HPP sekunder, observasi keadaan umum dan TTV, observasi kala IV, bantu pasien
meneteki bayinya. Jadi pada implementasi tidak ada kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus.
4.7. Evaluasi
Pada tahap evaluasi penulis melakukan penilaian berdasarkan dari hasil
yang telah ditetapkan dalam bentuk SOAP. Adapun evaluasi pada Ny. “S” P 10001
42
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan
HPP primer dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Hellen Varney,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Dalam melakukan pengkajian dengan menggunakan data secara sistematis dan
lengkap dari semua yang berkaitan dengan kondisi pasien, pengkajian dalam kasus
ibu post partum dengan HPP primer berpengaruh pada kualitas pelayanan yang
diberikan.
Pada pengkajian data ditemukan diagnosa Ny. “S” P10001 umur 20 tahun post
partum dengan HPP primer dengan DS : klien mengatakan darahnya keluar sur-sur,
klien mengatakan badannya agak lemas, DO : Tanda-tanda vital; tensi : 110/70
mmHg, nadi : 80 kali/menit, suhu : 37oC, RR : 20 kali/menit, payudara : simetris,
putting susu menonjol, dan bersih, hiperpigmentasi areola mamae, colostrums
positif, Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus lembek, Genetalia :
tidak oedem, varises tidak ada, tidak ada kelainan dalam pergerakan.
Masalah yang muncul cemas pada saat adanya pendarahan, dengan DS : klien
mengatakan cemas dengan keadaannya , DO : wajah tampak agak pucat karena
melihat banyak darah.
Dalam langkah identifikasi adanya masalah potensial, masalah yang muncul
pada ibu post partum dengan HPP primer adalah potensial terjadi syok, pada kasus
ini tidak terjadi karena dapat dicegah dengan melaksanakan tindakan asuhan
kebidanan sesuai dengan prosedur.
Identifikasi kebutuhan segera yang dapat dilakukan pada klien post partum
dengan HPP primer tidak ada karena keadaan umum pasien baik dan tidak
ditemukan tanda-tanda syok. Perencanaan dibuatkan suatu rencana asuhan
berdasarkan standar pelayanan. Penulis tidak menemukan kesenjangan, sebagai
wujud asuhan sayang ibu dimana petugas kesehatan khususnya bidan dalam
memberikan asuhan dengan maksimal. Pada pelaksanaan merupakan langkah-
langkah menjalankan rencana yang telah disusun sebelumnya. Pada pelaksanaan
penulis tidak menemukan kendala atau hambatan yang berarti, karena pasien,
keluarga maupun petugas kesehatan sangat kooperatif.
43
44
DAFTAR PUSTAKA
- http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/042007/20/0314.htm
Oleh :
BENNY SISWATI
NPM : 2008.08610607