Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Obat kardiovaskular adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah atau mengobati
penyakit kardiovaskular (buluh jantung). Penyakit ini menempati ururtan pertama sebagai
penyebab kematian di banyak Negara. Di Amerika sekitar 51% kematian disebabkan oleh
penyakit kardiovaskular. Untuk pengobatan penyakit buluh jantung dapat digunakan
kardiotonik, obat antiaritmia, obat antihipertensi atau diuretika.

Untuk pengobatan beberapa penyakit buluh darah dapat dilakukan dengan cara
pembedahan dan diberikan vasodilator, obat antihipertensi, obat untuk aterosklerosis atau
antilipemik, obat antiangina dan antikoagulan.

Berdasarkan efek farmakologisnya obat kardiovaskular dibagi menjadi enam


kelompok, yaitu kardiotonik, obat antiaritmia, obat antihipertensi, obat antiangina,
vasodilator dan obat antilipemik.

B. Tujuan

Dengan mempelajari makalah ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui:


a. Pengertian angina pektoris
b. Jenis – jenis angina pektoris
c. Obat anti angina
d. Hubungan struktur – aktivitas obat antiangina.
e. Mekanisme kerja dari obat kardiovaskular.
f. Terapi Non Farmakologi

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 1


BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Angina pektoris
Angina pektoris berasal dari bahasa Yunani, ankhon, yang berarti ‘mencekik’ dan
pectus yang berarti ‘dada’. Jadi, angina pectoris dapat diartikan sebagai rasa tercekik di dada.
Angina pectoris sebenarnya bukan penyakit, tetapi merupakan gejala dari penyakit lainnya
pada umumnya adalah penyakit arteri koroner (coronary artery disease) atau penyakit jantung
koroner walaupun dapat juga disebabkan penyakit lain yang nanti akan dibahas.
Penyakit arteri koroner umumnya disebabkan oleh pengendapan zat lemak di dinding bagian
dalam arteri yang disebut aterosklerosis atau arteriosklerosis.

Beberapa pengertian Angina Pectoris / Pektoris dari beberapa sumber literatur :


 Nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respons terhadap suplai
oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke
lengan kiri, ke punggung, rahang atau ke daerah abdomen. (Corwin, 2009).
 Rasa nyeri terikat atau tertekan atau rasa tidak enak pada dada yang khas akibat dari
iskemia otot jantung, bentuk yang klasik tercetus oleh kerja fisik dan menghilang
dengan istirahat. (Ovedoff, 2002)
 Suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau
terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri. Hal ini biasa timbul saat
pasien melakukan aktivitas dan segera hilang saat aktivitas dihentikan. (Mansjoer,
2001)
 Nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau
reversibel. (Dasar-dasar kardiotoraksik, 1993)
 Suatu sindroma akut dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu
seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah
kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof.
Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
 Suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang
biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler).

Walaupun telah banyak kemajuan dalam penatalaksanaannya, penyakit jantung


koroner (PJK) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup
penting. Di Negara-negara maju dan beberapa Negara berkembang seperti Indonesia, PJK
merupakan penyebab kematian utama. Di Amerika Serikat didapatkan bahwa kurang lebih 50
% dari penderita PJK mempunyai manifestasi awal Angina Pektoris Stabil ( APS ). Jumlah
pasti penderita angina pectoris ini sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insidens angina pectoris
pertahun pada penderita diatas usia 30 tahun sebesar 213 penderita per 100.000 penduduk.
Asosiasi jantung Amerika memperkirakan ada 6.200.000 penderita APS ini di Amerika
serikat.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 2


Tapi data ini nampaknya sangat kecil bila dibandingkan dengan laporan dari dua studi besar
dari Olmsted Country dan Framingham, yang mendapatkan bahwa kejadian infark miokard
akutsebesar 3% sampai 3.5% dari penderita APS pertahun, atau kurang lebih 30 penderita
APS untuk setiap penderita infark miokard akut.
Mengingat banyaknya jumlah penderita APS dan kerugian yang ditimbulkannya
terutama secara ekonomi, diperlukan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Tetapi APS
terutama ditujukan untuk menghindarkan terjadinya infark miokard akut dan kematian
sehingga meningkatkan harapan hidup, serta mengurangi gejala dengan harapan
meningkatnya kualitas hidup. Pada penderita yang berdasarkan riwayat penyakit dan
pemeriksaan awal didapatkan kemungkinan sedang atau tinggi untuk menderita suatu PJK
perlu dilakukan test secara non invasif maupun invasive untuk memastikan diagnosa serta
menentukan stratifikasi resiko. Penderita APS dengan resiko tinggi atau resiko sedang yang
kurang berhasil dengan terapi standart, perlu dilakukan tindakan revaskularisasi, terutama
bila penderita memang menghendaki.
Jantung merupakan organ vital bagi tubuh yang terletak dalam ruang mediastinum
rongga dada, yaitu diantara paru. Organ ini memiliki empat ruang yaitu atrium kanan,
ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Secara fungsional jantung dibagi menjadi
pompa sisi kanan dan kiri, yang memompa darah vena ke sirkulasi paru, dan darah bersih ke
peredaran sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi urutan darah secara
anatomi, yaitu mulai dari vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan, arteria pulmonaris, paru,
vena pulmonaris, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriola, kapiler, venula, vena, dan
vena kava(1).
Jantung terdiri dari tiga lapis, yaitu lapisan luar (perikadium), lapisan tengah
(miokardium), dan lapisan paling dalam yang disebut endokardium. Masing-masing lapisan
jatung ini dapat berkontraksi, kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan
darah dipompa masuk kedalam sirkulasi sistemik. Volume darah yang dipompa oleh tiap
ventrikel per menit disebut curah jantung. Curah jantung rata-rata adalah 5L/menit. Curah
jantung sendiri bergantung pada hubungan antara frekuensi jantung dan curah sekuncup.
Curah sekuncup merupakan volume darah yang dipompa oleh ventrikel per detik. Curah
sekuncup sendiri dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu : Preload (beban awal), afterload (beban akhir)
dan kontraktilitas jantung). Pada jantung normal peningkatan preload akan meningkatkan
curah sekuncup, sehingga akan menyebabkan terjadi perlambatan frekuensi jantung dan
curah jantung dapat dipertahankan stabil(1).
Setiap siklus jantung terdiri dari urutan peristiwa listrik dan mekanik yang saling
terkait. Gelombang ransangan listrik tersebar dari nodus SA melalui sistem konduksi menuju
miokardium untuk merangsang kontraksi otot, yang disebut depolarisasi, dan diikuti
pemulihan listrik kembali yang disebut repolarisasi. Potensial aksi yang terjadi pada sel
kontraktil otot jantung memperlihatkan sebuah fase yang khas, dimana terdapat fase datar
(plateu). Pada saat membran mengalami eksitasi, terjadi perubahan gradien membran secara
cepat akibat masuknya Na+. Membran pun mengalami potensial aksi. Segera setelah potensial

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 3


aksi dicapai, permeabilitas membran terhadap Na+ berkurang. Namun uniknya, membran
potensial dipertahankan selama beberapa ratus milidetik sehingga menghasilkan fase datar
(plateu) potensial aksi. Perubahan voltase yang mendadak selama fase naik menuju potensial
aksi menimbulkan 2 perubahan yang turut serta mempertahankan fase datar tersebut, yaitu
pengaktifan slow L-type Ca2+ channel dan penurunan permeabilitas K+. Pembukaan
Ca2+ channel menyebabkan influks Ca2+ yang bermuatan positif. Penurunan aliran
K+ mencegah repolarisasi cepat membran sehingga mempertahankan fase datar. Fase turun
potensial aksi yang berlangsung cepat terjadi akibat inaktivasi Ca2+ channel dan peningkatan
permeabilitas K+. Selama potensial aksi sel miokardium berlangsung, sejumlah besar ion Ca
akan berdifusi dari ekstrasel ke sitosol. Peran Ca2+ di sitosol adalah untuk berikatan dengan
kompleks troponin-tropomiosin sehingga memungkinkan terjadinya kontraksi.
Tanda utama penyakit jantung iskemi adalah angina pektoris, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan hubungan antara pasokan dan kebutuhan oksigen miokardial, dan dapat
pula disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen miokardial (bergantung pada
frekuensi jantung, tegangan dinding ventrikel dan daya kontraksi ventrikel), oleh penurunan
pasokan oksigen miokardial (terutama bergantung pada aliran darah koroner, tetapi terkadang
diubah oleh kemampuan darah mengangkut oksigen), atau terkadang oleh keduanya(2).

Lokasi nyeri angina

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 4


Dikutip dari Webitou.com

Angina pektoris ditandai dengan rasa tidak nyaman dibagian tertentu, yaitu di dada,
rahang, bahu, punggung atau lengan. Serangan angina dapat terjadi karena melakukan
kegiatan fisik yang berat seperti berolahraga, menaiki tangga, atau karena stress dan emosi.
Namun kadangkala serangan angina datang secara tiba-tiba tanpa didahului kegiatan fisik.
Jika gejalanya hanya ringan mungkin bisa dihilangkan dengan beristirahat sebentar, tapi
pengobatan diperlukan bila rasa sakitnya tak tertahankan lagi. Obat yang biasanya digunakan
untuk meredakan keadaan angina pectoris adalah nitrogliserin(NTG).
Penyakit ini dapat terjadi dalam pola yang stabil selama bertahun-tahun atau dapat
menjadi tidak stabil. Pada angina stabil yang tipikal, substrat patologisnya biasanya berupa
penyempitan aterosklerosis yang menetap pada arteri koroner epikardium, selama
beraktivitas, stress emosi, dan lain-lain, memperberat peningkatan konsumsi
oksigen miokardial. Sedangkan untuk pasien angina tidak stabil disebabkan karena adanya
pecahnya plak aterosklerosis yang disertai adhesi atau agregasi platelet, dan menurunkan
aliran darah koroner.

B. Jenis-Jenis Angina Pectoris


Berdasarkan kuantitas dan intensitasnya angina pectoris terbagi menjadi :
1. Angina Pektoris Stabil
Nyeri dada yang awalnya agak berat berangsur-angsur turun kuantitas dan intensitasnya
dengan atau tanpa pengobatan, berkurang pada saat istirahat kemudian menetap pada
aktivitas yang lebih berat dari sehari-hari, dan dapat menjadi asimtomatik. Angina tidak
berubah dalam waktu 6 bulan. Disebabkan karena kebutuhan metabolik otot jantung dan
energi yang tidak dapat dipenuhi karena terdapat stenosis yang menetap pada arteri koroner
yang disebabkan oleh proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada akan timbul bila melakukan
suatu pekerjaan.
Beberapa pencetusnya seperti:
a. Selalu timbul sesudah kegiatan berat
b. Timbul sesudah melakukan kegiatan sedang ( jalan cepat 1/2 km)
c. Timbul sesudah melakukan kegiatan ringan (jalan 100 m)
d. Jika melakukan aktivitas yang ringan (jalan biasa)
Beberpa contoh angina stabil :
 Angina Nokturnal : Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur, dapat dikurangi
dengan duduk tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.
 Angina Dekubitus : Angina saat berbaring
 Iskemia tersamar : Terdapat bukti obyektif ischemia (seperti tes pada stress tetapi
pasien tidak menunjukkan gejala)

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 5


2. Angina Pektoris Tidak Stabil
Nyeri dada biasanya lebih berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat atau
aktivitas yang minimal, biasanya disertai dengan keluhan sesak napas, mual, muntah,
keringat dingin. Frekwensi, intensitas, dan durasi serangan angina meningkat secara
progresif. Rasa sakit di dada dapat berlangsung selama 10 atau 15 menit dan tidak
berkurang dengan istirahat atau obat-obatan. Unstable angina tidak mengikuti pola tertentu
seperti stable angina dan dapat menjadi indikasi serangan jantung dalam waktu
dekat. Disebabkan primer oleh kontraksi otot poles pembuluh koroner sehinggga
mengakibatkan iskeia miokard. Patogenesis spasme tersebut hingga kini belum dapat
diketahui, kemungkinan tonus alphaadrenergik yang berlebihan. Manifase pembuluh koroner
yang paling sering adalah variant (prinzmental).
Angina jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Angina yang baru terjadi (dalam 1 bulan)
b. Crescendo Angina (meningkatnya frekuensi atau keparahan dalam beberapa hari atau
minggu)
c. Insufisiensi koroner akut (nyeri angina yang menetap pada saat istirahat tanpa adanya infark
miokardium)
d. Angina Refrakter atau intraktabel, angina yang sangat berat sampai tidak tertahan

3. Varian angina (Angina Prinzmetal)

Nyeri angina yang bersifat spontan disertai elevasi segmen ST pada EKG, di duga disebabkan
oleh spasme arteri koroner. Variant angina dapat diatasi dengan minum obat yang sesuai.
Angina ini terjadi biasanya antara tengah malam dan pagi hari. Disebabkan oleh vasospasma .
Vasospasma merupakan kekejangan yang disebabkan oleh penyempitan arteri koronari dan
berkurangnya aliran darah ke jantung. Angina jenis ini jarang terjadi.

Variant angina atau Prinzmetal’s angina pertama kali dikemukakan pada tahun 1959
digambarkan sebagai suatu sindroma nyeri dada sebagai akibat iskemia miokard yang hampir
selalu terjadi saat istirahat. Hampir tidak pernah dipresipitasi oleh stress / emosi dan pada
pemeriksaan EKG didapatkan adanya elevasi segmen ST.

Mekanisme iskemia pada Prinzmetal’s angina terbukti disebabkan karena terjadinya spasme
arteri koroner. Kejadiannya tidak didahului oleh meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.
Hal ini dapat terjadi pada arteri koroner yang mengalami stenosis ataupun normal. Proses
spasme biasanya bersifat lokal hanya melibatkan satu arteri koroner dan sering terjadi pada
daerah arteri koroner yang mengalami stenosis.

Penderita dengan Prinzmetal’s angina biasanya terjadi pada penderita lebih muda
dibandingkan dengan angina stabil ataupn angina tdiak stabil. Seringkali juga tidak
didapatkan adanya faktor risiko yang klasik kecuali perokok berat. Serangan nyeri biasanya

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 6


terjadi antara tengah malam sampai jam 8 pagi dan rasa nyeri sangat hebat. Pemeriksaan fisik
jantung biasanya tidak menunjukkan kelainan.

Pemeriksaan elektrokardiografi menunjukkan adanya elevasi segmen ST (kunci diagnosis).


Pada beberapa penderita bisa didahului depresi segmen ST sebelum akhirnya terjadi elevasi.
Kadang juga didapatkan perubahan gelombang T yaitu gelombang T alternan, dan tidak
jarang disertai dengan aritmia jantung.

Epidemiologi Angina Pektoris

Penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat dan


sekitar setengah dari penyakit kardiovaskular yang sering terjadi adalah penyakit jantung
koroner. Angina pectoris merupakan tanda klinis pertama pada sekitar 50% pasien yang
mengalami penyakit jantung koroner.(Kimble) Angina pectoris dilaporkan terjadi dengan
rata – rata kejadian 1,5% tergantung pada jenis kelamin, umur, pasien dan faktor resiko. Data
dari studi Framingharm pada tahun 1970 dengan studi Kohort diikuti selama 10 tahun
menunjukkan prevalensi sekitar 1.5% untuk wanita dan 4.3% untuk pria berusia 50 – 59
tahun. American Heart Association memperkirakan prevalensi angina pectoris mencapai
6,4juta di tahun 1998. Resiko perkembangan IHD tidak sama di deluruh dunia. Negara seperti
Jepang dan Prancis memiliki perkembangan yang rendah, sedangkan Finlandia, Irlandia,
Skotlandia dan Afrika Selatan rata – rata memiliki perkembangan IHD yang tinggi(3).

Etiologi Angina Pektoris


Angina pektoris biasanya berkaitan dengan penyakit jantung koroner aterosklerotik,
tapi dalam beberapa kasus dapat merupakan kelanjutan dari stenosis aorta berat, insufisiensi
atau hipertrofi kardiomiopati tanpa atau disertai obstruksi, aortitis sifilitika, peningkatan
kebutuhan metabolik (seperti hipertiroidisme atau pascapengobatan tiroid), anemia yang
jelas, takikardi paroksismal dengan frekuensi ventrikular cepat, emboli, atau spasme koroner.
Penyakit jantung iskemik merupakan masalah jantung serius yang paling lazim terjadi
di banyak masyarakat Barat. Sejauh ini yang paling sering menyebabkan angina adalah
obstruksi ateromatus pembuluh – pembuluh darah koroner besar ( angina aterosklerotik,
angina klasik). Walaupun demikian spasme sesaat dari pembuluh darah setempat yang
biasanya dikaitkan dengan terbentuknya ateroma yang mendasarinya, dapat pula
menyebabkan iskemia miokardium yang bermakna serta kemudian menimbulkan nyeri
(angiospastik atau angina varian). Penyebab utama angina pectoris adalah suatu
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dengan jumlah oksigen yang dipasok
ke jantung melalui pembuluh darah koroner. Pada angina klasik, ketidakseimbangan terjadi
ketika kebutuhan oksigen miokardium meningkat, seperti dalam latihan, sedang aliran darah
koroner tidak ikut meningkat secara proporsional. Iskemia yang terjadi biasanya
menyebabkan rasa nyeri. Oleh karena itu angina klasik merupakan “angina pada saat

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 7


melakukan suatu usaha/aktivitas” (angina of effort). Pada angina varian pengiriman oksigen
menurun sebagai akibat dari vasospasme koroner yang reversible(4).

Faktor Predisposisi
Faktor yang dapat diubah atau dimodifikasi yaitu:
 Diet (hiperlipidemia)
 Rokok
 Hipertensi
 Stress
 Obesitas
 Kurang aktifitas
 Diabetes Mellitus
 Pemakaian kontrasepsi oral

Faktor yang tidak dapat diubah, yaitu:


 Usia
 Jenis Kelamin
 Ras
 Herediter

Faktor Pencetus Serangan Angina


Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :
 Stress atau berbagai emosi amarah akibat situasi yang menegangkan, mengakibatkan
frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan
darah, dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
 Kerja fisik terlalu berat dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung
 Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung. (pada
jantung yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri
angina semakin buruk).
 Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen. (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779).

Untuk lebih dapat memahami angina pektoris ada baiknya kembali kita mengulas mengenai
aterosklerosis

Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyakit pada dinding arteri yang besar maupun yang kecil, akibat
adanya disfungsi endotel, inflamasi vascular, menumpuknya lipid, dan kolesterol pada
dinding intima pembuluh darah. Menumpuknya lipid dan kolesterol dapat membuat formasi
plak, remodeling vascular, aliran darah abnormal, kurangnya penyaluran oksigen ke target
organ.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 8


Patogenesis Aterosklerosis
1. Tahap 1 : Endotel menarik lebih banyak sel polimorfonuklear dan monosit ke
dalam ruang subendotel (intima dinding pembuluh darah).
2. Tahap 2 : Makrofag bekerja sebagai sel scavenger dan mulai mengambil LDL
oksidasi dalam jumlah banyak. Selama proses berlanjut, makrofag akhirnya berubah
menjadi sel busa (Foam Cells).
3. Tahap 3 : Hasil dari akumulasi oleh banyaknya serum lipoprotein pada dinding
intima pembuluh darah disebut Fatty Streak.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 9


4. Tahap 4 : Sel otot polos bertanggung jawab pada endapan matriks ekstraseluler
jaringan ikat, lipid ekstraseluler dan sisa jaringan nekrotik. Sehingga limfosit dan
kolagen menyisip ke otot pembuluh darah untuk menghalangi terjadinya negative
remodeling dari sel otot polos dan membentuk Fibrous Cap.
5. Tahap 5 : Lipid mengendap masuk ke dalam ruang ekstraseluler dan mulai
bergabung membentuk inti lipid(Lipid core).
6. Tahap 6 : Fibroblas dan sel – sel otot polos bermigrasi dan membentuk
fibroatheroma dengan lipid core pada bagian dalam dan fibrous cap pada bagian
luarnya.
7. Tahap 7 : Rupturnya fibrous cap yang diakibatkan oleh thrombosis merupakan
penyebab ACS (acute coronary syndrome). ACS bisa terjadi karena banyaknya
kandungan lipid pada lipid core, tipisnya fibrous cap dan meningkatnya aktivitas
leukosit pada bagian tepi plak.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 10


KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 11
Faktor Risiko Aterosklerosis
Faktor risiko terbagi dua, ada yang tradisional dan juga non tradisional.
1. Faktor Risiko Tradisional
Dapat dimodifikasi
a. Dengan gaya hidup:
 Merokok
 Obesitas
 Tidak aktif secara fisik

b. Dengan obat dan gaya hidup:


 Gangguan lipid
 Hipertensi
 Resistensi insulin
 Diabetes mellitus
 Hiperhomosisteinemia

Tidak dapat dimodifikasi


a. Umur
b. Laki-laki
c. Genetik
2. Faktor Risiko Non Tradisional
 Faktor Risiko Peradangan, Infeksi kemungkinan dapat menyebabkan atau ikut berperan
pada terbentuknya aterosklerosis.
 Homosistein, Homosistein menyebabkan disfungsi endothelium.
 Defisiensi Estrogen, Tampaknya penyebab meningkatnya PJK pada wanita paska
menopause.

Tempat Predisposisi Aterosklerosis


 Arteria koronaria pada bagian proksimal, menyebabkan infark miokard dan angina
pectoris.
 Arteri renalis pada bagian proksimal, menyebabkan stenosis dan
menyebabkan tromboemboli.
 Arteri karotis, menyebabkan stroke dan transient serebral.
 Sirkulasi perifer, menyebabkan klaudikasio intermiten dan gangrene.
 Arteri mammaria jarang dihinggapi aterosklerosis.

Manifestasi Klinis Aterosklerosis


1. Angina pektoralis stabil
2. Sindroma koroner akut
 Angina tidak stabil dan infark miokard dengan elevasi segmen non ST = STEMI
 Infark miokard elevasi segmen ST = STEMI
 Q wave infarction yang baru terjadi
3. Gagal jantung
4. Meninggal mendadak
5. Prinzmetal vasospastic variant angina

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 12


Patofisiologi Angina Pektoris
Angina pektoris biasanya terjadi ketika kebutuhan oksigen melebihi suplai oksigen di
miokardium. Kondisi patologis yang mendasari ketidakseimbangan ini adalah adanya
aterosklerosis pada satu atau lebih arteri koroner epicardial (pembuluh konduktansi). Pada
pasien dengan angina stabil kronis, stenosis arteri koroner yang paling banyak adalah
melebihi 70%. Penurunan linear dalam aliran darah koroner terjadi jika plak menempati lebih
dari 80% lumen arteri. Pada titik ini, penurunan aliran darah tidak sesuai dengan ukuran plak.
Aliran darah yang terganggu dengan lesi aterosklerotik mungkin dipengaruhi oleh disfungsi
vasomotor menyebabkan vasokonstriksi abnormal dan mengakibatkan berkurangnya suplai
darah. Secara fungsional, aliran darah koroner tidak ada ketika lesi menyumbat lebih dari
95% dari lumen pembuluh darah.

Pembuluh darah kolateral bisa memberikan perlindungan


melawan iskemia miokard. Pembuluh ini biasanya sangat kecil dan tidak memiliki fungsi
dalam jantung normal. Jika aliran darah tersumbat, pembuluh kolateral
dapat mengembalikan beberapa aliran darah miokard. Ketika kebutuhan
oksigenmiokard meningkat secara berlebihan, aliran darah kolateral biasanya tidak
mencukupi, dan angina atau sindrom iskemia miokard lainnya pun berkembang.

Dengan pemahaman menyeluruh dari faktor-faktor penentu suplai dan kebutuhan


oksigen miokard, maka dapat untuk lebih memahami penggunaan obat-
obatan pada sindrom anginal stabil dan tidak stabil.

Kebutuhan dan Suplai Oksigen Miokard


Kebutuhan oksigen jantung ditentukan oleh beban kerjanya. Faktor penentu utama pemakaian
oksigen di miokardium adalah denyut jantung, kontraktilitas, dan tekanan dinding
intramyocardial selama sistol. Tekanan dinding intramyocardial , yang merupakan kekuatan
dari jantung diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan selama kontraksi, yang
dipengaruhi terutama oleh perubahan tekanan dan volume ruang ventrikel. Pembesaran
ventrikel dan peningkatan tekanan dalam ventrikel sistolik meningkatkan kekuatan dinding
dan kebutuhan oksigen miokard. Peningkatan kontraktilitas dan denyut jantung juga
menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat. Kontrol farmakologis dari angina sebagian
diarahkan terhadap penurunan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan denyut
jantung, kontraktilitas miokard, atau tekanan dan volume ventrikel.
Dari banyak faktor yang mempengaruhi suplai oksigen ke jantung, aliran darah
koroner dan pengeluaran oksigen adalah yang paling penting. Pengeluaran oksigen oleh sel-
sel jantung cukup tinggi (~ 70% -75%) bahkan pada saat istirahat. Karena
pengeluaran oksigen meningkat hanya sedikit ketika jantung bekerja sangat berat, kebutuhan
oksigen yang tinggi harus dipenuhi oleh peningkatan aliran darah koroner. Peningkatan
mendadak kebutuhan oksigen menyebabkan penurunan cepat dalam resistensi pembuluh

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 13


darah koroner dan peningkatan aliran darah koroner. Mekanisme dimana resistensi arteri
koroner menurun selama peningkatan kebutuhan tidak sepenuhnya jelas, tetapi mungkin
melibatkan berbagai mediator, seperti adenosin dan nitrat oksida (NO) dilepaskan dari miosit
dan endothelium. Kandungan oksigen dari darah arteri juga penting. Oleh karena itu,
hematokrit (Hct), hemoglobin (Hb), dan gas darah arteri (ABG) harus dipantau. Untuk
memenuhi kebutuhan oksigen miokard, kontrol farmakologis angina diarahkan dengan cara
meningkatkan suplai oksigen melalui vasodilatasi pembuluh darah koroner epicardial.

Iskemia

Iskemia pada miokardium terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen di miokardium. Ketidakseimbangan ini sering disebabkan oleh penurunan aliran
darah sebagai akibat dari peningkatan denyut arteri koroner atau pembentukan trombus.
Kondisi ini dikenal sebagai supply ischemia atau low-flow ischemia dan biasanya terjadi pada
saat sindrom koroner akut (ACS) seperti angina tidak stabil atau MI. Dalam kondisi berbeda,
iskemia bisa hasil dari peningkatan kebutuhan oksigen miokard ketika suplainya tetap.
Kondisi ini dikenal sebagai demand ischemia atau high-flow ischemia dan biasanya ada
dalam pengaturan angina stabil kronis dimana pasien memiliki persediaan tetap pada
miokardium dan menjalani exercise.
Meskipun hal itu berguna untuk memudahkan pemahaman tentang bagaimana
iskemia miokard berkembang, pada kenyataannya sebagian besar pasien baik angina stabil
kronis atau ACS berkembang iskemia dari peningkatan kebutuhan oksigen dan penurunan
suplai oksigen. Seperti yang telah dibahas, pada bagian arteri koroner di mana lesi
aterosklerotik telah berkembang, fungsi vasomotor dari dinding arteri sering mengalami
abnormalitas terhadap disfungsi endotel. Hal ini dapat menyebabkan vasokonstriksi
abnormal dengan memburuknya iskemia yang berlangsung pada pasien dengan angina stabil
kronis. Dalam pengaturan ACS, aliran darah koroner sering menurun secara akut.
Vasokonstriksi koroner bisa terjadi pada sindrom koroner akut ini juga.

Intracellular Sodium and Calcium Handling


Penelitian baru-baru ini menyoroti peran arus late sodium current (INa) dalam pengembangan
dan pemeliharaan iskemia miokard. Kebanyakan natrium memasuki miokardium pada fase 0
dari potensial aksi. Dibawah kondisi normal, sejumlah kecil natrium akan masuk ke dalam sel
selama 2 fase (plateau phase) dari potensial aksi. Ketika iskemia terjadi, natrium diubah
sehingga peningkatan yang substansial terjadi di (INa) terlambat. Peningkatan natrium
intraseluler memicu peningkatan masuknya kalsium melalui cara dari penukar natrium-
kalsium. Hasil dari perubahan dalam penanganan ion intraselular adalah kalsium intraseluler
yang overload. Peningkatan kalsium intraseluler mengganggu relaksasi miokard,
meningkatkan tekanan dinding intramyocardial, menurunkan perfusi pada miokardium
karena untuk meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Akhirnya perubahan patologis ini

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 14


mengubah penggunaan natrium dan kalsium yang berfungsi secara terus-menerus dan
memperburuk iskemia. Proses patologis ini telah menyebabkan perkembangan baru
obat anti-anginal (misalnya, ranolazine) dengan mekanisme aksi berbeda dibandingkan
dengan obat anti-anginal sebelumnya (yaitu, nitrat, β-blocker, dan calcium channel
blockers) .

Aterosklerotik Pembuluh Darah

Meskipun memahami faktor-faktor penentu suplai dan kebutuhan oksigen


miokardium penting dalam mengobati penyakit jantung koroner, sama pentingnya adalah
memahami bagaimana plak aterosklerotik berkembang. Melalui pemahaman ini, pilihan
farmakoterapi yang rasional dapat ditentukan, dan proses aterosklerosis dapat dihentikan atau
dicegah.

Aterosklerosis ini pernah dianggap sebagai penyakit sederhana yang melibatkan


akumulasi lemak berlebihan dalam dinding arteri. Saat ini, aterosklerosis diketahui sebagai
proses yang kompleks. Kemajuan terbaru dalam biologi vaskular menunjukkan bahwa
inflamasi memainkan peran mendasar dalam semua tahap proses aterosklerotik. Pemeriksaan
lesi aterosklerotik menunjukkan bahwa setiap plak mengandung unsur inflamasi dan
respon fibroproliferative. Meskipun tahap awal aterosklerosis tetap spekulatif, umumnya
berpikir bahwa langkah pertama adalah akumulasi lipid (terutama low-density lipoprotein
kolesterol [LDL-C]) pada dinding pembuluh darah dan oksidasi selanjutnya lipoprotein
LDL.Ini diikuti dengan pengerahan leukosit dan akumulasi pada dinding pembuluh. Setelah
dalam dinding arteri, leukosit dapat mengambil kolesterol teroksidasi dan menjadi makrofag
lemak (sel busa). Ketika progres lesi, sel otot polos bermigrasi, berkembang biak, dan
mengeluarkan sejumlah besar matriks ekstraseluler (kolagen), dipromosikan dengan
melepaskan beberapa sitokin proinflamasi yang diproduksi oleh leukosit. Hasil akhirnya
adalah tingginya pembentukan plak, yang menyumbat lumen pembuluh. Proses inflamasi
tidak hanya terlibat dalam inisiasi dan perkembangan aterosklerosis, tetapi juga secara
langsung terlibat dalam komplikasi trombotik akut aterosklerosis, seperti MI atau angina
tidak stabil. Sitokin diproduksi oleh makrofag diaktifkan menginduksi produksi enzim
proteolitik, yang memecah matriks ekstraseluler dan membuat plak lebih rentan terhadap
rupture.
Faktor risiko, seperti merokok, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, dan obesitas,
terkait dengan proses aterosklerosis melalui kemampuan mereka untuk menghasilkan stres
oksidatif di dalam pembuluh darah tersebut. Stres oksidatif meningkat menyebabkan
penurunan progresif tingkat NO dan disfungsi endotel, memberikan substrat untuk
aterosklerosis berkembang. Selain itu, pola diet biasanya terlihat di negara-negara barat telah
dikaitkan dengan stres oksidatif yang meningkat dalam pembuluh darah tersebut. Hal ini
mungkin dapat menjelaskan hubungan antara pola diet dan perkembangan atherosclerosis.
Penelitian terbaru memberikan pemahaman yang lebih mendalam hubungan antara obesitas

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 15


dan perkembangan CAD. Jaringan adiposa, lebih daripada hanya sebagai pembawa
penyimpanan pasif, adalah organ yang aktif secara metabolik yang mengeluarkan sejumlah
sitokin aktif yang meningkatkan inflamasi dan stres oksidatif dalam vasculature. Tingkat
adiponektin juga menurun pada obesitas, yang selanjutnya berfungsi untuk mempromosikan
perkembangan aterosklerosis . Peran gaya hidup sehat dan pola diet keduanya lebih penting
dari pada mencegah perkembangan atau perkembangan CAD.
Meskipun faktor risiko telah lama diakui sebagai penyebab untuk perkembangan
CAD, upaya penelitian terus berusaha untuk mengidentifikasi faktor risiko baru untuk
memperbaiki penilaian risiko untuk perkembangan CAD. Faktor risiko baru ini meliputi
protein C-reaktif, homosistein, fibrinogen, dan lipoprotein (a), dan lainnya. Dalam penelitian
internasional case-control yang besar, sembilan faktor risiko klinis yang sangat terkait
dengan perkembangan MI yang pertama dan menyumbang> 90% dari risiko untuk
mengembangkan CAD (merokok, psychosocial, diabetes, hipertensi,dll). Yang penting
hasilnya konsisten di seluruh jenis kelamin, wilayah geografis, dan kelompok etnis,
menunjukkan strategi untuk mengurangi timbulnya CAD dapat diterapkan secara universal.

Agregasi Platelet dan Pembentukan Trombus


Meskipun plak pecah (ruptur)
dan pembentukan lapisan trombus biasanya dipertimbangkan dalam
patofisiologi ACS, aktivasi platelet dan pembentukan trombus juga merupakan bagian
integral dari prosesaterosklerotik kronis. Kemajuan dalam biologi vascular telah
menunjukkan bahwa trombosit bisa menjadi sumber mediator inflamasi. Untuk
merespon kerusakan dinding pembuluh arteri (misalnya, lesiaterosklerosis),
agregat platelet dan melepaskan isi granular. Aktivitas ini
meningkatkan agregasi platelet,vasokonstriksi (obstruksi dinamis), dan dalam banyak kasus,
pembentukan trombus. Meskipunaterosklerosis koroner adalah mekanisme yang untuk
sebagian besar pasien dengan sindrom anginal, faktor trombotik sering memainkan peran
kunci dalam patogenesis iskemia miokard. Aliran darahturbulensi dan stasis dapat
menyebabkan agregasi trombosit intermiten atau trombosis arteri koronerintermiten. Dengan
demikian, agen platelet aktif digunakan dalam pengobatan angina stabil kronis danangina
tidak stabil, pencegahan primer MI (Miokard Infark), pencegahan sekunder
dari iskemia miokarddan MI akut, dan pada pasien setelah angioplasti koroner atau bypass
grafting arteri koroner (CABG).

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 16


Patofisiologi Angina Pectoris

Manifestasi Klinis

 Nyeri seperti diperas, diikat atau tertekan (biasanya tidak menusuk), terjepit, terasa
panas di daerah perikardium, sternal, atau substernum dada, kemungkinan menyebar ke
lengan, permukaan dalam tangan kiri, permukaan ulnar jari manis dan jari kelingking,
rahang bawah, atau thoraks yang menghilang selama 2-10 menit.
 Rasa sesak, tercekik dan kualitas yang terus-menerus.
 Rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan dan tangan yang menyertai
nyeri
 Pada angina stabil dan tidak stabil, nyeri biasanya berkurang dengan istirahat. Angina
Prinzmental tidak mereda dengan istirahat tetapi biasanya menghilang selama 5 menit.
 Tercetus oleh

1. Latihan fisik, dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung
2. Pajanan terhadap dingin, dapat mengakibatkan basokonstriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai dengan peningkatan kebutuhan oksigen
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenterik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaaan darah untuk suplai jantung (pada
jantung yang sudah sangan parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri
angina semakin buruk)

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 17


4. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah,
dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

 Tanda utama adalah depresi segmen ST pada elektrokardiogram (EKG) selama


serangan.
 Pemeriksaan klinik sistem kardiovaskular dan elektrokardiogram di antara waktu
serangan biasanya normal.

Diagnosis
Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan atau
anmanesis peribadi.
a) Identitas
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atu tanggal lahir, jenis kelamin, namaorang
tua, pendidikan, pekerjaan suku bangsa dan agama.
b) Keluhan Utama ( Presenting Symptom)
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi kedokter
ataupun mencari pertolongan. Dalam keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama
pasien mengalami hal tersebut.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai
keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama pasien datang berobat. Riwayat

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 18


perjalana penyakit disusun yang baik dan sesuai dengan apa yan diceritakan oleh pasien. Dalam
melakukan anamnesis, (1) waktu dan lama keluhan berlangsung (2) sifat dan berat beratnya serangan (3)
Lokalisasi dan penyebarannya, menjalar atau berpindah-pindah (4) Hubungannya dengan waktu
misalnya pagi lebih sakit atau siang atau sore, (5) hubungan dengan aktivitas, (6) Keluhan-
keluhan yang menyertai serangan (7) Apakah keluhan baru pertama kali atau berulang kali
(8) faktor risiko dan pencetus serangan.
d) Riwayat penyakit dahulu
Bertujuan untuk mengtahui kemungkina-kemungkinan adanya hubungan yang pernah
diderita dengan penyakit sekarang. Tanyakan pula apakah pasien pernah mengalami
kecelakaan, menderita penyakit yang berat dan menjalani operasi tertentu, riwayat alergi obat
dan makanan, lama perawatan, apakah sembuh sempurna atau tidak.
e) Riwayat peribadi
Riwayat peribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Perlu ditanya
pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam kehidupan hariannya seperti masalah
keuangan, perkerjaan dan sebagainya. Kebiasaan yang ditanya adalah kebiasaan merokok,
minum alkohol termasuk penyalahgunaan obat yang terlarang (narkoba). Pasien yang sering
melakukan perjalanana juga harus ditanyakan tujuan perjalanan yang telah dilakukan
untuk mencari kemungkinan tertular penyakit infeksi tertentu di tempat perjalananya. Bila
ada indikasi riwayat perkawinan dan kebiasaan seksual juga harus ditanyakan.

Diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan sakit dada yang
mempunyai ciri khas sebagai berikut : - letaknya, seringkali pasien merasakan adanya
sakit dada di daerah sternum atau dibawah sternum, atau dada sebelah kiri dan kadang-
kadang menjalar ke lengan kiri kadang-kadang dapat menjalar ke punggung,
rahang, leher,atau ke lengan kanan. - K u a l i t a s s a k i t d a d a p a d a a n g i n a
biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas. Sakit dada tersebut
s e g e r a h i l a n g b i l a p a s i e n m e n g h e n t i k a n aktivitasnya. Serangan angina dapat
timbul pada waktu tidur malam. Lamanya serangan sakit dada biasanya
berlangsung 1 – 5 menit, walaupun perasaan tidak enak di dada masih dapat
terasa setelah sakit dada hilang. Bila sakit dada berlangsung lebih dari 20 menit ,
mungkin pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan disebabkan angina
pectoris biasa. Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai
tinggi rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina pectoris stabil atau
kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Ada 5 hal yang perlu digali
dari anamnese mengenai angina pectoris yaitu
: Lokasinya, kualitasnya, lamanya, factor pencetus, factor yang bisa meredakan nyeri
dada tersebut.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 19


Setelah semua deskriptif nyeri dada tersebut didapat,
p e m e r i k s a m e m b u a t kesimpulan dari gabungan berbagai komponen tersebut.
Kesimpulan yang didapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu angina yang
tipikal, angina yang atipikal atau nyeri dada bukan karena jantung. Angina
termasuk
tipikal bila : rasa tidak enak atau nyeri dirasakan dibelakang sternum dengan kualitas dan
lamanya yang khas, dipicu oleh aktivitas atau stress emosional, mereda bila
istirahat atau diberi nitrogliserin. Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2
dari 3 kriteria diatas. Nyeri d a d a d i k a t a k a n b u k a n b e r a s a l d a r i j a n t u n g
b i l a t i d a k m e m e n u h i a t a u h a n y a memenuhi 1 dari tiga kriteria tersebut.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapip e m e r i k s a a n f i s i k
yang dilakukan saat serangan angina dapat m e m b e r i k a n informasi
tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-mur regurgitasi mitral, s p l i t S 2 a t a u
r o n k h i b a s a h b a s a l y a n g k e m u d i a n m e n g h i l a n g b i l a n y e r i n y a mereda dapat
menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal lain yang bisa didapat
dari p e m e r i k s a a n f i s i k a d a l a h t a n d a -
t a n d a a d a n y a f a k t o r r e s i k o , m i s a l n y a t e k a n a n darah tinggi.

Pemeriksaan Penunjang
 Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina sering masih normal.
Gambaran EKG dapat menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa
lampau. Kadang-kadang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan
angina, dapat pula menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas.
Pada saat serangan angina, EKG akan menunjukkan depresi segmen ST dan gelombang T
dapat menjadi negatif.
 Foto rontgen dada
Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal. Pada pasien hipertensi
dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun
demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut sering dilakukan pemeriksaan
enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya pada infark jantung
akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti
kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk
mencari faktor risiko seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 20


Pemeriksaan jantung secara spesifik bisa non-invasif atau invasif dan mungkin
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis iskemia pada pasien yang diduga mengalami
angina stabil, untuk mengidentifikasi kondisi terkait faktor pencetus, untuk stratifikasi risiko,
dan untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan. Beberapa pemeriksaan tersebut seharusnya
dilakukan secara rutin pada semua pasien. Dalam prakteknya, pemeriksaan diagnostik dan
prognostik dilakukan bersama-sama, bukan terpisah, dan banyak dari investigasi yang
digunakan untuk diagnosis juga menawarkan informasi prognostik(7).
Berikut ini adalah klasifikasi Angina Pectoris menurut Canadian Cardiovascular Society
Classification System:
Kelas I : Pada aktivitas fisik biasa tidak mencetuskan angina. Angina akan muncul ketika
melakukan peningkatan aktivitas fisik (berjalan cepat, olahraga dalam waktu yang lama).
Kelas II : Adanya pembatasan aktivitas sedikit / aktivitas sehari-hari (naik tangga dengan
cepat, jalan naik, jalan setelah makan, stres, dingin).
Kelas III : Benar-benar ada pembatasan aktivitas fisik karena sudah timbul gejala angina
ketika pasien baru berjalan 1 blok atau naik tangga baru 1 tingkat.
Kelas IV : Tidak bisa melakukan aktivitas sehari-sehari, tidak nyaman, untuk melakukan
aktivitas sedikit saja bisa kambuh, bahkan waktu istirahat juga bisa terjadi angina(3).

Tes diagnosis yang dapat dilakukan diantaranya yaitu:


1. Gambaran elektrokardiogram saat istirahat (EKG) diikuti dengan latihan tes toleransi
biasanya tes pertama dilakukan untuk pasien yang stabil.
2. Foto x-ray dada seharusnya dilakukan jika pasien memiliki gejala gagal jantung.
3. Menggunakan radioisotop untuk mendeteksi iskemik miokardium dan mengukur fungsi
ventrikel.thalium 201: tampak area iskemik sebagai area pengambilan thalium yang menurun
4. Echocardiography juga dapat digunakan untuk menilai gerak dinding ventrikel saat istirahat
atau selama ada tekanan / stres.
5. Kateterisasi jantung dan arteriografi koroner digunakan untuk menentukan anatomi
arteri, merupakan satu-satunya teknik yang memungkinkan untuk melihat penyempitan pada
koroner. Suatu kateter dimasukkan lewat arteri femoralis ataupun brakialis dan diteruskan ke
aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri. Media kontras radio grafik kemudian
disuntikkan dan cineroentgenogram akan memperlihatkan kontur arteri serta daerah
penyempitan. Kateter ini kemudian didorong lewat katup aorta untuk masuk ke ventrikel kiri
dan disuntikkan lebih banyak media kontras untuk menentukan bentuk, ukuran, dan fungsi
ventrikel kiri. Bila ada stenosis aorta, maka derajat keparahannya akan dapat dinilai,
demikian juga kita dapat mengetahui penyakit arteri koroner lain. Arteri koroner bypass
grafting (CABG), atau prosedur revaskularisasi lainnya(3) juga dapat digunakan untuk fungsi
diagnostik.
6. Multigated imaging (MUGA) : mengevaluasi penampilan ventrikel
7. Injeksi ergonovine (Ergotrate) : pasien yang mengalami angina saat istirahat menunjukkan
hiperspastik pembuluh coroner.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 21


Diagnosis Banding
Diagnosis banding angina pectoris atau nyeri dada ada yang bersifat cardiac dan non cardiac,
diantaranya:

 Non cardiac : Muskuloskeletal pain, kostokondritis, oesofagitis, gastritis, pleuritis,


emboli paru.
 Cardiac : Infark Miokard
 Cardiac Non Aterosklerosis : Perikarditis, hipertrofi ventrikel kiri, stenosis
aorta, anemia berat/ hipoksia, emboli/ spasme.

Komplikasi

Komplikasi utama dari angina (stable) adalah unstable angina, infark miokard, aritmia,
dan sudden death.

Penatalaksanaan

C. Obat antiangina
Obat antiangina adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
gejala angina pectoris, suatu keadaan dengan rasa nyeri hebat di dada, yang disebabkan
ketidakseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen pada miokardial.
Pemberian antiangina bertujuan untuk :
1. Mengatasi atau mencegah serangan akut angina pectoris.
2. Pencegahan jangka panjang angina.
Ada dua tipe angina, yaitu:
1. Angina klasik, biasanya terjadi pada waktu olah raga atau emosi, sangat serupa dengan
keadaan yang ditimbulkan oleh iskemia miokardial sementara.
2. Angina varian, biasanya terjadi pada waktu istrahat, disebabkan oleh pengurangan episodic
pemasokan oksigen miokardial karena spasma arteri koroner.
3. Angina tidak stabil, yaitu ditandainya dengan meningkatnya frekuensi dan lamanya
serangan angina.
Selain pengobatan dengan obat antiangina, untuk mengurangi factor resiko penyakit
jantung koroner pada penderita dianjurkan untuk:

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 22


1. Tidak merokok, dengan demikian menghindari efek samping dari nikotin dan karbon
monoksida, selain menghilangkan salah satu factor yang dapat mempercepat timbulnya
ateroskloresis.
2. Mengurangi berat badan, pada kasus penderita yang kegemukan.
3. Melakukan olah raga fisik secara teratur.
4. Menghindari aktivitas fisik atau kejadian tegang yang dapat mempercepat serangan angina,
misalnya:olah raga berat sesudah makan, mengangkat terlalu berat, dan ledakan emosi.
Cara kerja Antiangina:
1. Menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan kerjanya. (penyekat
reseptor beta)
2. Melebarkan pembuluh darah koroner → memperlancar aliran darah (vasodilator)
3. Kombinasi keduanya
Untuk mencegah atau meringankan serangan akut angina digunakan turunan nitrat
(sublingual), sedang untuk pencegahan jangka panjang digunakan turunan nitrat (oral dan
setempat), β-bloker dan antagonis kalsium. Obat di atas dapat mengurangi kebutuhan oksigen
jantung dan meningkatkan pemasokan oksigen miokardial.

Terapi Farmakologi
Tujuan terapi jangka pendek untuk penyakit jantung iskemik adalah untuk mengurangi
atau mencegah gejala angina yang membatasi exersice dan mengganggu kualitas hidup.
Tujuan jangka panjang terapi adalah mencegah kejadian CHD (Coronary Heart Diseases)
seperti infark miokard, aritmia, dan gagal jantung dan untuk memperpanjang kualitas hidup
pasien(3).
Langkah pertama dalam pengobatan angina stabil kronis atau CAD (Coronary Artery
Disease), maka harus ada modifikasi setiap faktor risiko dan adanya penerapan hidup
sehat (1,2) serta digunakan terapi dengan 3 golongan utama yaitu nitrat, β-blocker, calsium
channel blocker, dan ranolazine(3)

1. Turunan Nitrat dan Nitrit


Turunan nitrat dan nitrit digunakan terutama untuk mencegah dan meringakan serangan
angina, baik tipe klasik maupun varian. Nitrat efektif digunakan untuk semua kelas angina
karena dapat mengurangi aliran balik vena ke jantung sehingga mengurangi beban kerja
jantung. Nitrat dapat memvasodilatasi koroner. Nitrat pada umumnya dapat ditoleransi
dengan baik. Untuk mencegah efek yang merugikan akibat penggunaan jangka panjang,
maka harus ada interval bebas nitrat 10 sampai 12 jam. Oleh karena itu, nitrat harus
dikombinasikan dengan β-blocker atau CCB (misalnya verapamil, diltiazem) (5).
Sebagian vasodilator umum turunan ini dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokardial dan
menunjukan efek pada peredaran sistemik. Turunan ini juga digunaka pada payah jantung

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 23


kongestif dan untuk pengobatan syok. Efek samping antara lain lesu, sakit kepala dan
hipotensi.

Mekaisme kerja turunan nitrat dan nitrit


Tuunan nitrat dan nitrit bekerja terutama pada buluh vena kapasitansi. Mula-mula
turunan ini membentuk radikal bebas nitrit oksida (NO) reaktif, kemudian berinteraksi dan
mereduksi gugus SH enzim guanilat siklase sehingga enzim menjadi aktif.
Mekanisme reaksinya dijelaskan sebagai berikut:
SH NO2 S
+ R-ONO2 + + ROH
SH S
NO

Guanilat siklase
GTP CGMP
C GMP kinase (aktivasi)

Miosin-P Miosin Relaksasi otot


(Vasodilatasi)

Pengaktifan enzim ini merangsang siklik guanosin-3’,5’-monofosfat-dependend


protein kinase, terjadi defosforilasi rantai myosin, suatu protein yang terlibat pada proses
kontraksi, sehingga ukuran buluh vascular meningkat (terjadi vasodilatasi).
Contoh: amil nitrit, eritritil tetranitrat, gliseril trinitrat, isosorbid 5-mononitrat, isosorbit
dinitrat dan pantaeritritol tetranitrat.
a. Gliseril trinitrat (nitrogliserin, Deponit 5 atau 10, nitribid, nitradisc, Nitrodem TTS, Nitro
Mack), merupakan obat pilihan untuk mencegah atau meringankan serangan angina akut dan
pencegahan jangka panjang angina klasik. Gliseril trinitrat diabsobsi dengan cepat pada
mukosa bukal, kulit dan lambung. Setelah pemberian sublingual, kadar plasma tertinggi obat
dicapai dalam 1-2 menit, dengan waktu paro 7 menit. Dalam sediaan setempat, dengan diikat
dengan polimer tertentu, dapat diatur pelepasan obat dengan kadar pengobatan selama 24
jam.
b. Pentaeritritol tetranitrat (Peritrate), digunakan untuk mencegah atau meringankan
serangan angina pectoris. Senyawa ini mempuyai masa kerja pendek sehingga biasanya
dibuat dalam bentuk sediaan obat dalam bentuk lepas lambat untuk memperpanjang masa
kerja obat. Absorbs pentaeritritol dalam saluran cerna tedak sempurna, ± 85% obat terikat
oleh protein plasma, dengan waktu paro plasma ± 7 jam.
KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 24
c. Isorbit dinitrat (Cedocard, Isoket IV, Iso Mack, Isordil, Vascardin), digunakan untuk
mencegah atau meringankan serangan angina akut dan pencegahan jangka panjang angina
klasik. Isosrbid dinitrat diabsrbsi dengan cepat dari mukosa oral dan lambung, ketersediaan
hayatinya ± 60% setelah pemberian sublingual dan ± 20% setelah pemberian oral, ± 30%
terikat oleh protein plasma. Setelah pemberian sublingual, awal kerja obat terjadi ± 2 menit
dan kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 6-15 menit, dengan waktu paro plasma 0,5-1,5
jam. Isosorbit 5-mononitrat (Ismo 20, Elantan), juga sering digunakan untuk mencegah dan
meringankan angina. Isosorbid 5-mononitrat diabsorbsi dengan cepat pada pmberian oral atau
sublingual, ketersediaan hayatinya hamper 100% , ± 5% terikat oleh protein plasma. Setelah
pemberian oral, kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam ± 1 jam, dengan waktu paro
plasma 3-7 jam. Dosis : 20-120 mg/hari.

Organik Nitrat yang Umumnya Digunakan


Onset
Drug Dosage Form Duration (min) Usual Dosage
Short-acting
Nitroglycerin 10–30
(NTG) Sublingual (SL) min 1–3 0.4–0.6 mga,b
10–30
NTG Translingual spray min 2–4 0.4 mg/metered spraya,b
Initially 5 mcg/min. Increase
NTG Intravenous (IV) 3–5 minc 1–2 every (Q) 3–5 min
until pain is relieved or
hypotension occurs
Long-acting
Sustained release
NTG (SR) capsule 4–8 hr 306.5–9 mg Q 8 hr
NTG Topical ointment 4–8 hr
e 301–2 inches Q 4–6 hrf
0.1–0.2 mg/hr to start; titrate
NTG Transdermal patch 4–>8 hr 30–60 up to 0.8 mg/hrf
NTG Transmucosal 3–6 hr 2–5 1–3 mg Q 3–5 hrf
ISDNg SL 2–4 hr 2–5 2.5–10 mg Q 2–4 hrf
Chewable 2–4 hr 2–5 5–10 mg Q 2–4 hrf
Oral 2–6 hr 15–40 10–60 mg every 4–6 hrf
SR 4–8 hr 15–40 40–80 mg Q 6–8 hrf

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 25


Tab (ISMO, 10–20 mg twice daily (BID)
ISMN h Monoket) 7–8 hr 30–60 (morning and midday)
to start; titrate to 20–40
mg BIDf
60 mg every day (QD) to
start; titrate to 30–120 mg
SR tablet (Imdur) 8–12 hr 30–60 QD

Nitrat menghasilkan vasodilatasi dengan 2 mekanisme, yaitu : menstimulasi produksi


monofosfat siklik guanosin (cGMP) dan penghambatan sintetase tromboksan. Nitrat organik
diubah menjadi NO. Oksida nitrat identik dengan EDRF, senuah vasodilator endogen. Nitrat
oksida bereaksi dengan kelompok sulfhidril pada otot polos vaskular untuk menghasilkan S-
nitrosothiol. Yang kemudian mengaktifkan adenilat guanilat dan meningkatkan konsentrasi
cGMP intraselular. Yang mana cGMP mengatur jumlah kalsium otot polos vaskuler yang
dapat menyebabkan kontraksi otot dengan mengikat kalmodulin dan fosforilasi rantai
miosin(5).

2. Senyawa Pemblok β-Andregenik


Obat pemblok β-andregenik (β-Bloker) dapat meningkatkan secara terpulihkan β-reseptor
yang terdapat pada jantung, arteri dan arteriola otot rangka, bronki, hati, ginjal, dan lain-lain
jaringan.
Yang berhubungan dengan aktivitas terhadap jantung adalah reseptor β1. Pemblokkan
reseptor β1 dapat menurunkan kecepatan jantung, kontraksi miokardial, keluaran jantung dan
tekanan darah, sehingga kebutuhan oksigen miokardial berkurang dan nyeri iskemik dapat
dihilangkan.
β-Bloker efektif untuk meringankan angina klasik, sedang terhadap angina varian efeknya
tidak teratur. Pada pengobatan jangk panjang, β-bloker dapat menurunkan kematian akibat
serangan jantungb akut.
Efek samping yang timbulkan oleh β-bloker antara lain mual, diare, kelesuan, dan kelelahan.
Efek samping pada ardiovaskuler antara lain adalah payah jantung kongestif, bradirkardia,
hipotensi, pemblokan jantung dan parestesia.
Berdasarkan keselektifan terhadap jantung β-bloker dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Selektif memblok reseptor β1, contoh: asebutolol, atenolol, dan metoprolol tartrat.
b. Bekerja memblok reseptor β1 dan β2, contoh: alprenolol, karteolol, propanolol,
nadolol, oksprenolol, pindolol.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 26


Terapi profilaksis untuk pasien dengan episode angina perhari lebih dari sekali dapat
digunakan agen β-blocker(3). Bahkan β-blocker dapat mengurangi keparahan dan frekuensi
serangan angina axertional serta dapat meningkatkan keberlangsungan hidup pasien pada
pasien yang telah infark miokard. Sebaliknya, agen ini tidak dapat digunakan untuk angina
vasospastic (angina varian) (2). Rokok mampu mengurangi efektivitas dari antiangina. Hal ini
mungkin akibat dari peningkatan metabolesme hepatik obat atau adanya keterkaitan efek
merokok dengan MVO2 dan oksigenasi(3).
Kebanyakan β-blocker memiliki efektivitas yang sama dalam pengobatan angina
exertional. Timolol, metoprolol, atenolol, dan propranolol telah terbukti memberikan efek
kardioprotektif(5). β-blocker dengan waktu paruh yang lama (misalnya, nadolol) lebih
cenderung mempengaruhi produk ganda untuk jangka waktu yang lebih lama dan dosis yang
lebih sedikit perhari(3). Efektivitas β-blocker dalam pengobatan angina exertional disebabkan
adanya penurunan oksigen miokard saat istirahat dan selama eksersi, meskipun ada juga
kecendrungan aliran darah meningkat ke arah daerah iskemik. Penurunan kebutuhan oksigen
dikarenakan efek kronotropik negatif (terutama saat berolahraga), efek inotropik negatif, dan
penurunan tekanan darah arteri (terutama tekana sistolik) selama latihan(2).
Pemilihan β-blocker pada angina berdasar pada pemilihan dosis yang tepat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan memilih antiangina yang dapat ditoleransi dengan
baik oleh pasien dan biaya(3).

2. Antagonis Kalsium Membran


CCB (Calcium Channel Blocker) memiliki keuntungan potensial dengan meningkatkan aliran
darah koroner melalui vasodilatasi arteri koroner serta penurunan MVO2 dan dapat
digunakan sebagai pengganti β-blocker untuk terapi profilaksis kronis, namun pada angina
stabil kronis, uji coba komparatif antara long-acting CCB dengan β-blocker menunjukkan
respon yang signifikan. Penggunaan CCB dapat digunakan pada banyak pasien yang
kontraindikasi pada penggunaan β-blocker(2).

CCB merupakan senyawa yang sangat beragam dalam struktur kimia serta memiliki
spesifisitas untuk jaringan jantung dan perifer. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka CCB
dapat diklasifikasikan dalam bebrapa jenis utama(5).

Antagonis kalsium membrane menghambat secara selektif pemasukan ion kalsium luar sel ke
dalam membrane sel miokardial, melalui saluran membrane. Golongan ini selektif untuk
pengobatan angina pectoris karena stress dan angina varian. Beberapa diantaranya juga
digunakan untuk pengobatan aritmia jantung tertentu dan hipertensi. Pada angina klasik,
golngan ini dapat mengurangi kebutuhan oksigen miokardial, meskipun demikian turunan
nitrat dan β-bloker tetap merupakan obat pilihan pertama. Pada angina varian, obat golongan

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 27


ini dapat meringankan gejala dengan memperbesar pasokan oksigen miokardial dan efeknya
lebih baik dibanding β-bloker.
Efek samping yang ditimbulkan antara lain takikardia atau brakikardia, sakit kepala, lesu,
lelah, mual, pusing, hipotensi, kram kaki, gangguan lambung dan reaksi dermatologis.
Mekanisme kerja antagonis kalsium membrane :
Antagonis kalsium membrane dapat menimbulkan efek oleh interaksinya dengan reseptor
khas. Kerja utamanya adalah menghambat pemasukan ion kalsium luar sel, melalui saluran
membrane kalsium, ke dalam sel. Karena ion kalsium mempunyai peran penting dalam
memelhara fungsi jantung dan jaringan otot polos vascular. Pengurangan kadar kalsium
dalam sel jantung dan sel otot polos vascular koroner akan menyebabkan vasodilatasi
jaringan tersebut. Akibatnya terjadi penurunan kecepatan denyut jantung, penurunan
kontraksi mikardial dan melam-batnya konduksi atrioventrikular.

Mekanisme kerja yang lain adalah menghalangi secara selektif penyebab vasokonstrksi,
dengan merangsang postsinaptik reseptor β2 dalam buluh vascular atau secara langsung
menunjukkan efeknya pada jaringan miokardial.
Calcium Channel Blockers in Anginal Syndromes
Usual Dose for Chronic Stable
Drug Name FDA Approved Angina Product Availability
Dihydropyridines
Angina,
Amlodipine hypertension 2.5–10 mg QD 2.5, 5, 10 mg tab
Felodipine Hypertension 5–20 mg QD 5, 10 mg ER tab
Isradapine Hypertension 2.5–10 mg BID 2.5, 5 mg IR cap
5–10 mg QD 5, 10 mg CR tab
Nicardipine Angina (IR only), 20–40 mg TID 20, 30 mg IR cap
Hypertension 30–60 mg BID 30, 45, 60 mg SR cap
Angina,
Nifedipine Hypertension 10–30 mg TID 10, 20 mg IR cap
30–180 mg QD 30, 60, 90 mg ER tab
Nisoldipine
(Sular) Hypertension 20–60 mg QD 10, 20, 30, 40 mg ER tab
Diphenylalkylamines
Angina,
Verapamil hypertension, 30–120 mgTID/QID 40, 80, 120 mg IR tab
SVT 120–240 mg BID 120, 180, 240 mg SR tab
120–480 mg Q HS 180, 240 mg DR, ER tab
120, 180, 240, 360 mg ER cap

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 28


100, 200, 300 mg DR, ER tab

Benzothiazepines
Angina,
Diltiazem hypertension, 30–120 mg TID/QID 30, 60, 90, 120 mg IR tab
SVT 60–180 mg BID 60, 90, 120, 180 mg SR cap
120–480 mg QD 120, 180, 240, 300, 360 mg cap
120, 180, 240 mg ER cap
120, 180, 240, 300, 360, 420 mg
ER cap

Diltiazem dan verapamil memberi efek kualitatif yang serupa pada jaringan miokard dan
perifer. Kedua obat ini memperlambat konduksi dan memperlama periode refraktori pada
nodus AV. Kedua agen ini dapat menekan kontraktilitas miokard dan harus digunakan
dengan disfungsi LV (gagal jantung). Agen ini merupakan vasodilator perifer sedang dan
vasodilator arteri koroner(5).

Nifedipin merupakan senyawa prototipe dari derivatif dihidropiridin. Meskipun


amlodipin, felodipin, isradipin dan nicardipin adalah generasi kedua dihidropiridin, hanya
nicardipin dan amlodipin saat ini disepakati untuk pengobatan kronis angina pektoris stabil.
Selain itu, amlodipin diindikasikan untuk angina vasospastic. Berbeda dengan diltiazem dan
verapamil, golongan dihidropiridin tidak memperlambat konduksi jantung dan karenanya
harus ada antiaritmia(5).

Berdasarkan struktur kimianya antagonis kalsium membran dibagi menjadi empat


kelompok, yaitu turunan alkilarilamin, turunan fenildihidropiridin, turunan piperazin dan
turunan verapamil.

a. Turunan Alkilarilamin
Contoh: diltiazem HCl dan bensiklan hydrogen fumarat.
1) Diltiazem HCl (Dilticor, Farmabes, Herbesser), digunakan sebagai anti-hipertensi, kadang-
kadang dikombinasi dengan obat diuretic. Diltiazem diabsorbsi dengan cepat di lambung.
Setelah pemberian secara oral, kadar plasma secara tertinggi obat dapat dicapai dalam ± 3-5
jam, dengan waktu paro eliminasi ± 5 jam. Dosis: 60 mg 3dd.

2) Bensiklan hydrogen fumarat (Fludilat), digunakan terutama untuk memperbaiki gejala-


gejala pada daerah otak, tungki kaki dan tangan, yang disebabkabkan oleh gangguan

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 29


peredaran arteri. Bensiklan diabsorbsi dengan sempurna dalam lambung. Pada pemberian
secara oral, efek obat akan berakhir setelah ± 6-8 jam. Dosis: 100-200 mg 3 dd.

b. Turunan Fenildihidropiridin
Contoh: felodipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, nilvadipin, lasidipin dan amlodipin
besilat.
Hubungan struktur dan aktivitas
Bagian struktur yang penting untuk aktivitas adalah :
1) Cincin dihidropiridin.
2) Atom N sekunder dalam cincin yang tidak bermuatan pada pH fisiologi.
3) Substituent yang meruah, missal gugus fenil, pada posisi 4 cincin hetero siklik.
Gugus nitro dan ester kurang penting untuk aktivitas.
Tabel 2: Struktur antiangina turunan fenilhidropiridin
Contoh :
1) Felodipin (Plendin, Munobal), adalah anatagonis kalsium dengan masa kerja panjang.
Felodipin digunakan untuk pengobatan semua tingkat hiertensi, dapat menghambat atau
meyebabkan relaksasi otot polos arteriola dengan derajat keselektifan tinggi. Pada dosis
terapi felodipin tidak menunjukan efek langsung terhadap kontraksi jantug. Felodipin
diabsorbis dengan cepat dalam lambung. Pada pemberian secara oral, penurunan tekanan
darah diamati setelah ± 2 jam dan efeknya berakhir setelah ± 24 jam. Dosis oral: 5-10 mg 1
dd.
2) Nikardipin HCl (Loxen, SAF Card), adalah antagonis kalsium, digunakan untuk
pencegahan dan pengobatan angina pectoris kronik dan pengobatan hipertensi yang ringan
dan moderat. Nikardipin dapat meimbulkan relaksasi otot polos arteri perifer dan koroner.
Nikardipin diabsorbsi dengan cepat dan sempurna dalam lambung. Dosis oral: 20-40 mg 1
dd.
3) Nifedipin (Adalat, Coronipin, Ficor, Nifecard, Vasdalat), adalah antagonis kalsium yang
digunakan untuk pencgahan dan pengogatan angina pectoris dan pengobatan hipertensi. Obat
ini menimbulkan relaksasi otot polos arteri perifer dan koroner. Nifedipin diabsorbsi dngan
cepat dan hamper sempurna (90%) dalam lambung, ± 95% terikat oleh protein plasma. Pada
pemberian secara oral kadar darah tertinggi obat dicapai dalam 20-45 menit, waktu paronya ±
2-5 jam, dengan masa kerja ± 8-12 jam. Dosis oral : 10 mg 3dd.
4) Nimodipin (Nimotop), adalah antagonis kalsium yang digunakan untuk pencegahan dan
pengobatan kekurangan iskemik neurologis yang disebabkan oleh vasospasma serebral
KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 30
karena perdarahan subaraknoid. Nimodipin diabsorbsi dengan cepat dan hamper sempurna
dalam saluran cerna, ± 97-99% terikat oleh protein plasma. Pada pemberian secara oral kadar
darah tertinggi obat dicapai dalam 0,6-1,6 jam, waktu paronya ± 1,1-1,7 jam dan berakhir
setelah ± 5-10 jam. Dosis oral: 60 mg 3 dd. Dosis I.V. : infus 10 mg dalam 50 ml, dosis awal
: 0,5-1 mg/jam, sesudah 2 jam dapat ditingkatkan sampai 2 mg/jam.
5) Amlodipin besilat (Norvask), adalah antagonis kalsium yang digunakan untuk pencegahan
dan pengobatan hipertensi. Amlodipin menimbulkan ralaksasi otot polos vascular, serta
dilatasi arteri perifer dan koroner. Amlodipin diabsorbsi denan baik dalam saluran cerna, ±
97,5% terikat oleh protein plasma. Pada pemberian oral kadar darah tertinggi obat dicapai
dalam 6-12 jam, dengan waktu paro eliminasi ± 35-50 jam. Dosis oral : 5 mg 1 dd.
6) Nivaldipin (Escor), adalah antagonis kalsium yang poten dengan masa kerja panjang, dosis :
8 mg 1 dd.
7) Lapidipin (Lapicil), adalah antagoni kalsium yang sangat poten dengan masa kerja panjang,
dosis : 4 mg 1 dd.
c. Turunan Piperazin
Contoh: sinarizin dan flunarizin.
d. Turunan Verapamil
Contoh: verapamil HCl, tiapamil, faliamil dan metoksiverapamil HCl.

D. Hubungan struktur-aktivitas
1) Bagian struktur yang penting untuk aktivitas dari turunan dari verapamil adalah kedua cincin
benzen, meskipun dapat diganti dengan cincin heteroaromatik, sepeti pada feliamil, dan
gugus amino tersier yang bermuatan pada pH fisiologis.
2) Gugus isopropyl dan substituent oada cincin aromatik kurang penting untuk aktivitas,
meskipun posisi pada cincin dapat mempengaruhi potensi. Potensi substituen pada cincin kiri
mempengaruhi potensi secara bermakna, sedang pada cincin kanan tidak berpengaruh. Pada
cincin kiri, substituen pada posisi meta memberika aktivitas terbaik, sedang substituen pada
posisi para akan menurunkan aktivitas karena memberikan pengaruh halangan ruang pada
proses interaksi obat-reseptor.
3) Bentuk isomer optic levo lebih aktif dibanding isomer dekstro.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 31


Verapamil HCl (Isoptin), digunakan digunakan untuk pengobatan angina varian.
Terhadapa angina klasik efikasinya serupa dengan nifedipin, yaitu dapat dpat mengurangi
ferkuensi serangan angina. Verapamil juga efektif untuk pengobatan aritmia dan hipotensi
yang moderat, mencegah migraine dan infark miokardial. Verapamil diabsorbsi hamper
sempurna dalam saluran cerna, ketersediaan hayatinya redah ± 20-35%, ± 90% obat terikat
oleh protein plasma. Pada pemberian secara oral, kadar darah tertnggi obat daicapai dalam
0,6-1,6 jam, dengan waktu paro ± 3-6 jam. Dosis : 80 mg 3 dd.
E. Vasodilator
Vasodilator adalah senyawa yang dapat menyebabkan vasodilatasi buluh darah.
Efeknya ditunjukan terutama pada buluh darah jantung atau pada bagian tertentu system
vascular.

Mekanisme kerja vasodilator


Vasodilator bekerja dengan menurunkan tonus otot polos vascular sehingga terjadi
dilatsi arteri dan vena.
Pada gambar 24 terlihat bahwa sisi reseptor khas untuk nitrat dan nitrit (N), senyawa
pemblok β-adrenergik (A) dan natrium nitroprusid (S), menimbulkan efek vasodilatasi
melalui sisi vasodilator yang umum (V).
Papaverin, teofilin dan turunannya, menghambat enzim fosfodiesterase (FDE),
mengubah CAMP menjadi 5”-AMP.
Asam etakrinat (EA), mencegah vasodilatasi oleh turunan nitrat, β-bloker, turunan
papaverin, teofilin dan natrium nitroprusid pada sisi vasodilator V.
Relaksasi otot polos terjadi sebagai akibat peningkatan kadar siklik adenosine
monofosfat (CAMP) di dalam sel karena peningkatan aktivitas katalitik enzim adenilat
siklase. Enzim ini diaktifkan oleh β-bloker yang berinteraksi dengan β-adrenoseptor pada
membran otot polos.
Obat vasodilator dibagi menjadi tiga kelompok yaitu vasodilator koroner, vasodilator
sistemik, serta vasodilator serebral dan perifer.
Vasodilator koroner dan sistemik juga digunakan sebagai obat antiangina, mekanisme
kerjanya serupa dengan obat antiangina.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 32


1. Vasodilator koroner
Vasodilator koroner digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif kronik
yang sulit disembuhkan, dengan cara mengembangkan fungsi miokardial tanpa meningkatkan
kebutuhan energi. Beberapa diantaranya juga digunakan sebagai antiangina.

Berdasarkan lama pengobatan vasodilator koroner dibagi menjadi dua, yaitu:


a) Untuk pengobatan jangka pendek, contoh :salbutamol, eritritil, tetranitrat, gliserin trinitrat
dan natrium nitroprusid.
b) Untuk pengobatan jangka panjang, contoh : kaptopril, diltiazem, dipiridamol, enalapril,
hidralazin HCl, isosorbid dinitrat, minoksidil, nifedifin, oksifedrin, pentaeritritol, prazosin
HCl dan verapamil HCl.

2. Vasodilator Sistemik
Vasodilator sistemik atau vasidilator umum adalah senyawa yang dapat menimbulkan
efek vasodilator pada semua bagian sistem predaran darah.
Contoh : amil nitrit, buflomedil diHCL, etofilin nikotinat, flunarizin, ifroksamin, isoksuprin
HCL, naftidrofuril oksalat, nikardifin, nisergolin, pentaeritritol tetranitrat, pentoksifilin dan
pindolol.
a. Isoksuprin HCl (Duvadilan, Vasoplex), bekerja langsung secara selektif dengan cara
relaksasi otot polos buluh darah. Isoksuprin dapat meningkatkan persediaan darah dengan
meringankan spasma vascular sehingga digunakan untuk pengobatan gangguan pada
peredaran darah seperti ketidakcukupan persediaan darah pada vaskular perifer. Isoksuprin
juga relaksan uterus yang kuat, digunakan untuk menurunkan pergerakan uterus yang
berlebihan dan pada dismenorhu. Kadar plasma teringgi obat dicapai dalam 1 jam setelah
pemberian oral. Dosis : 20 mg 3-4 dd, sesudah makan.
b. Naftidrofuril oksalat (Dusodril), dapat meningkatkan aliran darah serebral dan perifer,
serta memperbaiki kondisi metabolik jaringan yang dipengaruhi oleh iskemia. Mekanisme
kerjanya ada tiga yaitu neurotropik ganglioplegik, penghambat spasmolitik postanglionik dan
muskulotropik. Naftidrofuril digunakan untuk gangguan nutrisi serebral atau perifer dan
gangguan pada aliran darah. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 30-45 menit setelah
pemberian oral. Dosis : 50-100 mg 3 dd.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 33


c. Pentoksifilin (Trental), bekerja dengan meningkatkan kelenturan eritrosit sehingga
memperbaiki mikrosirkulasi aliran darah dan meningkatkan oksigenasi dan nutrisi jaringan
iskemik. Efek ini dapat digunakan untuk pengobatan penyakit arteri perifer dan gangguan
peredaran arteri dan vena seperti aterosklerosis, kondisi distopik dan angioneuropati.
Pentoksifilin juga meningkatkan 3’5’-siklik AMP jaringan otak sehingga dapat memperbaiki
fungsi otak. Efek ini digunakan untuk pengobatan gangguan peredaran serebral. Waktu paro
plasma pentoksifilin ± 1 jam. Dosis : 400 mg 2-3 dd, sesudah makan.

3. Vasodilator Perifer dan Serebral


Obat golongan ini dapat menimbulkan dilatasi buluh darah kulit dan otak. Walaupun
melalui mekanisme kerja yang berbeda, senyawa dapat mengurangi tonus otot polos vaskular
sehingga meningkatkan aliran darah perifer dan serebral. Vasodilator perifer digunakan untuk
pengobatan penyakit vaskular perifer, seperti kelainan vasospastik dan penyakit vaskular
perifer kronik, seperti aterosklerosis obliterans. Vasodilator serebral digunakan untuk
pengobatan gangguan serebral kardiovaskular. Pada dosis besar, obat golongan ini
menimbulkan hipotensi postural.
Mekanisme kerja
Obat golongan ini menimbulkan dilatasi perifer dan serebral melalui beberapa mekanisme
sebagai berikut :
a. Pemblokan a-adrenoseptor yang terdapat pada buluh darah anggota badan dan otak, contoh :
ergot alkaloida mesilat (Hydergin, Ergotika), hidroergotoksin metansulfonat (Stofilan),
nisergolin dan raubasin.
b. Merangsang B-adrenoseptor yang terdapat pada otot rangka, contoh : isoksuprin (Duvadilan).
c. Efek langsung pada otot polos vaskular, contoh : papaverin dan turunannya, niasin (asam
nikotinat), meso-inositol heksanikotinat, nikotinil alkohol dan prasozin.
d. Mekanisme lain-lain.

Contoh vasodilator perifer dan serebral yang lain adalah bensiklan hidrogen fumarat
(Fludilat), buflomedil HCl, kaptopril, sinarizin, sinepazid maleat, guanetidin monosulfat,
flunarizin, nimodipin, pipratekol di HCl, reserpin, piritinol HCl dan natrium nitroprusid.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 34


Contoh :
a. Nisergolin (Sermion), dapat mengurangi daya tahan vaskular, meningkatkan aliran darah dan
meningkatkan konsumsi oksigen dan glukosa. Nisergolin digunakan untuk pengobatan
gangguan metabolik vaskuloperifer dan serebral yang akut dan kronik, seperti aterosklerosis,
trombosis dan emboli serta lain-lain gejala pada gangguan aliran darah serebral dan perifer.
Untuk meningkatkan absorpsi obat, lebih baik diberikan pada waktu perut kosong. Dosis :
10-20 mg 2-3 dd.
b. Sinarizin (Cinnipirine, Stugeron, Vertizine), dapat meningkatkan aliran darah arteri dan
secara cepat meringankan berbagai gejala gangguan peredaran perifer dan selebral, gangguan
keseimbangan, mencegah mabuk dan serangan migran. Absorbsi sinarizin dalam saluran
cerna cukup baik, kadar darah tertinggi obat dicapai dlam waktu 2,3 jam setelah pemberian
oral, dengan waktu paro plasma +_ 5 jam. Dosis : 25-75 mg 3 dd.
c. Flunarizin (Sibelium), adalah pemblok pemasukan kalsium secara selektif, mempunyai
masa kerja panjang dan tidak menimbulkan efek terhadap kontraksi dan konduksi jantung.
Flunarizin dapat mencegah serangan migrain, meringankan gejala gangguan perifer dan
selebral serta untuk pengobatan gangguan keseimbangan. Dosis : 5-10 mg 1 dd.
d. Buflomedil HCl (Loftyl), adalah senyawa fasoaktif yang dapat meningkatkan aliran darah
selebral dan perifer dengan cara menghambat efek pada agregasi platelet dan memperbaiki
fleksibilitas eritrosit. Buflomedil digunakan untuk meringankan gangguan peredaran perifer
dan selebral. Obat cepat diabsorbsi dalam saluran cerna, kadar serum tertinggi dicapai +_
1,5-3 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu paro biologis plasma +_ 1,91-3,65
jam. Dosis : 150 mg 3-4 dd
e. Sinepazid maleat (Vasodistal), dapat meningkatkan aliran darah arteri (vasodilator arteri),
digunakan untuk meringankan berbagai gejala gangguan peredaran perifer dan selebral serta
gangguan keseimbangan. Dosos : 200mg 3dd
f. Piritinol HCl (Encephabol), merupakan vasodilator yang digunakan untuk pengobatan
gangguan peredaran dan metabolik serebral serta trauma kranioserebral. Dosis : 100mg 3 dd
selama 203 bulan.
g. Meso-inositol heksanikotinat (Hexanicit), merupakan vasodilator yang digunakan untuk
pengobatan gangguan buluh perifer ringan karena eterosklerosis, hipertensi dan gangguan
pada peredaran selebral. Dosis : 400mg 3dd.
h. Niktinil alkohol (Ronicol), merupakan vasodilator yang digunakan untuk pengobatan
gangguan peredaran pada buluh perifer dan selebral. Dosis : 25-50mg 3 dd.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 35


F. Terapi Non Farmakologi

Keputusan untuk melakukan PCI atau CABG untuk revaskularisasi adalah


berdasarkan luasnya penyakit koroner (jumlah pembuluh darah/jumlah stenosis) dan fungsi
ventrikel. Jika terjadi nyeri dada iskemik berkepanjangan dan perubahan EKG yang tidak
hilang dengan terapi nitrat atau CCB,mungkin dianggap adanya oklusi total pembuluh darah
maka harus diambil langkah memulihkan aliran darah dengan baik PCI atau CABG(3).
Coronary artery bypass graft (CABG) merupakan indikasi pada angina yang sulit
dikendalikan, terutama pada obstruksi cabang utama koroner kiri .
Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA) dan bedah pintas arteri
coroner dapat menurunkan serangan angina klasik. Dengan PTCA, lesi ateroskerotik
berdilatasi dengan bantuan kateter yang dimasukkan menembus kulit ke dalam arteri
femoralis atau brakialis dan didorong ke jantung. Setelah berada di pembuluh darah yang
sakit, balon di dalam kateter digembungkan. Hal ini akan memecah plak dan meregangkan
arteri

Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 36


Pengawasan dan evaluasi
Untuk menilai hasil pengobatan IHD dan angina dapat dilihat dari adanya perbaikan
gejala angina, kinerja jantung yang membaik dan perbaikan faktor risiko. Penilaian obyektif
diperoleh melalui peningkatan durasi latihan pada ETT dan tidak adanya perubahan
iskemik pada EKG atau merusak perubahan hemodinamik.
1. Pengobatan terhadap serangan akut, berupa nitrogloserin sublingual ½ -1 tablet yang
merupakan obat pilihan yang bekerja sekitar 1-2 menit dan dapat diulang dengan interval 3-5
menit.
2. Pencegahan serangan lanjutan:
 Long-acting nitrate, yaitu ISDN 3 x 10-40 mg oral.
 Beta blocker: propanolol, metoprolol, nadolol, atenolol, dan pindolol.
 Kalsium antagonis: verapamil, diltiazem, nifedipin, nikardipin, atau isradipin.
3. Tindakan invasif: Percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA), laser
coronary angioplasty, Coronary artery bypass grafting (CABG).
4. Olahraga disesuaikan.

Prognosis
 Tergantung pada luasnya penyakit, usia pada saat timbul “onset”, fungsi ventrikel dan
adanya penyakit lain (diabetes atau hipertensi)
 Sering memberikan respon yang baik terhadap nitrogliserin dan obat-obatan lain
 Pembedahan dapat memperbesar kemungkinan menghilangkan gejala masa depan pada
penderita tertentu.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 37


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Angina pektoris berasal dari bahasa Yunani, ankhon, yang berarti ‘mencekik’ dan pectus

yang berarti ‘dada’. Jadi, angina pectoris dapat diartikan sebagai rasa tercekik di dada.

Obat antiangina adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati gejala
angina pectoris, suatu keadaan dengan rasa nyeri hebat di dada, yang disebabkan
ketidakseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen pada miokardial.
Ada dua tipe angina, yaitu:
1. Angina klasik, biasanya terjadi pada waktu olah raga atau emosi.
2. Angina varian, biasanya terjadi pada waktu istrahat.
3. Angina tidak stabil, yaitu ditandainya dengan meningkatnya frekuensi dan lamanya
serangan angina.
Untuk mencegah atau meringankan serangan akut angina digunakan turunan nitrat
(sublingual), sedang untuk pencegahan jangka panjang digunakan turunan nitrat (oral dan
setempat), β-bloker dan antagonis kalsium. Obat di atas dapat mengurangi kebutuhan oksigen
jantung dan meningkatkan pemasokan oksigen miokardial.
Obat antiangina dibagi menjadi tiga kalompok yaitu turunan nitrat dan nitrit, β-bloker
dan antagonis kalsium membrane.
Vasodilator adalah senyawa yang dapat menyebabkan vasodilatasi buluh darah.
Efeknya ditunjukan terutama pada buluh darah jantung atau pada bagian tertentu system
vascular.
Mekanisme kerja vasodilator
Vasodilator bekerja dengan menurunkan tonus otot polos vascular sehingga terjadi
dilatsi arteri dan vena.
Obat vasodilator dibagi menjadi tiga kelompok yaitu vasodilator koroner, vasodilator
sistemik, serta vasodilator serebral dan perifer.
Vasodilator koroner dan sistemik juga digunakan sebagai obat antiangina, mekanisme
kerjanya serupa dengan obat antiangina.

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 38


Daftar Pustaka

1. Price, S. A., Wilson, L. M., 2002, Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease


Proceesses, 6/E, diterjemahkan oleh Brahm. U. Pendit, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
2. Brunton, L. L., Lazo, S. L., Parker., K. L., 2006, GOODMAN & GILMAN'S THE
PHARMACOLOGICAL BASIS OF THERAPEUTICS, McGraw-Hill, New York.
3. Talbert, R. L., 2005, 2008, Ischemic Heart Disease, In Pharmacotherapy: A
Pathophysiology Approach, McGraw Hill, New York.
4. Katzung, B. G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.
5. Koda-Kimble, M. A, Young, L. Y, Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Guglielmo, B. J.,
Kradjan, W. A., Williams, B. R., 2009, Applied Therapeutics: The Clinical Use Of
Drugs, 9th Edition,Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
6. Priori, S. G., Blanc, J. J., (France), Budaj., A., Camm, J., Dean, V., Deckers, J.,
Dickstein. K., Lekakis, J., McGregor. K., Metra. M., Morais. J., Osterspey. A.,
Tamargo, J., Zamorano, J. L.,Guidelines on the management of stable angina pectoris,
2006, European Heart Journal doi:10.1093/eurheartj/ehl002 ESC Committee for
Practice Guidelines (CPG).
7. Suyodo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam.
Edisi ke-5. Jakarta : Interna Publishing. 2009. Hal : 2196-206
8. Gunawan SG. Farmakologi dan terapi. Edisi ke 5. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal : 361-72
9. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta : Penerbit Buku EGC.
2009
10. Olson J. Belajar mudah farmakologi. Jakarta : Penerbit Buku EGC. 2003
11. Patel PR. Lecturn notes radiologi. Edisi ke 2. Jakarta : 2006
12. Dinar A. Angina Pectoris. 20 Februari 2010. Diunduh
dari :http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08NyeriDadadanMaknaKlinisnya116.pdf/0
8NyeriDadadanMaknaKlinisnya116.html, 22 September 2015
13. Saryono S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi ke-4. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2001
14. Kee J L. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis. Jakarta : EGC. 2007.
15. Team Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskuler
Jakarta : FKUI. 2001
16. Corwin, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
17. Chung, EK. 1996. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.
18. Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
19. Underwood, J C E. 1999. Pathology Volume 1. Jakarta: EGC
20. Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : FKUI
21. Albar, Zuljasri. 2004. Ilmu Penyakit dalam. Edisi 3. Jakarta : FKUI

KIMIA MEDISINAL | ANGINA PEKTORIS 39

Anda mungkin juga menyukai