Anda di halaman 1dari 28

Biologi

Rangkuman Semester II

Di susun oleh:

Elva Marliah
XI Ipa 2

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MADRASAH ALIYAH NEGERI SATU KOTA BOGOR
Sistem pencernaan makanan pada manusia

Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut
dimulai dari
1. Rongga Mulut,
2. Esofagus
3. Lambung
4. Usus Halus
5. Usus Besar
6. Rektum
7. Anus.

Rongga Mulut

Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut,
dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan
makanan. Pada Mulut terdapat :
a.Gigi
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi partikel yang
kecil-kecil. Perhatikan gambar disamping.
b..Lidah
Memiliki peran mengatur letak makanan di dalam mulut serta mengecap rasa makanan.
c..Kelenjar Ludah
Ada 3 kelenjar ludah pada rongga mulut. Ketiga kelenjar ludah tersebut menghasilkan
ludah setiap harinya sekitar 1 sampai 2,5 liter ludah. Kandungan ludah pada manusia
adalah : air, mucus, enzim amilase, zat antibakteri, dll. Fungsi ludah adalah melumasi
rongga mulut serta mencerna karbohidrat menjadi disakarida.

Esofagus (Kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada
ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring
terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea
(tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar
makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga
makanan dapat berjalan menuju lambung
Lambung

Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung. Lambung dapat
menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun oleh
otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi
otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot
memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong.
Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan
senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung
adalah :

 Asam HCl ,Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta


merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus
 Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang
dihasilkan sangat sedikit
 Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya
dimiliki oleh bayi.
 Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.

Hasil penggerusan makanan di lambung secara mekanik dan kimiawi akan menjadikan
makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim.

Fungsi HCI Lambung :


1. Merangsang keluamya sekretin
2. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein.
3. Desinfektan
4. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empdu
mengeluarkan getahnya.

Usus Halus

Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8
meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5
m), serta ileum (± 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi
saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa
kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.
Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :

 Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida


 Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin
mengubah pepton menjadi asam amino.
 Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia
yang dihasilkan ke usus halus
 Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan
empedu ke dalam usus halus.

Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :

 Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung
 Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan
tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.
 Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida
 Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
 Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.
 Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino
 Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat
 Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar
normal
 Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal

PROSES PENCERNAAN MAKANAN


Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana basa.
Prosesnya sebagai berikut :
a. Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan oleh
bikarbonat dari pancreas.
b. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan zatnya.
Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase pancreas menjadi
disakarida. Disakarida kemudian diuraikan oleh disakaridase menjadi monosakarida,
yaitu glukosa. Glukaosa hasil pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan
ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.
c. Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton, maka
pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino.
Asam amino kemudian diserap usus dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran
darah.
d. Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh
cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiran-butiran lemak (droplet lemak).
Droplet lemak kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol.
Asam lemak dan gliserol kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh
pembuluh limfe.

Usus Besar (Kolon)

Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang
1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah,
yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah :
a. Menyerap air selama proses pencernaan.
b. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis
dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
c. Membentuk massa feses
d. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran
feses dari tubuh ddefekasi.

Rektum dan Anus


Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus,
feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang
maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter
yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
Gangguan Sistem Pencernaan
• Apendikitis-Radang usus buntu.
• Diare- Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.
• Kontipasi -Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air besar)
• Maldigesti-Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang merangsang lambung.
• Parotitis-Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong
• Tukak Lambung/Maag-”Radang” pada dinding lambung, umumnya diakibatkan infeksi
Helicobacter pylori
• Xerostomia-Produksi air liur yang sangat sedikit
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang
salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini
adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu
(apendisitis).
Diare
Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering
dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab
diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang
melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-
garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.
Konstipasi (Sembelit)
Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu
banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan
karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak
mengkonsumsi daging.
Tukak Lambung (Ulkus)
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika
pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari
lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung.
Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh
di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis
tertentu.
Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut: Peritonitis;
merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium).
Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung,
seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan
produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding
lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung.
Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak
teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung.
Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat
pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.
Sistem Pernapasan Manusia
Sistem Pernapasan Manusia - Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam
udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Pernapasan adalah proses
ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau “pernapasan dalam” dan
yang terjadi didalam paru-paru “pernapasan luar”. Pernapasan Luar yang merupakan
pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara. Pernapasan Dalam yang
merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.

Pengambilan Nafas

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan
dengan dua cara pernapasan, yaitu :
a. Respirasi / Pernapasan Dada
Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut Tulang rusuk terangkat
ke atasRongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil
sehingga udara masuk ke dalam badan
b. Respirasi/Pernapasan Perut Ototdifragma pada perut mengalami kontraksi
Diafragma datar Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan
tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :


1. Pembuangan CO2 dari paru-paru :
H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin :
Hb + O2 ---> HbO2
3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel :
HbO2 ---> Hb + O2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh :
CO2 + H2O ---> H2 + CO2

1. Nares anterior

 Adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung, dimana saluran itu bermuara ke


vestibulum (rongga) hidung.
 Vestibulum ini dilapisi dengan epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit.
 Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi oleh
bulu kasar.
 Kelenjar-kelenjar ini bermuara ke dalam rongga hidung.

2. Rongga Hidung

 Dilapisi dengan epitelium silinder dan sel spitel berambut yang mengandung sel
cangkir atau sel lendir sehingga permukaan nares basah dan berlendir.
 Selaput lendir ini kaya akan pembuluh darah, yang bersambung dengan lapisan
farinx dan dengan semua sinus yang mempunyai lubang masuk dalam rongga
hidung.

Sewaktu udara melalui hidung, udara di saring oleh bulu-bulu (vestibulum) dan karena
kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya membuat udara menjadi hangat.
Penguapan air dari permukaan selaput lendir menyebabkan kondisi rongga hidung
lembab. Hidung menghubungkan lubang-lubang sinus udara para nasalis yang masuk
kedalam rongga hidung dan lubang naso-lakrimal yang menyalurkan air mata (bawah
rongga nasalis)
3. Farinx (tekak)
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan usofagus. Terletak dibelakang hidung (naso-farinx), dibelakang mulut (oro-
farinx) dan di belakang larinx (farinx-laringeal)

4. Larinx (tenggorokan)
Terletak didepan bagian terendah farinx, memisahkannya dari kolumna vertbra
servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
5. Terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersamaan oleh ligamen dan
membran.
6. Yang terbesar diantaranya tulang rawan tiroid depannya terdapat benjolan
subkutaneus
(jakun).
7. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid berbentuk lingkaran lengkap
8. Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang krawan aritenoid (belakang krikoid), tulang
rawan kuneiform dan kornikulata.
Epiglottis berupa katup tulang rawan, membantu menutup larinx sewaktu
menelan. Larinx dilapisi selaput lendir yang sama seperti yang terdapat didalam trakea,
kecuali pita suara dan bagian epiglottis. Pita suara terletak di dalam larinx (T.R. tiroid
sampai T.R. aritenoid).
Gerakan pada T.R. aritenoid otot laringeal pita suara ditegangkan atau
dikendorkan udara melalui glottis suara dihasilkan. Tulang rawan pada larinx mengatur
suara dan menutup lubang atas sewaktu menelan. Trakhea (Batang tenggorok). Trakea
adalah tuba yang memiliki diameter sekitar 20-25 mm dan panjang sekitar 9 cm. Trakea
terletak dari laring ke bronkus utama yang merupakan jalan masuk udara menuju paru-
paru.
Tersusun oleh jaringan otot, tulang rawan (agar trakea tetap terbuka), serta
selaput lendir (epitelium bersilia). Silia bergerak atas kearah larinx menyebabkan debu
dan butiran halus lainnya yang masuk dalam pernapasan dapat dikeluarkan. Di dalam
rongga dada, trakea bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam
paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil
disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung
paru-paru (alveolus).

Paru-paru
Jaringan paru elastik, berpori dan seperti spons. Paru-paru terletak di dalam
rongga dada. Berbentuk kerucut dan terdiri ada dua buah yaitu paru-paru kanan dan
paru-paru kiri. Paru-paru kanan terdiri atas tiga lobus (belahan) yang disebabkan oleh
fisura yaitu lobus atas, tengah dan bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua
lobus yaitu lobus atas dan bawah.
Setiap lobus tersusun atas lobula. Pipa kecil bronkhial masuk kedalam setiap
lobula yang berakhir menjadi kantong udara paru-paru (alveolus). Alveolus dalam paru-
paru jumlahnya sangat banyak, lebih kurang 300 juta alveolus. Luas permukaan seluruh
alveolus diperkirakan 100 kali lebih besar daripada permukaan tubuh. Alveolus
dikekelingi pembuluh-pembuluh kapiler darah dan pertukaran gas terjadi.
Pembuluh darah dalam paru-paru.
Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari
ventrikel kanan jantung ke paru-paru saluran bronkhial arteriola kapiler dinding alveoli
difusi pertukaran gas kapiler paru-paru bersatu pembuluh darah lebih besar vena
pulmonaris meninggalkan paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium jantung
kiri aorta seluruh tubuh.arteri bronkhialis membawa darah yang kaya oksigen dari
aorta torasika ke paru-paru guna memberi makanan dan mengantarkan oksigen
kedalam jaringan paru-paru.

Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari
ventrikel kanan jantung ke paru-paru saluran bronkhial arteriola kapiler dinding alveoli
difusi pertukaran gas kapiler paru-paru bersatu pembuluh darah lebih besar vena
pulmonaris meninggalkan paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium jantung
kiri aorta seluruh tubuh.Arteri bronkhialis membawa darah yang kaya oksigen dari
aorta torasika ke paru-paru guna memberi makanan dan mengantarkan oksigen
kedalam jaringan paru-paru.
Karbondioksida hasil buang metabolisme menembus membran alveoler-kapiler dari
kapiler darah ke alveoli
pipa bronkhial dan trakea keluar melalui mulut dan hidung.
 Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner (pernapasan
externa) :
1. Ventilasi pulmorter atau gerak pernapsan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari
setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh.
4. Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih
mudah berdifusi daripada O2.
 Pernapasan jaringan atau pernapasan internal.
Darah yang telah menjenuhkan hemoglobin dengan oksigen (oksihemoglobin)
mengintari tubuh kapiler oksigen dilepaskan kedalam jaringan dan sebgai gantinya
darah akan berikatan dengan karbondioksida sebagai hasil buangan oksigen.
 Kapasitas Paru-paru
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa
disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa
lebih kurang 500 ml Udara yang dapat masuk setelah mengadakan inspirasi biasa
disebut udara komplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml.Udara yang dapat
dikeluarkan setelah ekspirasi biasa disebut udara suplementer, volumenya lebih kurang
1500 ml.

Kecepatan dan pengendalian pernapasan


 Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama :
1. Pengendalian oleh saraf
Pusat pernapasan ialah pusat otomatik dalam medula oblongata yang
mengeluarkan impuls eferen ke otot pernafasan.
impuls → radix saraf servikalis impuls saraf frenikus diafragma
bagian yang lebih rendah pada sumsum belakang saraf interkostalis otot interkostalis →
kontraksi ritmik
otot diafragma (kira-kira lima belas kali setiap hari).
2. Pengendalian saraf kimiawi
faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekwensi, kecepatan dan
dalamnya gerakan pernafasan. Pusat pernapasan didalam sumsum sangat peka pada
reaksi kadar alkali darah.
Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang
asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang
bekerja atas otot pernafasan.
3. Emosi, rasa sakit dan takut.
4. Impuls aferen.
5. Pengendalian secara sadar.
Sistem Ekskresi

Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh.
Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa
dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Sistem ekresi adalah proses
pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh.
Sedangkan kebalikan dari sistem ini adalah sistem sekresi yaitu proses pengeluaran zat-
zat yang berguna bagi tubuh. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, paru-
paru dan colon.

Hasil sistem ekskresi dapat dibedakan menjadi :


1. Zat cair yaitu berupa keringat, urine dan cairan empedu.
2. Zat padat yaitu berupa feces.
3. Gas berupa CO2.
4. Uap air berupa H2O.
Organ ekresi manusia

1. Ginjal

Di dalam tubuh kita ada sepasang ginjal, terletak disebelah kiri dan kanan ruas
tulang pinggang di dalam rongga perut. Letak ginjal kiri lebih tinggi daripada ginjal
kanan, karena di atas ginjal kanan terdapat hati yang banyak mengambil ruang. Ginjal
berfungsi menyaring darah.
Ginjal terdiri atas tiga bagian yaitu:

a. Kulit Ginjal (korteks)


b. Sumsum ginjal (medula)
c. Rongga ginjal (pelris)

Pada bagian kulit ginjal terdapat alat penyaring darah yang disebut nefron. Setiap
nefron tersusun dari badan Malpighi dan saluran panjang (tubula) yang bergelung.
Badan Malpighi tersusun dari glomerolus dan simpai Bowman. Glomerulus berupa
anyaman pembuluh kapiler darah, sedangkan simpai Bowman berupa cawan berdinding
tebal yang mengelilingi glomerulus. Sumsum ginjal merupakan tempat berkumpulnya
pembuluh-pembuluh halus dari simpai Bowman. Pembuluh-pembuluh halus tersebut
mengalirkan urine ke saluran yang lebih besar dan bermuara di rongga ginjal.
Selanjutnya urine dialirkan melalui saluran ginjal (ureter) dan ditampung di dalam
kantong kemih. Jika kantong kemih banyak mengandung urine, dinding kantong
tertekan sehingga otot melingkar pada pangkal kantong meregang. Akibatnya timbul
rasa buang air kecil. Selanjutnya urine dikeluarkan melalui saluran kemih (uretra).

Cara Kerja Ginjal

Darah yang banyak mengandung sisa metabolisme masuk ke ginjal melalui


pembuluh nadi ginjal. Cairan yang keluar dari pembuluh darah masuk ke nefron. Air,
gula, asam amino dan urea terpisah dari darah kemudian menuju simpai Bowman.
Proses ini disebut filtrasi. Dari sekitar 180 liter air yang disaring oleh sampai Bowman
setiap hari, hanya liter yang diekskresikan sebagai urine. Sebagian besar air diserap
kembali di dalam pembuluh halus. Cairan dari simpai Bowman menuju ke saluran
pengumpul. Dalam perjalanan tersebut terjadi penyerapan kembali glukosa dan bahan-
bahan lain oleh aliran darah. Peristiwa ini disebut reabsorpsi. Bahan-bahan seperti urea
dan garam tidak direabsorpsi bergabung dengan air menjadi urine.
Dalam keadaan normal, urine mengandung: air, urea dan ammonia yang
merupakan sisia perombakan protein. Garam mineral, terutama garam dapur. Zat warna
empedu yang memberi warna kuning pada urine. Zat yang berlebihan dalam darah
seperti vitamin, obat-obatan pada hormone. Jika dalam urine terdapat protein, hal itu
menunjukkan adanya kerusakan di dalam ginjal.

2. Kulit

Melalui kulit dikeluarkan zat sisa berupa keringat. Kulit terdiri atas tiga lapisan yaitu:
a. Lapisan kulit ari (epidermis)
Kulit ari tersusun dari dua lapisan yaitu lapisan tanduk dan lapisan
malpighi. Lapisan tanduk adalah bagian kulit yang paling luar terdiri atas sel-sel mati
dan dapat mengelupas. Lapisan Malpighi terletak di bawah lapisan tanduk dan terdiri
atas sel-sel hidup. Pada lapisan Malpighi terdapat pigmen yang memberi warna pada
kulit dan melindungi kulit dari sinar matahari. Bila lapisan Malpighi tidak mengandung
pigmen, orang tersebut dinamakan albino.
b. Lapisan kulit jangat
Kulit jangat berisi pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar minyak, kantong
rambut, ujung saraf perasa panas, dingin, nyeri, dan sentuhan. Akar rambut dan batang
rambut berada dalam kantong rambut. Dekat akar rambut terdapat otot polos yang
berfungsi menegakkan rambut pada saat merasa dingin atau merasa takut.
c. Jaringan ikat bawah kulit
Jaringan ikat bawah kulit banyak mengandung lemak yang berguna sebagai cadangan
makanan, menahan panas tubuh, dan melindungi tubuh bagian dalam terhadap
benturan dari luar.
Selain sebagai alat pengeluaran, kulit juga berfungsi sebagai:
 Pelindung tubuh terhadap kuman dari luar
 Tempat menyimpan kelebihan lemak
 Pengatur suhu tubuh
 Tempat pembuatan vitamin D dan provitamin D

3. Hati
Hati terletak didalam rongga perut sebelah kanan di bawah diafragma. Hati
menghasilkan empedu yang kemudian ditampung dalam kentong empedu dan
disalurkan ke usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu berasal dari sel darah
merah yang telah rusak dan dihancurkan dalam limpa.
Selain sebagai alat ekskresi, hati berfungsi:
 Mengatur kadar gula dalam darah
 Menyimpan gula dalam bentuk glikogen
 Menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh
 Sebagai tempat pembuatan protombin dan fibrinogen
 Sebagai tempat pengubah provitamin A menjadi vitamin A
 Sebagai tempat pembentukan urea
4. Paru-paru
Pada proses pernafasan dihasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan uap air
yang akan keluar melalui lubang hidung, zat sisa itu harus dikeluarkan karena dapat
mengganggu fungsi tubuh.
Manusia memiliki sepasang paru-paru yang terletak di rongga dada. Paru-paru
berfungsi sebagai organ pernafasan yaitu menghirup oksigen dan mengeluarkan CO2 +
uap air. Uap air dan CO2 berdifusi di dalam alveolus kemudian dikeluarkan melalui
lubang hidung.

5. Colon
Terletak dalam rongga perut dengan panjang ± 1 meter. Terjadi proses
DEFEKASI yaitu proses pengeluaran zat-zat sisa hasil pencernaan melalui anus. Hasil
ekskresinya berupa zat padat yang disebut dengan feces.
Secara umum fungsi sistem ekskresi yaitu membuang limbah yang tidak berguna
dan beracun daridalam tubuh, mengatur konsentrasi dan volume cairan
tubuh(osmoregulasi) empertahankan temperatur tubuh dalam kisaran
normal (termoregulasi), homeostatis.
Sistem Koordinasi dan Alat Indera Manusia

Sistem Saraf
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran
impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk
memberi tanggapan rangsangan.
Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron

Cara Kerja Sitem Saraf


Pada sistem saraf ada bagian-bagian yang disebut :
a. Reseptor : alat untuk menerima rangsang biasanya berupa alat indra
b. Efektor : alat untuk menanggapi rangsang berupa otot dan kelenjar
c. Sel Saraf Sensoris : serabut saraf yang membawa rangsang ke otak
d. Sel saraf Motorik : serabut saraf yang membawa rangsang dari otak
e. Sel Saraf Konektor : sel saraf motorik atau sel saraf satu dengan sel saraf lain.

Skema terjadinya gerak sadar


Rangsang -reseptor – sel saraf sensorik – otak-sel saraf motorik-efektor- tanggapan

Sistem Hormon
Hormon merupakan salah satu sistem koordinasi di dalam tubuh dengan menggunakan
cairan yang diedarkan oleh pembuluh darah. Dengan menggunakan hormon rangsang
lebih lambat diberi tanggapan. Satu kelebihan koordinasi menggunakan hormon yaitu
dengan sedikit saja hormon mampu mempengaruhi organ-organ yang menjadi
sasarnnya.
-Hipofisa (Pituitary)
Kelenjar ini merupakan kelenjar yang paling banyak menghasilkan jenis-jenis hormon.
Letaknya di otak
Macam hormon yang dihasilkan :
1) Somatotropin: berfungsi mempercepat pertumbuhan
2) Prolaktin : berfungsi mengantar kegiatan kelenjar susu
3) Tireotropin: mempengaruhi aktivitas kelenjar tiroid
4) Adnecorticotropin : mempengaruhi aktivitas kelenjar anak ginjal bagian kortek
5) Gonadotropin: mempengaruhi aktivitas ovarium atau testis
6) Vasopresin: mengatur penyempitan pembuluh darah
7) Oksitosin : mengatur kontraksi otot uterus pada saat melahirkan.
- Kelenjar gondok (kelenjar tiroid)
Hormon yang dihasilkan yaitu tiroksin dan berfungsi mengatur pertumbuhan dan
metabolisme. Letak kelenjar di sekitar jakun.
- Kelenjar anak gondok (kelenjar paratiroid)
Terletak di dekat kelenjar gondok. Hormon yang dihasilkan yaitu parathormon dengan
fungsi mempertahankan kadar kalsium dan fosfor dalam darah.
- Kelenjar anak ginjal (kelenjar adrenal)
Terletak menempel pada bagian atas ginjal. Bagian kulit menghasilkan kortison yang
berfungsi mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air dan garam. Sedang
bagian sumsum (medulla) menghasilan adrenalin (epinefrin) yang berfungsi
mempengaruhi denyut jantung, mengatur otot-otot kandung kencing juga mengatur
kadar gula darah dengan cara mengubah glikogen menjadi glukosa.

- Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas bagian pulau-pulau Langerhans menghasilkan hormon insulin. Fungsi
hormon ini mengatur kadar gula darah dengan cara mengubah glukosa menjadi
glikogen.

- Kelenjar kelamin
Pada laki-laki
Terletak dibagian testis. Hormon yang dihasilkan yang terpenting yaitu testosteron yang
berfungsi mempertahankan proses pembentukan sperma dan menumbuhkan cirri-ciri
kelainan sekunder
Pada wanita
Terletak pada ovarium. Hormon yang dihasilkan :
1) Estrogen, untuk mempertahankan pembentukan ovum dan cirri-ciri kelainan sekunder
2) Progesteron, mengatur pembentukan plasenta dan produksi air susu.

Indera Manusia

Indera berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima
rangsangan. Ada lima macam indera yaitu :
• Mata, sebagai penerima rangsang cahaya (fotoreseptor)
• Telinga, sebagai penerima rangsang getaran bunyi (fonoreseptor) dan tempat
beradanya indera keseimbangan 9statoreseptor)
• Hidung, sebagai penerima rangsang bau berupa gas (kemoreseptor)
• Lidah, sebagai penerima rangsang zat yang terlarut (kemoreseptor)
• Kulit, sebagai penerima rangsang sentuhan (tangoreseptor)

Tiap indera akan berfungsi dengan sempurna apabila :


1. Indera tersebut secara anatomi tidak ada kelainan
2. Bagian untuk penerima rangsang bekerja dengan baik
3. Saraf-saraf yang membawa rangsang dari dan ke otak bekerja dengan baik
4. Pusat pengolahan rangsang di otak bekerja dengan baik.

1. Mata
- Letak mata didalam rongga mata yang dilapisi/beralaskan lapisan lemak
- Mata merupakan penglihatan untuk menerima rangsang cahaya
- Bagian mata yang peka terhadap cahaya adalah bagian bintik kuning yang
terdapat pada lapisan retina.
- Kita dapat melihat benda setelah rangsang cahaya diterima retina tepat pada
bintik kuning, kemudian rangsangan diteruskan oleh urat saraf otak ke pusat
penglihatan di otak
2. Telinga
- Telinga adalah tempat beradanya indera pendengaran yang memiliki saraf
pendengaran
- Telinga terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam.
- Pada bagian rumah siput tersebut terdapat ujung saraf yang berhubungan
dengan pusat pendengaran
- Didalam telinga juga terdapat alat keseimbangan yang terletak pada tiga
saluran setengah lingkaran.
3. Kulit
- kulit berfungsi sebagai indera perasa dan peraba
- kulit peka terhadap rangsang yang berupa panas, dingin, tekanan, sentuhan
dan sakit/nyeri
4. Lidah
- Lidah berfungsi sebagai indera pengecap
- Indera pengecap tersebut terletak pada bagian permukaan atas terbagi menjadi
beberapa daerah yang peka terhadap rasa yang berbeda-beda (manis, pahit, asin
dan masam)
- Permukaan lidah juga dapat merasakan panas, dingin, kasar, halus dan nyeri.
5. Hidung
- Hidung berfungsi sebagai indera pembau
- Ujung-ujung saraf pembau terletak pada selaput lender rongga hidung bagian
atas, kerang hidung atas dan permukaan atas kerang hidung yang tengah.
- Pada ujungs araf pembau terdapat selaput lender yang berfungsi sebagai
pelembab
- Bau yang busuk pada rongga hidung waktu kita menarik napas ditangkap oleh
ujung saraf kemudian dibawa ke pusat pembau di otak sehingga kita dapat
menerima rangsang bau.

Kelainan dan Penyakit Indera

➔ Miopi atau rabun jauh

Yaitu kelainan pada mata dimana bayangan yang dibentuk oleh lensa jatuh didepan
retina. Kelainan ini terjadi karena lensa mata terlalu cembung atau garis tengash mata
panjang. Kelainan ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa negatif
➔ Hypermetropi atau rabun dekat

Yaitu kelainan mata dimana bayangan yang dibentuk oleh lensa jatuh dibelakang retina.
Kelainan ini terjadi karena lensa mata terlalu pipih atau garis tengah mata pendek.
Kelainan ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa positif.

➔ Presbiopi

Yaitu kelainan pada mata karena tidak elastisnya lensa mata untuk berakomodasi.
Penderita kelainan ini biasanya menggunakan lensa ganda yaitu lensa positif dan lensa
negative.
➔ Rabun Senja

Kelainan pada mata karena defisiensi vitamin A. Akibatnya penderita kesulitan melihat
benda saat terjadi perubahan dari terang ke gelap atau saat senja
➔ Katarak

Yaitu mengaburnya lensa mata, yang dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B atau
juga factor usia.
Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada
pria.
Organ Reproduksi
Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.

Organ Reproduksi Dalam


Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris.
Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis
berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan.
Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos.
Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin
jantan yang disebut testoteron.
Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens,
saluran ejakulasi dan uretra.
Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis
berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
Vas deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke
atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung
salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat
jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan
uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai
saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung
kemih.
Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang
dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari
vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.
Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang
terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang
merupakan sumber makanan bagi sperma.
Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih.
Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang
berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju
uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
Organ Reproduksi Luar
Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.
Penis
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas
berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa
jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh
jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung
saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga
penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).

Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah
sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri
dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi
untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga
tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot
kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil.
Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa
derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.

Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan
dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel
terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan
epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus
terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar
250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel
benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua
sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus
membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-
tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung
23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe
B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer
yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer
membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid.
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah
spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n
atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi
menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun,
setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran
permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom
mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan
pelindung ovum.
Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma
banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan
sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi
khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.

Hormon pada Pria


Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH (Luteinizing
Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan.
Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini
penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan
meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk
mensekresi testoteron
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel
sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi
suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa
keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan
sperma.
Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon
pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria

Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon,
seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan
tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi hormon.
Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke
dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human
chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan
pembedahan.
Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil.
Organisme yang paling sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma
urealyticum atau virus herpes.
Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli
maupun bukan bakteri.
Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria. Organisme penyebab
epididimitis adalah E. coli dan Chlamydia.
Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria
dewasa dapat menyebabkan infertilitas.

Sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi, oogenesis, hormon pada wanita, fertilisasi,

kehamilan, persalinan dan laktasi.

1.Organ Reproduksi

Organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.

Organ reproduksi dalam

Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran kelamin).

Ovarium

Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm. Ovarium

berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum

setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi.

Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesteron.

Saluran reproduksi

Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.

Oviduk

Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan

panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada

infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang

dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk

berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.

Uterus

Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang

berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim).

Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus

terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan

lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan

membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah.

Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan

meluruh pada saat menstruasi.

Vagina

Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina
bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa

selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat

berserat. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan

seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat

bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan

kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.

Organ reproduksi luar

Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah paling luar dari organ

kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons pubis. Mons pubis (mons veneris) merupakan daerah atas

dan terluar dari vulva yang banyak menandung jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini

mulai ditumbuhi oleh rambut. Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir besar)

yang berjumlah sepasang. Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor (bibir kecil) yang

juga berjumlah sepasang. Labium mayor dan labium minor berfungsi untuk melindungi vagina.

Gabungan labium mayor dan labium minor pada bagian atas labium membentuk tonjolan kecil

yang disebut klitoris.

Klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria. Meskipun klitoris

secara struktural tidak sama persis dengan penis, namun klitoris juga mengandung korpus

kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.

Pada vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan saluran kelamin

(vagina). Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat himen atau selaput dara. Himen

merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.

2.Oogenesis

Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat

oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46

kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis

membentuk oosit primer.

Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi

berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit

primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak

dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas.

Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman).

Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit

primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer

saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.

Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis

I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang

berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil

disebut badan polar pertama (polosit primer).

Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis

II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai

terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika

ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya,

meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel

kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah

menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh

menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.

Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel

pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber

makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer

menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk

menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang

menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang

menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf

(folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus

luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.

3.Hormon pada Wanita

Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan reproduksi jauh

lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada wanita dalam proses

reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.

Siklus menstruasi

Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan

endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi sekitar

28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan

dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan

memacu pengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.

Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya

peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n)

menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14
terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase,

yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi.

Fase menstruasi

Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum akan

menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan

progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal (endometrium).

Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya

menjadi tipis. Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan

terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima

hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.

Fase pra-ovulasi

Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon

gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH

merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer.

Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang

atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga

melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi)

sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen

selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifta

basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih

mendukung lingkungan hidup sperma.

Fase ovulasi

Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon.

Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau

penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH

menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de

Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de

Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.

Fase pasca-ovulasi

Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena pengaruh

LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap

memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan

hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada

endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar

susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk

menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.

Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari

ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus

albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga

konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif

untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali

dengan fase menstruasi berikutnya.

4.Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh

sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun,

sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus

berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata.

Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida.

Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang

membungkus oosit sekunder.

Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling

mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling

mendukung.

Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:

hialuronidase

Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.

akrosin

Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.

antifertilizin

Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.

Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari

glikoprotein dengan fungsi :

 Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.

 Menarik sperma secara kemotaksis positif.

 Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.


Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit

sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus

oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti

oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan

tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.

Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan

membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang

mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid)

akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.

5.Gestasi (Kehamilan)

Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalannya ke uterus,

zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan tersebut berupa sekelompok sel

yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap morula.

Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula, dengan

rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol). Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar

dan sel-sel bagian dalam.

Sel-sel bagian luar blastosit

Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit

pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi

sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk

mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian

dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut.

Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat

membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan.

Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi,

ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya

lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk

kekeringan.

Sakus vitelinus

Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk

dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus merupakan

tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus

vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion.


Korion

Korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion membentuk vili

korion (jonjot-jonjot) di dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah emrbrio yang

berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus.

Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ

pemberi nutrisi bagi embrio.

Amnion

Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam satu ruang yang berisi

cairan amnion (ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh membran amnion. Cairan amnion

berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas, juga melindungi embrio dari

perubahan suhu yang drastis serta guncangan dari luar.

Alantois

Alantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar menghubungkan embrio

dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam alantois terdapat pembuluh darah yang

menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme, seperti

karbon dioksida dan urea untuk dibuang oleh ibu.

Sel-sel bagian dalam blastosit

Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio (embrioblas). Pada

embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar (ektoderm) dan lapisan

dalam (endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke dalam sehingga membentuk lapisan tengah

(mesoderm). Selanjutnya, ketiga lapisan tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ

(organogenesis) pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8.

Ektoderm akan membentuk saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm akan membentuk tulang,

otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin. Endoderm akan membentuk

organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan pernapasan.

Selanjutnya, mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran, terjadi penyempurnaan

berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini disebut masa janin atau masa fetus.

6.Persalinan

Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan, uterus secara perlahan menjadi

lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga bayi dilahirkan. Penyebab

peningkatan kepekaan dan aktifitas uterus sehingga terjadi kontraksi yang dipengaruhi faktor-

faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.

Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen, oksitosin,

prostaglandin dan relaksin.


Estrogen

Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada saat persalinan. Estrogen

berfungsi untuk kontraksi uterus.

Oksitosin

Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi untuk kontraksi uterus.

Prostaglandin

Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan

intensitas kontraksi uterus.

Relaksin

Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta. Relaksin berfungsi untuk

relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul sehingga mempermudah

persalinan.

7.Laktasi

Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu. Produksi air susu

(laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu. Sebelum kehamilan, payudara hanya

terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu sistem berupa kelenjar susu dan saluran-

saluran kelenjar (duktus kelenjar) yang belum berkembang.

Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin.

Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan plasenta janin. Selain

mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh plasenta,

sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan

kelenjar payudara dan jaringan lemak disekitarnya juga bertambah besar. Walaupun estrogen dan

progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh

khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya, hormon

prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini

disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari

minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar

somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga

menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.

Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita

Gangguan menstruasi

Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan
amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun

dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi

selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang tengah mengalami siklus menstruasi.

Kanker genitalia

Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks dan ovarium.

Kanker vagina

Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi yang

diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi dan bedah

laser.

Kanker serviks

Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel serviks.

Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas

vagina dan kelenjar limfe panggul.

Kanker ovarium

Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada panggul,

perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan

dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.

Endometriosis

Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di luar uterus, yaitu dapat

tumbuh di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di paru-paru.

Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri pada masa menstruasi.

Jika tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit terjadi kehamilan. Penanganannya

dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan, laparoskopi atau bedah laser.

Infeksi vagina

Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina menyerang

wanita usia produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan kelamin, terutama bila suami

terkena infeksi, jamur atau bakteri.

Anda mungkin juga menyukai