PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi, kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
pada setiap tahunnya, sekitar 40%-60% dari kunjungan di Puskesmas adalah
penyakit ISPA. Seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA umumnya karena
pneumonia dan terjadi pada bayi yang berumur kurang dari 2 bulan.
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun
1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian khususnya pada bayi dan anak balita, namun kenyataannya angka
kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi. ISPA sering disalah artikan
sebagai infeksi saluran pernapasan atas, yang sebenarnya ISPA merupakan
singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Sebagian besar
infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian dapat
menyebabkan anak menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik sehingga dapat mengakibat kematian.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin dan udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya. ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada
anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan
keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-
anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan keperawatan keluarga Tn. S pada An. D dengan
ISPA di Dusun Sumberpiji – Desa Sumberkembar.
b. Tujuan Khusus
1. Keluarga mampu mengenal masalah ISPA
2. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mencegah
komplikasi ISPA
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada keluarga yang menderita
ISPA
4. Keluarga mampu memberikan tindakan keperawatan pada anggota
keluarga yang menderita ISPA
5. Keluarga mampu memelihara dan memodifikasi lingkungan pada
penderita ISPA
6. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga yang
menderita ISPA
C. Manfaat
a. Mahasiswa
1. Melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah
keperawatan keluarga
2. Meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga
b. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan kesehatan
sendiri sehingga tercipta peningkatan status dan derajat kesehatan keluarga
yang optimal
BAB II
KONSEP TEORI
KONSEP KELUARGA
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras
dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya
(BKKBN, 1999).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 1998).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan ( Departemen
Kesehatan RI,1988).
B. Struktur Keluarga
a. Dominasi struktur keluarga
1. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan/ disusun melalui jalur garis ayah,
suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan/ di susun melalui jalur garis ibu.
Suku Padang merupakan salah satu suku yang menggunakan struktur
keluarga matrilineal
2. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri
3. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan berada pada pihak istri
(Setiawati & Dermawan, 2008)
b. Ciri – ciri struktur keluarga
1. Terorganisasi
Saling berhubungan dan saling ketergantungan antara anggota
keluarga
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing-masing
c. Elemen struktur keluarga ( Friedman )
1. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik di
dalam keluarganya sendiri maupun peran di lingkungan masyarakat
2. Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini
dalam keluarga
3. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang
tua, orangtua dan anak, diantara anggota keluarga atau dalam keluarga
4. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan/ mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku
kearah positif
D. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkingannya, disamping itu juga
dapat berperan sebagi pencari nafkah tambahan dalam keluarganya
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual
E. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
1. Meneruskan keturunan
2. Memelihara dan membesarkan anak
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
b. Fungsi psikologis
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak
2. Membentu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2. Mengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa mendatang
e. Fungsi pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
KONSEP ISPA
A. Definisi ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14
hari, mulai dari hidung sampai gelembung paru beserta organ-organ
disekitarnya seperti: sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian
besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak
akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik
dapat mengakibat kematian.
B. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing)
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang dari 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit
yaitu:
a. Pneumonia: tarikan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat (batas
napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit
atau lebih)
b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu:
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak/ adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang/ tidak menangis atau meronta)
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat (batas napas cepat ialah untuk usia 2 -
12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4 tahun adalah
40 kali per menit atau lebih)
c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004)
C. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri dan virus, antara lain:
a. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium
b. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma dan Herpesvirus
D. Gejala ISPA
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul
karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena
kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
dan gatal dalam hidung yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi
lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah.
Bila tidak terdapat komplikasi, maka gejalanya akan berkurang sesudah 3-5
hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia
(radang paru)
A. Data Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. S
b. Umur : 47 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Pendidikan : SMA
f. Alamat : Dusun Sumberpiji – Desa Sumberkembar
g. Komposisi Keluarga
Hubung Pendidi Pekerja Status Status
Nama Usia Sex
an kan an Imuniasi Kesehatan
Ny. W 36 P Istri SMP IRT Lengkap Sehat
An. B 16 L Anak SMA - Lengkap Sehat
An. D 4 L Anak TK - Lengkat ISPA
h. Genogram
Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien ISPA
: Tinggal Serumah
i. Tipe Keluarga Keluarga
Keluarga Tn. S merupakan tipe Nuclear family (keluarga inti) yang
terdiri dari suami, istri dan dua orang anak
j. Suku Bangsa
Keluarga Tn. S dan Ny. W sama-sama bersuku bangsa jawa
k. Agama
Keluarga Tn. S adalah keluarga yang menganut agama islam dan
taat melaksanakan ibadah, serta rajin pula menghadiri pengajian di
lingkungan setempat.
l. Status Sosial Ekonomi
Keluarga Tn. S bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan
perbulan antara Rp 1.000.000 – 2.000.000. Semua keuangan dikelola oleh
Ny. W dengan pengeluaran rutin perbulan untuk belanja, bayar sekolah
anak dan bayar listrik
m. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn. S mengisi waktu luang sehari-hari dengan menonton
Tv dan sekali waktu ketempat wisata untuk rekreasi keluar rumah
C. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Keluarga Tn. S tinggal di rumah permanen dengan luas tanah 120
m2 dan luas bangunan 80 m2 berlantai keramik. Ventilasi cukup baik,
cahaya matahari bisa masuk melalui jendela dan pintu di ruang tamu,
ruang tidur, ruang keluarga, ruang makan, dapur dan kamar mandi.
Pada malam hari penerangan memakai lampu listrik, sumber air
bersih menggunakan PDAM. Sampah dibuang pada halaman kosong dan
pengolahanya dengan dibakar. Limbah keluarga langsung mengalir ke
selokan dipan rumah. WC terletak di dalam rumah dengan kondisi terawat
baik.
Denah rumah:
RT
U
KT
KT RK
KT
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Rata–rata tetangga keluarga Tn. S bermata pencaharian sebagai
petani dan buruh petani. Jarak dengan rumah tetangga berdekatan, sikap
tetangga terhadap keluarga Tn. S cukup baik. Setiap hari rabu ada kegiatan
membaca yasin dan tahlil (ibu-ibu), sedang pada hari kamis kegiatan
yasinan dan tahlilan (bapak-bapak). Kegiatan kerja bakti dilakukan
secarakondisional dan jika ada salah satu warga sedang ditimpa musibah
atau punya hajat, semua tetangga saling membantu.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. S sejak menikah sampai punya anak belum pernah
pindah rumah. Jika bepergian Tn. S dan Ny. W menggunakan sepeda
motor.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. S dapat berkumpul lengkap pada malam hari, setelah
pulang kerja dan anak-anak pulang dari mengaji. Keluarga Tn. S selalu
berusaha mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang ada di lingkungan RT
maupun RW.
e. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat ada 3 orang, yaitu Tn. S, Ny.
W dan An. B. Bila ada anggota keluarga yang mengeluh sakit dibelikan
obat yang dijual di warung-warung dahulu sebelum ke fasilitas kesehatan
D. Sruktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga menggunakan pola komunikasi terbuka, bila ada anggota
keluarga yang berperilaku dan bersikap kurang benar langsung diingatkan
dan diberi masukan bagaimana sikap yang seharusnya.
b. Struktur kekuatan keluarga
Tn. S cukup mampu mempengaruhi dan mengendalikan perilaku
istri dan anaknya dengan memberi nasehat verbal serta memberikan
contoh perilaku yang baik.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. S berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah bagi
keluarganya. Ny. W berperan sebagai pengasuh anak dan pengatur
keuangan keluarga.
d. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn. S percaya bahwa kesehatan sangatlah penting,
sehingga berusaha menjaganya dengan baik.
E. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Anggota keluarga saling menyayangi, mencintai dan saling
memiliki. Anggota keluarga saling mendukung, jika ada persoalan
dibicarakan bersama dan dicarikan jalan keluarnya. Tn. S dan Ny. W
berusaha saling menghargai pendapat atau sikap masing-masing. Kepada
anaknya juga diajarkan bagaimana menghargai orang lain.
b. Fungsi sosialisasi
Tn. S dan Ny. W mampu menjalankan fungsi sosialisasi dengan
mengikuti kegiatan perkumpulan rutin RT, kerja bakti, yasinan dan
tahlilan serta arisan ibu-ibu. Keluarga mampu berinteraksi sesuai dengan
nilai dan norma yang ada di masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga mampu menyediakan makanan, pakaian dan
perlindungan bagi semua anggotanya. Jika ada anggota keluarga yang sakit
maka dibelikan obat warung dengan dosis yang diperkirakan sendiri
karena biasanya etiket obat sudah tidak ada. Keluarga meyakini bahwa
sehat adalah kenikmatan dan sakit adalah cobaan dari Tuhan yang harus
dihadapi dengan berusaha mencari pengobatan.
Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan:
1. Mengenal masalah kesehatan
Pada dasarnya keluarga belum mengenal masalah kesehatan
secara detail. Keluarga Tn. S belum tahu tentang cara pencegahan,
penularan penyakit ISPA serta keluarga belum mengetahui tentang
bahaya ISPA.
2. Memutuskan untuk merawat
Keluarga belum dapat mengambil keputusan untuk merawat
anggota keluarganya yang terserang ISPA. Perawatan yang diberikan
baru sebatas yang diketahui saja.
3. Mampu merawat
Kemampuan keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit
ISPA masih sangat terbatas, belum sampai pada upaya pencegahan dan
penularan.
4. Modifikasi lingkungan
Lingkungan cukup mendukung untuk penyelesaian masalah
kesehatan, seperti ventilasi yang cukup, pencahayaan, kebersihan rumah
dan halaman yang cukup.
5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan belum
optimal. Keluarga hanya datang ke Puskesmas atau praktek Bidan
terdekat jika ada anggota keluarga yang dianggap sakit serius
d. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. S memiliki 2 anak, anak pertama berusia 16 tahun
(remaja) dan anak kedua berusia 4 tahun. Ny. W mengikuti program KB
dengan alat kontrasepsi suntik (tiap 3 bulan).
e. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. S secara ekonomi telah mampu memenuhi kebutuhan
hidup keluarga sehari-hari.
H. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. S merasa beruntung ada petugas kesehatan yang
berkunjung ke rumahnya, keluarga berharap agar selalu ada petugas
kesehatan yang berkunjung ke rumah untuk meningkatkan kesehatan seluruh
anggota keluarga.
I. Analisa Data
Data Fokus Problem Etiologi
Data Subjektif Inefektif Ketidakmampuan
Menurut Ny. W menderita ISPA sejak 1 bersihan jalan keluarga
minggu yang lalu dan beberapa hari nafas mengambil
terakhir An. D mengeluh hidung keputusan yang
tersumbat, kadang-kadang demam, batuk tepat untuk
pilek dan sering bersin mengatasi ISPA
Sudah diberikan obat toko pada An. D tapi
belum sembuh
Data Objektif
Hidung beringus
An. D sering bersin dan batuk
Nafas 24 x/menit
Terdengar Ronchi
Data Subjektif Resiko Ketidakmampuan
Tn. S dan Ny. W mengatakan belum penularan keluarga dalam
begitu faham tentang cara perawatan dan penyakit mengenal upaya
pencegahan batuk pilek/ ISPA serta (ISPA) pencegahan dan
penularannya penularan ISPA
Data Objektif
Selama ini An. D tidak pernah menutup
mulutnya saat bersin
An. D sering menyeka ingus memakai
bajunya
J. Skala Prioritas Masalah
a. Inefektif bersihan jalan nafas
Bobot
No Kriteria Pembenaran
Perhitungan
Masalah ini merupakan masalah
Sifat masalah
1 3/3 x 1 = 1 aktual/ telah terjadi berdasarkan data
Aktual: 3
yang ada
Kemungkinan masalah Masalah mudah dirubah karena meski
2 dapat diubah 2/2 x 2 = 2 keluarga belum mengenal masalah
Mudah: 2 namun bersikap terbuka/ kooperatif
Masalah telah aktual namun keluarga
Kemungkinan masalah
mempunyai motivasi yang cukup
3 dapat dicegah 2/3 x 1 = 2/3
untuk mencegah disabilitas lebih
Cukup: 2
lanjut
Menonjolnya masalah
Masalah sudah aktual sehingga perlu
4 perlu segera ditangani 2/2 x 1 = 1
segera ditangani
Segera: 2
Skor 4 2/3