Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi, kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
pada setiap tahunnya, sekitar 40%-60% dari kunjungan di Puskesmas adalah
penyakit ISPA. Seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA umumnya karena
pneumonia dan terjadi pada bayi yang berumur kurang dari 2 bulan.
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun
1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian khususnya pada bayi dan anak balita, namun kenyataannya angka
kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi. ISPA sering disalah artikan
sebagai infeksi saluran pernapasan atas, yang sebenarnya ISPA merupakan
singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Sebagian besar
infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian dapat
menyebabkan anak menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik sehingga dapat mengakibat kematian.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin dan udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya. ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada
anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan
keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-
anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan keperawatan keluarga Tn. S pada An. D dengan
ISPA di Dusun Sumberpiji – Desa Sumberkembar.
b. Tujuan Khusus
1. Keluarga mampu mengenal masalah ISPA
2. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mencegah
komplikasi ISPA
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada keluarga yang menderita
ISPA
4. Keluarga mampu memberikan tindakan keperawatan pada anggota
keluarga yang menderita ISPA
5. Keluarga mampu memelihara dan memodifikasi lingkungan pada
penderita ISPA
6. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga yang
menderita ISPA

C. Manfaat
a. Mahasiswa
1. Melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah
keperawatan keluarga
2. Meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga
b. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan kesehatan
sendiri sehingga tercipta peningkatan status dan derajat kesehatan keluarga
yang optimal
BAB II
KONSEP TEORI

KONSEP KELUARGA
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras
dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya
(BKKBN, 1999).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 1998).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan ( Departemen
Kesehatan RI,1988).

B. Struktur Keluarga
a. Dominasi struktur keluarga
1. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan/ disusun melalui jalur garis ayah,
suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan/ di susun melalui jalur garis ibu.
Suku Padang merupakan salah satu suku yang menggunakan struktur
keluarga matrilineal
2. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri
3. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan berada pada pihak istri
(Setiawati & Dermawan, 2008)
b. Ciri – ciri struktur keluarga
1. Terorganisasi
Saling berhubungan dan saling ketergantungan antara anggota
keluarga
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing-masing
c. Elemen struktur keluarga ( Friedman )
1. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik di
dalam keluarganya sendiri maupun peran di lingkungan masyarakat
2. Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini
dalam keluarga
3. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang
tua, orangtua dan anak, diantara anggota keluarga atau dalam keluarga
4. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan/ mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku
kearah positif

C. Struktur/ Tipe/ Bentuk Keluarga


a. Tradisional
1. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
2. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah
3. Keluarga usila
Kelurga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri
4. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karier/ pendidikan yang terjadi pada wanita
5. The extended family (keluarga luas/ besar)
Keluarga yang terdiri dari 3 generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek-
nenek) dan keponakan
6. The single parent family (keluarga duda/ janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ ibu) dengan anak.
Hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan
7. Commuter family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar
kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan
8. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah
9. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama, misalnya: kamar mandi, dapur, televisi dan telepon
10. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
11. The single adult living alone/single- adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti: perceraian/
ditinggal mati
b. Non Tradisional
1. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
tanpa hubungan nikah
2. The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
3. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/ membesarkan anak bersama
4. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan
5. Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami istri (marital patners)
6. Cohabiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
7. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya
8. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama dan bertanggungjawab membesarkan anaknya
9. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya
10. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental
11. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya

D. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkingannya, disamping itu juga
dapat berperan sebagi pencari nafkah tambahan dalam keluarganya
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual

E. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
1. Meneruskan keturunan
2. Memelihara dan membesarkan anak
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
b. Fungsi psikologis
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak
2. Membentu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2. Mengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa mendatang
e. Fungsi pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

F. Tahap Perkembangan Keluarga


a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing
b. Keluarga ghild-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah
anggota keluarga maximal sehingga keluarga sangat sibuk
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir 6-
7 tahun kemudian yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memeberi
tanggungjawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah
satu pasangan pension, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai
keduanya meninggal

KONSEP ISPA
A. Definisi ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14
hari, mulai dari hidung sampai gelembung paru beserta organ-organ
disekitarnya seperti: sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian
besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak
akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik
dapat mengakibat kematian.

B. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing)
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang dari 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit
yaitu:
a. Pneumonia: tarikan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat (batas
napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit
atau lebih)
b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu:
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak/ adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang/ tidak menangis atau meronta)
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat (batas napas cepat ialah untuk usia 2 -
12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4 tahun adalah
40 kali per menit atau lebih)
c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004)

C. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri dan virus, antara lain:
a. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium
b. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma dan Herpesvirus
D. Gejala ISPA
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul
karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena
kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
dan gatal dalam hidung yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi
lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah.
Bila tidak terdapat komplikasi, maka gejalanya akan berkurang sesudah 3-5
hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia
(radang paru)

E. Cara Penularan ISPA


Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah
tercemar bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena
itu penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.
Penularan melalui udara yang dimaksudkan adalah cara penularan yang
terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.
Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak
langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya
adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau
mikroorganisme penyebab

F. Faktor Yang Mempengaruhi ISPA


a. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru, kejadiannya
bisa secara akut atau kronis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal
sebagai selesma/ common cold/ koriza/ flu/ pilek merupakan penyakit virus
yang paling sering terjadi pada manusia, penyebabnya adalah virus
Myxovirus, Coxsackie dan Echo
b. Manusia
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak
berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih
besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi
karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan
lumen saluran nafasnya masih sempit
2. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA
pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan
3. Status gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan
penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun.
Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu
biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan.
Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan
mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh
4. Berat badan lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat
lahir <2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR
mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat
≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia
adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir
5. Status ASI eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang
bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi bakteri dan virus,
terutama selama minggu pertama (4-6 hari). Payudara akan menghasilkan
kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin,
Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat
penting untuk melindungi bayi dari infeksi
6. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang
terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit
infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak
c. Lingkungan
1. Kelembaban ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan
(2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban
ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan
hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai
exp (B) 28,097 yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita
sebesar 28 kali
2. Suhu ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu
optimum 18-300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah
180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat.
Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor
risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali
3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, diantaranya untuk
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut
tetap terjaga
4. Kepadatan hunian rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004),
menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada
anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang
tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya
tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya
ISPA sebesar 9 kali
5. Penggunaan anti nyamuk
Penggunaan anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan
nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena
menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di
lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan
6. Bahan bakar untuk memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat
menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74%
wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun
2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan
penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian
7. Keberadaan perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok
pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya
merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil
penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi
perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9%
8. Status ekonomi dan pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa
bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan
bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke
dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan
bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi
berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status
ekonominya rendah
G. Penatalaksanaan
Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis,
misalnya: ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan
pasien dan anti piretik untuk menurunkan demam.
Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati, penghisapan lendir
hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah
untuk pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap.
Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1%, bila
ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik.
Batuk yang produktif (pada bronkoinfeksi dan trakeitis) tidak boleh
diberikan antitusif, misalnya: kodein karena menyebabkan depresi pusat batuk
dan pusat muntah serta penumpukan sekret hingga dapat meyebabkan
bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut terutama yang kronik dapat
diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah, 1995; 13)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S
DENGAN MASALAH ISPA

A. Data Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. S
b. Umur : 47 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Pendidikan : SMA
f. Alamat : Dusun Sumberpiji – Desa Sumberkembar
g. Komposisi Keluarga
Hubung Pendidi Pekerja Status Status
Nama Usia Sex
an kan an Imuniasi Kesehatan
Ny. W 36 P Istri SMP IRT Lengkap Sehat
An. B 16 L Anak SMA - Lengkap Sehat
An. D 4 L Anak TK - Lengkat ISPA

h. Genogram

Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien ISPA
: Tinggal Serumah
i. Tipe Keluarga Keluarga
Keluarga Tn. S merupakan tipe Nuclear family (keluarga inti) yang
terdiri dari suami, istri dan dua orang anak
j. Suku Bangsa
Keluarga Tn. S dan Ny. W sama-sama bersuku bangsa jawa
k. Agama
Keluarga Tn. S adalah keluarga yang menganut agama islam dan
taat melaksanakan ibadah, serta rajin pula menghadiri pengajian di
lingkungan setempat.
l. Status Sosial Ekonomi
Keluarga Tn. S bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan
perbulan antara Rp 1.000.000 – 2.000.000. Semua keuangan dikelola oleh
Ny. W dengan pengeluaran rutin perbulan untuk belanja, bayar sekolah
anak dan bayar listrik
m. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn. S mengisi waktu luang sehari-hari dengan menonton
Tv dan sekali waktu ketempat wisata untuk rekreasi keluar rumah

B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. S berada pada tahap keluarga
dengan anak remaja
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas-tugas perkembangan tahap ini telah dilaksanakan oleh
keluarga Tn. S dengan baik, tidak ada tugas perkembangan yang belum
terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
Keluarga Tn. S tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
DM dan Hipertensi. Tn. S maupun Ny. W jarang mengalami sakit yang
serius, hanya sekali waktu terkena flu ringan.
Saat ini An. D sedang menderita ISPA sejak 1 minggu yang lalu,
menurut Ny. W beberapa hari terakhir An. D mengeluh hidung tersumbat,
kadang-kadang demam, batuk pilek dan sering bersin. Ny. W sudah
memberikan obat toko pada An. D, tapi belum sembuh juga. Tn. S dan Ny.
W mengatakan belum begitu faham tentang cara perawatan dan
pencegahan batuk pilek/ ISPA serta penularannya.
Selama ini An. D tidak pernah menutup mulutnya saat bersin dan
sering menyeka ingus memakai bajunya. An. D telah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap, sejauh ini fasilitas kesehatan yang sering
dimanfaatkan oleh keluarga Tn. S adalah Poskesdes dan praktek Bidan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)
Tn. S merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, hubungan
dengan orang tua dan saudara kandung cukup baik. Ny. W adalah anak
kedua dari empat bersaudara, hubungan dengan orang tua dan adik-
kakaknya cukup baik.

C. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Keluarga Tn. S tinggal di rumah permanen dengan luas tanah 120
m2 dan luas bangunan 80 m2 berlantai keramik. Ventilasi cukup baik,
cahaya matahari bisa masuk melalui jendela dan pintu di ruang tamu,
ruang tidur, ruang keluarga, ruang makan, dapur dan kamar mandi.
Pada malam hari penerangan memakai lampu listrik, sumber air
bersih menggunakan PDAM. Sampah dibuang pada halaman kosong dan
pengolahanya dengan dibakar. Limbah keluarga langsung mengalir ke
selokan dipan rumah. WC terletak di dalam rumah dengan kondisi terawat
baik.
Denah rumah:
RT
U
KT

KT RK

KT
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Rata–rata tetangga keluarga Tn. S bermata pencaharian sebagai
petani dan buruh petani. Jarak dengan rumah tetangga berdekatan, sikap
tetangga terhadap keluarga Tn. S cukup baik. Setiap hari rabu ada kegiatan
membaca yasin dan tahlil (ibu-ibu), sedang pada hari kamis kegiatan
yasinan dan tahlilan (bapak-bapak). Kegiatan kerja bakti dilakukan
secarakondisional dan jika ada salah satu warga sedang ditimpa musibah
atau punya hajat, semua tetangga saling membantu.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. S sejak menikah sampai punya anak belum pernah
pindah rumah. Jika bepergian Tn. S dan Ny. W menggunakan sepeda
motor.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. S dapat berkumpul lengkap pada malam hari, setelah
pulang kerja dan anak-anak pulang dari mengaji. Keluarga Tn. S selalu
berusaha mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang ada di lingkungan RT
maupun RW.
e. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat ada 3 orang, yaitu Tn. S, Ny.
W dan An. B. Bila ada anggota keluarga yang mengeluh sakit dibelikan
obat yang dijual di warung-warung dahulu sebelum ke fasilitas kesehatan

D. Sruktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga menggunakan pola komunikasi terbuka, bila ada anggota
keluarga yang berperilaku dan bersikap kurang benar langsung diingatkan
dan diberi masukan bagaimana sikap yang seharusnya.
b. Struktur kekuatan keluarga
Tn. S cukup mampu mempengaruhi dan mengendalikan perilaku
istri dan anaknya dengan memberi nasehat verbal serta memberikan
contoh perilaku yang baik.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. S berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah bagi
keluarganya. Ny. W berperan sebagai pengasuh anak dan pengatur
keuangan keluarga.
d. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn. S percaya bahwa kesehatan sangatlah penting,
sehingga berusaha menjaganya dengan baik.

E. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Anggota keluarga saling menyayangi, mencintai dan saling
memiliki. Anggota keluarga saling mendukung, jika ada persoalan
dibicarakan bersama dan dicarikan jalan keluarnya. Tn. S dan Ny. W
berusaha saling menghargai pendapat atau sikap masing-masing. Kepada
anaknya juga diajarkan bagaimana menghargai orang lain.
b. Fungsi sosialisasi
Tn. S dan Ny. W mampu menjalankan fungsi sosialisasi dengan
mengikuti kegiatan perkumpulan rutin RT, kerja bakti, yasinan dan
tahlilan serta arisan ibu-ibu. Keluarga mampu berinteraksi sesuai dengan
nilai dan norma yang ada di masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga mampu menyediakan makanan, pakaian dan
perlindungan bagi semua anggotanya. Jika ada anggota keluarga yang sakit
maka dibelikan obat warung dengan dosis yang diperkirakan sendiri
karena biasanya etiket obat sudah tidak ada. Keluarga meyakini bahwa
sehat adalah kenikmatan dan sakit adalah cobaan dari Tuhan yang harus
dihadapi dengan berusaha mencari pengobatan.
Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan:
1. Mengenal masalah kesehatan
Pada dasarnya keluarga belum mengenal masalah kesehatan
secara detail. Keluarga Tn. S belum tahu tentang cara pencegahan,
penularan penyakit ISPA serta keluarga belum mengetahui tentang
bahaya ISPA.
2. Memutuskan untuk merawat
Keluarga belum dapat mengambil keputusan untuk merawat
anggota keluarganya yang terserang ISPA. Perawatan yang diberikan
baru sebatas yang diketahui saja.
3. Mampu merawat
Kemampuan keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit
ISPA masih sangat terbatas, belum sampai pada upaya pencegahan dan
penularan.
4. Modifikasi lingkungan
Lingkungan cukup mendukung untuk penyelesaian masalah
kesehatan, seperti ventilasi yang cukup, pencahayaan, kebersihan rumah
dan halaman yang cukup.
5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan belum
optimal. Keluarga hanya datang ke Puskesmas atau praktek Bidan
terdekat jika ada anggota keluarga yang dianggap sakit serius
d. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. S memiliki 2 anak, anak pertama berusia 16 tahun
(remaja) dan anak kedua berusia 4 tahun. Ny. W mengikuti program KB
dengan alat kontrasepsi suntik (tiap 3 bulan).
e. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. S secara ekonomi telah mampu memenuhi kebutuhan
hidup keluarga sehari-hari.

F. Stress Dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
1. Stresor jangka pendek
Masalah yang sering dihadapi keluarga Tn. S adalah jika ada
anggota keluarga yang sakit
2. Stresor jangka panjang
Tidak ada stressor jangka panjang (Ny. W mengatakan tidak ada
stressor jangka panjang dalam keluarga, semua masalah keluarga dapat
diatasi dalam jangka pendek).
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Keluarga memberikan respon pada stresor dengan berusaha
mencari pengobatan/ pertolongan tenaga kesehatan jika ada anggota
keluarganya yang sakit.
c. Strategi koping yang digunakan
Bila ada permasalahan, baik Tn. S maupun Ny. W berusaha
mencari pemecahannya dengan dimusyawarahkan bersama.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Jika ada masalah sejauh ini tidak pernah muncul strategi yang
disfungsional dalam keluarga Tn. S.

G. Pemeriksaan Fisik Keluarga


Pemeriksaan Tn. S Ny. W An. B An. D
Keadaan umum Baik Baik Baik Baik
Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis
Tanda vital
- Tensi (mmHg) 120/80 110/60 110/70 -
- Nadi (x/m) 76 72 80 86
- Suhu (0C) 36 36.5 36.6 36.6
- Nafas (x/m) 20 18 20 24
Kepala
- Rambut Bersih Bersih Bersih Bersih
- Mata Tidak anemi Tidak anemi Tidak anemi Tidak anemi
- Hidung Bersih Bersih Bersih beringus
- Telinga Bersih Bersih Bersih Bersih
- Mulut Lembab Lembab Lembab Lembab
Dada
- Inspeksi Simetris Simetris Simetris Simetris
- Palpasi Tidak ada yeri Tidak ada yeri Tidak ada yeri Tidak ada yeri
tekan tekan tekan tekan
- Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
- Auskultasi Vesiculer Vesiculer Vesiculer Ronchi
Perut
- Inspeksi Cembung Cembung Cembung Cembung
- Auskultasi Bising usus 10 Bising usus 8 Bising usus 11 Bising usus 12
- Palpasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
- Perkusi Tympani Tympani Tympani Tympani
Genetalia dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Anus hemoroid hemoroid hemoroid hemoroid
Extrimitas Tidak odem & Tidak odem & Tidak odem & Tidak odem &
pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan
bebas bebas bebas bebas

H. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. S merasa beruntung ada petugas kesehatan yang
berkunjung ke rumahnya, keluarga berharap agar selalu ada petugas
kesehatan yang berkunjung ke rumah untuk meningkatkan kesehatan seluruh
anggota keluarga.
I. Analisa Data
Data Fokus Problem Etiologi
Data Subjektif Inefektif Ketidakmampuan
 Menurut Ny. W menderita ISPA sejak 1 bersihan jalan keluarga
minggu yang lalu dan beberapa hari nafas mengambil
terakhir An. D mengeluh hidung keputusan yang
tersumbat, kadang-kadang demam, batuk tepat untuk
pilek dan sering bersin mengatasi ISPA
 Sudah diberikan obat toko pada An. D tapi
belum sembuh
Data Objektif
 Hidung beringus
 An. D sering bersin dan batuk
 Nafas 24 x/menit
 Terdengar Ronchi
Data Subjektif Resiko Ketidakmampuan
 Tn. S dan Ny. W mengatakan belum penularan keluarga dalam
begitu faham tentang cara perawatan dan penyakit mengenal upaya
pencegahan batuk pilek/ ISPA serta (ISPA) pencegahan dan
penularannya penularan ISPA
Data Objektif
 Selama ini An. D tidak pernah menutup
mulutnya saat bersin
 An. D sering menyeka ingus memakai
bajunya
J. Skala Prioritas Masalah
a. Inefektif bersihan jalan nafas
Bobot
No Kriteria Pembenaran
Perhitungan
Masalah ini merupakan masalah
Sifat masalah
1 3/3 x 1 = 1 aktual/ telah terjadi berdasarkan data
Aktual: 3
yang ada
Kemungkinan masalah Masalah mudah dirubah karena meski
2 dapat diubah 2/2 x 2 = 2 keluarga belum mengenal masalah
Mudah: 2 namun bersikap terbuka/ kooperatif
Masalah telah aktual namun keluarga
Kemungkinan masalah
mempunyai motivasi yang cukup
3 dapat dicegah 2/3 x 1 = 2/3
untuk mencegah disabilitas lebih
Cukup: 2
lanjut
Menonjolnya masalah
Masalah sudah aktual sehingga perlu
4 perlu segera ditangani 2/2 x 1 = 1
segera ditangani
Segera: 2
Skor 4 2/3

b. Resiko penularan penyakit (ISPA)


Bobot
No Kriteria Pembenaran
Perhitungan
Masalah ini merupakan masalah
Sifat masalah
1 2/3 x 1 = 2/3 resiko/ ancaman/ belum terjadi
Ancaman: 2
berdasarkan data yang ada
Kemungkinan masalah Masalah mudah diubah karena
2 dapat dirubah 2/2 x 2 = 2 keluarga belum mengenal masalah
Mudah: 2 namun bersikap terbuka/ kooperatif
Kemungkinan masalah Masalah belum aktual namun keluarga
3 dapat dicegah 3/3 x 1 = 1 mempunyai motivasi yang tinggi
Tinggi: 3 untuk mencegahnya
Menonjolnya masalah Masalah belum muncul sehingga tidak
4 Masalah tidak dirasakan: 0/2 x 1 = 0 dirasakan oleh keluarga
0
Skor 3 2/6
K. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
a. Inefektif bersihan jalan nafas pada keluarga Tn. S terutama pada An. D
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
yang tepat untuk mengatasi ISPA
b. Resiko penularan penyakit (ISPA) pada keluarga Tn. S terutama pada Tn.
S, Ny. W dan An. B berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal upaya pencegahan dan penularan ISPA
L. Rencana Asuhan Keperawatan (NCP)
Diagnosa Tujuan Kriteria Standart Intervensi
Inefektif bersihan Setelah dilakukan  Keluarga dapat Kognitif  Keluarga mampu 1. Berikan penyuluhan
jalan nafas pada tindakan mengetahui tentang menjelaskan tentang ISPA
keluarga Tn. S keperawatan penyakit ISPA pengertian ISPA 2. Berikan penyuluhan
terutama pada An. selama 1x 60  Keluarga dapat  Keluarga mampu tentang cara merawat
D berhubungan menit diharapkan mendemonstrasikan menjelaskan tanda anggota keluarga yang
dengan masalah bersihan cara pembuatan obat dan gejala ISPA terkena ISPA
ketidakmampuan jalan nafas tradisional batuk  Keluarga mampu 3. Demontrasikan tentang
keluarga inefektif dapat  Keluarga mengetahui menjelaskan cara cara pembuatan obat
mengambil teratasi cara merawat anggota merawat anggota tradisional untuk batuk
keputusan yang keluarga yang terkena keluargayang terkena 4. Anjurkan pada An. B
tepat untuk (ISPA) ISPA untuk banyak minum
mengatasi ISPA Psikomotor  Keluarga mampu 5. Anjurkan keluarga Tn.
mendemontrasikan S untuk memeriksakan
cara pembuatan obat anaknya ke faskes jika
tradisional untuk tidak kunjung sembuh
batuk
Resiko penularan Setelah dilakukan  Keluarga mengetahui Kognitif  Keluarga mampu 1. Berikan penyuluhan
penyakit (ISPA) tindakan cara pencegahan menjelaskan tentang tentang cara mencegah
pada keluarga Tn. keperawatan 1x penularan ISPA cara pencegahan dan penularan ISPA
S terutama pada 60 menit  Keluarga dapat penularan ISPA 2. Anjurkan kepada
Tn. S, Ny. W dan diharapkan tidak menghindari penularan keluarga untuk
An. B terjadi penularan menghindari hal-hal
berhubungan ISPA pada ISPA yang dapat
dengan anggota keluarga menyebabkan
ketidakmampuan yang lain penularan ISPA
keluarga dalam
mengenal upaya
pencegahan dan
penularan ISPA
M. Implementasi
No Waktu Implementasi Respon
Inefektif bersihan jalan nafas pada keluarga Tn. S terutama pada An. D
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
untuk mengatasi ISPA
1. Memberikan 1. Keluarga Tn. S
penyuluhan tentang antusias
ISPA pada keluarga Tn. mendengarkan dan
S mengerti isi
2. Mengajarkan cara penyuluhan
merawat anggota 2. Keluarga Tn. S
keluarga yang terkena mengerti dan bersedia
ISPA melakukan
3. Mendemontrasikan pengajaran yang telah
tentang cara pembuatan diberikan
17/ 2/ 2018
obat tradisional untuk 3. Keluarga Tn. S turut
1 Jam 18.30
batuk (jeruk+kecap) serta dalam demo
WIB
4. Menganjurkan pada pembuatan obat batuk
An. B untuk banyak tradisional
minum 4. Keluarga Tn. S
5. Menganjurkan keluarga bersedia
Tn. S untuk segera mendampingi An. B
memeriksakan anaknya 5. Keluarga Tn. S
ke faskes jika tidak bersedia ke Faskes
kunjung sembuh jika tidak kunjung ada
peruabahan pada
kesehatan An. B
Resiko penularan penyakit (ISPA) pada keluarga Tn. S terutama pada Tn. S, Ny. W
dan An. B berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal upaya
pencegahan dan penularan ISPA
1. Berikan penyuluhan 1. Keluarga Tn. S
tentang cara mencegah mengerti cara untuk
penularan ISPA pencegahan ISPA
17/ 2/ 2018 2. Anjurkan kepada 2. Keluarga Tn. S
2 Jam 19.00 keluarga untuk menjadi tahu dan
WIB menghindari hal-hal bersedia menghindari
yang dapat hal-hal yang dapat
menyebabkan menyebabkan
penularan ISPA penularan ISPA
N. Evaluasi
No Waktu S-O-A-P
Inefektif bersihan jalan nafas pada keluarga Tn. S terutama pada An. D berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
ISPA
S : Keluarga Tn. S mengatakan telah mengerti
perihal tentang penyakit ISPA
Keluarga Tn. S mengatakan sekarang sudah tahu
cara merawat anggota keluarga yang terkena ISPA
17/ 2/ 2018 dengan baik dan benar
1 Jam 19.30 O : Keluarga Tn. S terlihat antusian mendengarkan
WIB dan memberi feedback selama penyuluhan
Keluarga Tn. S mampu mendemonstrasikan
pembuatan obat batuk tradisional
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan intervensi
Resiko penularan penyakit (ISPA) pada keluarga Tn. S terutama pada Tn. S, Ny. W
dan An. B berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal upaya
pencegahan dan penularan ISPA
S : Keluarga Tn. S mengatakan sudah mengerti cara
untuk pencegahan ISPA
Keluarga Tn. S mengatakan bersedia menghindari
17/ 2/ 2018
hal-hal yang dapat menyebabkan penularan ISPA
2 Jam 19.30
O : Keluarga Tn. S terlihat antusian mendengarkan
WIB
dan memberi feedback selama penyuluhan
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai