Anda di halaman 1dari 33

MINI PROJECT

GAMBARAN PENGETAHUAN MENGENAI


DETEKSI DAN INTERVENSI DINI DIARE ANAK PADA KADER KESEHATAN
KELURAHAN KOTAMOBAGU BARAT, KOTA KOTA,ONAGU
PROVINSI SULAWESI UTARA

Disusun oleh:
Dr. Reza F.A Malah

Pembimbing:
Dr. Eka Budiyanti

Puskesmas Gogagoman
Kotamobagu Barat, Kotakotamobagu, Sulawesi Utara
Program Dokter Internship
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai
penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem
Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sebagai salah satu
perangkat pemerintahan yang berkecimpung dalam kesehatan, Puskesmas memiliki program
P2PM yang bertugas untuk melakukan pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah
diare.
Diare adalah penyebab nomor satu kematian anak di dunia. The United Nations
Children’s Fund (UNICEF) memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada anak meninggal karena
diare. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan Masyarakat di Indonesia baik
ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta kejadian luar biasa (KLB) yang
ditimbulkan. Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlansung kurang dari 1 minggu. Diare juga merupakan sindrome yang
menyertai berbagai penyakit tertentu atau akibat gangguan pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh adanya gangguan gizi, alergi, kekurangan enzim pencernaan, gangguan
mental, dan kekhawatiran. Atau secara tidak sengaja zat yang bersifat konstifasi ikut
terkonsumsi. Gangguan terjadinya diare sangat beragam dapat disebabkan oleh pengaruh
salah satu atau gabungan dari 3 mekanisme yang terdiri atas proses osmotis, gangguan
transport air elektrolit dan perubahan mortilitas usus. Diare merupakan salah satu penyakit
paling sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Diperkirakan angka kejadian di Negara berkembang berkisar 3,5-7 episode per anak
pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2-5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun
pertama kehidupan. Penyebab diare antara lain infeksi (bakteri, virus, protozoa, dan parasit),
alergi, malabsorbsi, keracunan bahan makanan, pbat dan defisiensi imun. Diare
memperlihatkan gejala berupa keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur lendir dan darah. Epidemiologi pathogen diare bervariasi sesuai dengan lokasi
geografis. Anak – anak di Negara berkembang banyak yang terinfeksi oleh bakteri pathogen
dan parasit, sementara dinegara maju lerbih banyak terinfeksi oleh rotavirus. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan didapatkan enteropatogen dari diare memperlihatkan hasil
prevalensi rotavirus 30 %, E. Coli patogen 45,9%, E. Coli Toksigenik 14, 3%, Salmonella
22,3%, Shigella 1,2%, Campylobacter 5,8% dan V. Cholera 1,2%. Dibeberapa penelitian yang
dilakukan diIndonesia mendapatak prevalensi infeksi rotavirus sebnyak 45,5 % pada anak
berusia 1-60 bulan yang menderita diare akut.
Menurut Schwartz, tanda dan gejala diare pada anak antara lain termasuk dalam gejala
umum yaitu, berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare, muntah (biasanya
menyertai diare pada gastroenteritis akut), demam (dapat mendahului atau tidak mendahului
gejala diare), gejala dehidrasi (mata cekung, ketegangan kulit menurun, dan apatis bahkan
gelisah). Sedangkan yang termasuk dalam gejala spesifik adalah Vibrio cholera(diare hebat,
warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis), dan Disenteriform (tinja berlendir dan atau
berdarah). Hal yang penting dan perlu diperhatikan dari diare adalah komplikasi yang sering
terjadi berupa dehidrasi. Derajat dehidrasi akibat diare menurut Widoyono dibedakan menjadi
tiga, yaitu 1. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa bermain
seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih mau makan dan minum
seperti biasa, 2. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah, mata
sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit, 3. Dehidrasi berat, anak
apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan kulit turgor kembali lambat, nafas
cepat, anak terlihat lemah.
Dengan adanya program P2PM di Puskesmas, diharapkan kasus – kasus yang
berkaitan dengan dengan penyakit menular karena infeksi salah satunya diare ini bisa di
deteksi sedini mungkin dan menjadi tugas utama Puskesmas untuk menjadi lini pertama
bidang kesehatan agar tidak terjadi suatu out break dimasyarakat, maupun komplikasi dari
diare yang sangat mematikan berupa dehidrasi.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan


masyarakat merupakan salah satu tataran pelaksanaan pendidikan dan pemantauan kesehatan
masyarakat. Pemantauan dan deteksi diare pada anak sedini mungkin merupakan bagian dari tugas
tenaga kesehatan puskesmas di wilayah kerjanya masing-masing.

Mengingat pentingnya tugas tenaga kesehatan puskesmas dalam pemantauan dan deteksi
diare pada anak, maka pemahaman dan keterampilan setiap petugas tenaga kesehatan puskesmas
dalam konsep teknis deteksi dan intervensi dini diare pada anak menjadi sangat penting. Atas latar
belakang tersebut dilaksanakan mini project sosialisasi dan pelatihan deteksi dan intervensi diare pada
anak kepada kader kesehatan di Kelurahan Kotamobagu Barat.

1.2 Rumusan Masalah


- Bagaimana upaya stimulasi, deteksi dan intervensi dini diare pada anak di Puskesmas Gogagoman
?
- Bagaimana proses deteksi dan intervensi dini diare pada anak yang dapat memantau secara cermat
proses tumbuh kembang anak usia dini beserta kemungkinan disfungsi yang ada di Puskesmas
Gogagoman ?
- Bagaimana pemahaman tenaga kesehatan di Puskesmas Gogagoman mengenai program deteksi
dan intervensi dini diare pada anak di puskesmas Gogagoman ?

1.2 Rumusan Masalah


- Bagaimana gambaran pengetahuan kader kesehatan terkait diare di Puskesmas Gogagoman ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
- Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Gogagoman.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mengetahui gambaran pengetahuan kader kesehatan terkait diare di Puskesmas Gogagoman?

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
- Berperan serta dalam upaya deteksi dan intervensi dini diare
- Mengaplikasikan pengetahuan mengenai program deteksi dan intervensi dini diare.
- Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter Indonesia

1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas


- Menambah pemahaman para tenaga kesehatan puskesmas mengenai karakteristik dan deteksi diare.
- Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas Gogagoman tentang gambaran pengetahuan para kader
kesehatan mengenai diare.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat


- Masyarakat terfasilitasi dalam program deteksi dan intervensi dini mengenai diare.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendahuluan

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara yang
sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan
ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia1. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh
infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina
propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi 2. Bila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik2.

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi dehidrasi serta
gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa
diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional.
Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan
intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak
terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi
serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik
dan antiparasit3.
2. Definisi

Diare akut menurut Cohen4 adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk cair
dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut Noerasid5 diare akut ialah diare yang terjadi
secara mendakak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan American Academy of Pediatrics
(AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi,
dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung
selama 3 – 7 hari6.

3. Epidemiologi

Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus
kematian sebagai akibatnya7. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode
per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun
pertama kehidupan8. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per
1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk.
Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi
kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 29. Diare
pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat
pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap
tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.

4. Klasifikasi

Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi atas infeksi
dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab
infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi10.

5. Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis, keracunan
makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar
belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan
bayi7.

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus lainya ialah
virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.

Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus,
Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides,
Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab
diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba
hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides
stercorlis, dan trichuris trichiura. 4,7,11,12

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui makanan dan
minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang
rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan
meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.4,7

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan
transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh
salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir
sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan
reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan
kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri. 5,7

Sebuah studi tentang maslah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak di bawah 3 tahun di
Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen infektif yang secara konsisten atau
secara pokok ditemukan meningkat pada anak penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella spp dan
E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi
pada anak dalam komunitas tropis dan iklim sedang.13 Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi
makanan tertentu seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak
sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa
macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora
normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan berkembang bebas. 7,14
Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga memegang peranan penting. Diare juga
berhubungan dengan penyakit lain misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik
lainnya misalnya, pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis media.4,7

6. Patofisiologi

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik, sekretorik
dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat
diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi
c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan
motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post
vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.7

7. Manifestasi kinis

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis
metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau
keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila
penurunan berat badan antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.7,15

Derajat Dehidrasi

Keadaan
Mulut/ Estimasi
Gejala & Tanda Mata Rasa Haus Kulit BB %
Lidah def. cairan
Umum

Tanpa Minum Normal,


Baik, Sadar Normal Basah Turgor baik <5 50 %
Dehidrasi Tidak Haus

Dehidrasi
Ringan – Gelisah Rewel Cekung Kering Tampak Kehausan Turgor lambat 5 – 10 50–100 %
Sedang

Letargik, Sangat
Sangat Sulit, tidak bisa Turgor sangat
Dehidrasi Berat Kesadaran cekung dan >10 >100 %
kering minum lambat
Menurun kering
Sumber : Sandhu 200116

Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi hiponatremia ( <
130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema (130m – 150 mEg/L) dan dehidrasi hipernatremia ( > 150 mEg/L ).
Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso – natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas
cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.

Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik dengan anion
gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain penurunan bikarbonat serum
terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang pusat pernapasan untuk
meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan
Kussmaul) Untuk pemenuhan kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan
meningkatnya produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara bersamaan
menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.17

Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada keadaan asidosis
metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan tinja dan perpindahan K+ ke
dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan hipokalemia. Kelemahan otot merupakan
manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi
arefleks, paralisis dan kematian karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus
paralitik, dan dilatasi lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan
munculnya gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel tubulus
dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.7

8. Penatalaksanaan

Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare akut. 6
Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang sebagai persentasi kehilangan
total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai baku emas.18

Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara oral dapat
dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada
dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100
ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau
kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit
maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk
dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi15. Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat
diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar
natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-
11
60mEq/L Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya
sesuai umur6.

8.1. Dehidrasi Ringan – Sedang

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral sesuai dengan
defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam.
Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat
dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau
muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.17

Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu diperhatikan
dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu12 :

1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )

2. Cairan hipotonik

3. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam

4. Realiminasi cepat dengan makanan normal

5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus

6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan

7. ASI diteruskan

8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )

9. Anti diare tidak diperlukan


8.2. Dehidrasi Berat

Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak dan
menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan Kussmaul, gangguan
dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Penggantian cairan parenteral
menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut 12,15,17 :

Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam

Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam

Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita akan kalori,
namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut waktu yang pendek. Apabila
penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya . Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat,
lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan
diusahakan agar penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai biasanya
bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum
tetap dapat dilanjutkan.18

8.3. Pemilihan jenis cairan

Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok, sehingga
dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan hipovolemiknya. Cairan
Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang
tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi
kaliumnya rendah dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau
tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang
cukup. Jenis cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan
pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan osmolaliti
210 – 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan
kolera atau tanpa kolera.19
Komposisi cairan Parenteral dan Oral :

Osmolalitas
Glukosa(g/L) Na+(mEq/L) CI-(mEq/L) K+(mEq/L) Basa(mEq/L)
(mOsm/L)

NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -

NaCl 0,45 %+D5 428 50 77 77 - -

NaCl 0,225%+D5 253 50 38,5 38,5 - -

Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28

Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20

Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10

Standard WHO-
311 111 90 80 20 Citrat 10
ORS

Reduced
osmalarity WHO- 245 70 75 65 20 Citrat 10
ORS

EPSGAN
213 60 60 70 20 Citrat 3
recommendation
Komposisi elektrolit pada diare akut :

Komposisi rata-rata elektrolit mmol/L


Macam
Na K Cl HCO3

Diare Kolera Dewasa 140 13 104 44

Diare Kolera Balita 101 27 92 32

Diare Non Kolera


56 26 55 14
Balita

Sumber : Ditjen PPM dan PLP,199920

8.4. Mengobati kausa Diare

Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis.18 Obat anti diare
hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki kehilangan air dan elektrolit
serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak diserap usus seperti
streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan
menyebabkan malabsorpsi.21 Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika
oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).12 Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian
kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus
(Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri
mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis
gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau
segala sepsis15. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi
sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.21
Beberapa antimikroba yang sering menjadi etiologi diare pada anak15,18

Kolera :

Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)

Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

Shigella :

Trimetroprim 5-10mg/kg/hari

Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)

Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)

Amebiasis:

Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)

Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg) (im) s/d 5 hari
tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis :

Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

Antisekretorik - Antidiare

Salazer–lindo E dkk22 dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional Cayetano Heredia,


Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril (acetorphan) yang merupakan enkephalinace
inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup efektif dan aman bila diberikan pada
anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu motilitas usus sehingga penderita tidak kembung
.Bila diberikan bersamaan dengan cairan rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila
dibandingkan dengan hanya memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama juga didapatkan oleh
Cojocaru dkk dan cejard dkk.untuk pemakaian yang lebih luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut
yang bersifat multi senter dan melibatkan sampel yang lebih besar.23
Probiotik

Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan
cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel
mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan
mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan
pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran
colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional
(antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers,s diarrhea. 14,15,24

Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut pada anak.
Hasil meta analisa Van Niel dkk 25 menyatakan lactobacillus aman dan efektif dalam pengobatan diare akut
infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare
pada hari ke dua pemberian sebanyak 1 – 2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan
diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa
patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin,
efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi.14,24

Mikronutrien

Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut didasarkan kepada efeknya
terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel
seluran cerna selama diare. Seng telah dikenali berperan di dalam metallo – enzymes, polyribosomes ,
selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan .19 Sazawal
26
S dkk melaporkan pada bayi dan anak lebih kecil dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis
27
penting dalam menurunkan lama dan beratnya diare. Strand Menyatakan efek pemberian seng tidak
dipengaruhi atau meningkat bila diberikan bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut dengan vitamin A
19
tidak memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun frekuensi diare. Bhandari dkk 28
mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding dengan plasebo selama diare akut dapat menurunkan
beratnya episode dan risiko menjadi diare persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak
demikian pada yang mendapat ASI.

Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi

Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama pada anak
dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya
mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.Bila tidak makalah ini akan merupakan faktor yang
memudahkan terjadinya diare kronik29 Pemberian kembali makanan atau minuman (refeeding) secara cepat
sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah
berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta
makanan pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh
Lama more RA dkk30 menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara signifikan
mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan
untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan yang
direkomendasikan meliputi tajin ( beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum ( beras, gandum, dan cereal).
Makanan yang harus dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat
memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak yang sulit
ditoleransi karena karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.31

Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang menunjukkan
gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa berspektrum dari yang ringan sampai
yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang ringan sehingga cukup memberikan formula susu biasanya
diminum dengan pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2
– 3 hari akan sembuh terutama pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat
dan berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk
intoleransi laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Sabagaimana
halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya sementara dan biasanya tidak
terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada situasi yang memerlukan banyak energi
seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan
dapat menimbulkan diare kronik 32

Menanggulangi Penyakit Penyerta

Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga dalam menangani
diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa penyakit penyerta yang sering
terjadi bersamaan dengan diare antara lain : infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi
saluran kemih, infeksi sistemik lain (sepsis,campak ), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal 33.
9.1Gambaran Wilayah Kecamatan Kotamobagu Barat

9.1.1 Batas wilayah

Kecamatan Kotamobagu Barat berbatas wilayah sebelah utara dengan Kecamatan.Passi


Barat, sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Kotamobagu Utara, sebelah timur berbatasan
dengan wilayah Bolaang Mongondow induk, sebelah selatan dengan Kecamatan Kotamobagu selatan.

9.1.2 Pembagian wilayah administrasi

Secara administratif Kecamatan Kotamobagu Barat terbagi atas 6 Kelurahan yang memiliki jumlah
lingkungan sebanyak 23 lingkungan yang tersebar pada masing-masing kelurahan , dimana kelurahan
Mongkonai Barat menjadi Ibu Kota Kecamatanya. Kotamobagu Barat merupakan salah satu wilayah yang
terletak di Kota Kotamobagu provinsi Sulawesi utara, dimana secara geografis terletak antara 00 39’ 00” -
00 46’ 00” lintang utara dan 1240 11’ 00” – 1240 19’ 00” bujur timur. Kecamatan Kota,mobagu Barat
dengan luas wilayah 10,61 km2, dengan ketinggian 225m diatas permukaan laut Dibawah ini adalah
beberapa profil umum kelurahan yang ada di Kecamatan Kotamobagu Barat, sebagai berikut :
 Kelurahan Gogagoman, terdiri dari 5 lingkungan, dimana pusat dari pemerintahanya terletak di
lingkungan 1. Dengan luasa wilayah 133 Ha, Kelurahan Gogagoman saat ini memiliki jumlah RT sebanyak
25 dan jumlah RW sebanyak 10.

Gambar 1.1 Kelurahan Gogagoman

 Kelurahan Kotamobagu, terdiri dari 5 lingkungan, dimana pusat dari pemerintahanya terletak
di lingkungan 2. Dengan luas wilayah 89 Ha, Kelurahan Kotamobagu saat ini memiliki jumlah RT sebanyak
19 dan dan jumlah RW sebanyak 8.

Gambar 1.2 Kelurahan Kotamobagu


 Kelurahan Mogolaing, terdiri dari 3 lingkungan, dimana pusat dari pemerintahanya terletak di
lingkungan 1. Dengan luas wilayah 113 Ha, Kelurahan Mogolaing saat ini memiliki jumlah RT sebanyak
15 dan dan jumlah RW sebanyak 6.

Gambar 1.3 Kelurahan Mogolaing

 Kelurahan Molinow, terdiri dari 4 lingkungan, dimana pusat dari pemerintahanya terletak di
lingkungan 1. Dengan luas wilayah 383 Ha, Kelurahan Molinow saat ini memiliki jumlah RT sebanyak 16
dan dan jumlah RW sebanyak 8.

Gambar 1.4 Kelurahan Molinow


 Kelurahan Mongkonai, terdiri dari 3 lingkungan, dimana pusat dari pemerintahanya terletak di
lingkungan 1. Dengan luas wilayah 205,80 Ha, Kelurahan Mongkonai saat ini memiliki jumlah RT
sebanyak 6.

Gambar 1.5 Kelurahan Mongkonai

 Kelurahan Mongkonai Barat, terdiri dari 3 lingkungan, dimana pusat dari pemerintahanya terletak
di lingkungan 2. Dengan luas wilayah 137,20 Ha.

Gambar 1.6 Kelurahan Mongkonai Barat

Sumber : BPS Kota Kotamobagu 2011


9.1.3 Data penduduk

Secara umum persebaran penduduk di Kota Kotamobagu masih dikatakan kurang merata, total
penduduk di Kota Kotamobagu adalah sebesar 127.043 jiwa dengan jumlah laki-laki 65.289 jiwa dan
jumlah perempuan 61.754 jiwa. Angka ini merupakan hasil estimasi penduduk berdasarkan data dinas
catatan sipil pada akhir tahun 2012. Dapat dilihat pada tabel 6.1 dibawah ini adalah jumlah penduduk di
Kota Kotamobagu berdasarkan penduduk di kecamatan yaitu, sebagai berikut :
Tabel 6.1 Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di Kota Kotamobagu
No. Wilayah Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk
(jiwa)

1 Kotamobagu Selatan 16.295 15.095 31.390

2 Kotamobagu Timur 16.212 15.350 31.562

3 Kotamobagu Barat 23.456 22.425 45.881

4 Kotamobagu Utara 9.326 8.884 18.210

Total 65.289 61.754 127.043

Sumber : Dinas kependudukan dan catatan sipil, 2012

Dari tabel diatas Kecamatan Kotamobagu Barat merupakan salah satu dari empat kecamatan yang
terpadat di Kota Kotamobagu. Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat pada wilayah tersebut kini
menuntut perkembangan pembangunannya yang terjadi oleh adanya permintaan lahan yang begitu tinggi
akan kebutuhan lahan bagi kegiatan kota, baik untuk kegiatan permukiman, kegiatan perdagangan, kegiatan
perkantoran maupun lahan peruntukan non pertanian lainya. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat
dibawah ini adalah tabel pertumbuhan jumlah penduduk dan gambar grafik pertumbuhan jumlah penduduk
dari tahun 2002-2008 pada yaitu, sebagai berikut :

Tabel 6.2 Petumbuhan jumlah penduduk di Kecamatan Kotamobagu Barat


No. Tahun Jumlah Penduduk
1. 2002 30583
2. 2003 31474
3. 2004 33015
4. 2005 33500
5. 2006 33992
6. 2007 34147
7. 2008 36071
Sumber : CV. Sulfana Jaya, Kotamobagu dalam angka, 2011(BPS)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, khususnya penduduk pada wilayah Kecamatan Kotamobagu Barat
tercatat dari hasil estimasi dinas catatan sipil tahun 2012 adalah sebesar 45.881 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki sebesar 23.456 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 22.425 jiwa. Penyebaran
jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Kotamobagu Barat terdapat di Kelurahan Gogagoman yang
jumlah penduduknya mencapai 16.677 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit ada pada Kelurahan
Mongkonai yaitu 2.542 jiwa. Dengan luasan 1,061 km2 kini tingkat kepadatan penduduk di
wilayah tersebut mencapai lebih dari 43,24 penduduk per kilometer persegi. Berikut dibawah ini tabel
jumlah penduduk dan perbandingan jumlah penduduk di wilayah yaitu, sebagai berikut :

Tabel 6.3 Jumlah penduduk berdasarkan kelurahan di Kecamatan Kotamobagu Barat

No. Kelurahan Laki- Perempuan Jumlah Luas Kepadatan


Laki Penduduk (km2)
(jiwa)
1. Gogagoman 8.511 8.166 16.677 133,00 125,40
2. Kotamobagu 4.112 4.053 8.165 89,00 91,74
3. Mogolaing 5.037 4.789 9.826 113,00 86,95
4. Molinow 2.973 2.840 5.213 383,00 13,61
5. Mongkonai 1.349 1.193 2.542 205,80 12,35
6. Mongkonai 1.474 1.384 2.858 137,20 20,83
Barat
KECAMATAN 23.456 22.425 45.881 1,061 43,24
KOTAMOBAGU
BARAT

Sumber : Dinas kependudukan dan catatan sipil 2012, PT. Waja utama,2010

10. Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas )


10.1. Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pembangunan kesehatan
adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pembangunan kesehatan meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.2
Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam melaksanakan tugas dan
fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan
keadaan geografis, demografi, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumber daya,
beban kerja Puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus memperhatikan upaya untuk meningkatkan
koordinasi, memperjelas tanggung jawab pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan
sinergisme pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan dan
meningkatkan kinerja. Apabila dalam satu wilayah kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas maka
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu Puskesmas sebagai koordinator
pembangunan kesehatan di kecamatan. 2

Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam hal mempromosikan kesehatan kepada seluruh
masyarakat sebagai upaya untuk memberikan pengalaman belajar, menyediakan media informasi, dan
melakukan edukasi baik untuk perorangan, kelompok, dan masyarakan guna meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Dengan berjalanannya program kesehatan yang
dijalankan oleh setiap Puskesmas, di harapkan pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan
kepada setiap individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.3

10.2. Profil Puskesmas Gogagoman

10.2.1 Keadaan Geografi

UPTD. Puskesmas Sananwetan terletak di Kelurahan Gogagoman, Kecamatan Kotamobagu


Barat. Akses transportasi ke Puskesmas Gogagoman cukup mudah karena bersebelahan dengan jalan
raya ke pasar Serasi mempermudah jangkauan masyarakat untuk menggunakan Pelayanan Kesehatan
di Puskesmas .

10.2.2 Visi dan Misi Puskesmas Sanan Wetan

Visi

Melalui pelayanan Puskesmas Gogagoman, terwujudnya masyarakat Kecamatan Kotamobagu


Barat yang sehat.
Misi

Berdasarkan Visi UPTD. Kesehatan Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, maka misi
pembangunan kesehatan di Kota Blitar khususnya Wilayah Kecamatan Sananwetan adalah :

1. Mewujudkan pelayanan kesehatan dasar yang transparan dan profesional

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau dalam bentuk
promotif, preventif dan kuratif

3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

4. Membangun citra pelayanan dengan memberlakukan pengguna layanan sebagai pusat


perhatian

10.2.3. Struktur Organisasi Puskesmas Gogagoman

Struktur Organisasi Puskesmas menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no


: 128/MENKES/SK/III/2004 tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing Puskesmas.
Pola struktur organisasi Puskesmas adalah sebagai berikut :

- Kepala Puskesmas

- Ka Subbag Tata Usaha

- Unit Tata Usaha

1. Data dan informasi

2. Perencanaan dan Penilaian

3. Keuangan

4. Umum dan kepegawaian

5. Pengelola sarpras

6. Loket

7. Caraka

- Upaya Kesehatan Masyarakat dan Perorangan

- Upaya Kesehatan Wajib


- Upaya Kesehatan Pengembangan

- Upaya pelayanan Penunjang

1. Unit GAwat darurat 24 jam dan Rawat Inap

2. Laboratorium

3. Apotik

- Upaya Pelayanan Inovasi

1. PONED

2. MTBS

3. PKPR/Jiwa

- Jaringan Pelayanan Puskesmas

- Puskesmas Pembantu
BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA, PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3.1 Metode Pengumpulan Data


3.1.1 Rancangan Pengumpulan Data
Pengumpulan data digunakan untuk mengetahui pengetahuan tentang diare bagi para kader Posyandu
Kelurahan Kotamobagu barat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

3.1.2 Populasi dan Sampel


a. Populasi target adalah seluruh kader Posyandu Kelurahan Kotamobagu Barat
b. Sampel
Kriteria sampel yang memenuhi syarat yaitu :
1. Kriteria inklusi
Sampel merupakan kader UKS Posyandu balita Kelurahan Kotamobagu Barat
2. Kriteria eksklusi
- Sampel yang tidak mengikuti pertemuan kader
- Sampel yang tidak bersedia mengisi kuisioner
Jadi total sampel dalam mini project ini adalah 50 orang

3.1.3 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan ketika kegiatan pertemuan kader Posyandu Kelurahan Kotamobagu
Barat yaitu tanggal 16 Desember 2018 bertempat di Ruang Pertemuan Kelurahan Kotamobagu Barat

3.1.4 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data pada mini project ini adalah kuisioner, yang terdiri atas data tentang
pengetahuan terkait definisi, tanda dan gejala, komplikasi serta pencegahan diare

3.1.5 Cara Pengumpulan Data


Semua jenis data yang dikumpulkan pada mini project ini adalah data berupa hasil intervensi. Pengumpulan
data yang dilakukan dengan pengisian kuesioner dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pelaksana dalam hal ini dokter internship Puskesmas Gogagoman meminta persetujuan responden untuk
melakukan pengisian kuesioner.
b. Memberikan penjelasan tentang tujuan pengumpulan data dan sifat keikutsertaan responden dalam hal
ini.
c. Membagikan kuesioner kepada responden yaitu kader Posyandu Kelurahan Kotamobagu Barat.
d. Memberikan penjelasan kepada responden pada masing-masing pertanyaan yang belum jelas dan
mendampingi selama pengisian kuesioner.
e. Kuesioner yang telah diisi, dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya.

3.2 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


3.2.1 Metode Intervensi
Metode intervensi yang digunakan dalam mini project ini adalah penyuluhan group discussion
dengan alat bantu slide dengan kuesioner yang dibagikan sebelumnya. Kuesioner akan diberikan dalam
bentuk soal pilihan ganda.

3.2.2 Petugas Penyuluhan


Petugas penyuluhan dari kegiatan mini project ini adalah :
1. Dokter Internship Puskesmas Gogaman periode September-februari 2018/2019 dalam hal ini dr. Reza
F.A Malah selaku narasumber.
2. Petugas kesehatan lain dari Puskesmas Gogagoman

3.2.3 Lokasi dan Waktu Penyuluhan


Kegiatan mini project ini bertempat di Ruang Pertemuan KelurahanKotamobagu Barat. Pelaksanaan
pada tanggal 16 Desember 2018, pukul 10.00-12.00 WIT.

3.2.4 Sasaran Penyuluhan


Sasaran kegiatan mini project ini adalash kader Posyandu Kelurahan Kotamobagu Barat.
BAB IV

HASIL

Berdasarkan hasil test yang diperoleh dari total lima puluh orang subjek, ditemukan komposisi
nilai sebagai berikut.

Perbandingan Nilai pada Tes Pengetahuan


mengenai Diare

Nilai 60 Nilai 70 Nilai 90 Nilai 100 Nilai 0

Berdasarkan hasil test, nilai terendah didapatkan pada komponen untuk mengenali pengertian
dasar dari diare.

Rerata Nilai Tiap Komponen Test

Pencegahan

Komplikasi

Sign Symptom

Definisi

88 89 90 91 92 93 94 95

Berikut grafik komposisi nilai dalam komponen definisi diare.


Perbandingan Nilai pada Tes
Pengetahuan mengenai Definisi Diare

Nilai 0 Nilai 50 Nilai 100

Komponen berikutnya, yakni etiologi, menunjukkan pemahaman peserta yang cukup baik.

Perbandingan Nilai pada Tes


Pengetahuan mengenai Etiologi Diare

Nilai 0 Nilai 66 Nilai 100

Komponen berikutnya, yakni komplikasi, menunjukkan pemahaman peserta yang juga cukup
baik.
Perbandingan Nilai pada Tes
Pengetahuan mengenai Komplikasi
Diare

Nilai 0 Nilai 66 Nilai 100

Komponen terakhir, yakni penanganan sederhana, menunjukkan pemahaman peserta yang


juga cukup baik.

Perbandingan Nilai pada Tes


Pengetahuan mengenai Penanganan
Awal Diare

Nilai 100 Nilai 50 Nilai 0


BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

 Tingkat pengetahuan para kader kesehatan Kelurahan Kotamobagu Barat sudah cukup memadai
untuk melakukan sosialisasi terhadap warga sekitar. Meskipun begitu terdapat peserta yang masih
belum memahami sepenuhnya tentang penangan awal, komplikasi, etiologi dan definisi diare.
 Perlu dilakukan evaluasi secara berkala untuk menjaga dan meningkatkan pengetahuan para kader
kesehatan Kelurahan Kotamobagu Barat antara lain dengan melakukan penyuluhan berkala dan
penilaian rutin perkembangan pengetahuan para kader kesehatan mengenai diare.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam kumpulan
makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003 hal 29

2. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric Diagnosis Little Brown
and Company 1990;20 – 23.

3. Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in Children Postgraad Doct
Asia 1984 : Dec : 268 – 274

4. Coken MB Evaluation of the child with acute diarrhea dalam:Rudolp AM,Hofman JIE,Ed Rudolp?s
pediatrics: edisi ke 20 USA 1994 : prstice Hall international,inc hal 1034-36

5. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa dan
penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba Medika hal 73-103

6. Barnes GL,Uren E, stevens KB dan Bishop RS Etiologi of acute Gastroenteritis in Hospitalized


Children in Melbourne, Australia,from April 1980 to March 1993 Journal of clinical microbiology,
Jan 1998,p,133-138

7. Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002

8. Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in


gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw Hill,hal 131-49

9. Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna. dalam Sari pediatric
Vol 2,No. 4 maret 2001

10. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada bayi dan anak. Dikutip dari
URL : http://www.pediatrik.com/

11. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut dalam
kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003

12. Ditjen PPM dan PLP, 1999, Tatalaksana Kasus Diare Departemen Kesehatan RI hal 24-25

13. Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan makalah Kongres
Nasional II BKGAI juli 2003

14. Rohim A, Soebijanto MS. Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit anak diagnosa dan
penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2002 Selemba Medika hal 93-103

15. Suharyono.Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ilmu Kesehatan Anak
ke XXXI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1994

16. Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermaslah. Depkes RI 1999 ; 31

Anda mungkin juga menyukai