Penyuluhan Gout Artritis
Penyuluhan Gout Artritis
Disusun oleh:
Dokter Pendamping:
PROGRAM INTERNSIP
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Artritis gout merupakan penyakit peradangan pada persendian yag disebabkan oleh
gangguan metabolisme (peningkatan produksi) maupun gangguan eksresi dari asam urat
yang merupakan produk akhir dari purin, sehingga terjadi peningkatan kadar asam urat
dalam darah. Penyakit ini merupakan gangguan metabolik yang terkait dengan pola makan
diet tinggi purin dan minuman beralkohol.1
Artritis gout adalah jenis artritis terbanyak ketiga setelah osteoarthritis dan kelompok
rematik luar sendi (gangguan pada komponen penunjang sendi, peradangan, atau
penggunaan berlebihan). Gejala pada artritis gout akan muncul jika terbentuk Kristal-kriatsl
monosodium urat (MSU) pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal yang berbentuk
seperti jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan
nyeri hebat yang sering menyertai serangan artritis gout.1,2
Perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern merupakan pemicu utama artritis
gout. Sebagian besar kasus artritis gout mempunyai latar belakang primer sehigga
memerlukan pengendalian kadar asam urat jangka panjang. Perlu komunikasi yang baik
dengan penderita untuk mencapa tujuan terapi. Hal itu dapat diperoleh dengan edukasi dan
diet rendah purin yang baik. Pencegahan lainnya berupa penurunan konsumsi alkohol dan
penurunan berat badan. Bila artritis gout tidak dikendalikan maka dapat menyebabkan
kerusakan sendi permanen dan kerusakan jaringan sekitarnya serta kehilangan fungsi normal
sehingga penanganan yang lebih cepat akan lebih baik.1,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gout merupakan kumpulan gejala yang ditimbulkan akibat deposisi kristal monosodium urat
pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat dalam cairan ekstrasel. Terminologi ini
berbeda dengan hiperurisemia, yaitu peningkatan kadar asam urat serum lebih dari 7,0
mg/dL laki-laki dan 6,0 mg/dL pada perempuan. Kondisi inilah yang menimbulkan
terjadinya gout. Jika gout terjadi pada area sendi dan sekitarnya (melibatkan bursa atau
tendon) maka disebut dengan artritis gout. Hiperurisemia juga menimbulkan komplikasi
seperti kelainan atau batu pada ginjal, deposisi asam urat di jaringan lainnya, serta mortalitas
pada kardiovaskuler.1,3
Orang-orang yang berisiko terkena serangan artritis gout adalah riwayat gout di keluarga
(genetik), obesitas, konsumsi alcohol, psoriasis, gagal ginjal kronis, gangguan hematologi,
hipertensi, keganasan, riwayat transplantasi organ. Kondisi-kondisi yang dapat memicu
serangan gout mendadak yaitu luka ringan, pembedahan/operasi, konsumsi alcohol dalam
jumlah besar atau makanan yang kaya purin, kelelahan, stress emosional, penyakit dan obat
yang menghambat sekresi asam urat (salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid/diuretik, dll.),
kedinginan, dll.3
Gambar 2.1 Artritis gout pada metatarsofalangeal I
1.1 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, angka kejadian artritis gout mencapai 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan
6,4 kasus per 1000 perempuan. Di Inggris dari tahun 2000-2007 kejadian artritis gout 2,68
per 1000 penduduk, dengan perbandingan 4,42 penderita pria dan 1,32 penderita wnaita dan
meningkat seiring bertambahnya usia. Kejadian artritis gout di Italia meningkat dari 6,7 per
1000 penduduk pada tahun 2005 menjadi 9,1 per 1000 penduduk pada tahun 2009.1,2
Di Indonesia prevaleni artritis gout belum diketahui secara pasti dan cukup bervariasi antara
satu daerah dengan yang lain. Penelitian di Jawa Tengah melaporkan prevalensi artritis gout
sebesar 1,7%, sementara di Bali didapatkan prevalensi hiperurisemiamencapai 8,5%.
Peningkatan insiden gout dikaitkan dengan perubahan pola diet dan gaya hidup, peningkatan
kasus obesitas, dan sindrom metabolik.1
1.2 Patofisiologi
Kristal MSU terbentuk dari timbunan struktur kecil yang disebut mikrotofi pada permukaan
kartilago dan lapisan synovial. Semakin lama penimbunan dari kristal MSU maka akan
terjadi perubahan suasana lingkungan pada persendian yang menyebabkan terpecahnya
Kristal ini menajdi struktur-struktur yang lebih kecil dan akan mengaktifkan reseptor
makrofag pada persendian sehingga terjadi reaksi inflamasi pada persendian. Reaksi
peradangan yang ada menimbulkan akan memunculkan podagra, tofus, kemerahan, nyeri
sendi (monoartikular pada serangan awal, poliartikular pada serangan berulang, panas,
bengkak, dan berkurangnya fungsi organ yang terkena.1,3,4
Kadar asam urat serum merupakan hasil keseimbangan antara produksi dan eksresi.
Ketidakseimbangan kedua hal tersebut menimbulkan hipersaturasi asam urat yaitu kelarutan
asam urat di serum melewati ambang batasnya sehingga merangsang timbunan urat dalam
bentuk garamnya (MSU) di berbagai jaringan. Awalan (onset) serangan gout akut
berhubungan dengan perubahan asam urat serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar
asam urat serum yang stabil, jarang mendapat serangan. Pengobatan dini dengan alopurinol
yang menurunkan kadar asam urat serum dapat mempresipitasi serangan gout gout.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari
depositnya dalam tofi (crystal shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan
hiperurisemia asimtomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan lutut
yang sebelumnya tidak pernah mendapatkan serangan akut.1,4,5
Penelitian yang dilakukan Tehupeiory (2009) didapat 21% pasien gout dengan asam asam
urat normal. Terdapat peranan temperatur, pH dan kelarutan asam urat untuk timbul
serangan gout akut. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur yang lebih rendah
seperti pada sendi perifer tangan dan kaki. Hal ini menyebabkan kristal MSU mudah
diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan kristal MSU pada
metatarsofalangeal-1(MTP-1) berhubungan dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada
daerah tersebut.1,3
Hasil penelitian melaporkan bahwa kecepatan difusi molekul urat dari ruang sinovia
kedalam plasma hanya setengah kecepatan air. Dengan demikian konsentrasi asam urat
dalam cairan sendi seperti MTP-1 menjadi seimbang dengan asam urat dalam plasma pada
siang hari selanjutnya bila cairan sendi diresorbsi waktu berbaring, akan terjadi peningkatan
kadar asam urat lokal. Fenomena ini dapat menerangkan terjadinya awalan (onset) gout akut
pada malam hari pada sendi yang bersangkutan.1,3
Asam urat tidak menimbulkan sakit pada sendi, yang menimbulkan rasa sakit adalah
pengendapan mikrokristal monosodium urat yang terdapat pada celah sendi ataupun
pembebasan deposit urat pada celah tersebut. Kristal monosodium urat yang berbentuk
jarum berukuran panjang 10 mikron dapat jelas terlihat dengan mikroskop polarized. Secara
eksperimental jika disuntikkan kristal ini ke dalam synovial orang normal maka akan terjadi
proses inflamasi mirip serangan gout, sedangkan bila disuntikkan asam urat tidak terjadi
serangan.1,3,5
1.3 Manifestasi klinis1
Lokasi sendi yang sering terkena serangan artritis gout yaitu metatarsophalangeal-1
(podagra), pergelangan kaki dan tangan, siku, jari-jari tangan, lutut, ankle, subtalar,
dan midfoot. Kondisi-kondisi yang dapat mencetuskan serangan akut seperti trauma
lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, penggunaan diuretic,
atau penurunan dan peningkatan asam urat.
b. Stadium interkritikal
Muncul serangan akut berulang dengan tidak ada gejala di antara dua fase serangan
akut. Pada fase ini, serangan yang muncul semakin sering dan makin lama makin
memanjang, serta jumlah sendi yang terserang juga semakin banyak.
Menurut American College of Reumatology tahun 1977, diagnosis artritis gout dapat
ditegakkan berdasarkan kondisi berikut:1,3
a. Non Medikamentosa1,4
b. Medikamentosa
Tahap I (penanganan serangan akut)
Tahapan ini dilakukan pada stadium akut untuk menghilangkan keluhan nyeri
sendi dan peradangan. Medikamentosa yang dapat diberikan yaitu kolkisin
oral 0,5-0,6 mg setiap 2 jam hingga nyeri dan inflamasi hilang (dosis
maksimal 6-8 mg). Kolkisin dapat digunakan sebagai profilaksis dengan
dosis 2 x 0,5 mg. Obat ini dapat diberikan pada penderita penyakit
kardiovaskuler, pasien yang konsumsi diuretic, kecenderungan mengalami
perdarahan, atau gangguan fungsi ginjal.1,5
Pada tahap ini bertujuan untuk menjaga agar kadar asam urat darah selalu
dalam batas normal. Golongan obat yang dapat digunakan adalah obat
penghambat xantin oksidase (alupurinol) atau urikosurik. Obat ini tidak boleh
diberikan saat terjadi serangan artritis gout karena akan mengakibatkan
serangan berkepanjangan. Monitor kadar asam urat setiap 3-6 bulan dan pada
pasien yang simptomatis.
Alopurinol merupakan obat pilihan untuk produksi asam urat berlebihan yang
disertai pembentukan tofus, nefrolitiasis, insufisiensi renal, atau
kontraindikasi obat urikosuurik. Obat ini dapat menimbulkan toksisitas pada
kondisi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) sehingga diperlukan
penyesuaian dosis pada kondisi tesebut. Dosis maksimal allopurinol adalah
800 mg/hari. Efek samping yang dapat muncul dalam penggunaan allopurinol
yaitu sindrom dyspepsia, nyeri kepala, diare, pruritic papular rash, atau
kemungkinan hipersensitivitas.
Obat urikosurik yang umum digunakan yaitu probenesid dengan dosis inisial
0,5 g/hari yang dapat ditingkatkan secara perlahan tidak lebih dari 1 g/hari
atau hingga target asam urat tercapai. Obat ini efektif digunakan pada pasien
dengan LFG >50-60 mL/menit. Efek samping yang dapat timbul akibat obat
ini yaitu pembentukan Kristal asam urat di urin dan deposisi asam urat di
tubulus renal, pelvis, atau ureter. Pasien yang mendapat terapi ini dianjurkan
minum paling sedikit 2 L/hari untuk mengurangi risiko pembentukan batu
asam urat di ginjal.
KESIMPULAN
Penyakit artritis gout dapat dikendalikan dengan obat yang dijalani dalam dua tahapan
pengobatan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah menerapkan pola hidup sehat dengan
diet rendah purin serta menghindari faktor-faktor risiko yang menjadi penyebab munculnya
artritis gout.
Pilihan terapi gout akut adalah OAINS, COX‐2 inhibitor, kolkisin, dan kortikosteroid
sitemik atau intraartikular. OAINS merupakan obat pilihan pasien yang tanpa komplikasi
atau ko‐morbid. Faktor terpenting untuk keberhasilan terapi adalah kecepatan pemberian
OAINS atau kolkisin, harus segera digunakan pada saat timbul gejala serangan. Allopurinol
merupakan obat pilihan untuk menurunkan kadar urat. Jika allopurinol tidak dapat diberikan
dan untuk pasien yang ekskresinya rendah, maka obat alternatif adalah urikosurik
(probenesid).
DAFTAR PUSTAKA
1. Tehupelory ES. Artritis gout. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M.
Setyohadi B. Syam AF, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta:
Interna Publishing; 2014
2. Gout and othercrystal-associated arthropaties. Dalam: Longo DL, Fauci AS, KSPER dl,
Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, penyunting. Harrison’s principles of internal
medicine. Edisi ke-18. New York: McGraw-Hill; 2012
3. Albar Z. Gout: diagnosis and management. Med J Indones. 2007; 16: 47-54
5. Schlesinger N, Management of acute and chronic gouty arthritis – present state of the
art. Drugs 2004;64:2399‐2416.