SIMPANG GENDENGAN
Oleh:
AGUNG ERWANDA
D 100 120 041
Abstrak
Perilaku pengendara di jalan sering kali menjadi hal yang terabaikan. Hal ini terlihat
dari masih adanya pengendara/pengemudi yang menyimpang dari aturan berlalu lintas.
Peningkatannya pelanggaran lalu lintas dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe pelanggaran yang terjadi di Simpang Gendengan,
penyebab dan dampak dari pelanggaran tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang
memaparkan berbagai data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan kuesioner, sedangkan
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara
(kuesioner), dan dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan
metode interaksi dengan tahap-tahap analisis data adalah mengumpulakan data, reduksi data,
analisis dan penyajian data, verifikasi data yang mengacu pada Undang-Undang No.22 Tahun
2009.
Hasil analisis menunjukkan pelanggaran yang terjadi di Simpang Gendengan
disebabkan oleh tipe pelanggaran paling banyak adalah penggunaan lampu sein mencapai
angka 2.659 (39,88 %) pelanggaran. Tipe pelanggaran paling sedikit dengan angka 1 (0,015
%) pelanggaran adalah terkait kendaraan tidak bermotor yang sengaja berpegang pada
kendaraan bermotor dan pelanggaran tidak memberi isyarat saat berhenti. Faktor pelanggaran
lalu lintas disebabkan oleh faktor manusia dengan jumlah pelanggaran mencapai angka 3.222
(48,32 %) pelanggaran, faktor kendaraan dengan jumlah pelanggaran mencapai angka 1.001
(15,01 %) pelanggaran, dan faktor jalan mencapai angka 2.445 (36,67 %) pelanggaran. Dari
kurun waktu 5 tahun jumlah kecelakaan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebanyak
2.858 kasus. Kasus kecelakaan tersebut mengakibatkan 324 korban meninggal, 13 korban
luka berat, dan 2.912 korban luka ringan serta mengakibatkan kerugian materiil sebanyak Rp.
1.808.500.000,00.
Abstract
The behavior of motorists on the street is often neglected. This is evident from the
presence of drivers / drivers who deviate from the rules of traffic. Increased traffic violations
can cause traffic accidents. This study aims to determine the types of violations that occurred
in Simpang Gendengan, the causes and impacts of the violations.
The research method used is descriptive quantitative research that describes various
data obtained from the observations and questionnaires, while the data collection methods
used in this study are observation, interview (questionnaire), and documentation. Data
analysis method in this research using interaction method with stages of data analysis is
collecting data, data reduction, analysis and presentation of data, data verification refers to the
Act No.22 of 2009.
1
The result of the analysis shows that the violation that occurred at Simpang
Gendengan caused by the most violation type is the use of light sein reached 2,659 (39,88%)
violation. The least violation type with the number 1 (0.015%) violation is related to non-
motorized vehicles that deliberately hold on to motor vehicles and the violation does not give
a signal when stopped. The traffic violation factor was caused by human factor with number
of violation reached 3,222 (48,32%) violation, vehicle factor with number of violation
reached 1,001 (15,01%) violation, and road factor reached 2,445 (36,67%) violation. From the
period of 5 years the number of accidents from 2012 to 2016 as many as 2858 cases. Cases of
the accident resulted in 324 victims died, 13 seriously injured, and 2912 victims of minor
injuries and resulted in material losses of Rp. 1.808.500.000,00.
1. PENDAHULUAN
Kendaraan menjadi penyebab utama kemacetan dan cenderung berbahaya. Dimana
para pengguna jalan mengabaikan peraturan-peraturan yang berlaku, dan mengabaikan
keselamatan. Perilaku pengendara di jalan sering kali menjadi hal yang terabaikan, secara
sadar sesungguhnya hal tersebut merupakan hal yang penting untuk disikapi dengan cermat.
Perilaku yang menyimpang banyak didominasi oleh pengendara sepeda motor. Kelengkapan
pengendara sepeda motor sangat menentukan perilaku si-pengendara, seperti jika tanpa helm
maka akan gelisah dan khawatir karena takut akan bertemu dengan petugas polisi di jalan.
Bahkan pengendara yang secara terang-terangan mengendarai kendaraan tanpa
memiliki atau lupa membawa Surat Ijin Mengemudi (SIM) juga sering sekali melakukan hal
yang seperti di atas. Serta pengendara juga seringkali lupa membawa Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK) oleh pengendara bermotor yang di atur dalam UU No.22 Tahun 2009.
Simpang gendengan termasuk simpang yang berada di tengah Jl. Slamet Riyadi, di simpang
yang saya teliti ini terdapat pusat keramaian kota Surakarta, misalkan mall, rumah sakit,
tempat ibadah, dll.
Sistem satu arah ini akan mempengaruhi kepadatan lalu lintas di ruas jalan lain.
Penataan ini muaranya agar kepadatan lalu lintas tidak terkonsentrasi di titik-titik tertentu
yang padat kendaraan. Kecelakaan fatal face to face rawan terjadi di jalan dua arah dengan
kepadatan tinggi (solopos.com, 2016).
Melanggar sama dengan menubruk, menabrak, menumbuk, menyalahi, melawan,
melewati atau melalui secara tidak sah. Sedangkan Pelanggar yaitu orang yang melanggar.
Berarti pelanggaran menurut KBBI adalah perbuatan (perkara) melanggar tindak pidana yang
lebih ringan dari kejahatan. Pelanggaran lalu lintas juga dapat menyebabkan terjadinya
2
kecelakaan lalu lintas. Menurut Warpani (1988), kecelakaan disebabkan oleh banyak faktor,
tidak sekedar oleh pengendara yang buruk, atau pejalan kaki yang tidak berhati-hati.
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi tipe-tipe pelanggaran di Simpang Gendengan.
2) Mengetahui penyebab dari pelanggaran.
3) Mengetahui dampak dari pelanggaran.
2. METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah metode kuantitatif
deskriptif dengan pendekatan survei. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei
langsung di lokasi penelitian, meminta data dari Satlantas Surakarta berupa data pelanggaran
dan kecelakaan lalu lintas dan penyebaran kuesioner sejumlah 400 sampel yang mewakili
populasi sekitar 515.549 jiwa. Data tersebut kemudian akan diolah untuk mengetahui tipe-
tipe pelanggaran, penyebab pelanggaran, dan dampak dari pelanggaran. Metode penelitian
dan langkah-langkah penelitian ini dirumuskan dalam bagan alir penelitian yang dapat dilihat
pada Gambar 1 sebagai berikut:
3
Mulai
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Kompilasi Data
Pengolahan Data
Selesai
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Selain data yang berasal dari Satlantas Polresta Surakarta. Adapula data yang telah
didapatkan sewaktu survei, sebagai berikut:
3.1.1. Volume lalu lintas
Hasil observasi (14 Agustus 2017) yang dilakukan di sekitar Simpang Gendengan
dengan periode waktu 6 jam (06:00-12:00 WIB) dapat dilihat pada Tabel 2 dan Grafik 1.
Tabel 2. Jumlah Kendaraan di Simpang Gendengan
Volume
No Kendaraan
Kend./6 Jam %
1 Tak Bermotor (UM) 972 1,74
2 Sepeda Motor (MC) 39.637 70,83
3 Kendaraan Ringan (LV) 15.204 27,17
4 Kendaraan Berat (HV) 148 0,26
Jumlah 55.961 100,00
5
45000
40000
35000
Volume 30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
UM MC LV HV
Tipe Kendaraan
3500
3000
Jumlah Pelanggar
2500
2000
1500
1000
500
0
Manusia Kendaraan Jalan
Faktor Pelanggaran
6
Berdasarkan dari beberapa faktor di atas, berikut rinciannya dapat dilihat dalam Tabel
4, Tabel 5, dan Tabel 6:
Tabel 4. Faktor Manusia
Pelanggaran
No Tipe Pelanggaran
Jumlah %
1 Parkir sembarangan 3 0,09
Akan berpindah lajur atau bergerak ke samping tanpa
2 1.573 48,82
memberi isyarat
3 Berbelok/berbalik arah tidak memberi isyarat 1.086 33,71
Pengendara tidak berkonsentrasi (penggunaan HP,
4 413 12,82
mengobrol)
5 Motor yang mengangkut penumpang lebih dari satu 51 1,58
Pengemudi atau penumpang yang duduk di samping
6 45 1,40
pengemudi tidak menggunakan sabuk pengaman
Menaikkan dan/atau menurunkan penumpang
7 sembarangan atau kendaraan angkutan tidak sesuai 2 0,06
dengan angkutan
Angkutan umum tidak menggunakan lajur yang telah
8 3 0,09
ditentukan atau tidak menggunakan lajur paling kiri
Kendaraan tidak bermotor yang dengan sengaja
9 berpegang pada kendaraan bermotor untuk ditarik, 1 0,03
menarik benda-benda yang dapat membahayakan
10 Tidak mengenakan helm 45 1,40
Total 3.222 100,00
7
Tabel 6. Faktor Jalan
Pelanggaran
No Tipe Pelanggaran
Jumlah %
1 Melanggar lampu merah 790 32,31
2 Melanggar marka membujur 407 16,65
3 Melanggar marka lambang sepeda 206 8,43
4 Melanggar marka yellow box juction 388 15,87
5 Melanggar rambu larangan belok kanan 8 0,33
6 Melanggar lajur belok kiri langsung 579 23,68
7 Melanggar lajur contra flow 67 2,74
Total 2.445 100,00
Dari tabel-tabel tersebut dapat diketahui pelanggaran yang paling banyak dari masing-
masing faktor, yaitu faktor manusia dengan pelanggaran terkait akan berpindah lajur atau
bergerak ke samping tanpa memberi isyarat sejumlah 1.573 (48,82 %), faktor kendaraan
terkait tidak menyalakan lampu utama di siang hari sejumlah 977 (97,60 %), dan faktor
kendaraan yang terkait melanggar lampu lalu lintas sejumlah 790 (32,31 %).
Frekuensi
150
Jumlah Responden
100
50
0
< 17 17-20 21-25 26-30 31-40 >40
Umur
205
200
Jumlah Responden
200
Jumlah Responden
150
195
100
190
50 185
180
0
Mobil Sepeda Motor
Laki-Laki Perempuan
Kendaraan
Jenis Kelamin
Gambar 5. Grafik Jumlah Jenis Kelamin Gambar 6. Grafik Jumlah Kendaraan Responden
Responden
3.2.2. Karakteristik Pengetahuan Responden
Tabel 7. Karakteristik Pengetahuan Responden
No Karakteristik Responden Pengetahuan Jumlah %
Ya 293 73,25
1 Marka Lalu Lintas Tidak 107 26,75
Jumlah 400 100
Ya 396 99
2 Rambu Lalu Lintas Tidak 4 1
Jumlah 400 100
Ya 167 41,75
3 Yellow Box Juction Tidak 233 58,25
Jumlah 400 100
Ya 396 99
4 Lampu Lalu Lintas Tidak 4 1
Jumlah 400 100
Ya 391 97,75
5 Zebra Cross Tidak 9 2,25
Jumlah 400 100
9
400
350
300
Responden
250
200
150
100
50
0
Marka Lalu Rambu Lalu Yellow Box Lampu Lalu Zebra Cross
Lintas Lintas Juction Lintas
Karakteristik Responden
200
Responden
150
100
50
0
Marka Lalu Rambu Lalu Yellow Box Lampu Lalu Zebra Cross
Lintas Lintas Juction Lintas
Karakteristik Responden
10
300
Jumlah Responden
250
200
150
100
50
0
Menerobos Tidak Tidak Berbelok Berkebutan
Lampu Membawa Membawa Tidak di Jalan
Merah STNK SIM Memberi
Isyarat
(Lampu
Sein)
Karakteristik Responden
200
150
100
50
0
Menerobos Tidak Tidak Berbelok Berkebutan
Lampu Membawa Membawa Tidak di Jalan
Merah STNK SIM Memberi
Isyarat
(Lampu Sein)
Karakteristik Responden
Gambar 10. Grafik Jumlah Karakteristik Responden yang Tidak Pernah Mengalami (Tidak)
3.2.4. Karakteristik Kebiasaan Responden
Tabel 9. Karakteristik Kebiasaan Responden
Karakteristik
No Kebiasaan Jumlah %
Responden
Pengendara Mobil Ya 115 28,75
1 Berhenti Tanpa Tidak 76 19
Memberi Isyarat Jumlah 191 47,75
Pengendara Mobil Ya 121 30,25
2 Tanpa Menggunakan Tidak 70 17,5
Sabuk Pengaman Jumlah 191 47,75
Pengendara Sepeda Ya 128 32
3 Motor Berkendara Tidak 81 20,25
Tanpa Helm (SNI) Jumlah 209 52,25
Pengendara Sepeda Ya 169 42,25
Motor Berkendara Tidak 40 10
4
Menumpangi Lebih
dari 1 Orang Jumlah 209 52,25
11
Lanjutan Tabel 9.
Karakteristik
No Kebiasaan Jumlah %
Responden
Pengendara Sepeda Ya 169 42,25
Motor Berkendara Tidak 40 10
5 Tidak Menyalakan
Lampu Utama di Jumlah 209 52,25
Siang Hari
180
160
Jumlah Responden
140
120
100
80
60
40
20
0
Pengendara Pengendara Pengendara Pengendara Pengendara
Mobil Berhenti Mobil Tanpa Sepeda Motor Sepeda Motor Sepeda Motor
Tanpa Memberi Menggunakan Berkendara Berkendara Berkendara
Isyarat Sabuk Tanpa Helm Menumpangi Tidak
Pengaman (SNI) Lebih dari 1 Menyalakan
Orang Lampu Utama
di Siang Hari
Karakteristik Responden
70
60
50
40
30
20
10
0
Pengendara Pengendara Pengendara Pengendara Pengendara
Mobil Berhenti Mobil Tanpa Sepeda Motor Sepeda Motor Sepeda Motor
Tanpa Memberi Menggunakan Berkendara Berkendara Berkendara
Isyarat Sabuk Tanpa Helm Menumpangi Tidak
Pengaman (SNI) Lebih dari 1 Menyalakan
Orang Lampu Utama di
Siang Hari
Karakteristik Responden
12
Pelanggaran lalu lintas juga tercermin dari perilaku pengendara kendaraan di jalan
raya yang lebih condong mementingkan kepentingan individu pengendara dari pada
keselamatannya. Hal ini mengakibatkan pengendara menjadi cenderung mengabaikan
peraturan lalu lintas dan minimnya sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama
pengguna jalan.
500
400
300
200
100
0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
13
Dari Tabel 10 dan Grafik 9 diketahui bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi
di kota Surakarta dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebanyak 2.858 kasus yang
mengakibatkan 324 korban meninggal dunia, 13 korban luka berat, dan 2.912 korban luka
ringan serta mengakibatkan kerugian materiil sebanyak Rp. 1.808.500.000,00. Terlihat bahwa
jumlah kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi di kota Surakarta mengalami peningkatan
yakni pada tahun 2012 terdapat 583 kasus, tahun 2013 terdapat 533 kasus, tahun 2014
terdapat 503 kasus, tahun 2015 terdapat 558 kasus dan pada tahun 2016 terdapat 681 kasus
kecelakaan lalu lintas.
3.3.1.2. Tindak Pidana Berdasarkan Tipe-Tipe Pelanggaran Yang Terjadi di Simpang
Gendengan
Terjadinya berbagai bentuk pelanggaran lalu lintas oleh pengendara kendaraan
bermotor di simpang Gendengan dipicu oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai
berikut:
3.3.1.2.1. Faktor Manusia
Jumlah pelanggaran yang terjadi di simpang Gendengan selama dilakukannya survei
mencapai angka 6.668 tindak pelanggaran, 3.222 diantaranya disebabkan oleh faktor manusia
atau dengan kata lain jumlah pelanggarannya yang terjadi di simpang Gendengan setengah
jumlah pelanggarannya diakibatkan oleh faktor manusia.
Dari Tabel V.8 tipe pelanggaran lalu lintas terkait faktor manusia yang terjadi di simpang
Gendengan diantaranya terdiri dari:
3.3.1.2.1.1. Tipe pelanggaran karena parkir sembarangan
Dari data yang berhasil diperoleh dilapangan dapat diketahui jumlah pelanggaran
tekait pengendara yang parkir sembarangan sejumlah 3 pelanggaran. Pada dasarnya setiap
orang dilarang memanfaatkan ruang manfaat jalan yang mengakibatkan terganggunya fungsi
jalan.
Pemerintah daerah menentukan fasilitas parkir berdasarkan kawasan (zoning)
pengendalian parkir. Bagi pengguna fasilitas parkir di luar jalan yang ditentukan itu,
dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp.
500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) yang di atur dalam Pasal 298 UU No.22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi "Setiap orang yang mengemudi
Kendaraan Bermotor yang tidak memasang segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan
bahaya, atau isyarat lain pada saat berhenti atau Parkir dalam keadaan darurat di Jalan".
14
3.3.1.2.1.2. Pelanggaran yang berkaitan dengan penggunaan lampu sein
Dari data yang berhasil diperoleh dilapangan dapat diketahui jumlah pelanggaran
tekait pengendara kendaraan akan berpindah jalur atau bergerak ke samping,
berbelok/berbalik arah tanpa menyalakan lampu sein mencapai angka 2.659 pelanggaran.
Pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh pengendara dan perilaku ini membahayakan.
Pasalnya, bila asala berbelok tanpa isyarat bisa menyebabkan terjadi kecelakaan. Lain halnya
jika sudah menyalakan lampu sein, maka kendaraan lain akan menurunkan kecepatan, atau
menguah arah kendaraan untuk memberi kesempatan untuk berbelok.
Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 112 Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan:
"Pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah, wajib mengemati
situasi lalu lintas di depan, di samping, dan di belakang kendaraan serta memberikan
isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan. Sebagaimana dimaksud
dalam pasal 294 dan 295 dikatakan bila ada pengemudi yang tidak memberikan
isyarat ketika akan berbelok, maka yang bersangkutan tersebut akan dipidana dengan
kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua
ratus lima puluh ribu rupiah)".
3.3.1.2.1.3. Pelanggaran pengendara yang tidak berkonsentrasi (SMS/telepon,
mengobrol, dll)
Ada beberapa perilaku pengendara yang asik mengobrol yang menimbulkan kerugian
bagi pengguna jalan lain. Misalnya si pengendara dengan tiba-tiba memperlambat bahkan
mempercepat laju kendaraannya. Tak jarang pula si pengendara keluar dari jalur jalannya,
misalnya ada pada jalur tengah dan tiba-tiba tak sadar berpindah ke jalur kanan atau kirinya.
Kemungkinan lainnya yang terjadi pada pengendara berbeda kendaraan yang mengobrol di
jalan, tentu kendaraan mereka akan berjajar berdampingan dan itu cukup mengganggu
pengguna jalan lain. Bagaimana tidak, sudah mengobrol di jalanan, berdampingan, dan
terkadang memperlambat laju kendaraan yang menyebabkan kemacetan.
Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 283 Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar
dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh sesuatu keadaan yang
mengakibatkan ganggunaan konsentrasi dalam mengemudi, akan dipidana dengan
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling anyak Rp. 750.000,00 (tujuh
ratus lima puluh ribu rupiah)".
15
3.3.1.2.1.4. Pelanggaran karena jumlah penumpang sepeda motor lebih dari 1 (satu)
Dari data yang didapatkan di lapangan diketahui jumlah pelanggaran terkait
penumpang leih dari satu mencapai angka 51 pelanggaran.
Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 292 Undang-
Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudi Sepeda Motor tanpa kereta samping yang
mengengkut Penumpang lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
106 ayat 9 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda
paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh riu rupiah)".
3.3.1.2.1.5. Pelanggaran tidak mengenakan sabuk pengaman
Dari data yang didapatkan di lapangan diketahui jumlah pelanggaran terkait
pengemudi kendaraan roda 4(empat) atau lebih yang tidak mengenakan sabuk pengaman
mencapai angka 45 pelanggaran. Pemerintah telah mewajibkan kepada setiap pengemudi
kendaraan beroda empat atau lebih serta penumpang disampingnya agar mengenakan sabuk
keselamatan.
Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 289 Undang-
Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor atau Penumpang yang duduk
di samping Pengemudi yang tidak mengenakan sabuk keselamatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat 6 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah)".
3.3.1.2.1.6. Tipe pelanggaran karena tidak mengenakan helm
Dari data yang didapatkan di lapangan diketahui jumlah pelanggaran karena tidak
menggunakan helm sejumlah 45 pelanggaran. Pelanggaran ini terjadi karena kurangnya
masyarakat untuk mementingkan keamanan dalam berkendara serta kurangnya pengetahuan
akan fungsi helm tersebut.
Dalam tipe pelanggaran tersebut tentunya pengendara montor telah melanggar pasal
106 ayat 8 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
berbunyi:
''Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda Motor
wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia (SNI)".
16
Hal tersebut dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 291 ayat (1) Undang-
Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua ratus lima
puluh ribu rupiah)".
3.3.1.2.2. Faktor Kendaraan
Kendaaan merupakan salah satu faktor yang secara langsung terlibat dalam dinamika
lalu lintas jalan raya dengan dikendalikan oleh manusia, interaksi antara manusia dan
kendaraan dalam satu kesatuan gerak di jalan raya memerlukan penanganan khusus baik
terhadap mental, pengetahuan dan keterampilan pengemudi maupun kesiapan (laik jalan)
kendaraan tersebut untuk dioperasionalkan di jalan raya. Berdasarkan data yang didapatkan di
lapangan, pelanggaran terkait dengan faktor kendaraan mencapai angka 1.001 pelanggaran.
Dari Tabel V.9 tipe pelanggaran lalu lintas terkait faktor kendaraan yang terjadi di
simpang Gendengan diantaranya terdiri dari:
3.3.1.2.2.1. Tipe pelanggaran karena tidak menyalakan lampu utama di siang hari (light
on)
Dari hasil pengamatan, pelanggaran yang berkaitan dengan faktor kendaraan sering
terjadi adalah terkait pelanggaran tidak menyalakan lampu utama di siang hari (light on)
mencapai angka 977 pelanggaran. Dari tipe pelanggaran tersebut tentunnya pengendara
motor telah melanggar pasal 107 ayat 2 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi:
"Pengemudi Sepeda Motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada siang hari".
Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 292 ayat 2
Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudi Sepeda Motor di Jalan tanpa menyalakan lampu
utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dipidana
kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah)".
3.3.1.2.2.2. Jenis pelanggaran karena mengenai komponen kendaraan
Dari data yang berhasil diperoleh dilapangan dapat diketahui jumlahnya mencapai 23
pelanggaran, terdiri dari tidak memasang plat nomor kendaraan, penggandengan/penempelan
17
kendaraan, memodifikasi kendaraan. Rata-rata tipe pelanggaran ini terjadi pada pengendara
usia muda yang hobi memodifikasi namun tidak mengindahkan peraturan tentang
kelengkapan komponen kendaraan.
Dari tipe pelanggaran tersebut tentunya pengendara motor telah melanggar pasal 48
ayat 3 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
berbunyi:
"Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh kinerja
minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas:
i. emisi gas buang
ii. kebisingan suara;
iii. efiensi sistem rem utama;
iv. efisiensi sistem rem parkir;
v. kincup roda depan;
vi. suara klapson;
vii. daya pancar dan arah sinar lampu utama;
viii. radius putar
ix. akurasi alat penunjuk kecepatan;
x. kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan
xi. kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan."
Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada pasal 285 ayat 1
Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan yang tidak memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klapson, lampu utama,
lampu rem, lampu penunjuk arah, arah pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan,
knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3)
juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah)."
3.3.1.2.3. Faktor Jalan
Kondisi jalan dapat menjadi salah satu sebab terjadinya pelanggaran dan kecelakaan
lalu lintas seperti jalan rusak, kurangnya rambu lalu lintas, akan tetapi faktor jalan dapat
dikurangi dengan rekayasa jalan dengan sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi
18
perilaku para pengguna jalan dan mengurangi serta mencegah tindakan yang membahayakan
keselamatan dalam berlalu lintas.
Jumlah pelanggaran yang terjadi di simpang Gendengan mencapai angka 6.668 tindak
pelanggaran, 2.445 diantaranya disebabkan oleh faktor jalan. Pelanggaran lalu lintas yang
disebabkan faktor jalan merupakan pelanggaran terbanyak kedua setelah faktor manusia.
Jajaran Satlantas Polresta Surakarta sering melakukan pengamatan terhadap prasarana
jalan terkait rambu-rambu lalu lintas hal ini berfungsi untuk mengontrol apabila rambu-
rambu lalu lintas yang kurang ataupun sudah rusak. Dari Tabel V.10 tipe pelanggaran lalu
lintas terkait faktor jalan yang terjadi di simpang Gendengan diantaranya terdiri dari:
3.3.1.2.3.2. Tipe pelanggaran karena menerobos lampu merah
Dari data yang berhasil diperoleh dapat diketahui jumlah pelanggaran karena
pengguna jalan yang menerobos lampu merah mencapai angka 977 pelanggaran. Banyak
pelanggar yang beranggapan karena sedang dalam keadaan terburu-buru dan ingin cepat
sampai tujuan.
Dari tipe pelanggaran tersebut tentunya pengendara motor telah melanggar pasal 106
ayat 4 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi
ketentuan:
i. rambu perintah atau rambu larangan;
ii. Marka Jalan;
iii. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
iv. gerakan Lalu Lintas;
v. berhenti dan Parkir;
vi. peringatan dengan bunyi dan sinar;
vii. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau
viii. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain"
Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada padal 287 ayat 1
Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar
aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau Marka Jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana
19
kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah)".
3.3.1.2.3.3. Tipe pelanggaran karena marka lalu lintas
Dari data yang berhasil diperoleh dapat diketahui jumlah pelanggaran terkait marka
jalan di simpang Gendengan mencapai angka 1.001, diantaranya 407 marka membujur, 206
marka lambang sepeda, dan 388 marka yellow box juction.
Dari tipe pelanggaran tersebut tentunya pengendara motor telah melanggar pasal 106
ayat 4 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi
ketentuan:
i. rambu perintah atau rambu larangan;
ii. Marka Jalan;
iii. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
iv. gerakan Lalu Lintas;
v. berhenti dan Parkir;
Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada padal 275 ayat 1
Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar
aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau Marka Jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah)".
3.3.1.2.3.4. Tipe pelanggaran karena rambu lalu lintas
Dari data yang berhasil diperoleh dapat diketahui jumlah pelanggaran terkait marka
jalan di simpang Gendengan mencapai angka 654 pelanggaran. Diantaranya pelanggaran
rambu larangan belok kanan, 579 pelanggaran lajur belok kiri langsung, 67 pelanggaran lajur
contra flow.
Dari tipe pelanggaran tersebut tentunya pengendara motor telah melanggar pasal 106
ayat 4 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
menyatakan:
20
"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi
ketentuan:
i. rambu perintah atau rambu larangan;
ii. Marka Jalan;
iii. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
iv. gerakan Lalu Lintas;
v. berhenti dan Parkir;
vi. peringatan dengan bunyi dan sinar;
vii. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau
viii. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain"
Hal tersebut diatas juga dipertegas oleh ketentuan pidana pada padal 275 ayat 1
Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
menyatakan:
"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar
aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau Marka Jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah)".
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
21
dan faktor jalan mencapai angka 2.445 (36,67 %) pelanggaran. Kurangnya kesadaran
akan peraturan berlalu lintas dan kepentingan manusia yang berlainan menyebabkan
manusia ceroboh, lalai, bahkan kesengajaan menjadi faktor dominan terjadinya
pelanggaran lalu lintas.
3) Dampak terjadinya pelanggaran adalah kecelakaan lalu lintas. Dari kurun waktu 5
tahun jumlah kecelakaan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebanyak 2.858
kasus. Kasus kecelakaan tersebut mengakibatkan 324 korban meninggal, 13 korban
luka berat, dan 2.912 korban luka ringan serta mengakibatkan kerugian materiil
sebanyak Rp. 1.808.500.000,00. Konsekuensi pengguna jalan yang melanggar
peraturan berlalu lintas berupa sangsi berupa hukuman denda atau penjara.
4.2. Saran
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1) Untuk penelitian diperlukan jumlah surveyor yang memadai, sehingga didapatkan hasil
DAFTAR PUSTAKA
, 2009. Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan. Jakarta
Michael H. Walizer & Paul L Wienir, 1987. Metode dan Analisis Penelitian:
Mencari Hubungan, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
22