Anda di halaman 1dari 32

BAB III

SISTEM KARDIOVASKULER
Sistem sirkulasi terdiri atas sistem kardiovaskuler dan limfe. Sistem
karidovakuler terdiri dari struktur-struktur sebagai berikut.
1. Jantung, yang berfungsi untuk memompa darah.
2. Pembuluh darah yang berfungsi untuk mengalirkan darah menuju ke jaringan
dan sebaliknya.
3. Cairan darah yang berfungsi mengangkut O2 dan CO2, zat-zat makanan dan
sebagainya ke jaringan dan sebaliknya.
Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara
peredaran melalui seluruh tubuh.
 Arteri membawa darah dari jantung
 Vena membawa darah ke jantung
 Kapiler menggabungkan arteri dan vena terentang diantaranya dan merupakan
jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan dan disini terjadi
pertukaran gas dalam cairan ekstraselular atau intertisiil.
 Saluran limpe mengumpulkan, menyaring, dan menyalurkan kembali ke dalam
darah limpe dan dikeluarkan melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan.
Gambar 3.1. Jantung dan Bagian-bagiannya

III.1. Struktur Sistem Kardiovaskuler (Anatomi Jantung dan Pembuluh


Darah)
III.1.1. Jantung
Jantung merupakan organ muskuler yang dapat berkontraksi secara ritmis,
dan berfungsi memompa darah dalam sistem sirkulasi. Jantung terletak di rongga
toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum atau tulang dada di sebelah
anterior dan vertebra (tulang punggung) di sebelah posterior. Bagian depan
dibatasi oleh sternum dan costae 3,4, dan 5. Hampir 2/3 bagian jantung terletak di
sebelah kiri garis median sternum. Jantung terletak di atas diafragma, miring ke
depan kiri dan apek cordis berada paling depan dalam rongga toraks. Apek cords
dapat diraba pada ruang intercostal 4-5 dekat garis medio-clavicular kiri. Batas

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 66


kranial jantung dibentuk oleh aorta ascendens, arteri pulmonalis, dan vena cava
superior. Pada dewasa, rata-rata panjangnya kira-kira 12 cm, dan lebar 9 cm,
dengan berat 300- 400 gram. Berbentuk kerucut dengan basis di bagian atas dan
apek di bagian bawah miring ke kiri.
Sekat jantung di sebut septum. Pada septum terdapat lubang yang ditutup
oleh katup (palvula). Ada 2 macam katup pada jantung yaitu triskuspidalis (katup
kanan) dan bikuspidalis (katup kiri). Katup jantung berfungsi mempertahankan
aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung. Setiap katub berespon terhadap
perubahan tekanan. Katub-katub terletak sedemikian rupa, sehingga mereka
membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan tekanan, serupa dengan
pintu satu arah. Katub jantung dibagi dalam dua jenis:
1. Katub Atrioventrikuler
Letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katub atrioventrikular.
Katub yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai
tiga buah katub disebut katub triskuspid. Terdiri dari tiga otot yang tidak
sama, yaitu: 1) Anterior, yang merupakan paling tebal, dan melekat dari
daerah Infundibuler ke arah kaudal menuju infero-lateral dinding ventrikel
dekstra. 2) Septal, Melekat pada kedua bagian septum muskuler maupun
membraneus. Sering menutupi VSD kecil tipe alur keluar. 3) Posterior, yang
merupalan paling kecil, Melekat pada cincin triskuspidalis pada sisi postero-
inferior. Sedangkan katub yang letaknya di antara atrium kiri dan ventrikel kiri
mempunyai dua daun katub disebut katub mitral. Terdiri dari dua bagian, yaitu
daun katup mitral anterior dan posterior. Daun katup anterior lebih lebar dan
mudah bergerak, melekat seperti tirai dari basal ventrikel sinistra dan meluas
secara diagonal sehingga membagi ruang aliran menjadi alur masuk dan alur
keluar.
2. Katub Semilunar
Disebut semilunar (bulan separuh) karena terdiri dari tiga daun katub, yang
masing-masing mirip dengan kantung mirip bulan separuh. Katub semilunar
memisahkan ventrikel dengan arteri yang berhubungan. Katub pulmonal
terletek pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari ventrikel
kanan. Katub aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Adanya katub

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 67


semilunar ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke
arteri pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel, dan mencegah aliran
balik waktu diastole ventrikel.
Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri, dan memiliki empat bilik
(ruang), bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya. Bilik-bilik atas, atria
(atrium, tunggal) menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkannya
ke bilik-bilik bawah, ventrikel, yang memompa darah dari jantung. Kedua belahan
jantung dipisahkan oleh septum, suatu partisi otot kontinu yang mencegah
pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting, karena
separuh kanan jantung menerima dan memompa darah beroksigen rendah
sementara sisi kiri jantung menerima dan memompa darah beroksigen tinggi.
1. Atrium Dekstra
2. Atrium Sinistra
3. Ventrikel Dekstra
4. Ventrikel Sinistra
Secara struktural dinding jantung terdiri atas 3 lapisan (tunika) yaitu,
a. Endokardium terletak pada lapisan subendotel. Sebelah dalam dibatasi oleh
endotel. Endokardium tersusun atas jaringan penyambung jarang dan banyak
mengandung vena, saraf (nervus), dan cabang-cabang sistem penghantar
impuls. Endo berarti “di dalam”, adalah lapisan tipis endothelium, suatu
jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem sirkulasi.
b. Myo berarti “otot”, merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot jantung,
membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat otot ini tersusun
secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot ini yang akan menerima
darah dari arteri koroner. Sel-sel otot jantung dibagi dalam dua kelompok; sel-
sel kontraktil dan sel-sel yang menimbulkan dan menghantarkan impuls
sehingga mengakibatkan denyut jantung.
c. Epikardium merupakan membran serosa jantung, membentuk batas visceral
perikardium. Sebelah luar diliputi oleh epitel selapis gepeng (mesotel).
Jaringan adiposa yang umumnya meliputi jantung terkumpul dalam lapisan
ini. Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian ini adalah

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 68


suatu membran tipis di bagian luar yang membungkus jantung. Terdiri dari
dua lapisan, yaitu:
 Perikarduim fibrosum (viseral), merupakan bagian kantong yang membatasi
pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium diafragma, bersatu
dengan pembuluh darah besar merekat pada sternum melalui ligamentum
sternoperikardial.
 Perikarduim serosum (parietal), dibagi menjadi dua bagian, yaitu Perikardium
parietalis membatasi perikarduim fibrosum sering disebut epikardium, dan
Perikarduim fiseral yang mengandung sedikit cairan yang berfungsi sebagai
pelumas untuk mempermudah pergerakan jantung.
Katup-katup jantung terdiri atas bagian sentral yang terdiri atas jaringan
fibrosa padat menyerupai aponeurosis yang pada kedua permukaannya dibatasi
oleh lapisan endotel. Persyarafan jantung tersusun atas sistem yang menimbulkan
dan menghantarkan impuls pada jantung. Sistem yang menimbulkan dan
menghantarkan impuls dari jantung terdiri atas beberapa struktur yang
memungkinkan bagi atrium dan ventrikel untuk berdenyut secara berurutan dan
memungkinkan jantung berfungsi sebagai pompa yang efisien. Sistem ini terdiri
atas:
1. Simpul sinoatrial (dari Keith dan Flack) sebagai alat pacu (pace maker)
jantung.
2. Simpul atrioventrikuler (dari Tawara).
3. Juga terdapat berkas atrioventrikuler (berkas His) yang berasal dari simpul
atrioventrikuler dan berjalan ke ventrikel, bercabang dan mengirimkan cabang-
cabang ke kedua ventrikel.
Otot jantung mempunyai kemampuan autostimulasi, tidak tergantung dari
impuls syaraf. Sel-sel otot jantung yang telah diisolasi dapat berdenyut dengan
iramanya sendiri. Pada otot jantung, sel-sel ini sangat erat berhubungan dan terjadi
pertukaran informasi dengan adanya gap junction pada discus interkalaris.
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Kecepatan denyut jantung
terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus SA. Jantung dipersarafi
oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yang dapat memodifikasi kecepatan (serta
kekuatan) kontraksi, walaupun untuk memulai kontraksi tidak memerlukan

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 69


stimulasi saraf. Saraf parasimpatis ke jantung, yaitu saraf vagus, terutama
mempersarafi atrium, terutama nodus SA dan AV. Saraf-saraf simpatis jantung
juga mempersarafi atrium, termasuk nodus SA dan AV, serta banyak
mempersarafi ventrikel.
Bagian parasimpatis dan simpatis sistem autonom mempersarafi jantung
membentuk pleksus-pleksus yang tersebar luas pada basis jantung. Pada daerah-
daerah yang dekat dengan simpul sinoatrial dan atrioventrikuler, terdapat sel-sel
saraf ganglion dan serabut-serabut saraf. Saraf-saraf ini mempengaruhi irama
jantung, dimana perangsangan bagian parasimpatis (nervus vagus) menimbulkan
perlambatan denyut jantung, sedangkan perangsangan saraf simpatis mempercepat
irama pace maker.

III.1.2. Pembuluh Darah


Struktur Umum Pembuluh-Pembuluh Darah
Pembuluh darah biasanya terdiri atas lapisan-lapisan sebagai berikut:
1. Tunika intima (tunika interna) terdiri atas selapis sel endotel yang membatasi
permukaan dalam pembuluh. Di bawah endotel adalah lapisan subendotel,
terdiri atas jaringan penyambung jarang halus yang kadang-kadang
mengandung sel otot polos yang berperan untuk kontraksi pembuluh darah.
2. Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos yang tersusun melingkar (sirkuler).
Pada arteri, tunika media dipisahkan dari tunika intima oleh suatu membran
elastik interna. Membran ini terdiri atas elastin, biasanya berlubang-lubang
sehingga zat-zat dapat berdifusi melalui lubang-lubang yang terdapat dalam
membran dan memberi makan pada sel-sel yang terletak jauh di dalam dinding
pembuluh. Pada pembuluh besar, sering ditemukan membrana elstika externa
yang lebih tipis yang memisahkan tunika media dari tunika adventitia yang
terletak di luar.
3. Tunika adventitia terdiri atas jaringan penyambung dengan serabut-serabut
elastin. Pada pembuluh yang lebih besar, vasa vasorum (pembuluh dalam
pembuluh) bercabang-cabang luas dalam adventitia.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 70


4. Vasa vasorum memberikan metabolit-metabolit untuk adventitia dan tunika
media pembuluh-pembuluh besar, karena lapisan-lapisannya terlalu tebal untuk
diberi makanan oleh difusi dari aliran darah.
Aorta
 Tunica intima: endothelium - sel berbentuk poligonal selapis, subendothelium-
serabut elastis, kolagen, fibroblast, sel-sel otot polos. Serabut elastic
membentuk membrana elastica interna, tidak sejelas pada arteri ukuran
medium, dan terlihat berlubang-lubang.
 Tunica media: membrana fenestrata - dibentuk oleh serabut elastis, sel-sel otot
polos tampak pada jaringan ikat diantara membrana fenestrata.
 Tunica adventitia: jaringan ikat longgar tipis vasa vasorum.
Arteri
Berdasarkan ukurannya, arteri dapat diklasifikasikan menjadi (1) arteri
besar atau arteri elastis; (2) arteri ukuran sedang, arteri muskuler, dan (3) arteriola.
1. Arteri besar (arteri elastin) termasuk aorta dan cabang-cabang besarnya. Arteri
jenis ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: (1) Intima, dibatasi oleh sel-sel
endotel. Pada arteri besar membrana basalis subendotel kadang-kadang tidak
terlihat. Membrana elastika interna tidak selalu ada. (2) Lapisan media terdiri
atas serangkaian membran elastin yang tersusun konsentris. (3) Tunika
adventitia tidak menunjukkan membrana externa, relatif tidak berkembang dan
mengandung serabut-serabut elastin dan kolagen.
2. Arteri ukuran sedang dan kecil memiliki lapisan muskuler yang tebal. Sel-sel
ini bercampur dengan sejumlah serabut elastin serta kolagen dan proteoglikan.
3. Arteriola merupakan pembuluh arteri yang paling kecil (halus), bergaris tengah
kurang dari 0,5 mm dan relatif mempunyai lumen yang sempit. Memiliki tunika
intima dengan tanpa lapisan subendotel dan umumnya tidak mempunyai
membrana elastik interna. Lapisan media adalah lapisan sel-sel otot polos yang
tersusun melingkar. Lapisan adventitia tipis, tidak berkembang dengan baik dan
tidak menunjukkan adanya membrana elastik externa.
Suplai darah ke miokardium berasal dari dua arteri koroner besar yang
berasal dari aorta tepat di bawah katub aorta. Arteri koroner kiri memperdarahi

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 71


sebagian besar ventrikel kiri, dan arteri koroner kanan memperdarahi sebagian
besar ventrikel kanan.
a. Arteri Koroner Kanan
Berjalan ke sisi kanan jantung, pada sulkus atrioventrikuler kanan. Pada
dasarnya arteri koronarian kanan memberi makan pada atrium kanan, ventrikel
kanan, dan dinding sebelah dalam dari ventrikel kiri. Bercabang menjadi
Arteri Atrium Anterior Dextra (RAAB = Right Atrial Anterior Branch) dan
Arteri Coronaria Descendens Posterior (PDCA = Posterior Descending
Coronary Artery). RAAB memberikan aliran darah untuk Nodus Sino-Atrial.
PDCA memberikan aliran darah untuk Nodus Atrio-Ventrikular.
b. Arteri Koroner Kiri
Berjalan di belakang arteria pulmonalis sebagai arteri coronaria sinistra
utama (LMCA = Left Main Coronary Artery) sepanjang 1-2 cm. Bercabang
menjadi Arteri Circumflexa (LCx = Left Circumflex Artery) dan Arteri
Descendens Anterior Sinistra (LAD = Left Anterior Descendens Artery). LCx
berjalan pada Sulcus Atrio-Ventrcular mengelilingi permukaan posterior
jantung. LAD berjalan pada Sulcus Interventricular sampai ke Apex. Kedua
pembuluh darah ini bercabang-cabang dan memberikan lairan darah diantara
kedua sulcus tersebut.

Histofisiologi Arteri
Arteri besar juga dinamakan pengangkut karena fungsi utamanya adalah
mengangkut darah. Fungsi arteri ukuran sedang sebagai arteri penyalur yaitu
untuk menyediakan darah pada berbagai organ. Perubahan arteriosklerosis pada
umumnya mulai pada lapisan subendotel, berjalan ke tunika media. Lesi lapisan
intima dan lapisan tengah yang ditemukan pada arteriosklerosis yang disertai
dengan destruksi jaringan elastin dan akibatnya kehilangan elastisitas adalah
akibat gangguan sirkulasi yang berat.
Anastomosis Arteriovenosa
Hubungan langsung antara sirkulasi arteri dan vena. Anastomosis
arteriovenosa ini tersebar di seluruh tubuh dan umumnya terdapat pada pembuluh
pembuluh kecil berfungsi mengatur sirkulasi pada daerah tertentu, terutama pada

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 72


jari, kuku, dan telinga. Sistem ini mempunyai peranan pengaturan sirkulasi pada
berbagai organ dan berperanan pada beberapa fenomena fisiologi seperti
menstruasi, perlindungan terhadap suhu yang rendah, dan ereksi. Anastomosis
arteriovenosa banyak dipersyarafi oleh sistem syaraf simpatis dan parasimpatis.
Selain mengatur aliran darah pada berbagai organ, anastomosis ini mempunyai
fungsi termoregulator yang khususnya terbukti pada kulit ekstremitas.
Vena
 Tunica intima: endothelium - selnya pipih selapis, subendothelium–jaringan
ikat tipis langsung berhubungan dengan tunica adventitia.
 Tunica media: tidak ada.
 Tunica adventitia: jaringan ikat longgar dengan serabut colagen yang
membentuk berkas-berkas longitudinal, sel fibroblast tampak diantaranya. Sel-
sel otot polos tampak pula.
Vena biasanya digolongkan menjadi:
1. Venula, garis tengah 0,2 – 1 mm, ditandai oleh tunika intima yang terdiri atas
endotel, tunika media tebal yang terdiri atas lapisan sel otot polos, dan lapisan
adventitia merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri atas jaringan
penyambung yang kaya akan serabut-serabut kolagen.
2. Vena ukuran kecil atau sedang dan mempunyai garis tengah 1 – 9 mm. Tunika
intima biasanya mempunyai lapisan subendotel yang tipis, tetapi hal ini pada
suatu saat mungkin tidak ada. Tunika media terdiri atas berkas-berkas kecil
otot polos yang bercampur dengan serabut-serabut kecil kolagen dan jala-jala
halus serabut elastin. Lapisan kolagen adventitia berkembang dengan baik.
3. Vena besar mempunyai tunika intima yang berkembang dengan baik. Tunika
media jauh lebih kecil, dengan sedikit sel-sel otot polos dan banyak jaringan
penyambung. Tunika adventitia adalah lapisan yang paling tebal dan pada
pembuluh yang paling besar dapat mengandung berkas-berkas longitudinal
otot polos. Di samping perbedaan lapisan ini, vena ukuran-kecil atau sedang
menunjukkan adanya katup-katup di dalamnya. Struktur ini terdiri atas 2
lipatan semilunaris dari lapisan dalam pembuluh yang menonjol ke dalam
lumen. Mereka terdiri atas jaringan penyambung elastin dan dibatasi pada
kedua sisinya oleh endotel. Katup-katup khususnya banyak pada vena anggota

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 73


badan (lengan dan tungkai). Mereka mendorong darah vena ke arah jantung,
berkat kontraksi otot-otot rangka yang terletak di sekitar vena.
Perbedaan Pembuluh Darah Vena dan Arteri
Vena
a. Membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis.
b. Mempunyai dinding yang tipis.
c. Jaringannya kurang elastis.
d. Mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
e. Tidak menunjukkan adanya tempat mendengar denyut jantung.
Arteri
a. Membawa darah bersih kecuali arteri pulmonalis.
b. Mempunyai dinding yang tebal.
c. Mempunyai jaringan yang elastis.
d. Katup hanya pada permulaan keluar dari jantung.
e. Menunjukkan adanya tempat untuk mendengarkan denyut jantung.

Kapiler
Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim,
melingkar dalam bentuk tabung, mengelilingi ruang silindris, garis tengah rata-
rata kapiler berkisar dari 7-9 μm. Kapiler dapat dikelompokkan dalam 3 jenis
menurut struktur dinding sel endotel.
1. Kapiler kontinu. Susunan sel endotel rapat.
2. Kapiler fenestrata atau perforata ditandai oleh adanya pori-pori diantara sel
endotel. Kapiler perforata biasanya ditemukan dalam jaringan-jaringan dimana
terjadi pertukaran-pertukaran zat dengan cepat antara jaringan dan darah,
seperti yang terdapat pada ginjal, usus, dan kelenjar endokrin.
3. Kapiler sinusoid, berkelok-kelok dan garis tengahnya sangat besar (30-40 μm),
sirkulasi darah lambat, tidak memiliki dinding yang dibatasi kontinu oleh sel–
sel endotel, tetapi terbuka pada ruang–ruang antara sel, dan adanya sel dengan
dinding bulat selain sel endotel yang biasa dengan aktivitas fogositosis. Kapiler
sinusoid terutama ditemukan pada hati dan organ-organ hemopoetik seperti
sumsum tulang dan limpa. Struktur ini diduga bahwa pada kapiler sinusoid

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 74


pertukaran antar darah dan jaringan sangat dipermudah, sehingga cairan darah
dan makromolekul dapat berjalan dengan mudah bolak-balik antara kedua
ruangan tersebut.
Kapiler-kapiler beranastomosis (berhubungan satu dengan lainnya)
membentuk jala-jala antar arteri-arteri dan vena-vena kecil. Arteriol bercabang
menjadi pembuluh-pembuluh kecil yang mempunyai lapisan otot polos yang tidak
kontinu, yang disebut metarteriol. Metarteriol bercabang menjadi kapiler-kapiler
yang membentuk jala-jala. Konstriksi metarteriol membantu mengatur, tetapi
tidak menghentikan sama sekali sirkulasi dalam kapiler, dan mempertahankan
perbedaan tekanan dalam dua sistem. Suatu cincin sel-sel otot polos yang disebut
sfinkter, terdapat pada tempat asal kapiler dari metarteriol. Sfinkter prekapiler ini
dapat menghentikan sama sekali aliran darah dalam kapiler. Seluruh jala-jala tidak
berfungsi semua secara serempak, dan jumlah kapiler yang berfungsi dan terbuka
tidak hanya tergantung pada keadaan kontraksi metarteriol tetapi juga pada
anastomosis arteriovenosa yang memungkinkan metarteriol langsung
mengosongkan darah kedala vena-vena kecil. Antar hubungan ini banyak sekali
pada otot rangka dan kulit tangan dan kaki. Bila pembuluh-pembuluh anastomis
arteriovenosa berkontraksi, semua darah harus berjalan melalui jala-jala kapiler.
Bila ia relaksasi, sebagian darah mengalir langsung ke vena bukan mengalir ke
dalam kapiler. Sirkulasi kapiler diatur oleh rangsang saraf dan hormon.
Tubuh manusia luas permukaan jala-jala kapiler mendekati 6000 m². Garis
tengah totalnya kira-kira 800 kali lebih besar daripada garis tengah aorta. Suatu
unit volume cairan dalam kapiler berhubungan dengan luas permukaan yang lebih
besar daripada volume yang sama dalam bagian sistem lain. Aliran darah dalam
aorta rata-rata 320 mm/detik; dalam kapiler sekitar 0,3 mm/detik. Sistem kapiler
dapat dimisalkan dengan suatu danau di mana sungai-sungai masuk dan keluar;
dindingnya yang tipis dan alirannya yang lambat, kapiler merupakan tempat yang
cocok untuk pertukaran air dan solut antara darah dan jaringan-jaringan.
Morfologi Dasar Permeabilitas Kapiler
Tempat pertukaran zat-zat antara darah dan jaringan dan sebaliknya.
Permeabilitas kapiler dalam berbagai organ berbeda bermakna. Misalnya, pada
glomerulus ginjal, mereka kira-kira 100 kali lebih permeabel daripada kapiler-

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 75


kapiler jaringan otot. Pada keadaan-keadaan abnormal, seperti peradangan,
penyuntikan bisa ular atau lebah, dan sebaginya, permeabilitas kapiler sangat
meningkat. Keadaan ini jelas merubah permeabilitas hubungan antara sel-sel
endotel. Dalam keadaan seperti ini, zat-zat koloid setebal elektron dapat
ditemukan berjalan dari lumen kapiler dan venula kecil masuk ke jaringan
sekitarnya dengan menembus hubungan sel-sel endotel. Leukosit dapat
meninggalkan aliran darah dengan lewat antara sel-sel endotel, dan masuk ruang
jaringan dengan proses yang dinamakan diapedesis.

III.2. Sirkulasi Janin


Tujuan sirkulasi janin adalah untuk mengantarkan zat gizi dan oksigen ibu
ke sisi kiri jantung janin. Sirkulasi janin mempunyai beberapa strukturyang tidak
ditemukan di sirkulasi dewasa. Walaupun sel darah tidak dipertukarkan antara ibu
dan janinnya, zat gizi, hasil buangan, antibody, seperti immunoglobulin G (IgG),
dan gas darah dipertukarkan. Sirkulasi maternal mengalir dari sirkulasi sistemik
berturut-turut arteri plasenta, jala kapiler plasenta, dan vena plasenta. Sirkulasi
fetal ke dan dari plasenta mengalir dari arteri umbilikalis (darah tanpa oksigen)
ke plasenta, vena umbilikalis (darah beroksigen), duktus venous, jantung, sirkulasi
sistemik, lalu kembali ke arteri umbilikalis.
1. Sirkulasi pada janin terjadi akibat adanya pirau atau shunt baik intra kardiak
(foramen ovale) ataupun ekstra kardiak (duktus arteriosus dan venosus).
2. Darah yang mengandung O2 relatif cukup (PO2 30 mmHg) mengalir dari
plasenta melalui hati, sedangkan sisanya tanpa melalui hati akan melewati
duktus venosus ke vena cava inferior yang sekaligus juga menerima darah dari
hati melalui vena hepatika serta darah dari tubuh bagian bawah.
3. Sepertiga darah dari vena cava inferior masuk ke atrium kanan kemudian
melalui foramen ovale masuk ke atrium kiri, dan menuju ke ventrikel kiri ke
aorta dan sirkulasi koroner. Sementara dua pertiga darah dari vena cava
inferior masuk ke atrium kanan dan ventrikel kanan melalui tricuspid. Darah
dari ekstremitas atas akan masuk ke atrium kanan melalui vena cava superior
dan bergabung dengan darah dari sinus coronarius menuju ventrikel
kanan dan masuk ke arteri pulmonalis.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 76


4. Darah dari ventrikel kanan sebagian besar tidak menuju ke paru-paru tetapi
tetap menuju ke aorta desendenmelalui duktus arteriosus. Hanya sebagian
kecil saja darah menuju ke paru-paru karena belum berkembang dan pada saat
ini tahanan vascular paru masih tinggi.
5. Darah dari aorta akan mengalir ke organ-organ tubuh sesuai dengan tahanan
vascular masing-masing. Kemudian darah kembali ke plasenta melalui
arteriumbilical yang keluar dari arteri iliaka interna. Pada janin normal
ventrikel kanan akan memompakan 60 % seluruh curah jantung dan sisanya
akan dipompakan oleh ventrikel kiri.
Struktur pada jantung janin meliputi berikut ini.
a. Duktus venosus, adalah penghubung antara vena umbilikalis dan vena kava
inferior. Duktus ini memungkinkan bahan lewat memintas hati janin.
b. Foramen ovale, adalah sebuah lubang antara atrium kiri dan kanan jantung
janin. Pada janin paru belum sepenuhnya berfungsi karena tidak ada
pertukaran udara dengan lingkungan. Paru yang kolaps memiliki tahanan yang
tinggi terhadap aliran darah pada janin. Oleh karena itu, pemintasan sirkulasi
paru adalah untuk mengantarkan sebagian besar nutrien ke sirkulasi dan untuk
menghemat energi.
c. Duktus arteriosus adalah penghubung antara arteri pulmonalis dan aorta.
Duktus arteriosus membantu memintas darah yang memasuki ventrikel kanan.
Jadi, duktus ini memungkinkan pengantaran langsung nutrien ke dalam
sirkulasi sistemik dengan melewati paru janin.

III.2.1. Sirkulasi Orang Dewasa


Secara umum sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia dapat dibagi
menjadi 2 bagian:
1. Sistem sirkulasi umum atau peredaran darah besar (sistemik): sirkulasi darah
yang mengalir dari jantung kiri ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung
kanan. Aliran darah dari ventrikel kiri melalui arteri kemudian arteriola dan
kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 77


2. Sistem sirkulasi paru-paru atau peredaran darah kecil (pulmoner): sirkulasi
darah yang mengalir dari jantung kanan ke paru-paru lalu kembali ke jantung
kiri. Aliran darah dari ventrikel kanan melalui paru-paru masuk ke atrium kiri.
Pada orang dewasa, jumlah volume darah yang mengalir di dalam sistem
sirkulasi mencapai 5-6 liter (4,7 - 5,7 liter). Darah terus berputar mengalir di
dalam sistem sirkulasi sistemik dan paru-paru tanpa henti. Odema terjadi karena
payah jantung diakibakan adanya tekanan balik di dalam vena yang meningkatkan
perembesan cairan keluar dari kapiler dan sebagian karena daya pompa jantung
rendah. Sementara odema pulmonal dikarenakan kegagalan jantung kiri yang
dapat terjadi pada pasien overhidrasi.
Sirkulasi koroner adalah penyediaan darah untuk jantung sendiri
(peredaran darah dalam jantung). Kata-kata yang berhubungan dengan jantung
antara lain, perikarditis atau peradangan selaput jantung , endokarditis yaitu
peradangan membran bagian dalam jantung, infark miokard (sebagian otot
jantung mati), dan sinkops ialah kehilangan kesadaran secra tiba tiba. Kegagalan
jantung kongestif ditandai dengan dispnea (sesak napas) dan penimbunan cairan
odema di dalam jaringan lunak di sebabkan kegagalan gerakan memompa jantung.

III. 3. Fungsi Jantung dan Peredaran Darah Manusia.


Fungsi sirkulasi meliputi sebagai berikut.
a.) Arteri mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan, untuk ini arteri
mempunyai dinding yang tebal dan kuat karena darah mengalir dengan cepat
pada arteri.
b.) Arteriola, cabang kecil dari arteri. Sistem arteri berfungsi sebagai kendali
darah yang dikeluarkan ke dalam kapiler. Arteriol mempunyai dinding otot
yang kuat, mampu menutup arteriol dan melakukan dilatasi beberapa kali
lipat, megubah aliran darah ke kapiler sebagai respons terhadap kebutuhan
jaringan.
c.) Kepiler, untuk pertukaran cairan, zatmakanan elektrolit, hormone dan bahan
lainnya antara darah dan cairan intertisial. Dinding kapiler bersifat sangat tipis
dan permeabel terhadap molekul kecil.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 78


d.) Venula mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap, bergabung menjadi
vena yang semakin besar.
e.) Vena, saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan kembali ke
jantung, karena tekanan pada system vena sangat rendah. Dinding vena sangat
tipis akan tetapi dinding vena mempunyai otot untuk berkontraksi sehingga
berfungsi sebagai penampung darah ekstra yang dapat dikendalikan
berdasarkan kebutuhan tubuh.
Peredaran darah kecil, darah dari jantung ventrikel dekstra → valvula
semilunaris → arteri pulmonalis → paru-paru kiri dan kanan → vena pulmonalis.
Peredaran darah besar, darah dari jantung bagian ventrikel sinistra → valvula
semilunaris aorta → aorta → arteri → arteriole → kapiler arteri → kapiler vena
→ venolus → vena kava → atrium dekstra.
Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari
pembuluh balik (vena). Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup valvula
bikuspidalis (katup berdaun dua). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam
ventrikel kiri agar tidak mengalir kembali ke atrium kiri saat jantung berkontraksi.
Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari pada atrium, keadaan ini
disebabkan ventrikel berfungsi memompa darah keluar jantung. Antara atrium
kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup valvula trikuspidalis (katup berdaun
tiga). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kanan agar tidak
mengalir kembali ke atrium saat jantung berkontraksi.

III.3.1. Sistem Transport, Distribusi di dalam Tubuh


Sistem pembuluh darah yang berfungsi untuk tempat mengalirnya darah
dari jantung menyebar ke seluruh tubuh kembali ke jantung. Pembuluh darah
aorta sampai di arteriole disebut pembuluh darah arteri. Sedangkan pembuluh
darah venolus sampai dengan vena kava disebut pembuluh darah vena. Fungsi
utama pembuluh darah arteri untuk mendistribusi darah yang kaya oksigen dari
jantung ke seluruh jaringan tubuh. Sedangkan fungsi utama pembuluh darah vena
mengalir darah yang membawa sisa metabolism dan karbondioksida. Pada
peredaran darah arteri mengandung darah miskin oksigen dan banyak

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 79


karbondioksida, sedangkan pembuluh vena mengandung darah yang kaya
oksigen.
Pembagian anatomis sistem vaskuler antara lain.
1. Sistem distribusi, terdiri dari arteri dan arteriolasebagai transport atau
penyalur darah ke semua organ dan jaringan sel tubuh serta mengatur
alirannya ke bagian-bagian tubuh yang membutuhkan.
2. Sistem difusi, pembuluh darah kapiler yang ditandai dengan dindingnya yang
tersusun sedemikian rupa sehinggaa memungkinkan proses difusi bahan di
dalamnya seperti karbondioksida, oksigen, zat gizi dan sisa metabolisme serta
sel darah dapat melaluinya.
3. Sistem pengumpul, berfungsi menerima dan mengumpulkan daerah dari
kapiler dan pembuluh limfe langsung dari sistem vena. Berfungsi mengalirkan
kembali darah ke jantung. Sistem saluran vaskuler merupakan sistem tertutup.
Darah yang terdapat dalam pembuluh vena dapat dipompakan oleh jantung ke
dalam system pembuluh darah arteri kemudian kembali ke sistem vena.
Kontraksi dan relaksasi jantung menimbulkan perubahan tekanan yang
memompakkan darah dari jantung dan kembali ke jantung.
Fungsi darah:
1. Sebagai alat transpor:
 oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh,
 CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru dalam bentuk HCO3-
(bikarbonat),
 sari-sari makanan dari usus ke seluruh jaringan yang membutuhkan,
 sisa metabolisme dari seluruh jaringan tubuh ke alat pengeluaran (ekskresi),
 hormon dari kelenjar endokrin (kelenjar buntu) ke bagian tubuh tertentu.
2. Mengatur keseimbangan asam dan basa.
3. Alat pertahanan tubuh dari infeksi kuman.
4. Mengatur stabilitas suhu tubuh.

III.3.2. Klasifikasi Pembuluh Darah


Pembuluh darah dibagi menjadi 5 jenis :
1. Arteri : dindingnya kuat, tebal dan elastis. Terdiri dari :

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 80


 Tunika intima, lapisan dalam berhubungan degan darah terdiri dari jaringan
endotel.
 Tunika Media, lapisan tengah terdiri dari jaringan otot polos bersifat elastis.
 Tunika eksterna / adventisia, lapisan luar terdiri dari jaringan ikat berguna
menguatkan arteri.
 Tunika intima diperdarahi oleh darah yang mengalir di pembuluh darah,
 Tunika media dan adventisia diperdarahi oleh vasa vasorum. Dipersarafi
oleh saraf otonom : vasomotor : vasokontriktor dan vasodilator. Sehingga
dapat berkontriksi atau berdilatasi.
 Irama dan denyut jantung sesuai dengan siklus jantung (70x).
2. Arteriola : Dindingnya terdiri dari otot polos dan sedikit serabut elastis.
Tunika adventisia tipis. Dapat berkontraksi dan berdilatasi. Berperan dalam
mempertahankan tekanan darah.
3. Kapiler, dinding hanya terdiri dari satu lapis sel yaitu tunika intima.
No. Fungsi Kapiler
1. Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
2. Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan.
3. Mengambil hasil-hasil dari kelenjar.
4. Menyerap zat makanan yang terdapat di usus.
5. Menyaring darah yang terdapat di ginjal.
4. Venula
- Berfungsi sebagai saluran pengumpul
- dindingnya lemah tetapi peka pada pertemuan antara kapiler dan venula
terdapat sfingter postkapiler.
5. Vena, membawa darah ke jantung. Dinding terdiri dari 3 lapisan seperti arteri
tetapi lebih tipis. Sifatnya dibandingkan dgn arteri ialah vena kurang elastis,
mempunyai katup, dan lebih cepat kolap.

III.3.3. Pembagian Jumlah Darah dalam Pembuluh Darah


Gambar 3.2. Komponen-komponen Darah.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 81


Darah adalah connective tissue yang memungkinkan adanya komunikasi
antar sel dalam tubuh dan dengan lingkungan seperti membawa: oksigen, zat-zat
gizi, sekresi hormon, produksi panas, zat kekebalan, dll. Darah yang banyak
mengandung karbondioksida berwarna merah tua. Viskositas atau kekentalan
darah lebih kental daripada air yang mempunyai BJ 1,041-1,067, temperatur 380C,
dan PH 7,37-7,45. Darah selamanya beredar dalam tubuh oleh karena adanya
kerja atau pompa jantung. Selama darah berada di dalam pembuluh darah maka
akan tetap encer, tetapi jika darah keluar dari pembuluh maka akan terjadi
pembekuan darah. Pembekuan ini dapat dicegah dengan mencampurkan ke dalam
darah tersebut sedikit anti-pembekuan atau sitras natrikus. Dan keadaan ini
diperlukan untuk transfusi darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-
kira 1/13 dari BB atau 4-5 liter. Keadaan jumlah ini berbeda-beda pada setiap orang
bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh darah.
Komponen-komponen dalam darah antara lain.
1. Jumlah: 7% dari BB ( 5,6 liter pada pria dgn BB 70 Kg) pada wanita lebih
sedikit.
2. Komposisi: plasma 55% dan sel darah 45%.
3. Sel darah terdiri dari eritrosit (5 juta/mm3), leukosit (6000-9000/mm3) dan
trombosit (200.000-300.000/mm3).
4. Plasma terdiri dari: air 91%, protein 8% (albumin, globulin, protrombin, dan
fibrinogen), mineral 0,9% (NaCl, natrium bikarbonat,kalsium, garam fosfat,
fe, Mg, dll), dan bahan organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin,
kolesterol, dan asam amino).
5. Persentase volume darah dalam pembuluh darah: jantung 9%, pembuluh darah
paru 12%, arteri besar 8%, arteri kecil 5%, arteriola 2%, kapiler 5%, vena
kecil, venula, sinus 25%, vena besar, resevoar vena 34%.

III.4. Faal Otot Jantung


III.4.1. Anatomi Fisiologi Otot Jantung
Fisiologi otot jantung terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu
otot atrium, otot ventrikel, dan serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 82


pencetus rangsangan. Tipe otot atrium ddan ventrikel berkontraksi dengan
carayang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama.
Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan
lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif
malahan serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga
serat ini bekerja sebagai suatu system pencetus rangsangan bagi jantung.
Fungsi umum otot jantung antar lain.
a. Sifat ritmis atau otomatis.
Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya rangsangan
dari luar. Jantung dapat membentukrangsangan (implus) sendiri. Pada keadaan
fisiologi sel-sel miokardium memiliki daya koontraktilitas yang tinggi.
b. Mengikuti hukum gagal atau tuntas.
Bila implus yang dilepas mencapai batas ambang rangsang otot jantung
makaseluruh jantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot jantung
merupakan suatu sinistium sehingga implus jantung segera dapat mencapai
semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan kekuatan yang
sama. Kekuatan kontraksi dapat berubah-uhbah bergantung pada faktor
tertentu, misalnya serat otot jantung, suhu dan hormone tertentu.
c. Tidak dapat berkontraksi tetanik.
Refraktor absolute pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa
relaksasi jantung, merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.
d. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
Bila seberkas otot rangka diregangkemudian dirangsang secara maksimal,
otot tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serat otot jantung akan
bertambah pnajng bila volume diastoliknya bertambah. Bila peningkatan diastolik
melampaui batas tertentu kekuatan kontraksi akan menurun kembali.
Sifat-sifat Sel Jantung
Sel-sel otot jantung mempunyai susunan ion yang berbeda antara ruang
dalam sel (intraselular) dan ruang luar sel (ekstraseluler). Dari ion-ion ini, yang
terpenting ialah ion Natrium (Na+) dan ion Kalium (K+). Kadar K+ intraselular
sekitar 300 kali lebih tinggi dalam ruang ekstraselular daripada dalam ruang
intraselular.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 83


Membran sel otot jantung ternyata lebih permiabel untuk ion negatif
daripada ion Na+. Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion,
potensial membran bagian dalam dan bagian luar tidak sama. Membran sel otot
jantung saat istirahat berada pada keadaan polarisasi, dengan bagian luar
berpotensial lebih positif dibandingkan dengan bagian dalam. Selisih potensial ini
disebut sebagai potensial membran, uang dalam keadaan istirahat berkisar -90
mV. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat permeabel membran berubah
sehingga ion Na+ masuk ke dalam sel, yang menyebabkan potensial membran
berubah dari -90 mV menjadi +20 mV (potensial diukur intraselular terhadap
ekstraselular). Perubahan potensial membrab karena stimulus ini disebut
depolarisasi. Setelah proses depolarisasi selesai, maka potensial membran kembali
mencapai keadaan semula yang disebut sebagai repolarisasi.

III.4.2. Elektro Fisiologi Otot Jantung


DIRANGSANG — DEPOLARISASI — terjadi DEFLEKSI.
Elektrogram dari sel otot jantung yang dirangsang terdiri dari/fase:
a. Fase DEPOLARISASI, yaitu bagian yang terjadi akibat penyebaran rangsangan
b. Fase REPOLARISASI, yaitu bagian yang terjadi bila sel otot kembali ke
keadaan istirahat.
Aktivitas listrik jantung merupakan akibat dari perubahan permeabilitas
membran sel yang memungkinkan pergerakkan ion-ion melalui membran tersebut.
Dengan masuknya ion-ion maka muatan listrik sepanjang membran ini mengalami
perubahan yang relatif. Terdapat tiga macam ion yang mempunyai fungsi penting
dalam elektrofisiologi sel yaitu Kalium, Natrium, dan Kalsium. Kalium lebih
banyak terdapat di dalam sel sedangkan kalsium terdapat di luar sel.
Dalam keadaan istirahat sel-sel otot jantung mempunyai muatan positif di
bagian luar sel dan muatan negatif di bagian dalam sel, ini dapat dibuktikan
dengan galvanometer. Perbedaan muatan bagian luar dan bagian dalam sel disebut
resting membrane potensial. Bila sel dirangsang akan terjadi perubahan muatan
dalam sel menjadi positif sedangkan diluar sel menjadi negatif. Proses terjadinya
perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan depolarisasi. Kemudian setelah
rangsangan sel berusaha kembali pada keadaan muatan semula, proses ini

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 84


dinamakan repolarisasi. Seluruh proses tersebut dinamakan potensial aksi.
Potensial aksi terjadi disebabkan rangsangan listrik, kimia, mekanik dan termis.

III.4.3. EKG (Elektrokardiogram)


Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman aktivitas listrik jantung, yang
digunakan untuk mendiagnosa aritmia jantung, iskemia miokard dan infark
miokard. Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang
digunakan untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan
mengukur aktivitas listrik jantung. Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat)
pada tubuh di lokasi standar, informasi tentang kondisi jantung yang dapat
dipelajari dengan mencari pola karakteristik pada EKG.
Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik
biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluais terhadap
EKG dapat memberikan informasi yang berguna mengenai status jantung,
termasuk kecepatan denyut, irama dan kesehatan otot-ototnya.

1. Kelainan kecepatan
Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman EKG
dikalibrasikan ke kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100
denyut per menit dikenal sebagai takikardia(cepat), sedangkan denyut yang
lambat yang kurang dari 60 kali per menit disebut bradikardi(lambat).
2. Kelainan irama
Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal
dan urutan eksitasi jangtung disebut aritmia.
- Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi
cepat dengan kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit.
- Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan
tidak terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas.
- Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-otot
ventrikel memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak terkoordinasi.
3. Miopati jantung
Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai miopati
jantung (kerusakan otot jantung).

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 85


Kegunaan EKG adalah :
- Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
- Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan
ventrikel)
- Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
- Mengetahui adanya gangguan elektrolit
- Mengetahui adanya gangguan perikarditis
Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia,
fungsi alat pacu jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran
ruangan-ruangan jantung, IMA, iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan
elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai
kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan, korpulmonale, emboli paru,
mixedema.
Sistem Konduksi Jantung
Gambar 3.3. Konduksi Listrik Jantung

1. Sinoatrial Node (SA Node)


Suatu tumpukan neuromuskular yang kecil, berada di dalam dinding atrium
kanan di ujung kristo terminalis. Nodus ini merupakan pendahulu dari kontraksi
jantung, dari sini impuls diteruskan ke antrioventrikuler node.
2. Antrioventrikular Node (AV Node)
Susunannya sama seperti sinoatrium node. Berada di dalam septum atrium
dekat muara sinus koronarius. Selanjutnya impuls-impuls diteruskan ke
antrioventrikuler bundel melalui berkas wenkebach.
3. Antrioventrikuler Bundel (AV Bundel)
Mulai dari AV bundel berjalan ke arah depan pada pinggir posterior dan
pinggir bawah pars membranasea septum interventrikulare. Pada bagian cincin
yang terdapat antara atrium dan ventrikel analus vibrosus, rangsangan terhenti 1/10
detik selanjutnya menuju ke arah apeks kordis dan bercabang dua :
a. Pars septalis dekstra melanjut ke arah AV bundel di dalam pars mucularis
septum interventrikulare menuju ke dinding depan depan ventrikel kanan.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 86


b. Pars septalis sinistra berjalan di antara pars membranacea dan pars mucularis
sampai di sisi kiri septum interventrikularis menuju basis M. Papilaris inferior
ventrikel kiri. Serabut-serabut pars septalis kemudian bercabang-cabang
menjadi serabut terminal (serabut purkinje).
4. Seraburt penghubung terminal
Serabut penghubung terminal (serabut purkiunje) berupa anyaman yang
berada pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel.

Potensial Aksi
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung
dibandingkan dengan potensial di luar sel. Pada saat sel mendapat stimulus, maka
perubahan potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi.
Kurva potensi aksi menunjukkan karakteristik yang khas dan dibagi menjadi 4
fase yaitu :

Gambar 3.4. EKG dan Listrik Jantung


- Fase 0
Awal potensi akhir yang berupa garis vertikal ke atas yang merupakan lonjakan
potensial hingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraselular
ini disebabkan oleh masuknyaion Na+ dari luar ke dalam sel.
- Fase 1
Masa repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali dari +20 mV
mendekati 0 mV.
- Fase 2
Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak
masuk dari ion Ca++ untuk mengimbangkan gerak keluar ion K+
- Fase 3
Masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secara tajam pada tingkat awal
yaitu fase 4
Siklus Jantung dalam EKG
1. Gelombang P

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 87


Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi
atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik berhubungan dengan
eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelombang P
dalam keadaan yang normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada
kebanyakan hantaran. Pembesaran antrium dapat meningkatkan amplitudo atau
lebar gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga
dapat mengubah konfigurasi gelombang P. Misalnya, irama yang bersal dekat
perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi
atrium terbalik.
2. Interval PR
Diukur dari permukaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam
interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui antrium dan hambatan
impuls pada nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0.20 detik.
Perpanjangan interva l PR yang abnormal menandai adanya gangguan hantaran
impuls, yang disebut blok jantung tingkat pertama.
3. Kompleks QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar
karena banyak massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls
menyebar begitu cepat, normal lama kompleks QRS adalah antara 0,06 dan 0,01
detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas cabang disebut sebagai
blok berkas cabang akan menlebarkan kompleks ventrikuler. Irama jantung
abnormal dari ventrikel seperti takikardia ventrikel juga akan memperlebar dan
mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat
penyebaran impuls melaui ventrikel di pintas. Hipertropi ventrikel akan
meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung.
Repolarisasi atrium terjadi selama ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS
tersebut akan menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatat di
elektrokardiografi.
4. Segmen ST
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan
repolarisasi ventrikel. Tahap awal perubahan repolarisasi ventriklel terjadi selama
periode ini, tetapi perubaha ini terlalu lemah dan tidak tertangkap EKG.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 88


Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium
sedangkan penigkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis
akan menurungkan segmen ST.
5. Gelombang Interval QT
Interval ini diukur mulai dari awal kompleksQRS sampai akhir gelombang
T, meliputu depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata-rata adalah
0,36 sampai 0,44 detik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval
QT memanjang pada pemberian obat-obat anti disritmia seperti kunidin,
prokainamid, setalol (betapace), dan amidaron (cordarone).

Gambar 3.5. EKG Normal

Prinsip Membaca EKG


Untuk membaca EKG secara mudah dan tepat, sebaiknya setiap EKG
dibaca mengikuti urutan petunjuk di bawah ini
1. Irama
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks
QRS didahului oleh sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka
berarti bukan irama sinus.
Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang mungkin fibrilasi, blok AV
derajat dua atau tiga, irama jungsional, takikardia ventrikular, dan lain-lain.
2. Laju QRS (QRS Rate)
Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar antara 60 - 100 kali/min,
kurang dari 60 kali disebut bradikardia sinus, lebih dari 100 kali disebut takikardia
sinus. Laju QRS lebih dari 150 kali/min biasanya disebabkan oleh takikardia
supraventrikular (kompleks QRS sempit), atau takikardia ventrikular (kompleks
QRS lebar). Pada blok AV derajat tiga, selain laju QRS selalu harus dicantumkan
juga laju gelombang P (atrial rate). EKG normal selalu regular. Irama yang tidak
regular ditemukan pada fibrilasi atrium, atau pada keadaan mana banyak
ditemukan ekstrasistol (atrium maupun ventrikel), juga pada sick sinus syndrome.
3. Aksis

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 89


Aksis normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih dari -30°
disebut deviasi aksis kiri, lebih dari +110° disebut deviasi aksis kanan, dan bila
lebih dari +180° disebut aksis superior. Kadang kadang aksis tidak dapat
ditentukan, maka ditulis undeterminable, misalnya pada EKG dimana defleksi
positif dan negatif pada kompleks QRS di semua sandapan sama besarnya.
4. Interval -PR
Interval PR normal adalah kurang dari 0,2 detik. Lebih dari 0.2 detik
disebut blok AV derajat satu. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang
delta menunjukkan Wolff-Parkinson- White syndrome.
5. Morfologi
a. Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada P-
pulmonal atau P-mitral.
b. Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial infarction
(tentukan bagian jantung mana yang mengalami infark melalui petunjuk sandapan
yang terlibat). Bagaimana amplitudo gelombang R dan S di sandapan prekordial.
Gelombang R yang tinggi di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi
ventrikel kanan (atau infark dinding posterior). Gelombang R yang tinggi di
sandapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di sandapan V1 dan V2
menunjukkan hipertofi ventrikel kiri. Interval QRS yang lebih dari 0,1 detik harus
dicari apakah ada right bundle branch block, left bundle branch block atau
ekstrasistol ventrikel.
c. Segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian
mana dari jantung yang mengalami infark). Depresi segmen ST menandakan
iskemia.
d. Gelombang T
Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia. Gelombang T
terbalik (T-inverted) menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma.
Gelombang T yang runcing menandakan hiperkalemia.
e. Gelombang U

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 90


Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan hipokalemi.
Gelombang U yang terbalik menunjukkan iskemia miokard yang berat.

III.5. Fungsi Jantung Sebagai Pompa


Pada tiap siklus jantung terjadi sistole dan diastole secara berurutan dan
teratur dengan adanya katup jantung yang terbuka dan tertutup. Pada saat itu
jantung dapat bekerja sebagai suatu pompa sehingga darah dapat beredar ke
seluruh tubuh. Selama satu siklus kerja jantung terjadi perubahan tekanan di
dalam rongga jantung sehingga terdapat perbedaan tekanan. Perbedaan ini
menyebabkan darah mengalir dari rongga yang tekanannya lebih tinggi ke tekanan
yang lebih rendah.
Daya pompa jantung dengan jantung berdebar 70 kali/menit dan
memompa darah 70 ml/menit maka jmlah darah yang dipompa = 70x70 ml=490
ml atau kurang lebih 5 liter. Jika kecepatan meningkat maka jumlah yang di
pompa juga meningkat.
III.5.1. Curah Jantung
Curah jantung (cardiac output) adalah volume darah yang dipompakan
ventrikel dalam satu menit. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel pada setiap
kali sistole disebut volume sekucup. Setiap periode tertentu volume darah yang
mengalir melalui sirkulasi pulmonalis di periode waktu tertentu ekuivalen dengan
volume darah yang mengalir ke sirkulasi sistemik. Faktor penentu cardiac output
adalah frekuensi denyut jantung dan volume sekuncup (shock volume). Frekuensi
denyut jantung rata-rata adalah 70 kali/menit, sedangkan volume sekuncup adalah
70 ml per denyut. Sehingga curah jantung = frekuensi denyut jantung X
volume sekuncup = 70 denyut/menit X 70 ml/denyut.
Umumnya pada tiap sistole ventrikel tidak terjadi pengosongan total
ventrikel, hanya sebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan . misalnya isi
ventrikel pada akhir sistole 120 cc, isi sekucup 80 cc, maka pada akhir sistole
masih tersisa 40 cc darah dalam ventrikel. Jumlah darah yang tertinggal ini
dinamakan volume residu. Besar curah jantung orang dewasa pada keadaan
istirahat lebih kurang 5 liter dapat turun pada berbagai keadaan (meningkat pada

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 91


waktu kerja berat, stress, peningkatan suhu lingkungan, dan keadaan hamil;
sedangkan curah jantung menurun pada waktu tidur).
Bunyi jantung berasal dari katup-katup jantung yang menutup secara pasif.
Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup atrio ventrikuler dan kontraksi
ventrikel dengan bunyi panjang dan depak. Bunyi kedua karena menutupnya
katup aortik dan pulmoner sesudah kontraksi ventrikel dengan bunyi pendek dan
tajam. Maka yang pertama terdengar bunyi seperti “LUB”. Yang kedua terdengar
seperti “DUK”. Kalau terjadi kelainan maka terdengar suara lain yang disebut
bising jantung.
Debaran jantung
Debaran jantung atau lebih tepat debaran apex adalah pukulan ventrikel
kiri kepada dinding anterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel,dapat diraba
dan terlihat kurang lebih 4 cm dari sternum di ruang interkostal. Sifat otot jantung
yaitu kemampuan berkontraksi dan ritme.
III.5.2. Alir Balik Vena
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah
menuju jantung. Darahnya banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya
terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya
tipis dan tidak elastis. jika diraba, denyut jantungnya tidak terasa. Pembuluh vena
mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar darah tetap
mengalir satu arah. Dengan adanya katup tersebut, aliran darah tetap mengalir
menuju jantung. Jika vena terluka, darah tidak memancar tetapi merembes.
Dari seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara menjadi satu
pembuluh darah balik besar, yang disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk
ke jantung melalui serambi kanan. Setelah terjadi pertukaran gas di paru-paru,
darah mengalir ke jantung lagi melalui vena paru-paru. Pembuluh vena ini
membawa darah yang kaya oksigen. Jadi, darah dalam semua pembuluh vena
banyak mengandung karbon dioksida kecuali vena pulmonalis. Salah satu
penyakit yang menyerang pembuluh balik adalah varises.

III.6. Tekanan Darah dan Denyut Nadi


III.6.1. Tekanan Sistolik dan Diastolik

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 92


Kejadian-kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah
disebut siklus jantung. Gerakan jantung berasal dari nodus atrial kemudian kedua
atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui berkas His dan
kemudian ventrikel berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu
kontraksi atas (sistole) dan pengendoran (diastole).
Kontraksi dari kedua atrium terjadi serempak dan disebut sistole atrial.
Pengendoran dari kedua atrium terjadi serempak disebut diastole atrial. Kontraksi
dari kedua ventrikel terjadi serempak disebut sistole ventrikel. Pengendoran dari
kedua ventrikel terjadi serempak disebut diastole ventrikel. Lama kontraksi
ventrikel selama 0,3/detik. Pengendorannya selama 0,5/detik.
Jantung terus-menerus memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung
memompa darah dengan cara berkontraksi sehingga jantung dapat mengembang
dan mengempis. Kontraksi jantung ini menimbulkan denyutan yang dapat
dirasakan pada pembuluh nadi di beberapa tempat. Saat berkontraksi, atrium dan
ventrikel mengembang dan menguncup secara bergantian. Bila atrium
mengembang, jantung mengisap darah dari seluruh tubuh melalui pembuluh balik
(vena kava superior dan vena kava inferior). Darah yang diisap ini masuk ke
atrium kanan dan darah dari vena pulmonalis yang kaya oksigen masuk ke atrium
kiri. Bila atrium menguncup maka ventrikel mengembang dan darah mengalir dari
atrium ke ventrikel. Ventrikel merupakan bagian jantung yang berfungsi
memompa darah meninggalkan jantung. Saat ventrikel menguncup dari ventrikel
kiri, darah yang kaya oksigen dipompa ke seluruh bagian tubuh, sedangkan dari
ventrikel kanan darah yang kaya CO2 di pompa ke paru-paru. Setelah darah
terpompa keluar, otot ventrikel mengendur dan mengalami relaksasi maksimum
sehingga tekanan jantung sangat rendah. Peristiwa ini disebut diastole.
Saat darah masuk ke dalam ventrikel, rangsang melalui berkas His terputus
dalam waktu kurang sepersepuluh detik. Keadaan ini digunakan oleh otot jantung
untuk beristirahat. Setelah itu, otot ventrikel menguncup dan darah dalam jumlah
banyak dipompa dari ventrikel ke pembuluh arteri pulmonalis serta aorta, keadaan
ini membuat tekanan ruangan jantung menjadi maksimum. Peristiwa ini disebut
sistole. Pelajari dengan saksama kerja jantung pada berikut dan aliran darah dalam
jantung Jadi, sistole dan diastole merupakan tekanan darah karena jantung pada

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 93


saat itu mengeluarkan dan memasukkan darah. Tekanan darah dapat diukur
menggunakan tensimeter atau spigmomanometer. Tekanan darah orang dewasa
normal sekitar 120/80 mmHg (milimeter air raksa). Nilai 120 menunjukkan
tekanan sistole, sedangkan 80 menunjukkan tekanan diastole. Tekanan darah ini
dapat digunakan sebagai indikasi kondisi kesehatan seseorang.
III.6.2. Denyut Nadi
Denyut nadi adalah pengisian arteri akibat penyemprotan darah ke aorta
dan selanjutnya ditransmisikan ke seluruh sistem arteri. Penyemprotan darah yang
dihasilkan oleh ejeksi ventrikel kiri dikirimkan ke aorta dengan kecepatan 20 kali
lebih besar dari kecepatan dari bolus darah yang dikeluarkan. Puncak dari denyut
nadi ini adalah tekanan darah sistolik.
Denyut nadi berubah karena perjalanan dari aorta ke arteri perifer.
Meskipun tekanan darah rata-rata menurun antara aorta dengan arteri perifer, tapi
tekanan sistolik meningkat. Denyut nadi dapat terdistorsi oleh keadaan-keadaan
arteri perifer baik pada tubuh bagian atas maupun bawah. Ukuran nadi yang
normal dipengaruhi oleh volume ejeksi dari ventrikel kiri dan tingkat ejeksi
tersebut, serta elastisitas atau distensibilitas dari arteri perifer. Semakin besar
jarak dari jantung ke arteri perifer, semakin besar distorsi denyut arteri perifer.
Denyut arteri, suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di
pompa keluar jantung misalnya pada arteri radialis yang terdapat di sebelah depan
pergelangan tangan, arteri temporalis terdapat di temporal, dll. Kecepatan denyut
jantung tergantung pada pola hidup, pekerjaan, umur, dan emosi. Kecepatan
normal denyut nadi/menit antara lain pada bayi 140; pada tahun pertama 120;
selama tahun kedua 110; pada umur 5 tahun 96-100; pada umur 10 tahun 80-90;
pada orang dewasa 60-80
Denyut nadi dapat digunakan dalam memeriksa tingkat kesehatan dari
jantung dan kebugaran secara umum. Biasanya jumlah yang lebih rendah adalah
lebih baik, tapi bradikardia bisa berbahaya. Gejala dari detak jantung lambat
(bradikardia) yang berbahaya adalah badan lemah, hilangnya energi dan pingsan.
Sebuah denyut nadi yang normal biasanya mempunyai ritme dan kekuatan
yang teratur. Denyut nadi yang tidak teratur mungkin dikarenakan adanya aritmia
sinus, denyut prematur, denyut ektopik, fibrilasi atrium, takikardia atrium

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 94


paroksismal, fibrilasi atrial, blok jantung parsial, dan lain-lain. Denyut tambahan
yang terjadi diantara dua denyut disebut dengan “denyut intermiten”. Contoh dari
denyut intermiten yang teratur (regularly-irregular) adalah pulsus bigeminus,
pulsus trigeminus. Contoh dari denyut intermiten yang tidak teratur (irregularly-
irregular) adalah cordis delirium.
Tingkat ekspansi pada arteri selama diastolik dan sistolik disebut dengan
volume nadi, juga dikenal sebagai amplitudo, ekspansi atau besar denyut nadi.
 Denyut Hipokinetik
Merupakan sebuah denyut nadi yang lemah menandakan tekanan nadi yang
rendah. Ini dimungkinkan karena curah jantung yang rendah (seperti yang terjadi
pada syok, gagal jantung kongestif), hipovolemia, penyakit katup jantung (seperti
obstruksi aorta, stenosis mitral, sindrom lengkung aorta) dan lain lain.
 Denyut Hiperkinetik
Sebuah denyut yang penuh menandakan tekanan nadi yang tinggi. Ini
dimungkinkan karena adanya resistensi perifer yang rendah (seperti pada demam,
anemia, tirotoksikosis, sindrom jantung hiperkinetik, fistula AV, penyakit Paget,
beri-beri, sirosis hati), peningkatan curah jantung, peningkatan stroke volume
(seperti dalam kecemasan, olah raga, blok jantung komplit, regurgitasi aorta),
penurunan distensibilitas sistem arteri (seperti pada aterosklerosis, hipertensi dan
koarktasio aorta).
Volume denyut nadi dapat dilaporkan juga dengan derajat:
0 = Absen; 1 = Hampir teraba; 2 = Mudah teraba; 3 = Penuh; 4 = Aneurysmal.

TEKANAN NADI
 Kekuatan;
Juga dikenal sebagai kompresibilitas dari denyut yang merupakan ukuran
kasar dari tekanan darah sistolik.
 Ketegangan;
Hal ini sesuai dengan tekanan darah diastolik. Sebuah denyut yang
mempunyai tegangan rendah (pulsus mollis), pembuluh darah terasa lunak atau
tidak terabanya antar denyut nadi. Dalam denyut tegangan tinggi (pulsus durus),
pembuluh darah terasa kaku bahkan diantara denyut nadi.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 95


PERBANDINGAN LOKASI NADI
Membandingkan denyut nadi pada tempat yang berbeda, secara klinis
sangat berharga. Dalam koarktasio aorta, denyut nadi femoralis dapat secara
signifikan tertunda dibandingkan dengan denyut nadi radialis (kecuali bersamaan
dengan adanya regurgitasi aorta). Penundaan juga dapat diamati pada stenosis
aorta supravalvar.
Sebuah denyut yang tidak sama antara arteri radial kiri dan kanan, terjadi
pada anomali atau jalur arteri yang menyimpang, koarktasio aorta, aortitis,
pembedahan aneurisma, emboli perifer, dll. Sebuah denyut nadi yang tidak sama
antara ekstremitas atas dan bawah terjadi pada penyempitan aorta, aortitis ,
sumbatan pada bifurkasi aorta, diseksi aorta, trauma iatrogenik dan obstruksi
arteriosclerotic.

Gambar 3.6. Membandingkan denyut arteri femoralis kanan dan kiri

POLA DENYUT NADI


Pulsus alternans: tanda medis yang menunjukkan adanya gagal sistolik
jantung progresif. Pola denyut yang kuat diikuti dengan nadi lemah yang
berulang. Denyut ini merupakan sinyal upaya jantung yang untuk
mempertahankan tekanan sistol. Pulsus bigeminus: menunjukkan sepasang derap
kaki kuda dalam setiap detak jantung. Auskultasi bersamaan jantung dapat
mengungkapkan irama gallop dari detak jantung asli.
Pulsus bisferiens: temuan fisik yang jarang, biasanya terlihat pada pasien
dengan penyakit katup aorta. Jika katup aorta tidak membuka dan menutup
dengan normal, akan terasa dua denyut untuk setiap detak jantung, bukan satu.
Pulsus tardus et Parvus atau denyut anakrotik: lebih lambat dari denyut biasa
yang disebabkan oleh katup aorta yang kaku. Gangguan pada katup aorta,
membuat katup semakin sulit untuk membuka, sehingga membutuhkan
peningkatan generasi tekanan darah di ventrikel kiri.
Pulsus paradoksus: suatu kondisi di mana beberapa detak jantung tidak
dapat dideteksi pada arteri radial selama fase inspirasi pernapasan. Hal ini
disebabkan oleh penurunan berlebihan tekanan darah selama fase ini. Takikardia:

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 96


tingkat jantung istirahat meningkat. Secara umum elektrokardiogram (EKG)
diperlukan untuk mengidentifikasi jenis takikardia. Pulsatil: merupakan deskripsi
denyut nadi mengisaratkan keadaan fisiologi intrinsik dari sistol dan diastol.
Secara ilmiah, Systole dan Diastole adalah tekanan yang terjadi dan pada sirkulasi
paru dan sirkulasi sistemik. Sebuah denyut yang kolaps: adalah tanda sirkulasi
hiperdinamik.

III.6.3. Syok dan Jenisnya


Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler
(jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh
dalam jumlah yang memadai; syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah
rendah dan kematian sel maupun jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan
yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung
(misalnya serangan jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat
atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi
alergi atau infeksi).
Syok digolongkan ke dalam beberapa kelompok:
1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
2. Syok hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
3. Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
4. Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
5. Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).
Syok bisa disebabkan oleh: Perdarahan (syok hipovolemik); Dehidrasi
(syok hipovolemik); Serangan jantung (syok kardiogenik); Gagal jantung (syok
kardiogenik); Trauma atau cedera berat; Infeksi (syok septik); Reaksi alergi (syok
anafilaktik); Cedera tulang belakang (syok neurogenik); Sindroma syok toksik.
Gejala yang timbul tergantung kepada penyebab dan jenis syok.
Gejalanya bisa berupa gelisah, bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan, nyeri
dada, linglung, kulit lembab dan dingin, pembentukan air kemih berkurang atau
sama sekali tidak terbentuk air kemih, pusing, pingsan, darah rendah, pucat,
keringat berlebihan, kulit lembab, denyut nadi yang cepat, pernafasan dangkal,
tidak sadarkan diri, dan lemah.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Kardiovaskuler 97

Anda mungkin juga menyukai