Anda di halaman 1dari 4

1.

Definisi
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai
dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion
sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro muskular (neuro muscular junction)
dan saraf otonom. (sumarmo.2002)
2. Etiologi
Gangguan neurologis tetanus disebabkan oleh tetanoplasmin yang dihasilkan oleh
clostridium tetani. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik
(tetanospesmin) yang menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Termasuk
bakteri gram positif. Clostridium tetani bakteri ini berspora dijumpai pada tinja binatang
terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga tanah yang terkontaminasi dengan tinja
binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun jika ia
menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda asing atau bakteri lain. Ia akan
memasuki tubuh penderita tersebut lalu mengeluaran toksin yang bernama tetanopasmin.
3. Manifestasi klinis
 Banyak berkeringat
 Takikardia
 Regiditas abdominal mirip-papan
 Sianosis disertai konvulsi
 Ekspresi menyeringai aneh yang disebut risus sardonicus
 Hipertoniksitas otot yang terlihat jelas
 Kontraksi otot invalunter dan terasa menyakitkan
 Lockjaw/trismus
 Regiditas dilingkungan-punggung (opistotonos)
 Kematian mendadak akibat asfiksiasi
4. Klasifikasi
1. Klasifikasi umum
 Tetanus general : yang merupakan bentuk paling sering, spasme otot, kaku
kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang terkunci,
disfagia, timbul kejang menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas
bagian bawah. Pada mulanya spasme berlangsung beberapa detik sampai
beberapa menit dan terpisah oleh metode relaksasi.
 Tetanus neunatorum : biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila
tidak ditangani, terjadi padaanak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak
imunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas, spasme.
 Tetanus local : biasanya ditandai dengan otot terasa sakit , lalu timbul
rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat menetap
dalam beberapa minggu dan menghilang.
 Tetanus sefalik : varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2
hari terjadi sesudah atitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol
adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX dan XI tersering saraf otak VII diikuti
tetanus umum
2. Klasifikasi berat tetanus
 Derajat 1 (ringan) : trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai
sedang, spastisitas general, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme,
sedikit atau tanpa disfagia.
 Derajat 2 (sedang) : trismus sedang, regiditas yang nampak jelas,
spasme, singkat ringan sampai sedang, gangguan pernafasan sedang RR
> 30X/menit, disfagia ringan.
 Derajat 3 (berat) : trismus berat, spastisitas generaisata, spasme
reflekberkepanjangan. RR >40xmenit, disfagia berat, takikardia
>120x/menit
 Derajat 4 (sangat berat) : derajat 3 dengan gangguan otomik berat
melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipotensi berat dan takikardia terjadi
berselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat
menetap komplikasi-komplikasi tetanus
5. Komplikasi
Pneumonia
Obstruksi jalan nafas
Henti nafas
Gagal jantung
Fraktur
Aritmia jantung
Rabdomiolisis
Kematian
6. Pemeriksaan penunjang
1. EKG : internal CT memanjang karena segment CT bentuk takikardia ventrikuler
(tonsaderde pointers)
2. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau 1,2-1,5mm/l atau lebih rendah kadar fosfat
dalam serum meningkat.
3. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto rontgen pada jaringan subkutan atau
basal ganglia menunjukkan klasifikasi.
7. Penatalaksanaan
1. Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani , menetralisirkan peredaran toksin,
mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pernafasan sampai pulih.
a. Merawat dan memebrsihkan luka sebaik baiknya berupa : membersihkan luka,
irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang benda asing
dalam luka serta kompres dengan H2O2. Dalam hal ini, penatalaksanaan terhadap
luka tersebut dilakukan 1-2 jam setelah ATS dan pemberian antibiotika. Sekitar luka
disuntik ats.
b. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka
mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau
parenteral.
c. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap
penderita
d. Oksigen, pernafasan buatan dan trachoustomi bila perlu.
e. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Obat-obatan
a. Antibiotika
b. Antitoksin
c. Tetanus toksoid
d. Anti konvulsan

ASUHAN KEPERAWATAN

(TEORI)

I. Pengkajian
a. Identitas pasien meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku/bangsa
b. Keluhan utama : yang paling dirasakan oleh pasien
c. Riwayat kesehatan sekarang seperti alasan masuk rumah sakit
d. Riwayat kesehatan dahulu : apakah sebelumnya pernah mengalami sakit seperti saat
ini atau mungkin ada kaitannya dengan penyakit sekarang
e. Riwayat kesehatan keluarga : apakah ada penyakit turunan atau penyakit menular
II. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum, keadaan penyakit, kesadaran, pernafasan, suhu tubuh, nadi,
tekanan darah
b. Kepala
 inspeksi lihat kebersihan rambut, lebat, rontok atau tidak, apakah terdapat
luka.
 Palpasi : adanya nyeri tekan, adaya benjolan
c. Mata
 Inspeksi : lihat kesimetrisan, ikterik atau tidak, pupil
d. Telinga
 Inspeksi : simetris, bentuk telinga, kebersihan lubang telinga, terdapat
serumen atau tidak.
e. Hidung
 Inspeksi : bentuk hidung, kebersihan lubang hidung.\
 Palpasi : nyeri tekan
f. Mulut
 Inspeksi : mukosa lembab/kering pada bibir, sariawan atau tidak, kebersihan
mulut, warna gigi, terdapat karang gigi atau tidak, kondisi palatum, kondisi
lidah.
g. Leher
 Inspeksi : terdapat lesi, benjolan, defisiasi trakea
 Palpasi : nyeri tekan, benjolan
h. Thorak : simetris terdapat lesi atau tidak, benjolan atau tidak, nyeri tekan atau tidak.
i. Paru
 Inspeksi : pergerakan dada simetris atau tidak, terpasang o2 atau tidak,
vocal fremitus dada sama atau tidak.
 Palpasi : nyeri tekan, benjolan
 Perkusi : suara paru sonor atau tidak
 Auskultasi : terdapat ronchi atau tidak, wheezing, atau suara tambahan
j. Jantung
 Inspeksi : terdapat ictus cordis atau tidak
 Palpasi : nyeri tekan, benjolan
 Perkusi : suara jantung pekak atau tidak
 Auskultai : apakah terdengar suara 1 dan 2
k. Abdomen
 Inspeksi : umbilikus menonjol atau ke dalam, bentuk perut buncit atau datar
 Auskultasi : peristaltik usus
 Palpasi : nyeri tekan, apakah terdapat asietes
 Perkusi : suara ketuk terdengar tympani atau tidak.
l. Genetalia : inspeksi kebersihan genetalia, terdapat keputihan (pada wanita),
perdarahan atau tidak, terpasang cateter atau tidak.
m. Integumen
 tampak pucat
 rambut : lebat, rontok atau tidak
 kuku : kotor atau tidak, panjang
n. ekstremitas dan neurologis

dextra sinistra dextra


5 5 5 sinistra 5

Bicep 5 knee 5

Tricep 5 achiles 5

III. DIAGNOSA
1. Kejang b.d penyebaran toksin clostridium tetani di sistem saraf di otak
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sputum
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d spasme otot mengunyah
4. Konstipasi b.d peristaltik usus

Anda mungkin juga menyukai