Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar adalah sebuah masalah yang dapat ditemukan di seluruh dunia, dapat
diperkirakan 265.000 ribu kematian setiap tahunnya. Paling banyak luka bakar terjadi
pada golongan ekonomi negara menengah ke bawah dan hampir setengahnya terdapat
di bagian Asia Tenggara. 1
Pada negara - negara yang memiliki pendapatan tinggi, kematian akan luka bakar
telah dilaporkan menurun sedangkan pada negara dengan pendapatan menengah ke
bawah dilaporkan angka kematian pada anak dikarenakan luka bakar lebih tinggi 7 kali
di banding negara dengan pendapatan tinggi. 1
Luka bakar yang tidak luas pun dapat menyebabkan morbiditas seperti perawatan
di rumah sakit yang lama, kecacatan serta stigma penolakan dalam masyarakat. Dalam
tahun 2004, hampir 11 juta orang di seluruh dunia dilaporkan perlu dirawat di rumah
sakit dikarenakan luka bakar ini. 1
Dari data di beberapa negara diketahui bahwa di negara seperti India terdapat
lebih dari 1.000.000 orang terkena luka bakar derajat moderate dan luas setiap
tahunnya. Di Bangladesh sendiri diketahui sekitar 173.000 anak menderita luka bakar
moderate ataupun luas setiap tahunnya. 1
Dari hasil ini diketahui di negara seperti Bangladesh, Colombia, Egypt dan
Pakista diketahui 17% dari anak yang terkena luka bakar menderita temporary
disability sedangkan 18% menderita permanent disability. Pada tahun 2008 dilaporkan
bahwa lebih dari 410.000 trauma luka bakar terjadi di Amerika Serikat dan diketahui
lebih dari 40.000 pasien itu membutuhkan perawatan medis. 1
Laki - laki dan perempuan memiliki data insiden luka bakar yang sama banyak
sesuai dengan data terakhir. Tetapi dilihat dari tingkat trauma yang diderita diketahui
bahwa mekanisme trauma yang terjadi pada laki-laki lebih tinggi dibanding yang
terdapat pada perempuan. Perempuan dengan resiko terbesar adalah mereka yang
bekerja di dapur dan yang terpapar dengan api tanpa pengaman tertentu. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas seperti, api secara langsung (flame) maupun
tidak langsung (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas, sengatan
matahari (sunburn), listrik, maupun bahan kimia, dan lain-lain2

2.2 Etiologi
Tidak ada trauma yang lebih hebat dibandingkan trauma luka bakar yang mayor,
dimana bisa diklasifikasikan berdasarkan perbedaan penyebab luka bakar dan
perbedaan kedalaman. Dari semua kasus diketahui hampir 4000 pasien meninggal
dikarenakan komplikasi karena trauma panas. Trauma luka bakar berhubungan dengan
kematian dan kematian umumnya terjadi segera setelah terjadi trauma atau beberapa
minggu kemudian sebagai hasil dari kegagalan sistem organ. 2
Dari semua trauma luka bakar 66% terjadi di rumah atau gedung dimana yang
paling sering terkena adalah anak kecil atau pasien yang telan lanjut usia. Yang paling
sering penyebabnya adalah api. Pada anak dibawah 5 tahun penyebab tersering adalah
kontak dengan cairan panas. Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat dihubungkan
dengan trauma luka bakar seperti usia tertentu, lokasi, demografi, dan status ekonomi
3,4
yang rendah. . Luka bakar dikalsifikasikan ke dalam enam kategori berdasarkan
penyebabnya , yaitu :

a. Api.
b. Cairan panas.
c. Trauma akibat sentuhan dengan benda padat yang panas atau dingin.
d. Bahan Kimia.
e. Listrik.
f. Radiasi
Api, cairan panas, dan trauma akibat sentuhan dengan beda padat yang panas atau
dingin dapat menyebabkan kerusakan sel terutama dengan transfer energi yang
menyebabkan nekrosis koagulatif sedangkan bahan kimia dan listrik menyebabkan
kerusakan langsung pada membran sel ketika terjadi perpindahan panas.5
Berat ringannya luka bakar dipengaruhi oleh penyebab dan lama terjadinya
kontak dengan sumber panas. Kerusakan jaringan yang disebabkan api lebih berat
dibandingkan dengan air panas. Kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid
lebih berat dibandingkan air panas. Bahan kimia, terutama asam dapat menyebabkan
kerusakan jaringan hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan
yang menyebabkan gangguan penyembuhan.5

2.3 Epidemiologi
Luka bakar adalah sebuah masalah yang dapat ditemukan di seluruh dunia, dapat
diperkirakan 265.000 ribu kematian setiap tahunnya. Paling banyak luka bakar terjadi
pada golongan ekonomi negara menengah ke bawah dan hampir setengahnya terdapat
di bagian Asia Tenggara. 1
Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa lebih dari 410.000 trauma luka bakar terjadi
di Amerika Serikat dan diketahui lebih dari 40.000 pasien itu membutuhkan perawatan
medis. Trauma luka bakar yang paling sering ditemukan dilihat dari presentasi data
dapat diketahui trauma karena api sebanyak 46%, karena cairan panas 32%, kontak
dengan benda panas atau dingin 8%, bahan kimia 3% dan listrik 4%. Diketahui 38%
pasien yang datang dengan luka bakar yang melebihi10% dari total area tubuh
sedangkan luka bakar yang lebih dari 30% dari total area tubuh mencapai 10%.
Diketahui angka keselamatan akibat luka bakar sejak tahun 1995 - 2005 mencapai
1,6
94.4%.
Bagian tubuh yang paling sering terpapar luka bakar adalah ekstremitas atas
dengan presentase 41%, ekstremitas bawah 26%, dan kepala serta leher mencapai
17%.6

2.4 Anatomi Kulit


Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : epidermis, sebagai lapisan yang
paling luar, dermis, dan subkutis. Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang
paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai
pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh,
yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki,
dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi
dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis
karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel
dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam
epidermis. 7,8
Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu : 7,8

a. Stratum corneum, merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi
semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis
sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna
dan sangat sedikit mengandung air. Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah
baris keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih
tebal. Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang
tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini
dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas
dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya
hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai
muncul lapisan baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang
hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan
memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi
berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi,
membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini
sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air
dari lapis - lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor
kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.1,2
b. Stratum lucidum disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk,
dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan
bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat
translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak
jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan
bening.1,2
c. Stratum granulosum tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang
mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti
mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak
kaki.1,2
d. Stratum spinosum disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling
berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus.
Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel
berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan
taju normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke
bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar
ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk
peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel
di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap
mitosis. Kesatuankesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas;
intiinti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan
glutation.1,2
e. Stratum germinativum atau stratum basale merupakan lapisan terbawah epidermis,
dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap
permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis
di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan
dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme
demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis
bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih
atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel
bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.1,2

Lapisan yang terletak di bawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang jauh
lebih tebal daripada epidermis. 95 % lapisan dermis membentuk ketebalan kulit.
Ketebalan rata-rata dermis diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat
di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki.
Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular
dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu
bagian yang menonnjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah,
dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini
terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin.
Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hilauronat dan kondrotin sulfat, di
bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung hidroksiprolin
dan hidrosisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang
larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis. 7,8

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk
kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula. Lapisan sel-sel lemak
disebut penikulus adipose yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya
jaringan lemak tidak sama, bergantung pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai
ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini
juga merupakan bantalan. 7,8

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian
atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda).
Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus
yang disubkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini
pembuluh darah berukuran lebih besar. 7,8

Gambar 1. Anatomi kulit


Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut : 7,8

a. Pelindung atau proteksi


Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-jaringan
tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-pengaruh luar seperti
luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan
lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu
tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam
tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari
matahari.
b. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai
alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
c. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler
serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat
memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika
terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan
penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah
salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang
dengan penguapan keringat.
d. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam,
yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja
disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai
pembentukan keringat yang tidak disadari.
e. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.

f. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak
dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk
melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran
kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah
kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.

2.5 Patofisiologi
Luka bakar menyebabkan nekrosis koagulatif pada epidermis dan jaringan di
bawahnya dengan kedalaman yang bergantung pada bagian kulit yang terpajan dan
durasi dari pajanan. Panas spesifik dari agen penyebab juga mempengaruhi kedalaman
luka bakar. Sebagai contoh, panas spesifik dari lemak lebih tinggi daripada air sehingga
luka bakar yang disebabkan oleh minyak lebih dalam daripada yang disebabkan oleh air
dengan temperatur dan durasi pajanan yang sama. 9
Kulit merupakan penghalang yang kuat untuk perpindahan energi ke jaringan
yang lebih dalam sehingga cedera dapat tertahan pada lapisan ini. Area cedera kutis
atau trauma pada bagian superfisial dibagi menjadi tiga zona, yaitu : 9
a. Zona koagulasi.
Area nekrotik pada luka bakar dimana sel – sel terganggu disebut zona koagulasi.
Jaringan ini rusak secara ireversibel segera setelah pajanan.
b. Zona stasis.
Area di sekitar zona nekrosis memiliki kerusakan derajat sedang karena penurunan
perfusi jaringan, area ini disebut zona stasis. Zona stasis dapat sembuh kembali atau
berlanjut ke nekrosis koagulatif. Zona stasis berhubungan dengan kerusakan dan
kebocoran pembuluh darah.

c. Zona hiperemis.
Area terakhir adalah zona hiperemis yang memiliki karakteristik vasodilatasi dari
inflamasi disekitar luka bakar. Area ini mengandung jaringan yang masih sehat
dimana proses penyembuhan akan berawal dari area ini.
Gambar 2. Zona trauma luka bakar. 9

2.6 Klasifikasi
Klasifikasi luka bakar dapat dibedakan berdasarkan kedalaman luka. Berdasarkan
kedalaman luka dapat dibagi menjadi 4 derajat luka baik itu di epidermis, dermis,
subkutis, dan struktur di bawahnya. Keempat derajat itu adalah sebagai berikut : 9

A. Luka bakar derajat pertama.


Luka bakar derajat pertama didefinisikan sebagai luka yang terbatas pada
epidermis. Luka bakar ini nyeri, eritem, dan memucat terhadap sentuhan dengan
barier epidermis yang intak. Contohnya terbakar matahari dan terciprat air panas.
Luka bakar ini tidak menimbulkan jaringan parut. Terapi pada luka bakar derajat
satu bertujuan untuk menyamankan dengan menggunakan larutan yang
mendinginkan.

B. Luka bakar derajat dua.


Luka bakar derajat dua dibagi menjadi dua, superfisial dan dalam. Terjadi
kerusakan dermis pada seluruh luka derajat dua, perbedaannya terletak pada
dalamnya kerusakan pada dermis.

a. Luka bakar dermis superfisial terlihat eritem, memucat saat disentuh, dan sering
timbul bula. Contohnya adalah luka bakar akibat air panas dan percikan api. Luka
ini dapat sembuh spontan dengan reepitelisasi dari epidermis yang tersisa pada
folikel rambut dan kelenjar keringat dalam 7 sampai 14 hari. Setelah sembuh,
luka bakar ini dapat meninggalkan sedikit perbedaan warna kulit pada daerah
yang terbakar.
b. Luka bakar dermis dalam terlihat pucat, tidak memucat dengan sentuhan, tetapi
tetap sakit pada tusukan jarum. Luka bakar ini dapat sembuh 14 sampai 35 hari
dengan reepitelisasi dari folikel rambut dan keratinosit kelenjar keringat. Setelah
sembuh luka bakar ini sering meninggalkan jaringan parut akibat hilangnya
dermis.

C. Luka bakar derajat tiga.


Luka bakar derajat tiga adalah luka bakar yang mengenai seluruh kedalaman
kulit dengan karakteristik keras, kasar dan berwarna hitam, putih, atau merah seperti
ceri. Tidak ada epidermis dan dermis yang tersisa.

D. Luka bakar derajat empat.


Luka bakar derajat empat adalah luka bakar yang mengenai organ lain yang
berada di bawah kulit yaitu seperti otot, tulang, dan otak.

Gambar 3. Klasifikasi Kedalaman Luka Bakar. 9


Klasifikasi luka bakar dapat dibedakan berdasarkan luas ukuran luka bakar. Luas
luka bakar dapat di bagi berdasarkan rule of nines. Pada orang dewasa, setiap
ekstremitas atas dan kepala mendapatkan 9% dari total area tubuh. Bagian ekstremitas
bawah, perut dan dada mendapatkan 18% dari total area tubuh. Kepala mendapatkan
9% dan leher mendapatkan 1%.9

Gambar 4. Rule of nines pada orang dewasa. 9

Pada anak - anak terdapat perbedaan dari total area seluruh tubuh jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada Anak - anak bagian kepala, dada, dan perut
mendapatkan nilai 18% dari total area tubuh. Ekstremitas atas mendapatkan nilai 9%
sedangkan ekstremitas bawah mendapatkan 14 % dari total area tubuh. 9
Gambar 5. Rule of nines pada anak - anak. 9

Pada anak - anak dapat digunakan formula Berkow yang membagi luas luka
bakar pada anak berdasarkan umur dan setiap bagian dari tubuh sehingga menghasilkan
formula yang lebih detail dan akurat. 9

Gambar 6. Formula Berkow. 9


Dari rule of nines ini maka kita dapat mengklasifikasi berat atau ringannya luka
bakar. Berdasarkan American Burn Association maka dibagi menjadi : 5

A. Luka bakar ringan


a. Luka bakar dengan luas <15% pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas <10% pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas <2% pada segala usia ; tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum

B. Luka bakar sedang (moderate burn)


a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat tiga
kurang dari 10%
b. Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia <10 tahun
c. Luka bakar dengan derajat tiga <10% pada anak maupun muka yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

C. Luka bakar berat/ kritis (major burn)


a. Derajat II-III >20% pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas 50 tahun
b. Derajat II – III >25% pada kelompok usia antara 10 tahun - 50 tahun
c. Luka bakar di muka telinga, tangan, kaki dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas
luka bakar
e. Luka bakar listrik bertegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan risiko tinggi

2.7 Manifestasi Klinis


Dalam perjalanan penyakitnya luka bakar dibedakan menjadi tiga fase: 5

A. Fase awal/ fase akut/ fase syok.


Pada fase ini permasalahan utama adalah gangguan pada saluran nafas,
gangguan mekanisme bernafas atau trauma multipel di rongga toraks dan gangguan
sirkulasi . Gangguan yang terjadi pada fase ini menimbulkan dampak sistemik.
B. Fase setelah syok berakhir atau fase sub akut.
Permasalahan utama pada fase ini adalah systemic inflammatory response
syndrome (SIRS) dan Multi-Organ dysfunction syndrome (MODS) dan sepsis.
Ketiganya merupakan perkembangan dari fase akut.
C. Fase lanjut.
Fase ini berlangsung sejak terjadinya penutupan luka sampai maturasi
jaringan. Permasalahan utama penyulit yang terjadi pada luka bakar seperti parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan
atau struktur tertentu akibat proses inflamasi hebat yang berlangsung lama,
contohnya seperti kerapuhan tendon ekstensor pada jari-jari tangan yang
menyebabkan bouttonierre deformity.

Gambar 7. Boutonniere Deformity.

2.8 Perubahan sistemik


Luka bakar luas yang mencakup lebih dari 40% total area tubuh terjadi periode
respon seperti stress, inflamasi, dan hipermetabolisme yang di kakrakterisasi oleh
adanya respon sirkulasi hiperdinamik dengan meningkatkan suhu tubuh, glycolysis,
proteolysis, dan lipolysis. Respon dari tubuh ini muncul dalam setiap trauma, surgical
dan pasien kritis dimana setiap respon ini memiliki tingkat keparahan, durasi dan skala
yang berbeda - beda untuk pasien dengan trauma luka bakar luas.10

Pada saat terjadi luka bakar luas, katekolamin, glukagon, dan kortisol akan
meningkat sehingga menstimulasi asam lemak bebas dan glyserol dari lemak, produksi
glukosa oleh hati dan asam amino oleh otot. Perubahan ini menyebabkan adanya
hiperglicemia dan penurunan sensifitas insulin dimana insulin meningkat untuk
menurunkan kadar glukosa tetapi peningkatan produksi glukosa yang berlebihan.
Peningkatan glukosa ini terjadi untuk secara langsung menuju luka bakar untuk
membantu metabolisme anaerobik yang tidak efisien oleh fibroblas dan sel radang.
Hasil akhir dari oksidasi anaerobik glukosa ini menghasilkan laktat yang digunakan
oleh liver untuk membuat glukosa yang lebih banyak lagi lewat gluconeogenik
pathways. Glukosa dan insulin level akan tetap naik dan resisten insulin ini dapat
terjadi sampai 3 tahun setelah terjadi luka bakar luas. 9

Jantung sebagai alat pemompa melakukan kompensasi dengan meningkatkan


aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan oksigen otak. Mekanisme pertama adalah
meningkatkan frekuensi jantung akibat penurunan pre-load dan after – load.
Mekanisme kompensasi ini akan terus berlangsung hingga kebutuhan sirkulasi
terpenuhi. Tetapi setelah hari ke 3-4 setelah terpapar luka bakar, cardiac output akan
naik 1,5 kali lebih banyak dibandingkan orang normal. 9

Penurunan volume darah dan curah jantung menyebabkan penurunan aliran


darah ke ginjal lan laju filtrasi glomerulus yang menyebabkan iskemi ginjal dengan
manifestasi oliguri sampai anuria. Hipoksia parenkim ginjal apabila dibiarkan akan
mengakibatkan tubular nekrosis akut dan gagal ginjal. 9
Gambar 8. Efek sistemik pada luka bakar luas. 9

Penurunan di sirkulasi splangnikus juga mempengaruhi gaster, duodenum, usus


halus, dan usus besar. Gangguan perfusi menyebabkan iskemi yang mengakibatkan
gangguan integritas mukosa dan vili sehingga terjadi disrupsi mukosa yang merupakan
awal dari terjadinya erosi mukosa yang berlanjut menjadi atrofi. Manifestasi klinik
yang diakibatkan oleh terjadinya erosi mukosa adalah gejala perdarahan akibat stress
ulcer atau Curling’s ulcer, gangguan motilitas saluran cerna, dan translokasi bakteri. 9

Luka bakar luas berhubungan dengan pelepasan mediator inflamasi yang besar
baik untuk lukanya itu sendiri ataupun untuk jaringan lain. Mediator ini menyebabkan
kenaikan dari permeabilitas kapiler dan edema lokal. Edema anasarka dapat terjadi
dimana adanya penurunan dari tekanan hidrostatik di bagian luka sedangkan adanya
kenaikan tekanan hidrostatik di jaringan normal. Karena penurunan tekanan oncotic
plasma sehingga terjadi kenaikan permeabilitas kapiler yang menyebabkan terjadinya
protein loss sehingga edema dapat terjadi pada bagian luka bakar dan jaringan normal
lainnya. 9

Luka bakar luas sendiri juga menurunkan fungsi imun tubuh yang membuat
pasien memiliki resiko besar terjadinya infeksi pada daerah luka, pneumonia, infeksi
jamur dan infeksi virus. 9
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu dalam
penanganan pasien dengan luka bakar seperti darah lengkap, karboksihemoglobin,
glukosa, dan elektorolit serta rontgen thorax perlu dilakukan. Analisa gas darah juga
harus dilakukan untuk mengukur jumlah HbCO. 11

2.10 Tatalaksana

2.10.1 Prehospital

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan


menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menutup pasokan
oksigen bagi api yang menyala. Seluruh pakaian yang terbakar oleh bahan
kimia harus diangkat pelan- pelan. Bubuk kimia kering harus disikat dari luka.
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terbajan suhu tinggi berlangsung
terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan
suhu dingin ini selama satu jam pertama. Oleh karena itu pertolongan pertama
pada luka bakar setelah memadamkan api adalah merendam atau mengalirkan
daerah yang luka dengan air selama lima belas menit. Air yang digunakan
tidak harus steril, kemudian pasien ditutupi dengan linen kering, bersih, dan
hangat untuk mencegah hipotermia.11

2.10.2 Primary Survey


Seperti pada pasien-pasien trauma, pemeriksaan awal pada pasien luka
bakar dibagi menjadi survey primer dan sekunder . 11

Airway

Riwayat terkurung di dalam ruangan yang terbakar atau tanda-tanda


awal cedera jalan nafas membutuhkan evaluasi jalan nafas dan tata laksana
definitif. Manifestasi klinis cedera inhalasi dapat tersembunyi dan seringkali
tidak muncul pada 24 jam pertama. 11
Tanda dari cedera jalan nafas adalah :

a. Luka bakar pada wajah dan/atau leher.


b. Rambut hidung atau alis yang hangus .
c. Deposit karbon dan perubahan inflamasi akut pada orofaring.
d. Sputum berkarbon.
e. Suara parau.
f. ledakan dengan luka bakar pada kepala dan batang tubuh.
g. Level Karboksihemoglobin lebih dari 10%.

Gambar 9. Cedera Inhalasi

Tata laksana pasien dengan cedera inhalasi bertujuan untuk


mempertahankan patensi jalan nafas dan memaksimalkan pertukaran udara.
Jika terjadi kegagalan nafas maka harus dilakukan intubasi.9
Breathing

Waktu adalah faktor yang menentukan, siapapun yang terjebak dalam


api lebih dari 2 menit harus di observasi tanda - tanda trauma inhalasi. Selalu
curiga terjadi keracunan CO pada pasien yang mengalami luka bakar pada
ruangan tertutup. 11

Kadar Gejala

0-10% Gejala minimal

10-20% Nausea, sakit kepala

20-30% Letargi

30-40% Agitasi

40-50% Koma, depresi nafas

> 50% Kematian

Tabel 2. Gejala keracunan CO

Yang harus diperhatikan dari breathing pada pasien luka bakar dengan
trauma pada dada adalah jika terdapat eskar. Apabila terdapat eskar segera
lakukan eskarotomi.

Circulation

Untuk mengetahui volume peredaran darah pada pasien dengan luka


bakar dapat dilakukan melalui pemeriksaan urin yang keluar setiap jam
sehingga pemasangan kateter perlu dilakukan.

Pada anak – anak dengan berat badan kurang dari atau sama dengan 30
kg maka jumlah urin yang diharapkan adalah 1.0 ml per kilogram berat badan
per jam. Pada orang dewasa jumlah urin yang diharapkan 0.5 sampai 1.0 ml
per kilogram berat badan per jam.
Ada 3 tipe cairan yang dapat digunakan yaitu Ringer lactate, fresh-
frozen plasma dan hipertonik salin. Yang paling sering digunakan adalah
ringer lactate. Cara termudah dan paling sering digunakan untuk mengukur
jumlah cairan yang perlu diresusitasi dalam 24 jam adalah menggunakan
formula Parkland. Formula ini menghitung jumlah cairan selama 24 jam yang
dibutuhkan melalui total presentasi luka bakar pada tubuh dikalikan dengan
berat badan kemudian dikalikan dengan 4 dan hasil dari rumus ini adalah
jumlah cairan yang dibutuhkan dalam 24 jam dimana cara pemberiannya dalah
setengah dari jumlah cairan diberikan dalam waktu 8 jam, kemudian sisanya
yaitu setengah dari jumlah cairan diberikan 16 jam setelahnya. Formula
lainnya yang masih digunakan adalah Brooke dan Galveston yang tertera pada
tabel berikut : 9

Tabel 3. Formula resusitasi Cairan pada luka bakar. 9


Gambar 10. Alogoritma penanganan resusitasi cairan pada luka bakar. 12

2.10.3 Secondary survey


Untuk mengobati pasien dengan luka bakar perlu dilakukan pemeriksaan
mengenai kedalaman luka berdasarkan 4 derajat luka bakar (gambar 3) dan
luas luka bakar berdasarkan rule of nines ( gambar 4 dan gambar 5) , cedera
yang berhubungan, dan berat badan pasien untuk membantu dalam tatalaksana
selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien dengan luka bakar. 9
2.10.4 Wound care
Setelah airway, breathing dan telah dilakukan resusitasi, yang perlu kita
perhatikan adalah perawatan dari luka bakar itu sendiri. Tatalaksananya
tergantung dari ukuran dan karakteristik dari luka itu sendiri. Tatalaksana
tertuju pada penyembuhan yang cepat dan tidak menimbulkan rasa nyeri. Ada
3 kriteria yang perlu dipenuhi yaitu : 9

a. Luka harus ditutupi oleh penutup yang melindungi epitel yang rusak dan
meminimalisir kolonisasi dari bakteri dan jamur.
b. Luka harus ditutupi dengan penutup yang dapat mengurangi evaporasi dari
hilangnya panas dan meminimalisir stres karena dingin.
c. Penutup dari luka harus nyaman digunakan pada bagian luka yang nyeri.

Penutup luka didasarkan berdasarkan karakteristik dari kedalaman luka yaitu :

a. Luka bakar derajat satu tidak perlu diberikan penutup dan diberikan salep
topikal untuk menghilangkan rasa sakit dan menjaga kelembapan kulit.
Pemberian NSAID secara oral perlu diberikan untuk mengontrol nyeri.
b. Luka bakar derajat dua dapat ditutup dengan penutup luka harian dimana
dioleskan antibiotik topikal, diberikan cotton gauze dan verban elastic.
c. Luka bakar derajat dua yang dalam dan derajat tiga membutuhkan eksisi
dan skin grafting berdasarkan ukuran dari luka bakar itu sendiri.

Luka bakar yang tidak diobati dapat dengan cepat menjadi tempat
kolonisasi bakteri dan jamur karena hilangnya mekanisme pertahanan kulit.
Organisme dapat menginvasi pembuluh darah sehingga menyebabkan infeksi
sistemik yang dapat menyebapkan kematian. Kejadian ini sudah jarang terjadi
karena penggunaan antibiotik dan perawatan luka yang baik.9
Tabel 4. Penutup Luka yang dapat digunakan pada trauma luka bakar. 9

Antibiotik topikal yang tersedia dibagi menjadi 2 kelas yaitu salves dan
soaks. Salves digunakan dengan cara langsung dioleskan pada luka kemudian
ditutup dengan kasa sedangkan soaks digunakan dengan cara dituangkan pada
kasa kemudian langsung diaplikasikan pada luka bakar. Kedua tipe antibiotik
topikal ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari salves adalah
dapat digantikan 1 atau 2 kali dalam sehari tetapi kekurangannya adalah dapat
kehilangan efektifitas nya selama proses pergantian penutup luka berlangsung.
Soaks dapat tetap efektis karena dapat ditambahkan tanpa melepas penutup
luka tetapi dilain pihak kulit dibawah yang ditutupi terendam. 9

2.11 Prognosis
Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia lanjut.
Pada usia yang sangat muda system regulasi tubuh belum berkembang sempurna,
komposisi cairan intravascular dibandingkan cairan ekstravaskular, intersisiel dan
intraselular berbeda dengan komposisi manusia dewasa dan sangat rentan terhadap
trauma. Sedangkan pada usia lanjut proses degenerative pada system, organ, dan sel
merupakan salah satu faktor yang mengurangi toleransi, daya tahan, dan daya
kompensasi tubuh terhadap trauma.13

2.12 Komplikasi
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya yang timbul adalah akibat jaringan
parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu
fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi. Kekakuan sendi ini memerlukan program
fisioterapi intensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah. Bila luka bakar merusak
jalan nafas akibat inhalasi. Dapat terjadi ateletaksis, penumonia, atau insufisiensi fungsi
paru pasca trauma.13

Anda mungkin juga menyukai