Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Portofolio Medik
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Internsip Dokter Indonesia
Disusun oleh
RS KUSTA SUMBERGLAGAH
2018
Nama peserta : dr. Friska Nur Ekasanti
Nama wahana: RS Kusta Sumberglagah
Topik: Tonsilitis Kronis
Tanggal (kasus): 10 april 2018
Nama Pasien: Sdr. WH No. RM: 32.23.40
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Ahmad Primaharianto
Tempat presentasi: RS Kusta Sumberglagah
Obyektif presentasi:
Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi: Sdr.WH, 21 thn pendidikan terakhir SMA
□ Tujuan: mampu mengetahui dan mendiagnosis tonsilitis kronis
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset Kasus □ Audit
Cara membahas: Diskusi □ Presentasi □ Email □ Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: WH Usia: 21 th Nomor RM: 32.xx.xx
Nama klinik: RS Kusta Telp: - Terdaftar sejak:
Sumberglagah 10 April 2018
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Keluhan Utama: Nyeri telan
Pasien mengeluh nyeri telan dan mengganjal di tenggorokan sejak 3 tahun yang lalu,
mengganjal terasa terus menerus saat serangan, nyeri telan disangkal, kesulitan menelan
disangkal, demam disangkal, bau mulut disangkal. Selain itu pasien juga mengeluh batuk pilek
sejak 7 hari sebelum datang ke poli, batuk tidak berdahak, pilek mengeluarkan ingus pada
kedua lubang hidung warna putih, encer, bau (-). Pasien juga mengeluhkan demam, nyeri
telan, dan rasa mengganjal di tenggorok yang dirasakan terutama saat serangan. Keluhan-
keluhan tersebut dirasakan hilang timbul sejak 3 tahun yang lalu saat usia 18 tahun. Pasien
juga mengeluhkan saat membuka mulut melihat amandel di sisi kanan dan kiri membesar,
bagian kanan hampir mencapai bagian tengah terutama saat serangan. Dalam 3 tahun ini,
pasien mengaku telah mengalami serangan 3-4 kali pertahun, keluhan-keluhan yang dirasakan
pasien saat serangan tersebut dirasakan jika batuk pilek, demam, nafas bau dan dipicu
merokok. Sejak usia belasan pasien rutin merokok 2-3 batang setiap harinya. Keluhan tersebut
mereda jika diberi obat demam yang dibeli di apotek oleh ibunya. Keluhan demam, bersin-
bersin, dan sakit kepala atau sakit di daerah wajah disangkal pasien. Keluhan nyeri pada
telinga, telinga terasa mendenggung dan rasa penuh di telinga disangkal pasien. Keluhan
gangguan suara/suara serak, sukar membuka mulut sesak nafas disangkal pasien. Belum
Status Lokalis
Telinga
Bagian Dextra Sinistra
Mastoid Tragus pain (-), fistula (-), Tragus pain (-), fistula (-),
abses (-) abses (-)
Auricula Bentuk normal, udem (-), Bentuk normal, udem (-),
fistel (-) fistel (-)
MAE (meatus Bau busuk (-), sekret (-) Bau busuk (-), sekret (-),
akustikus ekstrenus) banyak, granulasi/polip granulasi/polip tidak ada,
tidak ada, dinding dinding belakang atas
belakang atas normal, normal, fistula (-), nyeri
fistula (-), nyeri tekan (-) tekan (-)
Membran timpani Tde tde
Hidung
Dextra Sinistra
Bentuk Normal Normal
Secret (-) (-)
Foetor ex nasi (-) Foetor ex nasi (-)
Mukosa cavum nasi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Konka media tde Tde
Konka inferior Tde Tde
Meatus media Tde Tde
Meatus inferior Tde Tde
Septum tde Tde
Massa Massa (-) Massa (-)
Tenggorok
Bibir : normal
Orofaring
Oral : dapat membuka mulut dengan baik
Mukosa buchal : merah muda
Ginggiva : merah muda
Gigi geligi : carries (-)
Lidah 2/3 anterior : merah muda
Uvula : merah muda, posisi di tengah, radang (-), tumor
(-)
Arkus faring anterior : simetris, merah muda, radang (-), tumor (-)
Palatum durum : merah muda
Palatum mole : merah muda
Kelenjar Getah Bening: +/+ at submandibula, mobile, regular,
permukaan rata, nyeri tekan -, ukuran 1cm/1cm
Tonsil
Dextra Sinistra
Ukuran T3 T3
Warna merah muda merah muda
Udem (+) (+)
Kripte melebar Melebar
Detritus (+) (+)
Membran (N) (N)
Ulkus (-) (-)
Tumor (-) (-)
Mobilitas (+) (+)
Darah (-) (-)
Faring
Warna : Merah muda
Oedem : (-)
Granula : (-)
Lateral band : normal
Sekret :tidak ada sekret dan darah
Reflek muntah : kesan normal
Hasil pembelajaran:
Pembahasan :
Kasus penderita laki-laki, 21 tahun datang dengan keluhan nyeri telan dan rasa
mengganjal pada tenggorokan. sejak 3 tahun yang lalu, mengganjal terasa terus menerus saat
serangan, nyeri telan disangkal, kesulitan menelan disangkal, demam disangkal, bau mulut
disangkal. Selain itu pasien juga mengeluh batuk pilek sejak 7 hari sebelum datang ke poli,
batuk tidak berdahak, pilek mengeluarkan ingus pada kedua lubang hidung warna putih, encer,
bau (-). Pasien juga mengeluhkan demam, nyeri telan, dan rasa mengganjal di tenggorok yang
dirasakan terutama saat serangan. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan hilang timbul sejak 3
tahun yang lalu saat usia 13 tahun. Saat ini amandel di sisi kanan dan kiri membesar, bagian
kanan hampir mencapai bagian tengah. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan hilang timbul
sejak 3 tahun yang lalu. Pasien mengalami serangan 3-4 kali dalam setahun. Pasien rutin
Pada pemeriksaan umum yang dilakukan saat pasien datang, didapatkan keadaan
umum baik dengan kesadaran GCS 456, dengan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88 x per
menit, respiratory rate 17 x per menit, suhu badan 37°C. Tidak didapatkan tanda-tanda anemis
maupun ikterik pada konjungtiva dan sklera juga pada pemeriksaan leher terdapat pembesaran
KGB at regio submandibular deksta dan sinistra, thorax, abdomen dan extrimitas dalam batas
normal. Pada pemeriksaan THT telinga dan hidung dalam batas normal, pada pemeriksaan
tenggorok didapatkan tonsil membesar T3 (dextra dan sinistra) pembesaran tonsil berada
diantara garis paramedian dengan garis median, hiperemis, permukaan tidak rata dan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditegakkan bahwa pasien ini
menderita tonsillitis kronis. Tonsillitis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada
tonsil yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri ini
disebut peradangan lokal primer. Penyembuhan yang tidak sempurna akan menyebabkan
peradangan ringan pada tonsil. Apabila keadaan ini menetap atau berulang, bakteri patogen
akan bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis. Tonsilitis kronis adalah
peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi akut atau subklinis yang berulang.
Terdapat perpaduan bakteri aerobik dan anaerobik, namun yang paling dominan jenis
yang buruk pada kripta akan menyebabkan terjadinya retensi debris sel, sehingga dapat
menjadi medium yang baik untuk perkembangan bakteri. Ketika terbentuk abses di kripta,
infeksi menyebar dari epitel yang defek ke parenkim tonsilaris sehingga menyebabkan
tonsilitis parenkim kripta. Infeksi juga melakukan penetrasi ke kapiler sekitar kripta, sehingga
memberikan jalan untuk toksin dan bakteri menyebar ke sirkulasi sistemik. Dalam jangka
waktu yang panjang, parenkim tonsilaris akan menjadi jaringan fibrois dan megalami atrofi.
Disamping menyebabkan efek iritatif pada jaringan dan organ tempat melekatnya
bakteri, tonsillitis kronik juga akan menyebabkan infeksi fokal. Beberapa hal mengenai fokal
infeksi: “Fokus” infeksi merupakan perubahan lokal dalam organ yang menyebabkan
perubahan patologis disekitarnya. Pada struktur tonsila palatine, terjadi penyempitan kripta,
epithel spongiosum, dan pembuluh darah tidak terlindungi sehingga menciptakan suasana
pembuluh darah.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena proses radang berulang
maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan,
jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Pada pasien ini sudah menderita tonsilitis sejak 3 tahun yang lalu dan dalam 3 tahun
ini mengalami serangan 3-4 kali dalam setahun. Faktor predisposisi tonsillitis kronis bisa
karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang
buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat.
Selain itu mempunyai riwayat merokok aktif yang merupakan faktor predisposisi dari
tonsillitis kronis.
Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya bakteri ke tubuh baik yang
melalui hidung maupun mulut. Bakteri yang masuk dihancurkan oleh makrofag, sel – sel
polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi maka pada suatu waktu tonsil tidak
bisa membunuh bakteri – bakteri semuanya, akibatnya bakteri bersarang di tonsil. Pada
keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (tonsil
sebagai fokal infeksi). Sewaktu-waktu bakteri bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada
Pada saat pasien mengeluhkan demam, nyeri telan, dan rasa mengganjal di tenggorok.
Biasanya nyeri tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang dapat
menetap. Brook dan Gober seperti dikutip oleh Hammouda menjelaskan tonsillitis kronis
adalah suatu kondisi yang merujuk kepada adanya pembesaran tonsil sebagai akibat infeksi
tonsil yang berulang. Infeksi yang berulang dan sumbatan pada kripta tonsil mengakibatkan
peningkatan stasis debris maupun antigen di dalam kripta, juga terjadi penurunan integritas
epitel kripta sehingga memudahkan bakteri masuk ke parenkim tonsil. Bakteri yang masuk ke
dalam parenkim tonsil akan mengakibatkan terjadinya infeksi tonsil. Pada tonsil yang normal
jarang ditemukan adanya bakteri pada kripta, namun pada tonsilitis kronis bisa ditemukan
bakteri yang berlipat ganda. Bakteri yang menetap di dalam kripta tonsil menjadi sumber
Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan tonsil yang membesar permukaan tidak rata,
dengan kripta yang melebar disertai adanya detritus, hal ini akibat dari infiltrasi bakteri
penyebab tonsillitis tersering yaitu grup A Streptokokus ß hemolitikus kemudian timbul reaksi
merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terkelupas dan secara klinis
Ukuran tonsil membesar akibat hyperplasia parenkim atau degenerasi fibrinoid dengan
obstruksi kripta tonsil, namun dapat juga ditemukan tonsil yang relatif kecil akibat
obstruksi sehingga timbul gangguan menelan, obstruksi sleep apnue dan gangguan suara. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan tonsil yang membesar dalam berbagai ukuran, dengan
pembuluh darah yang dilatasi pada permukaan tonsil, arsitektur kripta yang rusak seperti
Terapi yang direncanakan untuk pasien adalah tonsilektomi dikonsulkan ke poli THT.
Hal ini sesuai dengan indikasi The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck
tonsilektomi yaitu : 1) Serangan tonsillitis lebih dari tiga kali pertahun walaupun telah
mendapatkan terapi yang adekuat 2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan
gangguan pertumbuhan orofasial 3) Sumbatan jalan nafas : tonsil hipertrofi, sleep apnea,
gangguan menelan, gangguan berbicara 4) Rinitis dan sinusitis kronis, peritonsilitis, abses
peritonsil 5) Nafas bau tidak berhasil dengan pengobatan 6) Tonsilitis berulang : bakteri grup
otitis media supuratif. Pada pasien ini telah terjadi infeksi berulang 3-4 kali dalam 3 tahun
terahir, dan hipertrofi tonsil hingga menimbulkan keluhan mengganjal dan dirasa
mengganggu. Pasien saat ini dapat dilakukan tonsilektomi karena tidak dalam keadaan
peradangan. Sementara pasien diberi obat minum sambil menunggu konsul ke poli THT,
Pustaka :
Peserta Pembimbing