Anda di halaman 1dari 37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pengkajian
Kasus I :
Klien bernama Tn.M berumur 69 tahun, beragama islam berasal dari
suku/bangsa sunda, pendidikan terakhir klien SD, peneliti mendapatkan
informasi langsung dari klien, keluarga yang dapat klien hubungi adalah istri
dan anaknya, diagnose klien adalah Rematoid Atritis , kini klien tinggal Kp.
Sindang Palay 005/008, Desa Sukakerta Kecamatan Cilaku, Klien sering
memeriksakan kesehatannya kepuskesmas terdekat dengan rumah klien.
Sekarang klien bekerja sebagai Buruh Tani, sumber pendapatan klien dari klien
dan keluarga. Klien memiliki hobi yaitu main Catur, klien tidak pernah untuk
pergi berwisata, namun klien suka jalan-jalan sekitar rumahnya saja, klien
selalu aktif dalam kegiatan disekitar rumahnya.
Klien memiliki sodara kandung, sodara kandung yang pertama klien
bernama Tn.K saat ini dalam keadaan sehat, kemudian sodara yang kedua klien
bernama Tn.L keadaan saat ini sehat. Klien tidak memiliki riwayat keluarga
yang meninggal satu tahun terakhir.

Klien mengeluhkan nyeri pada kedua kakinya, nyeri dirasakan seperti


ditusuk-tusuk, nyeri bertambah jika klien beraktivitas dan nyeri berkurang
ketika klien beristirahat, skala nyeri sangat berat. Gejala yang dirasakan klien
adalah nyeri pada kedua kaki. Faktor pencetus dari nyerinya adalah karena
makanan dan aktivitasnya. Timbulnya keluhan yang klien rasakan adalah
bertahap, lamanya adalah langsung terasa nyeri setelah klien beraktivitas berat,
tanpa ada jeda. Klien sudah mengalami nyerinya sejak 6 bulan terakhir. Upaya
klien dalam mengatasinya adalah beristirahat sejenak dari aktivitas dan makan
secara teratur. Klien terkadang memeriksakan kesehatannya kepuskesmas
terdekat dari rumah klien. Klien belum pernah mengkonsumsi obat-obatan
sendiri. Tidak ada penyakit yang pernah diderita. Tidak ada riwayat imunisasi,
Tidak ada riwayat alergi. Tidak ada riwayat kecelakaan. Tidak ada riwayat
dirawat dirumah sakit. Dan Tidak ada riwayat pemakaian obat.

Pola kebiasaan sehari-hari klien tidak memiliki masalah, klien hanya


memiliki masalah pada kriteria istirahat dan tidur selain dari itu klien tidak
memiliki masalah lagi seperti nutrisi, eliminasi, personal hygiene, serta
kebiasaan. Dilihat keadaan umum klien didapatkan klien dalam kondisi cukup
baik, dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 83x/menit, respirasi 20x menit,
serta suhu 36.5°C. Rambut berwarna hitam (beruban), kuat, persebaran merata,
tidak ada nyeri tekan, dan tidak rontok. Mata konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan lapang pandang kesegala arah, fungsi
penglihatan mulai turun terbukti dengan klien menggunakan kacamata plus,
Telinga simetris sejajar dengan ujung alis, keadaan bersih tidak ada secret, tidak
ada nyeri tekan, daun telinga elastis, pendengaran klien baik yaitu klien mampu
mendengar pembicaraan perawat serta dapat berkomunikasi dengan
koooperatif. Mulut simetris, mulut bibir tampak berwarna merah mudah,
mukosa bibir lembab, tidak pucat, tidak terdapat stomatitis, gigi lengkap, warna
gigi putih kekuning-kuningan, tidak terdapat peradangan pada tonsil, klien
dapat membedakan rasa makanan yaitu rasa asin, pedas, manis, pahit, dan asem,
lidah berwarna merah muda. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjer tiroyd,
tidak ada pembesaran jpv, tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, tidak
ada deviasi trachea, bisa digunakan kesegala arah. Dada simetris, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan, VBS simetris, taktil fremitus simetris, tidak ada suara paru
tambahan, S1>S2 di apeks cordis, S2>S1 di basal cordis, tidak ada suara
jantung tambahan . Abdomen bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
tidak terdapat bekas oprasi, perkusi terdengar suara tympani, bising usus
8x/menit. Ekstremitas atas, tangan simetris, kedua tangan dapat digerakan
kesegala arah, dengan kulit keriput, tidak terdapat edema, persendian tidak
kaku. Ekstremitas bawah, kedua kaki simetritis, kedua kaki dapat digerakan
kesegala arah, tidak terdapat edema, klien masih bisa berjalan tanpa alat bantu,
ada nyeri pada kedua kaki, kekuatan otot dapat melakukan pergerakan bebas
tetapi terbatas pada kaki bagian kiri dan kanan karena ada rasa dan nyeri.

Lingkungan tempat tinggal memiliki kebersihan dan kerapihan ruangan


yang berada dalam keadaan bersih dan rapi. Penerangan cukup, penggunaan
lampu neon sebagai penerangan setiap ruangan. Sirkulasi udara terdapat 6
jendela dan ventilasi udara sebagai sirkulasi udara. Keadaan kamar mandi dan
WC berada dalam keadaan bersih. Pembuangan air kotor keselokan sekitar 30
meter dari rumah. Sumber air minum menggunakan air mendidih. Pembuangan
sampah menggunakan tempat sampah depan rumah klien. Tidak ada sumber
pencemaran. Pada penataan halaman terdapat beberapa tanaman hias yang
sudah tertata. Tidak ada resiko injuri. Pada pemeriksaan masalah kesehatan
kronis klien didapatkan hasil skor 4, dengan termasuk pada kriteria tidak ada
masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis ringan. Pada
pemeriksaan fungsi kognitif klien didapatkan skor 9, termasuk dalam kriteria
tidak ada gangguan. Pada pemeriksaan status fungsional klien didapatkan skor
sebesar 17, termasuk kedalam kriteria mandiri. Pada pemeriksaan status
psikologis (Skala depresi geriatric Yesavage, 1983) didapatkan hasil sebesar 5,
termasuk kedalam kriteria normal. Pada pengkajian keseimbangan lansia, klien
didapatkan hasil sebesar 3, termasuk kedalam kriteria resiko jatuh rendah.

Kasus II :

Klien bernama Tn.K berumur 72 tahun, beragama islam berasal dari


suku/bangsa sunda, klien pernah menginjak bangku sekolah dasar, peneliti
mendapatkan informasi langsung dari klien, keluarga yang dapat dihubungi
adalah anak klien, diagnose medis klien adalah Rematoid Atritis. Kini klien
tinggal di rumahnya yang beralamat di Kp Sindang Palay 005/008, Desa
Sukakerta Kecamatan Cilaku. Keluarga klien yang dekat dengan klien adalah
Ny.Y dengan bertemapt tinggal satu rumah dengan klien, yang mana adalah
anak kandung klien. Sekarang klien tidak memiliki pekerjaan, sumber
pendapatan klien dari anaknya. Klien tidak memiliki hobi, klien tidak pernah
untuk pergi berwisata, klien masih aktif dalam kegiatan pengajian didaerah Kp.
Sindang Palay.

Klien memiliki saudara kandung sebanyak 3 orang, semuanya dalam


keadaan sehat, saudara-saudara klien bernama Ny.K, Tn.A, Tn.C, Tn.A.
Terkadang klien bertemu dengan saudaranya saat ada acara keluarga. Klien
tidak memiliki riwayat keluarga yang meninggal dalam satu tahun terakhir.

Pola kebiasaan sehari-hari klien tidak memiliki masalah, klien hanya


memiliki masalah pada kriteria istrahat dan tidur saja selain dari itu klien tidaak
memiliki masalah lagi seperti eliminasi, personal hygiene, nutrisi, serta
kebiasaan. Dilihat keadaan umum klien didapatkan klien dalam kondisi cukup
baik, dengan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 19x menit,
serta suhu 37°C. Rambut, berwarna hitam (beruban), kuat, persebaran merata,
tidak ada nyeri tekan, dan tidak rontok. Mata, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan lapang, pandang kesegala arah, fungsi
penglihatan baik terbukti dengan klien mampu membaca papan nama perawat.
Telinga, simetris sejajar dengan ujung alis, keadaan bersih tidak ada secret,
tidak ada nyeri tekan, daun telinga elastis, pendengaran klien baik yaitu klien
mampu mendengar pembicaraan perawat. Mulut simetris, mulut bibir tampak
berwarna merah mudah, mukosa bibir lembab, tidak pucat, tidak terdapat
stomatitis, gigi lengkap, warna gigi putih kekuning-kuningan, tidak terdapat
peradangan pada tonsil, klien dapat membedakan rasa makanan yaitu asin,
pedas, manis, pahit, dan asem, lidah berwarna merah muda. Leher tidak
terdapat pembesaran kelenjer tiroyd, tidak ada pembesaran jpv, tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening, tidak ada deviasi trachea, bisa digunakan
kesegala arah. Dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, VBS simetris,
taktil fremitus simetris, tidak ada suara paru tambahan, S1>S2 di apeks cordis,
S2>S1 di basal cordis, tidak ada suara jantung tambahan . Abdomen bentuk
simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak terdapat bekas oprasi, perkusi
terdengar suara tympani, bising usus 13x/menit. Ekstremitas atas, tangan
simetris, kedua tangan dapat digerakan kesegala arah, dengan kulit keriput,
tidak terdapat edema, persendian tidak kaku. Ekstremitas bawah, kedua kaki
simetritis, kedua kaki kanan dan kiri dapat digerakan kesegala arah, tidak
terdapat edema, klien masih bisa berjalan tanpa alat bantu, ada nyeri pada kedua
kaki, kekuatan otot dapat melakukan pergerakan bebas tetapi terbatas pada
bagian kaki kanan dan kiri karena ada rasa dan nyeri.

Lingkungan tempat tinggal memiliki kebersihan dan kerapihan ruangan


dalam keadaan bersih dan rapi. Penerangan cukup, menggunakan lampu
bohlam disetiap ruangan. Sirkulasi udara terdapat 5 jendela disertai ventilasi
disetiap jendelanya Keadaan kamar mandi dan WC dalam keadaan bersih.
Pembuangan air kotor ke selokan sejauh 20 meter dari rumah. Sumber air
minum adalah air gallon. Pembuangan sampah terdapat pada tempat sampah
depan rumah. Tidak ada sumber pencemaran. Pada penataan halaman terdapat
beberapa tanaman hias depan rumah. Tidak ada resiko injuri.

Masalah kesehatan klien ditemukan skor sebesar 3, termasuk dalam


kriteria tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis
ringan. Pada fungsi kognitif klien didapatkan skor sebesar 10, yang mana
termasuk kedalam kriteria tidak ada gangguan. Lalu pada status fungsional
ditemukan hasil sebesar 17, yakni termasuk kedalam kriteria mandiri.
Selanjutnya pada status psikologis (Skala depresi geriatric Yesavage, 1983)
didapatkan hasil sebesar 2, yang mana termasuk kedalam kriteria normal.
Berikutnya pada pemeriksaan keseimbangan klien didapatkan skor sebesar 6,
yakni termasuk kedalam kriteria resiko jatuh sedang.

2. Diagnosis keperawatan
Kasus I :
a. Analisa data yang diambil pertama adalah nyeri akut, berdasarkan data
subjektif klien mengeluhkan nyeri pada kedua kakinya dan data objektif
klien tampak lemas dan lemah, skala nyeri 4 dari (0-5)
b. Analisa data yang diambil kedua adalah gangguan istrahat dan tidur,
berdasarkan data subjektif klien mengatakan susah tidur karena pada
malam hari nyeri pada kedua kakinya kambuh.
Kasus II :
a. Analisa data yang diambil pertama adalah nyeri akut, berdasarkan data
subjektif klien mengeluhkan nyeri pada kedua kakinya dan data objektif
klien tampak leams dan lemah, skala nyeri 4 dari (0-5)
b. Analisa data yang diambil kedua adalah gangguan istirahat dan tidur,
berdasarkan data subjektif klien mengatakan susah tidur karena pada
malam hari nyeri pada kedua kakinya kambuh.
3. Intervensi
Kasus I :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri aku
berhubungan dengan agen cidera bilogis, peneliti menyusun perencanaan
antara lain kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas skala (0-5) kaji ulang
faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, berikan penkes cara
mengatasi masalah sesuai indikasi untuk pasien, ajarkan klien pengobatan
secara non farmakoli (tekhnik relaksasi napas dalam) untuk mengurangi
skala nyeri, kolaborasi pemberian analgetik
b. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kedua yaitu gangguan istirahat
dan tidur berhubungan dengan …, peneliti menyusun perencanaan antara
lain kaji tentang penyebab terjadinya masalah, berikan penkes tentang
masalah yang dihadapi klien, berikan teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi masalah.
Kasus II :
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri aku
berhubungan dengan agen cidera bilogis, peneliti menyusun perencanaan
antara lain kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas skala (0-4) kaji ulang
faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, berikan penkes cara
mengatasi masalah sesuai indikasi untuk pasien, ajarkan klien pengobatan
secara non farmakoli (tekhnik relaksasi napas dalam) untuk mengurangi
skala nyeri, kolaborasi pemberian analgetik
a. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kedua yaitu angguan istirahat dan
tidur berhubungan dengan perencanaan antara lain kaji tentang penyebab
terjadinya masalah, berikan penkes tentang masalah yang dihadapi klien,
berikan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi masalah

4. Implementasi
Kasus I :
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 4 hari sesuai dengan tujuan, kriteria, standar intervensi yang telah dibuat
sesuai diagnosa prioritas utama.
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 17 Maret 2018 yaitu mengkaji nyeri, catat lokasi dan
intensitas skala (0-10), mengkaji ulang faktor yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri, memberikan makan sedikit tapi sering sesuai
indikasi untuk pasien, mengajarkan klien pengobatan secara non
farmakoli (tekhnik kompres air hangat kering), berkolaborasi
pemberian analgetik
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 24 Maret 2018 yaitu kembali mengkaji ulang faktor yang
meningkatkan atau menurunkan nyeri, memberikan makan sedikit tapi
sering sesuai indikasi untuk pasien, mengajarkan klien pengobatan
secara non farmakoli (tekhnik kompres air hangat kering),
berkolaborasi pemberian analgetik.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 30 Maret 2018 yaitu kembali mengkaji ulang faktor yang
meningkatkan atau menurunkan nyeri, memberikan makan sedikit tapi
sering sesuai indikasi untuk pasien, mengajarkan klien pengobatan
secara non farmakoli (tekhnik kompres air hangat kering),
berkolaborasi pemberian analgetik
b. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
1) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 17 Maret 2018 yaitu peneliti menyusun perencanaan antara
lain mengkaji tentang makanan yang membuat klien alergi,
menimbang berat badan sesuai indikasi, memberikan makanan jumlah
kecil dab dalam waktu yang sering dan teratur, menentukan makan
yang membentuk gas.
2) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 24 Maret 2018 yaitu peneliti menyusun perencanaan antara
lain mengkaji tentang makanan yang membuat klien alergi,
menimbang berat badan sesuai indikasi, memberikan makanan jumlah
kecil dab dalam waktu yang sering dan teratur, menententukan makan
yang membentuk gas.
3) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 30 Maret 2018 yaitu kembali peneliti menyusun perencanaan
antara lain mengkaji tentang makanan yang membuat klien alergi,
menimbang berat badan sesuai indikasi, memberikan makanan jumlah
kecil dab dalam waktu yang sering dan teratur, menentukan makan
yang membentuk gas.

Kasus II :
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 3 hari sesuai dengan tujuan, kriteria, standard an intervensi yang telah
dibuat sesuai diagnosa prioritas utama.
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 02 Maret 2018 yaitu mengkaji nyeri, catat lokasi dan
intensitas skala (0-10), mengkaji ulang faktor yang meningkatkan
atau menurunkan nyeri, memberikan makan sedikit tapi sering sesuai
indikasi untuk pasien, mengajarkan klien pengobatan secara non
farmakoli (tekhnik kompres air hangat kering), berkolaborasi
pemberian analgetik
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 8 Maret 2018 yaitu kembali mengkaji ulang faktor yang
meningkatkan atau menurunkan nyeri, memberikan makan sedikit
tapi sering sesuai indikasi untuk pasien, mengajarkan klien
pengobatan secara non farmakoli (tekhnik kompres air hangat
kering), berkolaborasi pemberian analgetik.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 15 Maret 2018 yaitu kembali mengkaji ulang faktor
yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, memberikan makan
sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien, mengajarkan klien
pengobatan secara non farmakoli (tekhnik kompres air hangat
kering), berkolaborasi pemberian analgetik
b. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
1) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 02 April 2018 yaitu peneliti menyusun perencanaan antara
lain mengkaji tentang makanan yang membuat klien alergi,
menimbang berat badan sesuai indikasi, memberikan makanan
jumlah kecil dab dalam waktu yang sering dan teratur, menentukan
makan yang membentuk gas.
2) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 08 April 2018 yaitu peneliti menyusun perencanaan antara
lain mengkaji tentang makanan yang membuat klien alergi,
menimbang berat badan sesuai indikasi, memberikan makanan
jumlah kecil dab dalam waktu yang sering dan teratur,
menententukan makan yang membentuk gas.
3) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 15 April 2018 yaitu kembali peneliti menyusun perencanaan
antara lain mengkaji tentang makanan yang membuat klien alergi,
menimbang berat badan sesuai indikasi, memberikan makanan
jumlah kecil dab dalam waktu yang sering dan teratur, menentukan
makan yang membentuk gas.

5. Evaluasi
Kasus I :
Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien, peneliti
melakukan evaluasi tindakan, pada tanggal 30 Maret 2018 jam 13.00 WIB
dengan menggunakan metode SOAP, S : Subjektif, O : Objektif, A : Analisis,
dan P : Planning atau rencana.
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose pertama hari pertama,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien
tampak lemah dan lemas, skala nyeri 4 (0-10). Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Anjurkan untuk melakukan kompres air hangat kering ketika nyeri
terasa.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari kedua, dengan
data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak
memegang area lutut, skala nyeri 2 (0-10). Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Anjurkan untuk melakukan kompres air hangat kering ketika nyeri
terasa.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari ketiga, dengan
data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak
memegang area lutut, skala nyeri 1 (0-10). Analisa masalah teratasi,
implementasi lanjut. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk
menjaga kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan
kesehatan. Anjurkan untuk melakukan kompres hangat ketika nyeri
terasa.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose kedua hari pertama,
dengan data subjektif nafsu makanan tidak nafsu makan, data objektif
porsi makan klien tidak habis, berat badan belum bertambah. Analisa
masalah belum teratasi. Planning pada evaluasi selanjutnya anjurkan
klien tetap menjaga kesehatan dan pola makannya.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nafsu makan mulai membaik, data objektif
porsi makan klien habis ½ piring, berat badan belum bertambah.
Analisa masalah belum teratasi. Planning pada evaluasi selanjutnya
anjurkan klien tetap menjaga kesehatan dan pola makannya.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nafsu makannya bertambah, data objektif
porsi makan klien habis dalam 1 piring, berat badan bertambah.
Analisa masalah teratasi

Kasus II :
Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien, peneliti
melakukan evaluasi tindakan, pada tanggal 18 April 2018 jam 13.00 WIB
dengan menggunakan metode SOAP, S : Subjektif, O : Objektif, A : Analisis,
dan P : Planning atau rencana.
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose pertama hari pertama,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien
tampak lemah dan lemas, skala nyeri 3 (0-10). Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Anjurkan untuk melakukan kompres air hangat kering ketika nyeri
terasa.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari kedua, dengan
data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak
memegang area lutut, skala nyeri 2 (0-10). Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Anjurkan untuk melakukan kompres air hangat kering ketika nyeri
terasa.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari ketiga, dengan
data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak
memegang area lutut, skala nyeri 0 (0-10). Analisa masalah teratas.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose kedua hari pertama,
dengan data subjektif klien tidak nafsu makan, data objektif porsi
makan klien tidak habis, berat badan belum bertambah. Analisa
masalah belum teratasi. Planning pada evaluasi selanjutnya anjurkan
klien tetap menjaga kesehatan dan pola makannya.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari kedua, dengan
data subjektif klien mengatakan nafsu makan mulai membaik, data
objektif porsi makan klien habis ½ piring, berat badan belum
bertambah. Analisa masalah belum teratasi. Planning pada evaluasi
selanjutnya anjurkan klien tetap menjaga kesehatan dan pola
makannya.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari ketiga, dengan
data subjektif klien mengatakan nafsu makannya bertambah, data
objektif porsi makan klien habis dalam 1 piring, berat badan
bertambah. Analisa masalah teratasi

6. Aplikasi dari tindakan utama


Kasus I :
Pada tanggal 17 Maret 2018, 24 Maret 2018 & 30 Maret 2018 melakukan
penelitian pada Ny.S didapatkan bahwa Ny.S sudah mengalami gastritis sejak 1
tahun yang lalu dan sudah pernah dibawa ke puskesmas, Ny.S disarankan untuk
melakukan kompres air hangat kering saat terasa nyeri, dengan menggunakan
buli-buli yang berisi air panas, dengan cara buli-buli ditutup dengan
mengencangkan penutupnya, kemudian membalik posisi buli-buli berulang kali
lalu dikosongkan isinya kedalam kantong kain, kemudian siapkan dan ukur
suhu air yang diinginkan (50-60 C), Isi buli-buli dengan air panas sebanyak
setengah bagiaan, lalu keluarkan udaranya dengan cara, meletakan/menidurkan
buli-buli diatas meja/tempat datar, melipat bagian atas buli sampai keliatan
permukaan air dileher buli-buli, menutup buli-buli dengan benar/rapat, setelah
itu bawa buli-buli kedekat klien, kemudian Letakan/pasang buli-buli pada
bagian/area yang memerlukannya, lakukan selama 20 menit.
Pada hari pertama dimulai sejak tanggal 17 Maret 2018, 06 April 2018
& 30 Maret 2018 setelah diberikan implementasi kompres hangat didapatkan
skala nyeri menjadi 4 (0-10), hari kedua setelah diberikan kompres hangat skala
nyeri menjadi 3 (0-10), hari ketiga setelah diberikan kompres hangat skalanyeri
menjadi 2 (0-10).
Dengan hasil penelitian saya diatas bahwa diberikan implementasi
kompres hangat dalam menurunkan nyeri gastritis terbukti, oleh karena itu
peneliti menganjurkan klien untuk terus menerapkan kompres air hangat kering
untuk kedepannya.

Kasus II :
Pada tanggal 02 April 2018, 08 April 2018 & 15 April 2018 melakukan
penelitian pada Ny.Y didapatkan bahwa Ny.Y sudah mengalami gastritis sejak
1 tahun yang lalu dan sudah pernah dibawa ke puskesmas, Ny.Y disarankan
untuk melakukan kompres hangat saat terasa nyeri, dengan cara menggunakan
buli-buli yang berisi air panas, setelah itu buli-buli ditutup dengan
mengencangkan penutupnya, kemudian membalik posisi buli-buli berulang kali
lalu dikosongkan isinya kedalam kantong kain, kemudian siapkan dan ukur
suhu air yang diinginkan (50-60 C), Isi buli-buli dengan air panas sebanyak
setengah bagiaan, lalu keluarkan udaranya dengan cara, meletakan/menidurkan
buli-buli diatas meja/tempat datar, melipat bagian atas buli sampai keliatan
permukaan air dileher buli-buli, menutup buli-buli dengan benar/rapat, setelah
itu bawa buli-buli kedekat klien, kemudian Letakan/pasang buli-buli pada
bagian/area yang memerlukannya, lakukan selama 20 menit.
Pada hari pertama dimulai sejak tanggal 02 April 2018, 08 April 2018 &
15 April 2018 setelah diberikan implementasi kompres air hangat kering
didapatkan skala menjadi 3 (0-10), hari kedua setelah diberikan kompres hangat
skala nyeri menjadi 2 (0-10), hari ketiga setelah diberikan kompres hangat
skalanyeri menjadi 0 (0-10).
Dengan hasil penelitian saya diatas bahwa diberikan implementasi
kompres air hangat kering dalam menurunkan nyeri gastritis terbukti, oleh
karena itu peneliti menganjurkan klien untuk terus menerapkan kompres air
hangat kering untuk kedepannya.

B. Pembahasan
Pada BAB ini peneliti membahas proses telaah yang terjadi antara teori dan
kenyataan yang ada pada kasus nyata yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2018,
24 Maret 2018 & 30 Maret 2018 meliputi hasil implementasi dan evaluasi selama
3 hari, pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Prinsip dari pembahasan ini memfokuskan pada pengkajian lansia
dengan masalah utama osteoarthritis.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data
sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu
sebagaimana yang telah ditentukan dalam standa praktik keperawatan dari
ANA (American Nurses Association) (Handayaningsih, 2007 as cited in Aziz,
2017, p.16).

Kasus I :
Peneliti melakukan pengkajian pada klien gastritis dan diaplikasikan
dalam proses pengkajian melalui proses wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik. Masalah yang sering timbul pada gastritis adalah nyeri akut dan
kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.. Dari hasil pengkajian pada
Ny.S ditemukan data klien mengeluh nyeri, nyeri gastritis sering kali
disebabkan oleh diet yang tidak bijaksana (memakan makanan yang megiritasi
dan sangat berbumbu atau makanan yang terinfeksi).
Menurut ((Sharif La Ode, Asuhan Keperawatan Gerontik, hal :29),
terdapat beberapa macam penyebab gastritis :
a. Gastritis Bakterialis
Infeksi bakteri Helicobactery Pylori yang hidup di dalam lapisan
mukosa yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan ditularkan melalui
jalur oral atau akibat memakan atau meminum yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan
b. Gastritis karena stress akut
1) Penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi tiba-tiba
2) Pembedahan
3) Infeksi berat
4) Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi
pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan
berat
c. Gastritis erosif kronis
1) Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus menerus. Obat
analgesik anti inflamasi non steroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen,
dan neproxen dapat menyebabkan perdarahan pada lambung. Dengan
cara menurunkan Prostaglandi yang bertugas untuk melindungi
dinding lambung
2) Penyakit kronis, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk cairan.
Bisa menyebabkan peradangan kronis pada dinding lambung saluran
cerna, namun, kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan
pada dinding lambung.
3) Infeksi bakteri atau virus , sebagian besar populusi di dunia terinfeksi
oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa
yang melapisi dinding lambung.
4) Pengguna alkohol dalam secara berlebihan, alkohol dapat mengiritasi
dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam
kondisi normal
d. Gastritis eosinofik
Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing
gelang eosinofil (sel darah putih) terkumpul pada dinding lambung.
e. Gastritis hipotropi dan atropi
Terjadi karena kelainan autoimmune, auto imun atropik gastritis
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat yang
berada dalam dinding lambung.
f. Penyakit meniere
Dinding lambung menjadi tebel, lipatannya melebar, kelenjernya
membersar, dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10 persen
penderita dan menderita kanker lambung
g. Gastritis sel plasma
Sel plasma (salah satu sel darah putih) terkumpul dalam dinding
lambung dan organ lainnya
h. Penyakit bile refluk
Bile (empedu) adalah vcaisan yang membantu mencerna lemak-
lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan,
empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus
kecil.
i. Radiasi dan kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat
berkembang menjadi gasttritis dan peptic ucler. Ketika tubuh terkena
radiasi , kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis
besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan
dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjer-kelenjer
penghasil asam lambung.
.
Peneliti melakukan pengkajian pada Ny.S ditemukan hasil pengkajian
yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2018 pukul 07.30 WIB di Kp. Sarongge
05/02, Sirnagalih Cilaku, Gg. Pusrih (al-ikhlas). Klien menderita gastritis sejak
1 tahun terakhir. Dari riwayat kesehatan Ny.OS klien tidak pernah memiliki
riwayat penyakit yang diderita dahulu. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
klien menunjukan tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi
20x/menit, suhu 36.2°C.

Kasus II :
Peneliti melakukan pengkajian pada klien gastritis dan diaplikasikan
dalam proses pengkajian melalui proses wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik. Masalah yang sering timbul pada gastritis adalah nyeri akut dan
kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.. Dari hasil pengkajian pada
Ny.S ditemukan data klien mengeluh nyeri, nyeri gastritis sering kali
disebabkan oleh diet yang tidak bijaksana, memakan makanan yang megiritasi
dan sangat berbumbu atau makanan yang terinfeksi (Brunner dan Suttardh,2014
keperawatan medikal bedah, Hal: 200)
Menurut ((Sharif La Ode, Asuhan Keperawatan Gerontik, hal :29),
terdapat beberapa macam penyebab gastritis :
a. Gastritis Bakterialis
Infeksi bakteri Helicobactery Pylori yang hidup di dalam lapisan
mukosa yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan ditularkan melalui
jalur oral atau akibat memakan atau meminum yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan
b. Gastritis karena stress akut
1) Penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi tiba-tiba
2) Pembedahan
3) Infeksi berat
4) Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi
pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan
berat

c. Gastritis erosif kronis


1) Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus menerus. Obat
analgesik anti inflamasi non steroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen,
dan neproxen dapat menyebabkan perdarahan pada lambung. Dengan
cara menurunkan Prostaglandi yang bertugas untuk melindungi
dinding lambung
2) Penyakit kronis, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk cairan.
Bisa menyebabkan peradangan kronis pada dinding lambung saluran
cerna, namun, kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan
pada dinding lambung.
3) Infeksi bakteri atau virus , sebagian besar populusi di dunia terinfeksi
oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa
yang melapisi dinding lambung.
4) Pengguna alkohol dalam secara berlebihan, alkohol dapat mengiritasi
dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi
normal
d. Gastritis eosinofik
Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang
eosinofil (sel darah putih) terkumpul pada dinding lambung.
e. Gastritis hipotropi dan atropi
Terjadi karena kelainan autoimmune, auto imun atropik gastritis
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat yang
berada dalam dinding lambung.

f. Penyakit Meniere
Dinding lambung menjadi tebel, lipatannya melebar, kelenjernya
membersar, dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10 persen
penderita dan menderita kanker lambung
b. Gastritis sel plasma
Sel plasma (salah satu sel darah putih) terkumpul dalam dinding
lambung dan organ lainnya
c. Penyakit bile refluk
Bile (empedu) adalah vcaisan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu
akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus kecil.
1) Radiasi dan kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat
berkembang menjadi gasttritis dan peptic ucler. Ketika tubuh terkena
radiasi , kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar
akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjer-kelenjer penghasil asam
lambung.

Peneliti melakukan pengkajian pada Ny.Y ditemukan hasil pengkajian


yang dilakukan pada tanggal 02 April 2018 pukul 07.30 WIB di Kp. Cikadu,
Ds. Cibinonghilir, Kec. Cilaku 01/06. Klien menderita gastritis sejak 2 tahun
terakhir. Dari riwayat kesehatan Ny.Y, klien tidak pernah memiliki riwayat
penyakit yang diderita dahulu. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien
menunjukan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 18x/menit,
suhu 36.5°C.

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai pengalaman/respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau
potensial. Diagnosis keperawatan memberi dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil akhir sehingga perawat menjadi akuntabel
(NANDA (North American Nursing Dianosis Association), 2012 as cited in
Aziz, 2017, p.19-20)
Menurut Asmadi (2008 as cited in Aziz, 2017, p.20) komponen-
komponen dalam pernyataan diagnosa keperawatan meliputi Masalah
(problem), Penyebab (etiology), Data (sign and symptom). Menurut Asmadi
(2008 as cited in Aziz, 2017, p.21) diagnosa keperawatan ada tiga tipe yaitu
Diagnosa keperawatan aktual, diagnosa keperawatan risiko, diagnosa
keperawatan potensial, yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan tetang
keadaan sejahtera (wellness), yakni ketika klien memiliki potensi untuk lebih
meningkatkan derajat kesehatanya dan belum ada data maladaptif atau paparan
terhadap masalah kesehatan sebelumnya. Perawat mencari dan
mendokumentasikan data kedalam 2 tipe yang berkaitan dengan pasien, yakni
subjektif dan objektif data (Gordon, 2008 as cited in Herdman & Kamitsuru,
2014, p.37). Menurut Merriam-Webster (2014 as cited in Herdman &
Kamitsuru, 2014, p.37) mendefinisikan data subjektif adalah sesuatu yang
didasarkan perasaan dan opini dibandingkan dengan fakta, sedangkan data
objektif adalah didasarkan pada fakta dibandingkan dengan perasaan atau opini.

Kasus I :
Data diperoleh pada pengkajian pada tanggal 30 Maret 2018 didapatkan
data fokus yang mengangkat masalah kesehatan klien adalah klien mengeluh
nyeri pada kedua lututnya, klien mengatakan nyeri saat berjalan, klien terlihat
memegangi daerah lututnya serta terlihat meringis, cepat lelah kekuata otot
Lovett’s +4/+4. Berdasarkan data diatas peneliti dapat mengambil keputusan
bahwa dari beberapa analisa data, maka peneliti menegakkan diagnosa prioritas
utama yaitu nyeri, hambatan mobilitas fisik dan resiko tinggi trauma.
Kasus II :
Data diperoleh pada pengkajian pada tanggal 30 Maret 2018 didapatkan
data fokus yang mengangkat masalah kesehatan klien adalah klien mengeluh
nyeri pada kedua lututnya, klien mengatakan nyeri saat berjalan, klien terlihat
memegangi daerah lututnya serta terlihat meringis, cepat lelah kekuata otot
Lovett’s +3/+3. Berdasarkan data diatas peneliti dapat mengambil keputusan
bahwa dari beberapa analisa data, maka peneliti menegakkan diagnosa prioritas
utama yaitu nyeri, hambatan mobilitas fisik dan resiko tinggi trauma.

3. Intervensi
Perencanaan merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang
menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan
terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa
keperawatan (Asmadi, 2008 as cited in Aziz, 2017, p.22). Menurut Asmadi
(2008 as cited in Aziz, 2017, p.22-25), tahap perencanaan memiliki beberapa
tujuan penting, diantaranya sebagai alat komunikasi perawat dan tim
kesehatan lainya, meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi
klien, serta mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan
keperawatan yang ingin dicapai. Unsur terpenting dalam tahap perencanaan
ini adalah membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan, merumuskan
tujuan, merumuskan kriteria evaluasi, dan merumuskan intervensi
keperawatan.

a. Membuat Prioritas Urutan Diagnosis Keperawatan


Setelah merumuskan diagnosis keperawatan (tahap kedua),
perawat dapat mulai membuat urutan prioritas diagnosis. Penentuan
prioritas ini dilakukan karena tidak semua diagnosis keperawatan dapat
diselesaikan dalam waktu bersamaan. Pada tahap ini perawat dan klien
bersama-sama menentukan diagnosis keperawatan mana yang harus
dipecahkan lebih dulu dan memprioritaskannya. Penentuan prioritas
dapat dibuatkan skala prioritas tertinggi sampai prioritas terendah. Ini
dilakukan dengan mengurutkan diagnosis keperawatan yang dianggap
paling mengancam kehidupan sampai diagnosis yang tidak terlalu
mengancam kehidupan.

b. Merumuskan Tujuan
Setelah menyusun diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas,
perawat perlu merumuskan tujuan untuk masing-masing diagnosis.
Tujuan ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek. Tujuan jangka panjang dimaksudkan untuk mengatasi
masalah secara umum, sedangkan tujuan jangka pendek dimaksudkan
untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang.
Rumusan tujuan ini keperawatan harus SMART, yaitu specific (rumusan
tujuan harus jelas), measurable (dapat diukur), achievable (dapat
dicapai, ditetapkan bersama klien), realistic (dapat tercapai dan nyata),
dan timing (harus ada target waktu).

c. Merumuskan Kriteria Evaluasi


Penyusunan kriteria hasil/evaluasi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Di ataranya, kriteria hasil/evaluasi terkait dengan tujuan,
bersifat khusus, dan konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat dilihat,
didengar, dan diukur oleh orang lain.

d. Merumuskan Intervensi Keperawatan


Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat harus
memperhatikan beberapa kriteria yang terkait dengan rumusan
intervensi keperawatan. Kriteria tersebut, antara lain :

1) Memakai kata kerja yang tepat.


2) Bersifat spesifik.
3) Dapat dimodifikasi.
Intervensi keperawatan terdiri atas intervensi keperawatan yang
independen dan intervensi keperawatan kolaboratif. Intervensi
keperawatan independen adalah intervensi keperawatan yang dilakukan
perawat terhadap klien secara mandiri tanpa peran aktif dari tenaga
kesehatan lain. Intervensi keperawatan kolaboratif adalah intervensi
keperawatan yang dilakukan oleh perawat terhadap klien dalam bentuk
kerja sama dengan tenaga kesehatan lain.

Kasus I :
Berdasarkan rencana keperawatan yang dilakukan pada tanggal 30 Maret 2018
pukul 09.00 WIB pada pasien yaitu dengan kriteria hasil skala nyeri 0-1,
menunjukan peningkatan mobilitas, memutuskan tindakan yang tepat bagi
Ny.O adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri sendi yang
berhubungan dengan perubahan mekanis sendi dalam menyangga beban
tubuh serta keterbatasan mobilitas, peneliti menyusun perencanaan antara
lain kaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri, obsevasi nyeri ke daerah yang
baru, kaji nyeri dengan skala 0-10, bantu klien dalam mengidentifikasi
faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda
nyeri nonfarmakologi, ajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi
masase, ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, beri kesempatan waktu
istirahat bila terasa nyeri dan ber posisi yang nyaman, tingkatkan
pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan dengan berapa lama
nyeri akan berlangsung, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik nsaid oral.
b. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kedua yaitu hambatan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot,
nyeri pada gerakan dan kekakuan pada sendi besar, peneliti menyusun
perencanaan antara lain kaji mobilitas dan observasi adanya peningkatan
rusakan. Kaji secara teratur fungsi motoric, atur posisi fisiologis, ajarkan
klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit,
bantu klien melakukan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi, pantau
kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas,
kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik klien.
c. Berdasarkan diagnose keperawatan yang ketiga yaitu resiko tinggi trauma
yang berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan fungsi
sendi, peneliti menyusun perencanaan anatara lain kaji ulang riwayat jatuh
bersama pasien dan keluarga, identifikasi karakteristik lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh, monitor gaya berjalan (terutama
kecepatan), keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi, ajarkan
pasien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cedera.
Kasus II :
Berdasarkan rencana keperawatan yang dilakukan pada tanggal 30 Maret 2018
pukul 17.15 WIB pada pasien yaitu dengan kriteria hasil skala nyeri 0-1,
menunjukan peningkatan mobilitas, memutuskan tindakan yang tepat bagi Ny.F
adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri sendi yang
berhubungan dengan perubahan mekanis sendi dalam menyangga beban
tubuh serta keterbatasan mobilitas, peneliti menyusun perencanaan antara
lain kaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri, obsevasi nyeri ke daerah yang
baru, kaji nyeri dengan skala 0-10, bantu klien dalam mengidentifikasi
faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda
nyeri nonfarmakologi, ajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi
masase, ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, beri kesempatan waktu
istirahat bila terasa nyeri dan ber posisi yang nyaman, tingkatkan
pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan dengan berapa lama
nyeri akan berlangsung, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik nsaid oral.
b. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kedua yaitu hambatan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot,
nyeri pada gerakan dan kekakuan pada sendi besar, peneliti menyusun
perencanaan antara lain kaji mobilitas dan observasi adanya peningkatan
rusakan. Kaji secara teratur fungsi motoric, atur posisi fisiologis, ajarkan
klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit,
bantu klien melakukan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi, pantau
kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas,
kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik klien.
c. Berdasarkan diagnose keperawatan yang ketiga yaitu resiko tinggi trauma
yang berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan fungsi
sendi, peneliti menyusun perencanaan anatara lain kaji ulang riwayat jatuh
bersama pasien dan keluarga, identifikasi karakteristik lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh, monitor gaya berjalan (terutama
kecepatan), keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi, ajarkan
pasien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cedera.

4. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008 as cited in
Aziz, 2017, p.25).

Kasus I :
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 3 hari sesuai dengan tujuan, kriteria, standard an intervensi yang telah
dibuat sesuai diagnosa prioritas utama.
a. Nyeri sendi yang berhubungan dengan perubahan mekanis sendi dalam
menyangga beban tubuh serta keterbatasan mobilitas.
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 31 Maret 2018 yaitu mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe
nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri dengan
skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus,
jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan
relaksasi masase, mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
memberi kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi
posisi yang nyaman, meningkatkan pengetahuan tentang penyebab
nyeri dan menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan
berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 06 April 2018 yaitu kembali mengkaji lokasi, intensitas,
dan tipe nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri
dengan skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor
pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan
relaksasi masase, mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
memberi kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi
posisi yang nyaman, meningkatkan pengetahuan tentang penyebab
nyeri dan menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan
berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 07 April 2018 yaitu kembali mengkaji lokasi, intensitas,
dan tipe nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri
dengan skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor
pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan
relaksasi masase, mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
memberi kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi
posisi yang nyaman, meningkatkan pengetahuan tentang penyebab
nyeri dan menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan
berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
b. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang
gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan dan kekakuan pada sendi besar
1) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 31 Maret 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan
perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 06 April 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric,
mengatur posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak
aktif pada ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan
ROM dan perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 07 April 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric,
mengatur posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak
aktif pada ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan
ROM dan perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.

c. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan keterbatasan ketahanan


fisik, perubahan fungsi sendi
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 31 Maret 2018 yaitu mengkaji ulang riwayat jatuh bersama
pasien dan keluarga, mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh, memonitor gaya berjalan
(terutama kecepatan), keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan
ambulasi, mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk
meminimalkan cedera. Dan mengevaluasi hasil tindakan
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 06 April 2018 yaitu mengkaji ulang riwayat jatuh bersama
pasien dan keluarga, mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh, memonitor gaya berjalan
(terutama kecepatan), keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan
ambulasi, mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk
meminimalkan cedera. Dan mengevaluasi hail tindakan
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 07 April Maret 2018 yaitu mengkaji ulang riwayat jatuh
bersama pasien dan keluarga, mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang mungkin meningkatkan potensi jatuh, memonitor
gaya berjalan (terutama kecepatan), keseimbangan dan tingkat
kelelahan dengan ambulasi, mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh,
untuk meminimalkan cedera. Dan mengevaluasi hasil tindakan
Kasus II :
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 3 hari sesuai dengan tujuan, kriteria, standard an intervensi yang telah
dibuat sesuai diagnosa prioritas utama.
a. Nyeri sendi yang berhubungan dengan perubahan mekanis sendi dalam
menyangga beban tubuh serta keterbatasan mobilitas.
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 31 Maret 2018 yaitu mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe
nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri dengan
skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus,
jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan
relaksasi masase, mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
memberi kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi
posisi yang nyaman, meningkatkan pengetahuan tentang penyebab
nyeri dan menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan
berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 06 April 2018 yaitu kembali mengkaji lokasi, intensitas,
dan tipe nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri
dengan skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor
pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan
relaksasi masase, mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
memberi kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi
posisi yang nyaman, meningkatkan pengetahuan tentang penyebab
nyeri dan menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan
berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 07 April 2018 yaitu kembali mengkaji lokasi, intensitas,
dan tipe nyeri, mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, kaji nyeri
dengan skala 0-10, membantu klien dalam mengidentifikasi faktor
pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan
relaksasi masase, mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
memberi kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberi
posisi yang nyaman, meningkatkan pengetahuan tentang penyebab
nyeri dan menghubungkan dengan berapa lama nyeri akan
berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
b. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang
gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan dan kekakuan pada sendi besar
1) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 31 Maret 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan
perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 06 April 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric,
mengatur posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak
aktif pada ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan
ROM dan perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 07 April 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric,
mengatur posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak
aktif pada ekstremitas yang tidak sakit, membantu klien melakukan
ROM dan perawatan diri sesuai toleransi, memantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.

c. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan keterbatasan ketahanan


fisik, perubahan fungsi sendi
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 31 Maret 2018 yaitu mengkaji ulang riwayat jatuh bersama
pasien dan keluarga, mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh, memonitor gaya berjalan
(terutama kecepatan), keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan
ambulasi, mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk
meminimalkan cedera. Dan mengevaluasi hasil tindakan
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 06 April 2018 yaitu mengkaji ulang riwayat jatuh bersama
pasien dan keluarga, mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh, memonitor gaya berjalan
(terutama kecepatan), keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan
ambulasi, mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk
meminimalkan cedera. Dan mengevaluasi hail tindakan
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 07 April Maret 2018 yaitu mengkaji ulang riwayat jatuh
bersama pasien dan keluarga, mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang mungkin meningkatkan potensi jatuh, memonitor
gaya berjalan (terutama kecepatan), keseimbangan dan tingkat
kelelahan dengan ambulasi, mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh,
untuk meminimalkan cedera. Dan mengevaluasi hasil tindakan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment) (Asmadi, 2008 as cited in Aziz, 2017 p.25-
26).

Kasus I :
Pada hari terakhir tanggal 07 April 2018 pukul 12.00 WIB, penulis
menyimpulan dari semua evaluasinya adalah diagnose nyeri sendi yang
berhubungan dengan perubahan mekanis sendi dalam menyangga beban tubuh
serta keterbatasan mobilitas, evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama
hari ketiga, dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien
tampak memegang area lutut, skala nyeri 1 (0-10). Analisa masalah teratasi,
implementasi lanjut. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan
untuk melakukan kompres hangat ketika nyeri terasa. Lalu pada diagnosa
hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan dan kekakuan pada sendi besar, evaluasi
yang dilakukan pada diagnose kedua hari ketiga, dengan data subjektif klien
mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data objektif cepat lelah,
kekuatan otot Lovett’s +4/+4, menunjukan perbaikan mobilitas. Analisa
masalah teratasi, intervensi dilanjutkan. Planning pada evaluasi anjurkan pasien
untuk menjaga kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan
kesehatan. Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari ketiga, dengan
data subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data
objektif tidak terdapat kejadian jatuh. Analisa masalah teratasi. Intervensi
dilanjutkan. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.

Kasus II :
Pada hari terakhir tanggal 07 April 2018 pukul 11.00 WIB, penulis
menyimpulan dari semua evaluasinya adalah diagnose nyeri sendi yang
berhubungan dengan perubahan mekanis sendi dalam menyangga beban tubuh
serta keterbatasan mobilitas, evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama
hari ketiga, dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien
tampak memegang area lutut, skala nyeri 1 (0-10). Analisa masalah teratasi,
implementasi lanjut. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan
untuk melakukan kompres hangat ketika nyeri terasa. Lalu pada diagnosa
hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan dan kekakuan pada sendi besar, evaluasi
yang dilakukan pada diagnose kedua hari ketiga, dengan data subjektif klien
mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data objektif cepat lelah,
kekuatan otot Lovett’s +4/+4, menunjukan perbaikan mobilitas. Analisa
masalah teratasi, intervensi dilanjutkan. Planning pada evaluasi anjurkan pasien
untuk menjaga kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan
kesehatan. Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari ketiga, dengan
data subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data
objektif tidak terdapat kejadian jatuh, menunjukan perbaikan mobilitas. Analisa
masalah teratasi. Intervensi dilanjutkan. Planning pada evaluasi anjurkan pasien
untuk menjaga kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan
kesehatan.

6. Analisis PICOT
Intervensi keperawatan menurunkan nyeri dengan kompres hangat di PSTW
Pangeran Hidayatullah tanggal 31 Maret 2018, 06 April 2018 & 07 April 2018.

Kasus I Kasus II
P Ny.O (P/78 tahun) Ny.F (P/66 tahun)
1. Osteoatritis 1. Osteoatritis
2. Nutrisi : Baik 2. Nutrisi : Baik
3. Eliminasi : Baik 3. Eliminasi : Baik
4. Mobilisasi : Terbatas 4. Mobilisasi : Terbatas
5. Personal Hygiene : Baik 5. Personal Hygiene : Baik
6. Istirahat dan tidur : Cukup 6. Istirahat dan tidur : Cukup
I Kompres hangat pada kedua kompres hangat pada kedua lutut
lutut
C Pemasangan tanggal 31 Maret Pemasangan tanggal 31 Maret
2018, 06 April 2018 & 07 April 2018, 06 April 2018 & 07 April
2018. 2018.
O Skala nyeri berkurang dari 3 Skala nyeri berkurang dari 3
menjadi 1 (0-10) menjadi 1 (0-10)
T Kompres hangat dilakukan Kompres hangat dilakukan
dengan mempergunakan buli- dengan mempergunakan buli-
buli panas atau kantong air buli panas atau kantong air
panas secara konduksi dimana panas secara konduksi dimana
terjadi pemindahan panas dari terjadi pemindahan panas dari
buli-buli ke dalam tubuh buli-buli ke dalam tubuh
sehingga akan menyebabkan sehingga akan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah dan pelebaran pembuluh darah dan
akan terjadi penurunan akan terjadi penurunan
ketegangan otot sehingga nyeri ketegangan otot sehingga nyeri
yang dirasakan akan berkurang yang dirasakan akan berkurang
atau hilang (Smalzer & Bare, atau hilang (Smalzer & Bare,
2002, as cited in Tanjung, 2016, 2002, as cited in Tanjung, 2016,
p.35) p.35

Anda mungkin juga menyukai