Anda di halaman 1dari 5

KADER JUMANTIK IBU SAKILA

1. Sarana dan prasana: sarana dan prasana ya? eeh.. itu ya biasanya ada pertemuan di
PKM. Itu.. gak tentu juga kadang kalau lagi ada wabah merebak kaya gini kita di
percepat pertemuannya. Tapi kalau lagi gak ada biasanya sampai 6 bulan baru adakan
pertemuan. Kaya kemarin belum waktunya tapi sudah mewabah kita adakan pertemuan
gitu. Untuk pertemuan dari September...barusan ada pertemuan. Biasanya
pertemuannya perenam bulan kah kalau gak salah. Saya kurang paham sih. Tapi kalau
dari kota pun untuk tahun depan per 3 bulan kah per 4 bulan. Pertemuannya dengan
kader jumantik dan ibu Fitri. Pertemuan sudah 2 kali sampai september, Desember
malah belum. Selama pertemuan itu pertamakan pembahasan masalah penyakit,
masalah lingkungan, biasanya pembahasan itu dulu, nah nanti setelah itu baru
pembagian abate. Kemarin itu saya dapat abate tergantung perKKnya berapa. Biasanya
saya dapat 1 botol untuk 1 RT. Itupun dapat untuk radiusnya aja yang dapat. Radiusnya
200m. kalau ga ada jentik di penampungan air, biasanya saya ga kasih tapi kadang
orangnya minta tapi yaa saya gak kasih terus saya lihat juga penampungannya apa dulu.
2. Kerja sama lintas sektor: hmm yang dilakukan saya ke masyarakat? Ya pembagian
abate, kemarin sambil saya membagikan abate saya kontrol nih lingkungan apa segala
sama memberitahukan bahwa lingkungan seperti ini harus begini, kaleng-kaleng yang
harus dibersihkan begitukan eeh apa kaleng yang gak kepakai harus didaur ulang atau
dikubur gitu. Terus....saya kasih penyuluhan juga, bak mandi dibersihkan seminggu
sekali cuman ada juga yaa masyarakat yang susah dikasih tau. Sekalian saya ketikkan
ini, daripada saya banyak ngomong cara membersihkan apa gimana, cara memberikan
abate begitu. Nah yang terakhir ini tadi saya minta fogging. Tapi itupun atas dasar
laporan masyarakat sih. Banyak yang minta fogging, banyak yang kena kasus, akhirnya
saya minta fogging ke PKM dan kemarin sudah di fogging. Untuk alur pelaporan untuk
minta fogging, saya yang jalan saya yang keliling, setelah saya bagikan abate jadi baru
dapat laporan
3. Masyarakat terlibat aktif: kalau itusih kurang anu ya....kayaknya kurang juga sih.
Orang-orang disini pada sibuk. Kalau dapat pemberitahuan baru biasanya ada yang
mau, itupun jarang untuk gotong royong, susah masyarakatnya. Terutama seharusnya
yang dalam rumah, kaya pakaian kan kalau sudah dipakai jangan digantung. Nah
sebenarnya ada satu titik rumah yang menjadi perhatian saya yang sering saya laporkan
ke puskesmas. Kalau kita masuk rumahnya kaya jijik gitu ya, Memang jorok banget
orangnya. Kalau disenterin bak mandinya itu banyak banget jentik nyamuknya disitu.
Belum lagi pakaian-pakaian sampah-sampah yang lain. Seperti bukan rumah tapi
nyatanya ya rumah. Nah sekelilingnya dia ada yang kena dbd.
4. Program pemberantasan dbd di pkm:program di pkm ya kayaknya itu ajasih.
Pembagian abate sama fogging itu aja. Ga ada program lain. Ya kita kader ajasih jalan
bagikan abate gitu ajasih.
5. Laporan jumantik untuk pkm: Yaitu tadi kalau pertemuan, nanti kita dikasih kaya
blangko gitukan, nanti disitu kita kerja, jalan, setelah jalan kita isi nanti kita laporin.
Bukan yang kaya tiap bulan, jadi cuma pas ada pertemuan.
6. Pelatihan kader: pelatihan..gak ada. Yaa pertemuan itu tadi aja. Cuman membahas
masalah, membagikan abate, kalau memang ada yang minta fogging baru fogging, itu
aja gak ada pelatihan atau gimana gak ada. Gak ada yang kaya kita jalan sama pihak
PKM misalnya jalan kita ngontrol rumah ini, turun ke lapangan, ga ada...belum ada
ya..tapi gak tau kalau dari pihak pkm tapi saya gak diajak. Yaa hanya sebatas pertemuan
kalau ke lapanganpun ya saya yang menjelaskan ke masyarakat. Kecuali fogging
kemarin itu saja.
KADER JUMANTIK ROSIYANTI/41 TH/IRT
1. Sarana dan prasarana: sementara sih masih lumayan untuk kondisi yang sekarang sudah
diprasaranai sama puskesmas, hanya saja untuk kekurangan pasti ada. Karena
lingkungan kita ini cukup luas, kadernya cuma 2, untuk sarananya kan kita jalan kaki,
keliling kampung. Untuk dari puskesmas kita diberi ini ajasih apa namanya kaya abate,
kaya untuk ngecek untuk senter itu kita sendiri, yang lain-lainnya masih sendiri. Cuma
yang abate aja dari puskesmas. Paling gak yaa atribut lah, kalau itu formal gitu bahwa
itu resmi dari puskesmas. Kitakan gak ada, baru tanda pengenal. Kekurangannya ya 1,
paling gak ya itu resmi jadi kalau orang nerima kita itu ya positive thinking gitulah ya.
Yaa semacam kalian ini, ada blazer kah atau apakah kaos kah. Paling tidak ya identitas
lah ya. Kalau bisa sih dibantu senter, kalaupun nanti ada perubahan kader kan, nanti
bisa dikasihkan. Kan inventaris dari puskesmas. Kita dipinjamkan. Ini masih pakai
senter sendiri. Kalau boleh ada surat jalan resmi dari puskesmas. Sementara kita cuma
dari pak RT aja backingnya.
2. Lintas sektor: sementara ini kalau di kampung kita kan ada kelompok Dasa Wisma,
sementara ini kita bantu sosialisasikan di kelompok masing-masing pentingnya untuk
melakukan 3m paling tidak, terus bantu-bantu bersihkan lingkungan yang terakhir itu
ya kita kalau ada paling enggak kan ada programnya yang pertemuan setahun paling
gak 4 kali dengan puskesmas, nah itu kita keliling jalan kaki kampung buat periksa
lingkungan. Nah itu kita jalan kaki yaa 2 kader itu sama pak RT, sama kelompok Dasa
Wisma. Tapi kalau petugas puskesmas selama ini belum ada. Saya minta ke pkm untuk
bisa turun dan sosialisasi langsung yaa anggaplah program kerja mereka, mereka
berkeberatan kalau pertemuannya di luar jam kerja. Karena anggota Dasa Wisma juga
kerja. Kecuali Sabtu atau Minggu. Jadi ya alangkah baiknya saling support.
3. Masyarakat terlibat aktif: kalau di kampung kita ini alhamdulillah untuk saling
sharingnya itu positif gitu loh, saling dukung. Kita juga menjelaskannya dengan bahasa
yang mereka bisa terima. Tapi ya masih ada aja kalau yang gantung-gantung pakaian
gitukan. Kalau dari pak RT tiap bulan pasti ada gotong royong.
4. Program pkm: apa yaa..programnya sosialisasinya sih bagus kalau dari puskesmas itu.
Saya pribadi dari yang gak tau jadi tau. Terus programnya yaa pembagian abate, tapi
kalau fogging yaa belum ada.
5. Laporan jumantik: kalau saya kader dari kampung sini itu gak nunggu, jadi begitu ada
kasus yaa saya langsung laporan yang secara lisan dan tulisan. Kalau tulisan itu
mungkin berupa data bukti bahwa yang bersangkutan memang dirawat jadi saya
lampirkan dan diserahkan ke Bu Fitri.
6. Pelatihan kader: kalau menurut saya yaa pertemuan itu yasudah sekaligus pelatihan ya
menurut saya.
KADER JUMANTIK IBU ELIN:
1. Sarana dan prasananya: dikasih bubuk, cara penanggulannya dengan cara 3M itu. Abate
dikasih dari puskesmas, survey kerumah 2 kali. Dikasih tanda pengenal dan ada surat
jalannya. Lihat jentik nyamuk pakai senter sendiri, ga ada dikasih dari puskesmas gitu.
Sama ada dikasih uang jalan. Saya kalau jalan survey yaa sendiri atau boleh bawa
teman. Tapi seringnya sendiri.
2. Kerja sama lintas sektor: hmmmm kalau dengan ketua RT bagus aja mengijinkan untuk
datang ke rumah-rumah, tapi kalau kaya pak lurah belum ada. Palingan juga gotong
royong buat gotong royong. Kalau puskesmas dilakukan fogging.
3. Masyarakat: ada yang mendukung ada yang gak. Kalau yang disini yaa kayaknya
kurang sih mbak.. cuma ya kalau dari puskesmas kan pasti fogging aja kan tapi kalau
masyarakatnya pasti tertutup. Kalau dari masyarakat ya masih ada aja yang gantung-
gantung pakaian. Pernah ada laporan dbd, ibu fitri kesana tapi gak dibukain pintu.
4. Program dbd: kurang tau saya.
5. Laporan kader: kadang sih ada, kalau ada warga kena, saya langsung lapor di group
WA, group khusus kader PJP itu langsung ke ibu Fitri. Tinggal kita kasih tau nanti
langsung terjun sendiri Ibu Fitrinya. Kalau laporan tiap bulan gak ada. Itu aja
pertemuannya kadang 3 bulan sekali. Laporannya kalau ada kasus saja
6. Pelatihan: gak ada sih mbak kalau selama saya jadi kader. Kalau pertemuan sih ada
kayaknya sih sudah 3 kali, cuma kita dikasih tau kaya pembasmian kaya gitu.

Anda mungkin juga menyukai