BAB I
PENDAHULUAN
Telinga dibagi atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau
hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. 1 Jenis otitis
media supuratif kronis dapat terbagi dua jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK
tipe maligna.2
Otitis media kronis merupakan penyakit THT yang paling banyak di negara
sedang berkembang. Di negara maju seperti Inggris sekitar 0, 9% dan di Israel hanya
0, 0039%.3 Menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun
1996 ditemukan insidens Otitis Media Supuratif Kronik (atau yang oleh awam sebagai
“congek”) sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis
media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi
kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah misalnya pada keadaan gizi buruk
atau hygiene buruk.3 Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang
bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus,rasa penuh
Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis mempunyai potensi
untuk menjadi serius karena komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Membran timpani.
2) Kavum timpani.
3) Prosesus mastoideus.
4) Tuba eustachius
mm. Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan
tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat
sudut 45o dari dataran sagital dan horizontal. Dari umbo kemuka bawah tampak
refleks cahaya.5
dan mukosum7.
1) Pars tensa
2) Pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan
lebih tipis dari pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :
atas :
dan lobus temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk oleh pars
petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura
petroskuama8.
Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari
bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari
3) Dinding medial.
Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini
4) Dinding posterior
5) Dinding anterior
Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri
dari lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat
ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan inferior yang
satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna1. Dinding
ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah
sel.
disini besar.
7
berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak
1) Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
2) Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3
bagian).
3) M. tensor timpani
4) M. salpingofaringeus
8
koklea ini akan mengakibatkan sel rambut dalam organ korti merangsang
pentingnya menjaga kesehatan ruangan ini. Dalam hal ini tuba Eustachius
bermuara dalam suatu sistem ini. Hukum gas termasuk ventilasi, perfusi,
yang normal dan produksi palut lendir yang hampir semua faktor saling
1) Fisiologi Gas
dari pembuluh darah mukosa dan pertukaran udara intermiten melalui tuba
eustachius. Sifat dinamik dari campuran gas yang terlibat ( 80% N2, 6% O2,
sesuai dengan tekanan atmosfir berisi campuran gas yang sama dengan alveoli.
Tekanan parsial gas pada jaringan kira-kira 700 mmHg menyebabkan tahap
difusi keluar dari telinga tengah. Dalam keadaan normal, penyerapan gas 0,7-
cairan dan gas dari telinga tengah dan menambah retraksi membran timpani.
10
Tuba kemudian membuka dan udara terinspirasi sehingga masuk ke dalam oleh
rata-rata 1 mmH2O. 15
2) Fungsi pembersih
Sebagai bagian dari saluran nafas atas, kegiatan mukosilia pada telinga
tengah aktif dan penting untuk homeostatis. Mukosa saluran nafas memiki
fugsi sebagai penghantar udara, menyediakan uap air untuk kelembaban udara
untuk dapat menggerakan palut lendir dengan volume, viskositas dan elastisitas
pembersihan. Gangguan aktivitas silia dan perubahan fisika palut lendir dapat
mengganggu fungsi pembersihan. Bila hal ini terjadi, absorbsi udara yang terus
2.3.1 Definisi
peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak
intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Sekret
11
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2
bulan. Letak perforasi pada membrana timpani ada beberapa jenis, perforasi
sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran timpani atau
langsung berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum, dan perforasi atik
ialah perforasi yang terletak di pars flaksida. Defek dapat ditemukan seperti pada
adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga
1) Tipe benigna = tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Secara klinis
a. Tipe aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului
oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah
berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi
b. Tipe tenang
mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli
12
2) Tipe malignan = tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
a. Kongenital
tulang kepala daerah temporal tanpa kontak dengan telinga luar. Dapat
b. Didapat (acquired)
pars tensa.
a. Perforasi sentral
b. Perforasi marginal
c. Perforasi atik
cholesteatoma.5,6,8
2.3.3 Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih
sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin
Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan.18 Walaupun demikian, lebih
dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia
Pasifik.17 Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status
kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk
Menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996
ditemukan insidens Otitis Media Supuratif Kronik (atau yang oleh awam sebagai
“congek”) sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta
Kategori Populasi
Salomon,
15
Tanzania
Indonesia,
Angola, Korea
* WHO, 2004
2.3.4 Etiologi
OMSK terjadi hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrome. Adanya tuba
1) Lingkungan
2) Genetik
5) Autoimun
16
6) Alergi
OMSK: 5, 6
pada perforasi.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan
telinga tengah.
mastoid.
2.3.5 Patogenesis
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba eustachius, yaitu suatu saluran yang
Pada keadaan normal, muara tuba eustachius berada dalam keadaan tertutup
dan akan membuka bila kita menelan. Tuba eustachius ini berfungsi untuk
(tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek,
penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan
mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di
telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh
sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti
keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah
18
tengah.21
respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut.
Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai
sederhana.22
tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga
tengah, keadaan tuba eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada
waktu bayi.18,20
2.3.6 Patologi
Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada
infeksi sebelumnya.
19
4) Pneumatisasi mastoid
akhir terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau
mundur oleh otitis media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK
stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas
unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya
lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan
adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya
kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri
2) Gangguan Pendengaran
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri
4) Vertigo
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya
akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang
sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
2) Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
2.3.9 Diagnosis
berikut: 5, 7
2) Pemeriksaan Audiometri
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitasnya.7
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-
20 dB
3) Pemeriksaan Radiologi.
a. Proyeksi Schuller
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran
c. Proyeksi Stenver
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
4) Kultur bakteri
Bacteriodes sp.5, 6
a. Bakteri spesifik
disebabkan oleh infeksi paru yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga
tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa dapat terjadi pada anak
yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak dipateurisasi. 7
2.3.10 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
a. Tipe tenang
o Terramycin.
25
250 mg
telinga.
kronik adalah:7
o Neomisin
dan telinga.
o Kloramfenikol
adalah: 6, 7
eritromisin, aminoglikosida
aminoglikosida
o B. fragilis : Klindamisin
mastoidektomi.7
a. Mastoidektomi sederhana
b. Mastoidektomi radikal
d. Miringoplasti
e. Timpanoplasti
28
komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis
media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK
yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK yang
yang juga seperti mukosa saluran nafas, mampu melokalisasi infeksi. Bila
sawar ini runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum timpani
29
dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak disekitarnya akan
ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan abses otak. Bila sawar
akan terbentuk. Pada OMSK penyebaran terjadi melalui erosi tulang. Cara
penyebaran lainnya adalah toksin masuk melalui jalan yang sudah ada,
1) Penyebaran Hematogen
komplikasi terjadi pada awal suatu nfeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi
pada hari pertama atau kedua sampai hari ke sepuluh. Gejala prodormal tidak
jelas seperti didapatkan pada gejala meningitis lokal. Pada operasi, didapatkan
dinding tulang telinga tegah utuh, dan tulang serta lapisan mukoperiosteal
beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit. Gejala prodormal infeksi
lokal biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas, misalnya paresis
30
dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak diantara fokus supurasi dengan
pada beberapa mingggu setelah awal penyakit, ada serangan labirinitis atau
operasi tulang atau riwayat otitis media yang sudah sembuh. Komplikasi
ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang bukan oleh karena
erosi.
Penyebaran melalui lintasan ini dapat terjadi akibat dari beberapa faktor.
Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian
yang sudah ada, menyebabkan mudahnya infeksi ke fosa kranii media. Jalan
tengah.
Jaringan granulasi terbentuk pada bagian duramater yang tidak melekat, dan
jaringan otak ini dapat terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan
nyeri kepala atau adayna tanda toksisitas seperti malaise, perasaan mengantuk,
Timbulnya nyeri kepala di daerah parietal atau oksipital dan adanya keluhan
mual, muntah yang proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap selam
sekret berhenti keluar, hal ini menandakan adanya sekret purulen yang
menegakkan diagnosis sehingga terapi dapat diberikan lebih cepat dan efektif.
Untuk melihat lesi otak, misalnya abses otak, hidrosefalus dan lain-lain
1) Abses Otak
sering terjadi pada otitis media supuratif kronik tipe malignal. Mortalitasnya
masih sangat tinggi yaitu sekitar 40%. Penyebaran infeksi melalui beberapa
33
cara yaitu melalui tegmen timpani yang membentuk temporal abses, melalui
sinus sigmoid ke fossa kranii posterior yang membentuk abses serebellum, dari
juga melalui vena-vena dan meatus akustikus internus. Pada kasus abses otak
abses sering berlokasi pada lobus temporalis kemudian diikuti oleh abses pada
serebellum.4
sangat tidak spesifik. Kecurigaan terdapatnya abses otak pada pasien OMSK
adalah bila timbul sakit kepala yang bersifat hemikranial atau yang paling
sering pada seluruh kepala, menetap dan tidak berespon dengan pengobatan
dijumpai. Akan tetapi bila terdapat hal tersebut maka kecurigaan terhadap
Gejala dan tanda klinis abses otak mengikuti patogenesis terjadinya abses
2. Stadium laten: secara klinis tidak jelas karena gejala berkurang, kadang-
kadang masih terdapat malaise, kurang nafsu makan dan sakit kepala
34
yang hilang timbul. Pada stadium ini abses terlokalisir dan terjadi
fokal atau afasia pada abses lobus temporalis sedangkan pada abses
serebellum dapat terjadi ataksia atau tremor yang hebat. Gejala klinik
berupa; sakit kepala hebat yang memburuk pada pagi hari, mual dan
stupor edema biasanya tidak tampak pada kasus dini. Gejala ini tampak
4. Stadium akhir: pada stadium ini kesadaran makin menurun dari stupor
(<15.000/m3);
35
b. Lumbal punksi: analisis liquor cerebro spinalis (LCS) pada abses otak
hipodens yang dikelilingi oleh lingkaran yang disebut tanda cincin (ring
otak pada stadium lebih awal dan lebih sensitif dalam mendeteksi
Prinsip terapi abses otak adalah menghilangkan fokus infeksi dan efek massa.
Terapi medikamentosa dengan antibiotik dapat diberikan pada abses otak bila:4
yang dapat melalui sawar darah otak dan merupakan efektif untuk
pembengkakan otak dan efek desak ruang yang disebabkan oleh abses.
beberapa pendapat dari para ahli. Saat kondisi pasien sudah stabil maka
aspirasi melalui sawar, eksisi abses, insisi terbuka abses dan evakuasi
pus.3
pertama dari infeksi pembuluh darah. Pada mulanya suhu tubuh turun naik,
tetapi setelah penyakit menjadi berat didapatkan kurve suhu yang naik
Rasa nyeri biasanya tidak jelas, kecuali bila sudah terdapat abses
perisinus. Kultur darah biasanya positif, terutama bila darah diambil ketika
demam.
plate) yang nekrotik, atau membuang dinding sinus yang terinfeksi atau
nekrotik. Jika sudah terbentuk trombus harus juga dilakukan drenase sinus
tubuh lain.
39
3) Hidrosepalus Otikus
serebrospinal yang hebat tanpa adanya kelainan kimiawi dari likuor itu.
Pada pemeriksaan terdapat edema papil, keadaan ini dapat menyertai otitis
otak, terutama bila ada ancaman terjadinya atrofi optik. Biasanya tindakan
4) Empiema Subdural
hari dan apabila tidak mendapat pengobatan segera atau pengobatan yang
pemberian antibiotik.24
5) Abses Subdural
vena.
sampai koma pada pasien OMSK. Gejala kelainan susunan saraf pusat bisa
positif.
kadar protein biasanya normal dan tidak ditemukan bakteri. Kalau pada
6) Abses Ekstradural
tulang. Pada otitis media supuratif kronis keadaan ini berhubungan dengan
mastoid.
Gejalanya terutama berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Dengan
foto rontgen mastoid yang baik, terutama posisi schuller, dapat dilihat
tegemen. Pada umumnya abses ini baru diketahui pada waktu operasi
mastoidektomi.
7) Meningitis
Komplikasi otitis media ke susunan saraf pusat yang paling sering ialah
meningitis. Keadaan ini dapat terjadi oleh otitis media akut, maupun kronis
, serta dapat terlokalisasi, atau umum (general). Walau secara klinik kedua
serta nyeri kepal hebat. Pada kasus yang berat biasanya kesadaran menurun
42
(delir smpai koma). Pada pemeriksaan klinik terdapat kaku kuduk waktu
difleksikan dan terdapat tanda kernig positif. Biasanya kadar gula menurun
2.5 PENCEGAHAN
Tujuan dari pencegahan ini adalah untuk mengurangi insiden komplikasi lanjut
dari otitis media dengan penatalaksanaan efektif terhadap otitis media supuratif
kronis. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran infeksi dari
2.6 POGNOSIS
ditangani dengan maksimal. Gejala sisa seringkali muncul pada pasien yang
BAB III
KESIMPULAN
yang terjadi pada telinga tengah dan rongga mastoid yang digambarkan dengan
keluarnya cairan oleh karena perforasi dari membran timpani dan didapati adanya
secret yang keluar dari telinga tengah lebih dari 2 bulan baik terus menerus
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Pada negara yang sedang
prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada
populasi di Amerika dan Ingris kurang dari 1%. Menurut survei yang dilakukan
pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insidens Otitis Media
Supuratif Kronik sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220
OMSK ini sering didapati pada anak-anak. Hal ini dikarenakan infeksi
akut dari telinga tengah atau yang disebut juga dengan otitis media. Sering kali
telinga tengah ini menyebabkan otitis media supuratif kronis ini. Faktor infeksi
biasanya berasal dari nasofaring, adenoid, tonsil, rinitis, dan juga sinus yang
OMSK terdiri atas 2 macam yaitu tipe benigna atau jinak dan tipe maligna
atau ganas.Tipe benigna dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe aktif dan tipe non-
aktif, sedangkan pada tipe maligna juga dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe
fungsi tuba eustachius yang kronik akibat infeksi hidung dan tenggorok yang
kronis atau berulang, obstruksi anatomik tuba eustachius parsial atau total,
perforasi membran timpani yang menetap dan faktor konsistusi dasar seperti alergi
dan imunodefisiensi
Prinsip terapi OMSK ada dua yaitu terapi konservatif dan terapi operatif .
Terapi konservatif dapat berupa edukasi, ear toilet atau pembersihan liang telinga
dan kavum timpani, pemberian antibiotik topikal dan sistemik sesuai dosis dan
pembedahan yang dilakukan sesuai tipe OMSK pada masing- masing pasien.
adalah baik apabila infeksinya dapat dikontrol dan diatasi dengan baik.
didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau
suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun
dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering
terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK yang berhubungan dengan kolesteatom.
ditangani dengan maksimal. Gejala sisa seringkali muncul pada pasien yang
DAFTAR PUSTAKA
=268:perjalanan-klinis-dan-penatalaksanaan-otitis-mediasupuratif=1:kumpulan
2. Helmi, 2005. Otitis Media Supuratif Kronik. Dalam: Pengetahuan Dasar Terapi
http://www.ketulian.com/web/index.php?to=article&id=13. Diakses 10
september 2017.
4. Soepardi, dkk. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik. Dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6, FKUI,
Jakarta;h 78-86.
5. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima.
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
7. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid.
Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi
10. Yeds PD, Flood LM, Banerjee A, Cliford K. CT-scanning of middle ear
cholesteatome: what does the surgeon want to know? The British Journal of
11. Loy AHC, Tan AL, Lu PKS. Microbiology of chronis suppurative otitis media
URL: http://www.mja.com.au
13. Miura MS, Krumennauer RC, Neto JFL. Intracranial complication of chronic
15. Ballenger JJ, (1997). Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.
Dalam: Jilid 2, Edisi13, Alih Bahasa: Staf Ahli Bagian THT RSCM-FKUI,
17. World Health Organization. Chronic suppurative otitis media: Burden of Illness
19. Healy G.B., Rosbe K.W. Otitis Media and Middle Ear Effusions. In:
21. Ryan A.F., Juhn S.K., Andalibi A., et al. Biochemistry. In: Lim DJ, ed. Recent
22. Sato K., Nonomura N., Kawana M., Nakano Y. Course of IL-1ß, IL-6, IL- 8,
and TNF-α in the Middle Ear Fluid of the Guinea Pig Otitis Media Model
23. Pemakaian Antibiotika Topikal pada Otitis Media Supuratif Kronik Jinak
http://astaqauliyah.com/2007/10/pemakaian-antibiotika-topikal-pada-otitis-
media-supuratif-kronik-jinak-aktif/
http://medicastore.com/penyakit_kategori/1/index.html