Anda di halaman 1dari 14

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

MODUL3

PENYAKIT AKIBAT KERJA

KELOMPOK 5
ANDI RAFIKA AZZAHRA 10542045013

A SYAFAAT ZULKARNAIN 10542045113

AFIFAH NUR RAHMI 10542045413

DWI AMRINA SYARIFUDDIN 10542047513

GALIH WAHYU SAPUTRA 10542048413

RIDHA SURIANTY MUSLIMAH 10542050313

ANDI ALIFYA NURHIDAYATI 10542050413

RAHMAT 10542052013

SUPRIATI SUDIRMAN 10542053813

SUSILAWATI ABD RACHMAN 10542053913

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016
Penyakit Akibat Kerja

Low Back Pain

Skenario :

Seorang laki – laki pekerja furniture artisan berusia 46 tahun dengan


keluhan Low Back Pain (LBP). Keluhan rasa nyeri ini menjalar kebagian kedua
pahanya. Ia mengalama LBP kronik selama 2 tahun dengan simptom intermitten.
Keluhan sakit belakang dipacu dengan posisi membungkuk , dan diikuti dengan
kesulitan dalam meluruskan punggung sesudahnya. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan spasme otot – otot spinal dan dan keterbatasan pergerakan spinal.
Pemeriksaan neurologis pada ekstremitas bagian bawah adalah normal.
Pemeriksaan lumbosacral juga normal. Dengan pemberian analgetik dan cuti kerja
karena sakit disertai fisioterapi, pekerja ini mengalami perbaikan yag cepat.

1. Definisi :
 Low Back Pain (LBP) adalah sindrom klinik yang ditandai dengan gejala
utama nyeri atau perasaaan lain yang tidak enak dan tidak nyaman di
daeah punggung bagian bawah.
 Furniture Artisan adalah orang yang ahli membuat barang kerajinan
tangan berupa perlengkapan atau barang rumah tangga.

2. Diagnosis penyakit akibat kerja :


- Diagnosis klinis
- Pajanan yang dialami
- Hubungan pajanan dengan penyakit pajanan yang dialami cukup besar
- Peranan faktor-faktor individu
- Faktor lain di luar pekerjaan
- Diagnosis PAK atau bukan PAK

3. Pemeriksaan kesehatan kerja :


1) Anamnesis
Keluhan utama : Low back pain yang menjalar sampai kebagian kedua
paha.

1) Riwayat Pekerjaan

Untuk pemeriksaan medis yang tepat, sebuah pertanyaan atau dua


dari riwayat medis tidak cukup; klinisi harus mendapatkan informasi
yang tepat mengenai riwayat pekerjaaannya dan paparan dari
lingkungan, Tingkat kecurigaan yang besar bahwa faktor pekerjaan
atau lingkungan yang menyebankan keluhan pasien. Riwayat
pekerjaan harus selalu mengandung informasii yang lengkap
bagaimana pasien menghabiskan waktunya selama jam kerja dan untuk
menentukan keselamatan dan hazardnya, termasuk segala hazard
kimia, fisika, bologi, ergonomik dan psikososial. Berikut adalah
beberapa pertanyaan yang akan diajukan sesuai dengan scenario yang
kelompok kami dapatkan:

 Sejak kapan berkerja?

Untuk mengetahui apakah keluhan yang dialami berkaitan dengan

pekerjaannya saat ini.

 Sifat perkerjaannya bagaimana? (job desc)

Untuk menilai apakah jenis pekerjaan memiliki pengaruh terhadap

gejala yang dirasakan

 Bagaimana jam kerjanya atau durasi jam kerja?

Untuk menilai apakah durasi kerja memiliki pengaruh terhadap

gejala yang dirasakan

 Bagaimana riwayat perkerjaan sebelumnya?

Untuk mengetahui apakah pekerjaan sebelumnya (jika ada)

memilki pengaruh atau menjadi faktor utama penyebab gejala

yang saat ini dirasakan

 Apakah ada pekerjaan sampingan?


Untuk mengetahui apakah pekerjaan sampingan (jika ada)

memiliki pengaruh atau menjadi faktor utama penyebab gejala

yang saat ini dirasakan

 Apakah ada pegawai lain yang menderita keluhan yang sama?

Untuk menilai persamaan faktor yang menyebabkan keluhan nyeri

belakang diantara pegawai.

2) Riwayat Penyakit

 Daerah dan lokasi sakit yang lebih dominan pada saat timbul

Untuk mengidentifikasi letak jaringan atau organ yang mengalami

keluhan

 Apakah ada riwayat trauma?

Untuk menyingkirkan faktor trauma

 Apakah ada keluhan-keluhan lain yang sering timbul

Untuk menggali lebih dalam faktor-faktor yang berhubungan

dengan keluhan

3) Riwayat Kesehatan

 Apakah ada pemeriksaan kesehatan awal dan berkala di tempat

kerja?

Jika ada pemeriksaan awal dan pemeriksaan berkala ada di tempat

bekerja, maka perlu untuk ditanyakan apa hasil dari pemriksaan

tersebut karena ada beberapa penyakit yang bisa menyebabkan

Low Back Pain dan untuk mengetahui apakah keluahan yang


dirasakan pekerja tersebut sudah di alami sebelum bekerja atau

pada saat bekerja.

 Apakah keluhan ini pernah dialami sebelumnya bekerja pada

pekerjaannya saat ini?

Jika pekerja tersebut sudah mengalami keluhan tersebut sebelum

bekerja di tempat kerjanya sekarang artinya keluhan tersebut bukan

diakibatkan oleh pekerjaannya dan jika keluhan tersebut dialami

saat bekerja di furniture artisan artinya keluhan tersebut

diakibatkan pekerjaannya. Terdapat beberapa penyakit kongenital

yang dapat menimbulkan gejala LBP.

 Apakah ada riwayat penyakit lain yang pernah diderita

sebelumnya?

Jika pekerja tersebut memilik penyakit lain artinya keluhaan nyeri

punggung bawah/ LBP bisa di sebabkan oleh penyakit tersebut.

2) Riwayat kebiasaan

 Bagaimana kebiasaan posisi pada saat bekerja?

Posisi pada saat bekerja sangat berpengaruh dalam timbulnya Low

Back Pain karena sebagai salah satu faktor resiko timbulnya Low

Back Pain, jadi perlu di tanyakan bagaimana posisi saat bekerja.

4) Pemeriksaan Fisik
1) Umum :
 Inspeksi
- Observasi penderita saat berdiri
- Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak
- Observasi kurvatura yang berlebihan, pendatarn arkus lumbal,
adanya angulasi, pelvis yang asimetris dan postur tungkai yang
abnormal
 Palpasi dan Perkusi
- Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa
nyerinya, kemudian menuju daerah yang paling nyeri.
- Raba columna vertebralis untuk menentukan kemungkinan
adanya deviasi.
 Pemeriksaan tanda vital (vital sign)

2) Tes provokasi nyeri :


 Straight Leg Raising test (Laseque test)
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien
tidak dapat mengangkat tungkai kurang dari 60o dan nyeri sepanjang
nervus ischiadichus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering
menyertai radikulopati, terutama pada herniasi discus
lumbalis/lumbo-sacralis.

Laseque test

 Patrick test (Fabere test) dan anti-patrick


Fleksi-abduksi-eksternal rotasi-ekstensi sendi panggul. Positif jika
gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri.
Posiif pada penyakit sendi panggul, negatif pada ischialgia.
Patrick test Kontra-Patrick

 Femoral Nerve stretch test

 Schobers test

 Fleksi dan ekstensi.

5) Pemeriksaan lanjutan
1) Pemeriksaan Radiologis
Dapat diidentifikasikan adanya fraktur corpus vertebra,
arkus atau prosesus spinosus, dislokasi vertebra, spondilolistesis,
bamboo spine, destruksi vertebra, osteofit, ruang antar vertebra
menyempit, scoliosis, hiperlordosis, penyempitan foramen antar
vertebra, dan sudut ferguson lebih dari 30°.
2) Pemeriksaan Neurologis
- Motorik: menentukan kekuatan dan atrofi otot serta kontraksi
involunter.
- Sensorik: periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar.
- Refleks: diperiksa refleks patella dan Achilles.
4. Pengukuran atau Penilaian
a. Riwayat pekerjaan
Untuk mengetahui apakah pekerjaan memilki pengaruh atau menjadi
faktor utama penyebab gejala yang saat ini dirasakan

b. Jumlah Karyawan yang menderita keluhan yang sama

Apabila pada tempat kerja tersebut terutama pada pekerja artisan furniture
banyak/dominan yang menderita keluhan low back pain maka dapat
dikatakan bahwa keluhan ini diakibatkan karena faktor pekerjaan.

Apabila kurang/ tidak dominanmaka belum tentu keluhan yang dirasakan


diakibatkan oleh pekerjaan.

5. Pengendalian hazard:

a. Enginering control:

Penggunaan kursi yang ergonomis selama kerja

Ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran baku kursi kerja yang


berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang indonesia adalah
sebagai berikut.

1) Tinggi Tempat Duduk

Salah satu pertimbangan dasar dalam perancangan tempat duduk adalah


tinggi permukaan bagian atas dari landasan tempat duduk diukur dari
permukaan lantai. Jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi
letaknya, bagian bawah paha akan tertekan.

Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan peredaran


darah. Jika letak landasan tempat duduk tidak memungkinkan telapak
kaki untuk menapak pada permukaan lantai, stabilitas tubuh akan
melemah. Sebaliknya jika letak suatu landasan tempat duduk terlalu
rendah, kaki akan memanjang dan pada posisi maju kedepan. Pada
posisi demikian kaki akan meniadakan stabilitas tubuh.
Gambar 2. Pedoman dimensi-dimensi antropometrik yang
dibutuhkan untuk rancangan kursi

Tabel 1. Pedoman dimensi-dimensi antropometrik untuk rancangan kursi

Pria Wanita

Pengukuran Cm Cm

A. Tinggi lipatan dalam lutut 49,0 44,5

B. Jarak pantat-lipatan dalam 54,9 53,5


lutut

C. Tinggi siku posisi istirahat 29,5 27,9

D. Tinggi bahu 63,5 59,5

E. Tinggi duduk normal 93,0 88,1

F. Rentang antar siku 50,5 49,0

G. Rentang panggul 15,9 43,4

H. Rentang bahu 19,0 48,3


Dalam merancang sebuah tempat duduk, kita harus memperhatikan
antropometri pemakai tempat duduk tersebut. Ketika salah satu dari

bagian
tempat duduk tersebut kurang nyaman, misalnya landasan tempat
duduk yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan paha tertekan dan
peredaran darah terhambat, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu tinggi dapat


menyebabkan paha tertekan dan peredaran darah terhambat. Telapak
kaki tidak dapat menapak dengan baik diatas permukaan lantai yang
mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh.

2) Kedalaman Tempat Duduk

Pertimbangan dasar lainnya dari perancangan sebuah kursi adalah


kedalaman landasan tempat duduk (jarak yang diukur dari bagian
depan sampai bagian belakang sebuah tempat duduk).

3) Sandaran Punggung

Fungsi utama dari sandaran punggung adalah untuk mengadakan


penopangan bagi daerah lumbal sampai pertengahan punggung.
Konfigurasi dari sandaran punggung harus dapat menyokong sesuai
profil dari tulang belakang, terutama pada daerah lumbal.
Keseluruhan tinggi sandaran punggung dapat bervariasi sesuai
dengan jenis dan maksud pemakaian suatu kursi.

Gambar 4. Fungsi dari sandaran punggung adalah sebagai penopang


lumbal.

4) Alas duduk

Tujuan dari pemberian bantalan pada dasarnya adalah sebagai


upaya penyebaran tekanan, sehubungan dengan berat badan pada
titik persinggungan antar permukaan dengan daerah yang lebih luas.

5) Tinggi alas duduk

Panjang alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lipat lutut
bagian belakang telapak kaki. Ukuran yang diusulkan adalah 40-48 cm.

6) Panjang alas duduk


Panjang alas duduk harus lebih pendek dari pada jarak lipat lutut bagian
belakang–garis punggung. Ukuran yang diusulkan adalah 40 cm.

b. Lebar tempat duduk

Harus lebih besar dari lebar panggul. Ukuran yang diusulkan adalah 40-
44 cm.

7) Sandaran tangan

Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan lebih lebar dari lebar
pinggul dan tidak melebihi lebar bahu. Tinggi sandaran tangan adalah
tinggi siku duduk. Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan
bawah. Ukuran yang diperkenankan:

- Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan adalah 42-46 cm.
- Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas duduk.
- Panjang sandaran tangan adalah 21 cm.

8) Sudut alas duduk

Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan


pada pekerja untuk melaksanakan pemilihan-pemiihan gerakan. Ukuran
yang diusulkan alas duduk adalah horizontal.

b. Administrative Control

1) Pengaturan jam kerja

Pengaruh waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti


disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakterisktik
pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap
sumber bahaya

2) Pengurangan jam kerja


Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi didefinisikan
sebagai durasi singkat jika < 1 jam per hari, durasi sedang yaitu 1-2
jam per hari dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari. Risiko fisiologis
utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering dan berulang-ulang
adalah kelelahan otot. Pengurangan jam kerja dipikirkan dapat
membantu dalam pencegahan timbulnya gejala low back pain oleh
pekerja.

3) Senam setiap minggu

Dalam kasus nyeri punggung bawah kronis, program latihan aktif


dianjurkan. Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan secara rutin
dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP. Olahraga yang
teratur juga dapat memperbaiki kualitas hidup, mencegah osteoporosis
dan berbagai penyakit rangka serta penyakit lainnya. Olahraga sangat
menguntungkan karena risikonya minimal. Program olahraga harus
dilakukan secara bertahap, dimulai dengan intensitas rendah pada
awalnya untuk menghindari cidera pada otot dan sendi. Aktivitas fisik
dikatakan teratur

ketika aktvitas tersebut dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu.


Selain itu, di dalam aktivitas fisik juga dilakukan streching guna
meregangkan otot-otot yang sudah digunakan dalam jangka waktu
tertentu. Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan suplai oksigen ke
dalam otot sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan otot. Pada
umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang
dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat
dan melakukan aktivitas fisik yang cukup. Tingkat keluhan otot juga
sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH
menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah maka
risiko terjadinya keluhan adalah 8,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang
adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini
juga diperkuat dengan laporan Betti’e et al yang menyatakan bahwa
hasil penelitian terhadap para penebang menunjukkan bahwa
kelompok penebang dengan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi
mempunyai risiko sangat kecil terhadap risiko cidera otot.

Anda mungkin juga menyukai