PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif,
kurative dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Dalam menyelenggarakan kesehatan untuk
masyarakat, rumah sakit harus memiliki pelayanan yang berkualitas
dengan meningkatan suatu pelayanan kesehatan serta adanya sarana
penunjang yang memadai, salah satu upaya peningkatan pelayanan yaitu
dengan meningkatkan mutu rekam medis.
Salah satu parameter untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan
di rumah sakit adalah data atau informasi dari rekam medik yang baik dan
lengkap. Indikator mutu rekam medik yang baik adalah kelengkapan isi,
akurat, tepat waktu dan pemenuhan aspek persyaratan hukum. Pimpinan
rumah sakit bertanggung jawab secara hukum maupun moral atas
kualitas pelayanan yang di berikan kepada pasien ataupun mereka yang
datang ke fasilitas pelayanan tersebut.
Rekam medis merupakan salah satu bagian dari rumah sakit yang
sangat penting dan merupakan jantung dari rumah sakit agar dapat
memberikan pelayanan terbaik kepada pasien rumah sakit. Sebagaimana
yang telah di cantumkan dalam Permenkes No.
749/Menkes/Per/XII/1989, Bab II pasal 2 yang isinya “ Setiap sarana
pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan maupun
rawat inap wajib mernbuat rekam medis". Hal ini membuktikan bahwa
pentingnya unit rekam medis di sarana pelayanan kesehatan. Selain itu
dokumen rekam medis merupakan hal penting yang harus dimiliki pasien
karena merupakan kumpulan catatan identitas, riwayat pemeriksaan dan
pengobatan yang dijalani oleh pasien di rumah sakit. Rekam medis terdiri
1
dari formulir-formulir yang digunakan sebagai sarana komunikasi antar
unit dan petugas medis yang bersangkutan. Oleh karena itu, isi formulir
rekam medis harus diisi secara lengkap dan akurat.
Catatan-catatan yang terdapat pada rekam medis digunakan juga
untuk membuat laporan internal dan eksternal rumah sakit. Sesuai dengan
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, Bab XI Pasal 52 Ayat 1 tentang Pencatatan dan Pelaporan,
menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam
bentuk sistem informasi manajemen rumah sakit.
Berdasarkan Permenkes Nomor 1171 Tahun 2011 pasal 1 ayat 1
menyebutkan bahwa setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS). Pembuatan pelaporan rumah sakit
merupakan salah satu kewenangan perekam medis. Hal ini berdasarkan
surat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan rekam medis bahwa ahli madya rekam medis dan
informasi kesehatan harus mampu melaksanakan pengumpulan, validasi
dan verifikasi data sesuai ilmu statistik rumah sakit. Selain itu perekam
medis juga bertugas dalam melakukan pengkodingan penyakit yang
berpengaruh pada biaya perawatan di rumah sakit atau INA-CBGs.
Berkaitan dengan hal ini, Praktek Kerja Lapangan II bagi
mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan menjadi sangat penting dilaksanakan. Dengan
adanya PKL di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto ini, mahasiswa dapat mengamati secara langsung dan
mencoba mengaplikasikan teori ke dalam sistem rumah sakit secara nyata
untuk bekal utama terjun ke dunia kerja menjadi tenaga rekam medis yang
handal dan profesional, untuk membantu mewujudkan derajat yang
optimal bagi masyarakat. Oleh karena itu di ambil judul “Desain Formulir
Rekam Medis Dan Statistik Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum
Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”.
2
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengeloaan rekam medis dan informasi kesehatan
dilihat dari aspek desain formulir, sistem pelaporan dan statistik
pelayanan kesehatan serta sistem pengkodean diagnosis penyakit dan
tindakannyadi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto ?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui pengelolaan rekam medis dan informasi kesehatan
berkaitan dengan desain formulir, sistem pelaporan dan statistik
pelayanan kesehatan, serta sistem pengkodean diagnosis penyakit
dan tindakannya di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi dan mengetahui desain formulir rekam medis
berbasis manual dan/atau elektronik
b. Mengidentifikasi dan mengetahui sistem pelaporan dan statistik
pelayanan kesehatan
c. Menentukan kode diagnosa penyakit dan permasalahan
kesehatan serta kode tindakan sesuai dengan pedoman yang
berlaku di Indonesia meliputi sistem syaraf, panca indera dan
gangguan mental
D. MANFAAT
1. Untuk Rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan
dan masukan dalam mengelola rekam medis guna mendukung
perkembangan dan untuk menjamin kemajuan rumah sakit khususnya
di bagian rekam medis dari segala aspek yang ada di dalamnya.
3
2. Untuk institusi pendidikan
a. Sebagai bahan referensi untuk bahan ajar perkuliahan bagi
pendidik mahasiswa DIII RMIK.
b. Sebagai penilaian terhadap kinerja institusi pendidikan
dengan rumah sakit.
c. Mengetahui sejauh mana ilmu pengetahuan yang diberikan
oleh institusi pendidikan dapat diterapkan didalam dunia kerja
secara langsung.
3. Untuk mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menganalisa
pengelolaan rekam medis dan informasi kesehatan di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dari aspek desain
formulir, statistika pelayanan kesehatan dan pengkodean
diagnosis penyakit dan tindakannya.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan membandingkan gambaran
pengelolaan rekam medis dan informasi kesehatan dari desain
formulir, statistika pelayanan kesehatan, dan sistem
pengkodean diagnosis penyakit dan tindakannya secara nyata
yang berada di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto dengan teori-teori relevan yang ada.
c. Mahasiswa dapat mengetahui perencanaan dan pengelolaan
formulir yang digunakan serta statistik pelayanan kesehatan
yang berada di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2. Jenis Formulir Rekam Medis
Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Yanmed Depkes 1995,
HK.00.06.1.5.01160, Formulir Rekam Medis Dasar, terdiri dari :
a. Rawat Jalan
1) Lembar Umum
a) Kartu pasien
b) Identitas Pasien
c) Ringkasan Riwayat Pasien RJ
d) Catatan Poliklinik
e) Konsultasi
f) Hasil Pemeriksaan Penunjang
g) Informed Consent
h) Lembaran Spesifik
2) Lembar Khusus
a) Evaluasi psikolog
b) Data dasar medis
c) Data dasar keperawatan
d) Catatan lanjutan medis
e) Salinan resep
f) Catatan lanjutan keperawatan
g) KIUP
h) Buku register
b. Rawat Inap
1) Ringkasan Riwayat Masuk dan keluar
2) Surat Permintaan Rawat
3) Anamnesis / Data Dasar Medis
4) Catatan Lanjutan Keperawatan
5) Formulir Perjalanan penyakit/Instruksi/Tindakan/Terapi
6) Daftar Pengobatan / formulir catatan pemberian obat
7) Garfik SNT
6
8) Permintaan pemeriksaan penunjang dan hasil pemeriksaan
penunjang
9) Ringkasan Diagnosis
10) Resume keluar
11) Formulir spesialisasi sesuai dengan jenis spesialisasinya
12) Keseimbangan cairan
13) Laporan Anestesi
14) Laporan Operasi
15) Laporan persalinan dan identifikasi bayi
16) Konsultasi
17) Diagnostik Invasif
18) Informed consent
19) Catatan Dokter Pasien Pindah
20) Catatan Perawat Pasien Pindah
21) Salinan resep
22) Sebab Kematian
23) Pulang Paksa
c. Gawat Darurat
1) Informasi demografi pasien
2) Kondisi saat pasien tiba di rumah sakit.).
3) Nama orang atau pihak tertentu yang membawa pasien ke unit
gawat darurat (UGD).
4) Riwayat yang berhubungan, termasuk keluhan utama dan
munculnya injuri atau penyakit.
5) Temuan fisik yang bermakna.
6) Hasil laboratorium, radiologi dan EKG.
7) Pelayanan yang diberikan.
8) Ringkasan sebelum meninggalkan pelayanan UGD (terminasi
pelayanan).
9) Disposisi pasien, termasuk pulang ke rumah, dirujuk atau
diteruskan ke rawat inap.
7
10) Kondisi pasien saat pulang atau dirujuk.
11) Diagnosis saat meninggalkan UGD.
12) Instruksi kepada pasien/wali tentang pelayanan selanjutnya dan
tindak lanjut.
13) Tanda tangan dan gelar yang memberikan pelayanan kepada
pasien.
8
bersangkutan dengan peristiwa dan transaksi pelayanan direkam
pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dan pengolahan selanjutnya.
1) Kelebihan Formulir Manual (kertas)
2) Kekurangan Formulir Manual (kertas)
a) Hanya satu orang yang dapat akses informasi pada satu waktu.
b) Sulitnya melacak dokumen rekam medis ketika sudah keluar
dari instalasi rekam medis.
c) Sulitnya penyimpanan dokumen rekam medis.
d) Pemantauan dokumen rekam medis yang hilang sering kali
tidak dilakukan oleh petugas yang sangat sibuk.
e) Petugas rekam medis harus mengantar ke unit pelayanan yang
di tuju pasien.
f) Petugas harus mengurutkan kembali sebagian dokumen rekam
medis yang hilang dan menggabungkan kembali ke dokumen
rekam medis asalnya.
g) Sering misfile/ hilang, dimana informasi penting tidak akan di
dapat ketika dibutuhkan.
b. Deain Formulir Elektronik
Perkembangan IPTEK saat ini berdampak pada segala bidang tak
terkecuali formulir, formulir dapat dirancang dengan komputer yang
disebut formulir elektronik. Formulir elektronik merupakan ruang
yang ditayangkan dalam layar komputer yang digunakan untuk
menangkap data yang akan diolah dalam pengolahan data elektronik.
1) Kelebihan Formulir Elektronik (komputer)
a) Tidak pernah kehabisan formulir.
b) Tidak pernah ketinggalan jaman.
c) Ketidak efisienan dapat dihindari.
d) Tidak dimungkinkan penggunaan formulir yang salah, karena
ada analisis perancangan.
e) Pengisian lebih cepat.
f) Penangkapan data dilakukan satu kali.
9
g) Data dan informasi tidak ada yang mengambang.
h) Pengolahan formulir lebih mudah.
2) Kekurangan Formulir Elektronik (komputer)
Kekurangan utama adalah praktisi kesehatan perlu melakukan
pelatihan teknologi untuk mengisi formulir.
10
7. Pertimbangan Desain Formulir Rekam Medis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain formulir rekam
medis berbentuk kertas atau hardcopy antara lain :
a. Aspek Anatomi
Analisis berdasarkan aspek anatomi dilihat dari fisik formulir.
Menurut Huffman (1994) bagian anatomi formulir terdiri dari :
1) Kepala (Heading)
Kepala (heading) memuat judul dan informasi mengenai
formulir, nama dan alamat organisasi, nama dan nomor formulir,
tanggal penerbitan dan halaman. Biasanya judul terletak pada
bagian tengah atas. Hal ini untuk menunjukan jenis dan
kegunaannya. Jika formulir terdiri lebih dari satu halaman, maka
tiap-tiap halaman harus diberi nomor dan jumlah halaman, supaya
bila ada halaman yang hilang dapat diketahui. Nomor dan jumlah
halaman ini biasanya diletakkan pada sebelah kanan atas.
2) Pendahuluan (Introduction)
Pendahuluan (introduction) memuat informasi pokok yang
menjelaskan tujuan dari penggunaan formulir yang bersangkutan.
Kadang-kadang tujuan ditunjukan oleh judul. Kalau penjelasan
lebih lanjut diperlukan, pernyataan yang jelas bisa dimasukkan ke
dalam formulir untuk menjelaskan tujuannya.
3) Perintah (Instruction)
Perintah (instruction) adalah perintah untuk mengetahui berapa
copy yang diperlukan, dikirim kepada siapa, intruksi harus dibuat
sesingkat mungkin. Perintah yang dimaksud adalah keterangan agar
user dapat dengan segera mengetahui berapa lembar salinan yang
diperlukan, siapa yang harus menyerahkan/mengirimkan formulir,
kepada siapa lembar salinan dikirimkan, dan semacamnya. Intruksi
tidak boleh diletakkan diantara ruang-ruang atau entry, karena hal
ini membuat formulir terkesan berantakan dan mempersulit
pengisisan.
11
4) Badan (body)
Badan (body) merupakan bagian dari badan formulir yang
disediakan khusus untuk pekerjaan substantive formulir yang
sesungguhnya dalam menyusun urut-urutan data harus logis,
sistematis, konsisten, sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami.
Pertimbangan lain yang harus diperhatikan dalam satu badan
formulir meliputi:
a) Margin (batas pinggir)
Margin merupakan jarak antara tepi formulir dengan area isi
formulir. Batas margin minimum yaitu :
Punggung : 2 cm (untuk lubang)
Atas : 2,5 cm (untuk nama dan logo)
Samping : 2 cm beri warna
Bawah : 1,5 – 2 cm (kode file, no & tahun)
b) Spacing (spasi)
Adalah ukuran area entry data. Spasi diperlukan untuk
memberikan luas yang diperlukan guna keperluan pengisian
data. Petunjuknya pada waktu mendesain formulir dengan data
yang akan diisi dengan mesin ketik yaitu:
Horizontal spacing
Untuk spasi yang dibuat dengan tulisan tangan berikan
horizontal spacing sebesar 0,25 cm sampai 0,21 cm per
karakter.
Vertical spacing
Vertical spacing memerlukan 0,64 cm sampai 0,85 cm. Jika
desain kotak yang digunakan diperlukan 0,85 cm.
c) Rules (garis)
Adalah sebuah garis vertical atau horizontal. Garis ini bisa
solid (langsung), dotted (terputus-putus), atau parallel
berdekatan yang melayani berbagai tujuan. Rules membagi
formulir atas bagian-bagian logis, mengarahkan penulis untuk
12
memasukan data pada tempat yang semestinya,
menginstruksikan penulis mengenai panjang yang diinginkan
dari data yang dimasukan, membimbing pembaca melalui
komunikasi dan menambah daya tarik fisik formulir (kalau
diatur dengan benar). Rules sering dipakai untuk membuat
kotak-kotak.
d) Type style (jenis huruf)
Penting dalam hal keterbacaan dan penonjolan. Untuk suatu
formulir, paling baik adalah menggunakan sedikit mungkin
jenis dan ukuran huruf. Item-item dengan tingkat kepentingan
yang sama hendaknya dicetak dengan huruf yang sama
disemua bagian formulir. Biasanya jenis italic dan bold
digunakan untuk penekanan, tapi terbatas pada kata-kata yang
memerlukan penekanan khusus sedang untuk jenis huruf yang
dipakai biasanya Times New Roman.
e) Cara pencatatan
Cara pencatatan pada formulir dapat dihasilkan dengan
tangan, mesin ketik atau cetakan komputer. Cara lain
pencatatan data mencakup OCR (Optical Character
Recognition) dan barcode, yang bekerja sebagai input
langsung ke dalam komputer.
5) Penutup (Closing)
Merupakan ruangan yang disediakan untuk tanda tangan
otentikasi dan persetujuan.
b. Aspek Fisik
Analisis berdasarkan aspek fisik dilihat dari fisik formulir.
Menurut Huffman (1994) bagian fisik formulir terdiri :
1) Warna
Warna kertas yang sering digunakan (bagi perancang) yaitu
putih dan hijau. Warna umum yang digunakan untuk formulir yaitu
13
warna putih. Untuk sampul dan pembatas formulir menggunakan
warna cerah. Sebaiknya ditambahkan kode warna pada list kanan
formulir dengan warna yang kontras dengan dasar formulir.
Penggunaan tinta pada tulisan dalam formulir juga perlu
diperhatikan untuk kejelasan.
2) Bahan
Berat bahan kertas harus standar untuk formulir, kertas yang
digunakan sebaiknya yang tidak mudah robek dan warnanya cerah.
Untuk berkas rekam medis terdiri dari sampul, formulir dan
pembatas formulir. Tentunya sampul menggunakan bahan yang
tebal, kemudian ketebalan nomor dua adalah pembatas formulir,
kemudian formulir.
3) Ukuran
Ukuran kertas standar formulir adalah ukuran A4 (WHO,
2002).
4) Bentuk
Bentuk umum format formulir adalah segi empat. Untuk
sampul dilengkapi dengan pengait formulir dan kode warna
disampingnya. Sedangkan untuk pembatas perlu ditambah tonjolan
warna untuk mempermudah pencarian kelompok formulir tertentu.
5) Kemasan
Kemasan formulir untuk tempat menyimpan formulir. Untuk
formulir rekam medis akan dimasukkan dalam sampul berkas
rekam medis, sehingga perlu diperhatikan untuk tempat membuat
lobang pengait dengan sampul. Untuk formulir lain seperti indeks
dan register tidak dilindungi dalam sampul. Formulir yang dikirim
ke suatu institusi tertentu akan menggunakan kemasan amplop.
14
c. Aspek Isi
Analisis berdasarkan aspek isi dilihat dari isi data pada formulir
rekam medis tersebut. Menurut Huffman (1994) bagian isi formulir
terdiri dari item :
1) Kelengkapan Item
Item-item yang tercantum pada formulir harus selengkap-
lengkapnya agar informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Item
ini menyesuaikan pada struktur data atau isi data rekam medis yang
telah ditentukan.
2) Istilah
Penggunaan istilah dalam desain formulir harus meggunakan
istilah yang standar, khususnya standar di rumah sakit tersebut.
Untuk mendapatkan istilah yang standar dapat dilakukan dengan
pembuatan surat keputusan tentang pemberlakukan istilah yang ada
di rumah sakit. Istilah harus didefinisikan dalam keputusan
tersebut, hal ini penting untuk menghindari salah persepsi pada
istilah yang digunakan.
3) Singkatan
Penggunaan singkatan dalam desain formulir harus
meggunakan singkatan yang standar. Singkatan tersebut harus
disepakati dan dipahami oleh seluruh sumber daya di rumah sakit.
Beberapa contoh singkatan yang sering digunakan untuk membuat
formulir atau ketika mengisi formulir rekam medis adalah: Lk
(Laki-Laki), Pr (Perempuan), Tgl (tanggal), CKR (cidera Kepala
ringan), dan lain-lain.
4) Simbol
Penggunaan simbul dalam formulir harus sesuai dengan
standar, khususnya standar di rumah sakit tersebut. Untuk
mendapatkan simbul yang sesuai standar dapat dilakukan dengan
pembuatan surat keputusan tentang pemberlakukan simbul yang
ada di rumah sakit. Contoh penggunaan simbul yang sering ada
15
adalah: & yang artinya dan, simbul plus (+) yang artinya pasien
meninggal.
16
10) RL 3.10 Pelayanan khusus
11) RL 3.11 Kesehatan jiwa
12) RL 3.12 Keluarga berencana
13) RL 3.13 Farmasi rumah sakit
14) RL 3.14 Rujukan
15) RL 3.15 Cara bayar
d. RL 4 Data Mortalitas dan Morbiditas
1) RL 4a Penyakit rawat inap
2) RL 4b Penyakit rawat jalan
e. RL 5 Pengunjung Rumah Sakit
1) RL 5.1 Pengunjung rumah sakit
2) RL 5.2 Kunjungan rawat jalan
3) RL 5.3 Daftar 10 besar penyakit rawat inap
4) RL 5.4 Daftar 10 besar penyakit rawat jalan
17
sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap,
antara lain :
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes
RI, 2005).
Rumus :
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐭𝐚𝐧
BOR = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐭𝐢𝐝𝐮𝐫 × 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞
18
satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐬𝐢𝐞𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫 (𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩+𝐦𝐚𝐭𝐢)
BTO =
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐭𝐢𝐝𝐮𝐫
19
Gambar 1. Contoh Grafik Barber Johnson
Grafik Barber Johnson ditemukan oleh Barry Barber, MA, Ph.D, Fins
P, AFIMA dan David Johnson, M.Sc. pada tahun 1973 berhasil
menciptakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan
jelas tingkat efisiensi dilihat dari sudut pandang medis maupun ekonomi
yaitu terkait pendayagunaan sarana dan prasarana. Penciptaan ini
merupakan suatu usaha untuk mendayagunakan statistik rumah sakit
dalam rangka memenuhi kebutuhan pihak manajemen akan indikator
efisiensi pengelolaan rumah sakit. Beberapa manfaat Grafik Barber
Johnson adalah
a. Perbandingan efisiensi dalam kurun waktu tertentu
b. Memonitor terhadap standar/target yang telah ditentukan
c. Perbandingan antar ruang mana yang pengelolaannya efisien dan mana
yang tidak
d. Meneliti akibat dari perubahan kebijakan
e. Mengecek kesalahan laporan.
Apabila dilihat dari grafik yang telah tersedia maka Grafik tersebut
mempunyai makna, makna Grafik Barber Johnson tersebut adalah:
20
a. Grafik BOR makin dekat dengan sumbu Y Ordinat BOR Makin
tinggi
b. Makin dekat grafik BTO dengan titik sumbu pasien keluar per tempat
tidur makin tinggi jumlahnya
c. Rata-rata tenggang perputaran (TOI) tetap, AvLOS berkurang, BOR
akan turun.
21
komplikasi maupun komorbiditi), “II - Sedang” untuk rawat inap dengan
tingkat keparahan dua (dengan mild komplikasi dan komorbiditi), dan “III
- Berat” untuk rawat inap dengan tingkat keparahan tiga (dengan major
komplikasi dan komorbiditi).
22
D. Sistem Pengkodean Penyakit dan Tindakan
Koding adalah pemberian kode dengan menggunakan huruf atau angka
atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data. Membuat
kode atas diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang berlaku dan
pembedahan berdasarkan koding dimaksudkan agar mempermudah
pengelompokan penyakit dan tindakan yang dapat dituangkan dalam bentuk
kode. Tenaga medis (dokter) harus mengisi diagnosis pasien dengan lengkap
dan jelas sehingga petugas rekam medis dapat memberi kode sesuai dengan
petujuk/arahan yang ada pada buku ICD-10.
ICD-10 terdiri atas 3 volume yaitu volume 1, volume 2 (buku petunjuk
penggunaan) dan volume 3 (indeks abjad). Selain itu terdapat ICD 9CM yang
berisi kode tindakan medis. Ada sembilan langkah dasar dalam menentukan
kode yaitu :
1. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode dan buka volume 3
Alphabetical Index (kamus). Bila pernyataan adalah istilah penyakit atau
cedera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-XIX dan XXI (volume
1), gunakanlah ia sebagai lead-term untuk dimanfaatkan sebagai panduan
menelusuri istilah yang dicari pada seksi I indeks (volume 3). Bila
pernyataan adalah penyebab luar (external cause) dari cedera (buka nama
penyakit) yang ada di Bab XX (volume 1), lihat dan cari kodenya pada
seksi II di Indeks (volume 3). Apabila merupakan tindakan medis maka
lihat pada ICD 9 CM.
2. Lead-term (kata panduan) untuk penyakit dan cedera biasanya merupakan
kata benda yang memaparkan kondisi patologisnya. Sebaiknya jangan
menggunakan istilah kata benda anatomi, kata sifat atau kata keterangan
sebagai kata panduan. Walaupun demikian, beberapa kondisi ada yang
diekspresikan sebagai kata sifat atau eponim (menggunakan nama
penemu) yang tercantum di dalam indeks sebagai lead-term.
3. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah
istilah yang akan dipilih pada volume 3.
4. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “()” sesudah lead-term
(kata dalam tanda kurung = modifier, tidak akan memengaruhi kode).
Istilah lain yang ada di bawah lead-term (dengan tanda (-) minus = idem =
23
indent) dapat memengaruhi nomor kode, sehingga semua kata-kata
diagnostik harus diperhitungkan).
5. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross references) dan perintah
see dan see also yang terdapat dalam indeks.
6. Lihat daftar tabulasi (volume 1) untuk mencari nomor kode yang paling
tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus pada posisi
keempat yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada di dalam
volume 1 dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam indeks
(volume 3). Perhatikan juga perintah untuk membubuhi kode tambahan
(additional code) serta aturan cara penulisan dan pemanfaatannya dalam
pengembangan indeks penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas
dan mortalitas.
7. Ikuti pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau bagia
bawah suatu bab (chapter), blok, kategori atau subkategori.
8. Tentukan kode yang dibutuhkan.
9. Lakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data diagnosis yang dikode
untuk pemastian kesesuaiannya dengan pernyataan dokter tentang
diagnosis utama pasien.
24
BAB III
25
mengakses SIMRS (KHS 2003) dimana setiap dokter langsung mencatat
hasil ananmnesa, diagnosa dan menuliskan resep formulir rawat jalan
pasien kedalam aplikasi tersebut. Formulir rawat jalan ini jarang sekali
dicetak. Alasanya antara lain pasien baru rawat jalan belum memiliki
map status (rekam medis), terkecuali apabila dokter meminta untuk
dicetak dan apabila pasien tersebut memiliki riwayat rawat jalan kontrol
dan diperintahkan untuk rawat inap maka formulir tersebut harus dicetak.
Elemen-elemen yang terdapat pada formulir rawat jalan elektronik (RM
02) antara lain :
Nama
No. dokumen rekam medik
Tanggal/ Poli
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Assesmen awal
Subyektif
Obyektif
Keperawatan
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis/ Code
Tindakan/ terapi
Paraf dan nama dokter
26
e. RM 07 (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)
f. RM 08 IRNA Hal. 1-5 (Assesmen Awal Pasien)
g. RM 10.3 (Program dan Pelaksanaan Pemberian Obat)
h. RM 10.5 (Rekonsiliasi Obat)
i. RM 11 (Rencana Pemulangan)
j. RM 12 (Assesmen Kebutuhan dan Program Edukasi serta Catatan
Edukasi Pasien/ Keluarga
k. RM 12A (Resume Perawatan)
l. RM 13 (Ringkasan Akhir Keperawatan)
m. RM 14 (Ringkasan Rawat Inap)
27
Untuk cara pengisisan formulir rawat inap operasi (anestesi) diisi
secara manual keseluruhan.
Formulir rawat inap obstetri dan ginekologi formulirnya sama seperti
rawat inap pada umumnya namun ada penambahan formulir antara lain
terdiri dari :
a. RM 08 IMP Hal 1/9 (Assesmen Awal Kebidanan “Ante,Intra dan
Post Partum” Rawat Inap)
b. RM 08 IMP Hal 2/9 (Assesmen Awal Kebidanan “Ante,Intra dan
Post Partum” Rawat Inap)
c. RM 08 IMP Hal 3/9 (Status Obstetri)
d. RM 08 IMP Hal 4/9 (Assesmen Medis Pasien Rawat Inap Obstetri
Kala I Persalinan)
e. RM 08 IMP Hal 5/9 (Assesmen Medis Pasien Rawat Inap Obstetri
Patograf)
f. RM 08 IMP Hal 6/9 (Laporan Persalinan Kala II dan III)
g. RM 08 IMP Hal 7/9 (Ringkasan Catatan Persalinan)
h. RM 08 IMP Hal 8/9 (Assesmen Medis Pasien Rawat Inap Obstetri
Nifas)
i. RM 08 IMP Hal 9/9 (Lembar Catatan Post Partum)
28
Untuk cara pengisisan formulir rawat inap bayi (neonatus) diisi
secara manual keseluruhan.
Formulir rawat inap intensif (ICU/ICCU/HCU/PICU/NICU) formulirnya
berbeda dari formulir rawat inap lainya. Namun jika ditelaah isinya
hampir sama seperti formulir rawat inap umum khusunya RM 10.1,
10.3, dan RM 10.5. Formulir yang akan kami bahas disini salah satunya
yaitu formulir rawat inap intensif HCU. Elemen-elemen yang terdapat
pada formulir ini antara lain :
a. Identitas Pasien
(No. RM, Nama, Tanggal Masuk, Jenis Kelamin, Umur, Kiriman
Dari, Diagnosa)
b. Identitas Ruangan
(Tanggal, Hari Ke-, Bed)
c. Hasil Laboraturium
d. Catatan Perawat
e. Vital Sign
Tekanan Darah
Nadi
Respiration Rate
Suhu
Gambaran EKG
C.V.P
Terapi O2
Tingkat Kesadaran
Eye
Ventrikel
Type Vent
Ukuran ETT
Oral
Enteral
Tranfusi
29
Jam (Jumlah keadaan monitor setiap saat)
Jumlah 1 jam Komulatif
Urine
NGT
Drain
Keseimbangan cairan
30
4. Desain Formulir Rekam Medis
a. Desain Formulir Rekam Medis Berbasis Manual
Ada bemacam-macam formulir rekam medis di RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto berbasis manual. Salah satunya
yaitu formulir Rencana Pemulangan (Discharge Planning) yaitu RM
11 yang ada terdapat pada setiap formulir rawat inap. Elemen data
pada formulir Assesmen Awal Pasien di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto antara lain :
1) Identitas Pasien (Nama, Tanggal lahir, NO.RM)
2) Ruang
3) Kelas ( I/II/III/UTAMA/VIP/VVIP)
4) Jaminan (BPJS PBI/NON PBI/BU/UMUM/Lain-lain
5) Saat Masuk Rumah Sakit
Masuk Rumah Sakit (Tanggal dan Jam)
Alasan Masuk Rumah Sakit
Diagnosis Rumah Sakit
6) Rencana Pulang
(Rencana lama rawat ....../hari dan Rencana Tanggal Pulang)
7) Skrinning Faktor Resiko Pasien Pulang
(Faktor Resiko Pasien Pulang, Ya, Tidak, Keterangan)
8) Dokter yang Melakukan Pengkajian
Tanggal dan Jam
Tanda Tangan dan Nama DPJP
Tanda Tangan dan Nama PPJP
31
b. Desain Formulir Rekam Medis Berbasis Elektronik
Ada berbagai macam formulir rekam medis di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto yang sudah menggunakan elektronik.
Namun sedikit yang sudah menerapkan 100% dalam formulir rekam
medis. Selama penelitianya, penulis menemukan satu dari sekian
banyak formulir elektronik yaitu formulir rekam medis gawat Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto antara lain :
1) Persetujuan Tindakan Kedokteran
(Di tanda tangan oleh dokter, pasien dan sanksi/petugas)
2) Triage Pasien IGD
NO. RM
Nama
Tanggal Lahir
Ruang
Tanggal Masuk
Keluhan
Triase
Keluhan
Prioritas
Jalan Nafas
Pernafasan
Nama/ TTD Dokter
3) Assesment Dokter IGD
Subyektif
(Waktu pemeriksaan, Triase, Keluhan utama, Anamnesa,
RPD, Obat saat ini)
Obyektif
(Keadaan umum, GCS, Tanda-tanda vital, Kepala, Leher,
Thorax, Abdomen, Urogenital, Ekstremitas dan lokalis)
Assesment
(Masalah, diagnosa kerja, diagnosa banding)
32
Planning
(Planning, instruksi, indikasi rawat inap)
Terapi Pasien
(Kondisi paien saat pindah/ pulang dari IGD, Tindakan,
Transportasi, Tanggal, Nama / TTD Dokter)
33
5. Analisis Desain Formulir Rekam Medis
Dari sekian banyak formulir yang ada di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto, penulis mengambil sampel formulir “Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi” untuk di lakukan analisis dari
berbagai aspek. Jenis formulir rekam medis yang diterapkan adalah
formulir rekam medis elektronik. Disebabkan formulir ini adalah
peralihan dari formulir rekam medis manual menjadi elektronik, penulis
menemukan beberapa permasalahan yang terdapat pada formulir Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
perbaikan-perbaikan pada formulir tersebut.
a. Aspek Fisik
Pembuatan desain formulir rekam medis yang baik harus
memperhatikan aspek fisik yang meliputi bahan, bentuk, ukuran dan
warna.
1) Bahan
Pada formulir RM 07 “Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi”
(CPPT) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
menggunakan bahan kertas HVS 70 gram. Menurut teori yang ada
seharusnya menggunakan kertas HV 80 gram seperti yang sudah
disebutkan pada teori Huffman bahwa kertas yang digunakan pada
formulir rekam medis harus memiliki mutu yang relatif kuat dan
bersih.
2) Bentuk
Bentuk umum dari formulir RM 07 “Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi” (CPPT) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto menggunakan kertas yang berbentuk segiempat dengan
orientation potrait sesuai dengan teori Huffman bahwa bentuk
umum dari formulir yaitu segiempat.
34
3) Ukuran
Formulir RM 07 “Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi”
(CPPT) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
menggunakan kertas F4 dengan ukuran 21,5 cm x 33 cm. Ukuran
tersebut tidak sesuai dengan ukuran standar formulir menurut
WHO. Disebabkan karena formulir RM 07 dalam pengisianya
sudah menggunakan elektronik dan terkadang masih banyak ruang
yang kosong. Sehingga supaya lebih efektif dan efisien sebaiknya
menggunakan kertas ukuran A4.
4) Warna
Warna kertas Formulir RM 07 “Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi” (CPPT) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto berwarna putih bersih dengan pengisian menggunakan
tinta warna hitam seperti yang disebutkan pada teori Huffman,
1994 untuk menjaga nilai kontras antara warna dasar formulir
dengan warna tintanya.
5) Kemasan
Secara teori, Formulir RM 07 “Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi” (CPPT) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto tidak perlu menggunakan kemasan karena kemasan
dibutuhkan apabila formulir tersebut akan dikirim ke instansi lain.
b. Aspek Anatomi
Menurut Huffman, aspek anatomik desain formulir berupa bagian
kepala (heading), pendahuluan (introduction), perintah (instruction),
isi (body), dan penutup (close).
1) Kepala (heading)
Pada formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi terdapat
heading sesuai dengan teori dan sudah cukup lengkap yaitu terdiri
dari nama instansi kesehatan yaitu “RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto”. Selain itu pada kepala formulir juga telah
35
dicantumkan logo, nama provinsi tempat instansi kesehatan,
alamat instansi kesehatan dilengkapi dengan nomor telepon dan
fax. Pada formulir tersebut juga sudah terdapat judul formulir
yaitu “Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi”. Namun, pada
Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi belum
terdapat nomor formulir, website instansi kesehatan dan tahun
edisi formulir. Sebaiknya ditambahkan nomor formulir (ex: RM
07) supaya memudahkan petugas dalam proses prakitan dokumen
rekam medis pasien. Website ditambahkan supaya memudahkan
masyrakat dalam mengakses informasi yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dan tahun edisi formulir
sebaiknya juga perlu ditambahkan. (Prinsip Design Formulir
menurut AHIM 2002) menjelaskan bahwa “Nama dan tanggal
revisi formulir dicantumkan agar dapat dipastikan penggunaan
formulir terkini”.
2) Pendahuluan (introduction)
Pada formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tidak terdapat
introduction. Dikarenakan menurut teori yang ada bahwa tidak
perlu introduction jika sudah ada judul, karena judul sudah
mampu menjelaskan tujuan formulir.
3) Perintah (instruction)
Pada formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto belum terdapat
instruction disebabkan karena sudah berbasis elektronik sehingga
mungkin pengisianya sudah otomatis dan diatur dalam SOP
Pengisian Formulir CPPT tersebut. Namun, menurut teori yang
ada, perintah pengisian seharusnya ada pada setiap formulir, oleh
sebab itu akan lebih baik apabila pada formulir Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi diberi instruction agar cara
36
pengisian data seragam dan konsistensi data terjaga. Perbaikan
yang perlu diberikan perintah yaitu pada bagian antara lain :
a) Hasil Asesment Penatalaksanaan Pasien (Format SOAPIE,
disertai sasaran)
b) Instruksi PPA (Termasuk pasca bedah)
c) Verifikasi DPJP (Tanda Tangan disertai Nama)
4) Isi (body)
a) Batas tepi (margin)
Batas tepi (margin) pada formulir Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi (CPPT) diukur dari tepi formulir
diperoleh:
Atas : 1 cm
Bawah : 6 cm
Kanan : 3 cm
Kiri : 3 cm
Ukuran batas tepi tersebut belum sesuai dengan teori yang
ada. Sebaiknya dilakukan perubahan sesuai dengan teori yang
ada disebabkan formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi adalah formulir yang sebagian besar
menggunakan tabulasi, maka batas tepi yang perlu diperbaiki :
Atas : 1,5 cm
Bawah : 1,5 cm (supaya lebih efektif dan efisien dalam
pengisian)
Kanan : 1,8 cm
Kiri : 2,5 cm (untuk lubang)
Ukuran yang tersebut di atas sudah sesuai dengan teori yang
ada, untuk margin kiri juga sudah disediakan cukup lebar
sesuai dengan prinsip desain formulir menurut AHIMA
(2002), sehingga memudahkan untuk pemberian hole
punches. Dan untuk margin bawah diberikan ukuran yang
tidak terlalu lebar supaya lebih efisien.
37
b) Spasi (spacing)
Pada formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
(CPPT) jarak spasi antar kata dan antar baris sudah baik.
c) Garis (rules)
Pada formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
(CPPT) menggunakan tabulasi, garis atau pembagian dalam
tabulasi dan untuk pengisian sudah baik.
d) Jenis huruf (type style)
Jenis dan ukuran huruf yang digunakan di formulir Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) sudah baik.
Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
menggunakan jenis huruf Arial dan Times New Roman
ukuran 12.
e) Cara pengisian
Cara pengisian pada formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto sudah menggunakan komputerisasi.
5) Penutup (closing)
Terdapat close atau penutup pada formulir Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto yaitu tempat untuk tanda tangan
dan nama dokter pada kolom Verifikasi DPJP.
c. Aspek Isi
Analisis berdasarkan aspek isi dilihat dari isi data pada formulir
rekam medis tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1) Kolom
Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto terdapat kolom-kolom untuk
pengisian data medis pada formulir ini. Kolom pada formulir ini,
38
sudah sesuai dengan teori Huffman yaitu tidak terlalu sempit spasinya
dan kolomnya tidak membingungkan.
2) Kelengkapan Item
Item-item atau butir data pada formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto sudah cukup bagus, sudah sesuai dengan standar dalam
elemen-elemen Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi, antara
lain:
a) Identitas Pasien
b) Tanggal dan Jam
c) Profesionalisme Pemberi Asuhan
d) Hasil Assesment Penatalaksanaan Pasien
e) Instruksi PPA
f) Verifikasi DPJP
3) Istilah
Menurut teori Sudra, 2013 menyatakan bahwa ada atau tidaknya
istilah dalam bahasa medis yang tidak diketahui oleh orang awam
yang perlu diberi keterangan dalam bahasa Indonesia. Pada formulir
rekam medis Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto terdapat bahasa medis
yang mungkin sulit dipahami orang awam, antara lain :
a) DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien)
b) PPA (Profesionalisme Pemberi Asuhan)
Namun, menurut teorinya disebabkan karena formulir Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) adalah formulir yang
hanya boleh dibaca dan disimpan oleh petugas tenaga kesehatan, maka
menurut tinjauan saya tidak perlu ada perubahan, karena dalam dunia
medis istilah seperti itu adalah istilah standar.
39
4) Singkatan
Penggunaan singkatan dalam desain formulir harus meggunakan
singkatan yang standar. Singkatan tersebut harus disepakati dan
dipahami oleh seluruh sumber daya di rumah sakit. Singkatan yang
terdapat pada formulir ini hanya satu yaitu Tanggal (Tgl).
5) Simbol
Tidak terdapat simbol dalam Formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
40
Berikut ini adalah tampilan formulir sebelum dan sesudah didesain :
41
B. Sistem Pelaporan Dan Statistik Pelayanan Kesehatan di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto
1. Sistem Pelaporan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Sistem pelaporan rumah sakit merupakan bagian dari sistem informasi
rumah sakit. Berbagai data tentang kegiatan rumah sakit dikumpulkan
untuk mewujudkan sistem ini. Sistem pelaporan di RSUD Prof. Dr.
Maergono Soekarjo Purwokerto terdapat 2 jenis laporan antara lain :
a. Laporan internal
Laporan internal adalah laporan yang ditujukan kepada atasan langsung
dengan unit terkait di rumah sakit. Laporan internal RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto terdiri dari :
1) Bulanan
a) 10 Besar penyakit rawat inap dan rawat jalan
b) Kunjungan rawat inap dan rawat jalan
c) Surveilans terpadu penyakit berbasis rumah sakit
d) Kasus campak
e) Morbiditas pasien rawat inap dan rawat jalan
f) Kasus diare dan ispa yang dilayani rumah sakit
g) Penyakit tidak menular rumah sakit ( rawat inap - kasus baru ) &
pasien meninggal
2) Tahunan
a) BOR
b) LOS
c) TOI
d) BTO
e) GDR
f) NDR
42
b. Laporan Eksternal
Laporan ekstenal adalah laporan yang ditujukan untuk pihak luar
rumah sakit. Laporan eksternal di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto antara lain :
1) Bulanan
a) RL. 5.1 pengunjung
b) RL 5.2 kunjungan rawat jalan
c) RL 5.3 10 besar penyakit rawat inap
d) RL 5.4 10 besar penyakit rawat jalan
2) Tahunan terdiri dari elemen data sebagai berikut :
a) RL 2 Ketenagaan.
b) RL 3.1 Rawat Inap.
c) RL 3.2 Rawat Darurat.
d) RL 3.3 Gigi mulut.
e) RL 3.4 Kebidanan.
f) RL 3.5 Perinatologi.
g) RL 3.6 Pembedahan.
h) RL 3.7 Radiologi.
i) RL 3.8 Laboratorium.
j) RL 3.9 Rehab medic.
k) RL 3.10 Pelayanan Khusus.
l) RL 3.11 Kesehatan jiwa.
m) RL 3.12 Keluarga berencana.
n) RL 3.13 Obat pelayan resep.
o) RL 3.14 Rujukan.
p) RL 3.15 Cara bayar.
q) RL 4a morbiditas dan mortalitas rawat inap.
r) RL 4b morbiditas dan mortalitas rawat jalan.
43
3) Sewaktu atau update
a) RL 1.1 data dasar rumah sakit
b) RL 1.2 indikator pelayanan rumah sakit
c) RL 1.3 fasilitas tempat tidur
44
Diketahui :
Sensus harian bulan januari 2017 RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto adalah sebagai berikut :
Jumlah Hari Rawat : 21.750 Hari
Lama Dirawat : 17.820 Hari
Jumlah Tempat Tidur : 617 Buah
Periode : 31 Hari
Jumlah Pasien Keluar (Hidup + Mati) : 3.632 Pasien
Jumlah Pasien Keluar Mati Seluruhnya : 206 Pasien
Jumlah Pasien Keluar Mati < 48 Jam : 66 Pasien
Jumlah Pasien Keluar Mati > 48 Jam : 140 Pasien
1. BOR
𝟐𝟏𝟕𝟓𝟎
= x 100 %
𝟔𝟏𝟕 𝒙 𝟑𝟏
= 113,71 %
2. AvLOS
𝟏𝟕𝟖𝟐𝟎
= 𝟑𝟔𝟑𝟐
45
= 4,90
3. TOI
(𝟔𝟏𝟕 𝒙 𝟑𝟏)−𝟐𝟏𝟕𝟓𝟎
=
𝟑𝟔𝟑𝟐
= -0,72
4. BTO
𝟑𝟔𝟑𝟐
=
𝟔𝟏𝟕
= 5,88
*catatan : nilai ideal BTO menurut Kemenkes 40-50 kali
5. NDR
>𝟒𝟖 𝒋𝒂𝒎
NDR = x 1000
𝑷𝒂𝒔𝒊𝒆𝒏 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓 (𝑯+𝑴)
𝟏𝟒𝟎
= x 1000
𝟑𝟔𝟑𝟐
= 38,54
*catatan : nilai ideal NDR menurut Kemenkes <45/1000 pasien
keluar
46
6. GDR
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒔𝒊𝒆𝒏 𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂
GDR = x 1000
𝑷𝒂𝒔𝒊𝒆𝒏 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓 (𝑯+𝑴)
𝟐𝟎𝟔
= x 1000
𝟑𝟔𝟑𝟐
= 56,71
30
28 Series1
26
24 BTO3
22
20 BTO2
18
16
TOI
14 BTO1,5
12 BTO1,25
10
8
6 BORJANUARI
4
2 BTOJANUARI
0
DAERAH EFISIEN 1
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
LOS DAERAH EFISIEN 2
47
C. Sistem Pengkodean Penyakit & Tindakan di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto
Kegiatan koding di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
dilaksanakan dengan menentukan kode diagnosis penyakit sesuai dengan
ICD 10 dan tindakan sesuai dengan ICD 9 CM. Pelaksanaan koding di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dibagi menjadi tiga bagian
yaitu koding untuk pasien rawat jalan yang dicantumkan pada formulir
bukti pelayanan rawat jalan, koding pada IGD, dan koding untuk pasien
rawat inap yang ditulis pada formulir ringkasan rawat inap (RM 14).
Berikut penjelasan pelaksanaan koding di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto:
1. Koding rawat jalan
Langkah-langkah pengkodean rawat jalan adalah sebagai berikut :
a. Buka aplikasi SIMRS KHS RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo
Purwokerto
b. Akan muncul tampilan seperti dibawah ini, lalu petugas harus
LOGIN terlebih dahulu dengan username perekam medis.
48
c. Setelah petugas berhasil masuk ke aplikasi tersebut, supaya bisa
memulai proses koding, Pilih Menu “Rekam Medis” – “Entry Data
Medis” – “Entry Data Medis”
49
f. Selanjutnya yaitu mengisi ICD 9 CM (Prosedur) untuk mengisi kode
tindakan atau prosedur pasien
50
ini, lalu petugas harus LOGIN terlebih dahulu dengan username
perekam medis
51
j. Selanjutnya yaitu pilih menu “Bridging Menu” – “Perbaikan Klaim”
untuk merevisi jika ada kode yang tidak sesuai
52
2. Koding rawat inap
53
f. Setelah petugas berhasil masuk ke aplikasi tersebut, supaya bisa
memulai proses koding, Pilih Menu “Rekam Medis” – “Entry
Data Medis” – “Rekam Medis Rawat Inap” seperti tampilan
dibawah ini
54
h. Langkah pertama masukkan nama pasien dengan mengklik icon
yang sejajar dengan nomor transaksi. Untuk pasien yang sudah
pulang klik ceklis pada pilihan pasien pulang, maka akan muncul
seperti dibawah ini
55
j. Selanjutnya buka aplikasi EMRRI untuk memasukkan kode
diagnosis dan tindakan, lalu akan muncul tampilan seperti dibawah
ini, lalu petugas harus LOGIN terlebih dahulu dengan username
perekam medis.
56
l. Untuk memasukkan kode tindakan atau prosedur maka klik pilihan
Procedure (ICD9CM)
57
n. Langkah selanjutnya yaitu dengan membuka “Resume Perawatan
(RM 13)” dengan cara mengisi yang sama seperti mengisi RM 14
diatas lalu disimpan dan dicetak
58
p. Kemudian mencetak hasil pemeriksaan fisik pasien dengan
mengklik pilihan “Pemeriksaan Fisik” lalu diisi nomor registrasi
pasien seperti dibawah ini
59
r. Untuk langkah selanjutnya yaitu pengisian data oleh administrasi
yang kemudian dilanjutnkan petugas rekam medis untuk mencetak
“Clinical Pathway (CP)”-“Cetak Individual” dan “Kirim ke INA
CBGS”
60
3. Koding IGD
Langkah-langkah pengkodean pada kasus IGD adalah sebagai berikut :
a) Buka aplikasi SIMRS KHS RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo
Purwokerto
b) Akan muncul tampilan seperti dibawah ini, lalu petugas harus
LOGIN terlebih dahulu dengan username perekam medis.
61
d) Akan muncul tampilan seperti dibawah ini
62
f) Setelah nomor rekam medis pasien sudah ditemukan, maka petugas
melanjutkan ke langkah selanjutnya, yaitu memasukkan jenis kasus
apa yang terjadi pada pasien, pilihanya seperti yang ada dibawah
ini
63
h) Langkah keempat yaitu memasukkan asal pasien tersebut datang ke
IGD, pilihanya seperti dibawah ini
64
j) Untuk mengkode diagnosa penyakit, selanjutnya klik tambah dan
akan muncul tampilan seperti dibawah ini
65
l) Langkah selanjutnya untuk mengkode diagnosa tindakan yaitu
dengan mengklik tambah yang ada pada pilihan tampilan diatas dan
akan muncul tampilan seperti dibawah ini
66
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Desain formulir di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
terutama formulir RM 07 Catatan Perkembangan Pasien Terintregasi
(CPPT) masih terdapat kekurangan. Ditinjau dari aspek fisik ukuran
kertas menggunakan HVS F4 sedangkan menurut WHO standarnya
menggunakan HVS A4. Sedangkan aspek anotomi RM 07 kurang
dalam instruksi mungkin karena sudah berbasis elektronik sehingga
mungkin pengisiannya secara otomatis menurut teori perintah pengisian
seharusnya ada di setiap formulir. Serta ditinjau dari aspek isi tidak
terdapat kekurangan.
2. Sistem pelaporan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
sudah sesuai dengan teori yang ada. Terdapat 2 sistem pelaporan yaitu
pelaporan internal dan pelaporan eksternal. Pelaporan internal maupun
eksternal sudah terkomputerisasi dengan basis data yang berasal dari
KHS (SIMRS).
3. Sistem pengkodean di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
sudah dilaksanakan sesuai dengan tata cara pengkodean yang benar.
Pelaksanaan pengkodean dibagi menjadi 3 yaitu pengkodean untuk
rawat inap dilaksanakan oleh koder di masing-masing bangsal,
pengkodean rawat jalan dilaksanakan oleh admin (perawat/dokter) di
poliklinik dan akan dikoreksi oleh koder dibagian Unit Rekam Medis,
sedangkan untuk pengkodean IGD sendiri dilakukan oleh koder di Unit
Rekam Medis.
4. Perhitungan statistika di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto menunjukan bahwa nilai BOR 113,71%, TOI -0,72 hari,
BTO 5,88 kali, NDR 38,54, GDR 56,71 berada diatas nilai ideal.
Sedangkan perhitungan yang mencapai nilai ideal yaitu Av LOS dengan
nilai 4-9 hari.
67
B. SARAN
1. Pada formulir rekam medis alangkah lebih baik jika diberikan instruksi
atau perintah agar dalam pengisian formulir tetap konsisten dan tidak
terjadi kesalahan.
2. Untuk bagian pelaporan sudah baik, tetapi untuk akses pengelolaan
data tidak sepenuhnya bagian pelaporan dapat mengakses, sehingga
hanya bagian tertentu dari pelaporan yang dapat diketahui maka dari
itu lebih baik bagian pelaporan diberikan akses yang luas untuk
mengolah data.
3. Dilihat dari hasil perhitungan statistik menunjukan BOR yang terlalu
tinggi yang akan mengakibatkan banyaknya pasien yang menunggu
terlalu lama di IGD dan TPPRI karena tidak bisa segera mendapatkan
ruang perawatan, maka dari itu pihak RSUD Prof. Dr. Margono
Seoekardjo Purwokerto dapat mengajukan penambahan bed atau
tempat tidur.
4. Bagian koding sudah baik, akan tetapi harus mempertahankan tata cara
pengkodean yang benar.
68
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes RI No. 269/ MENKES/ PER/ III/ 2008. Rekam Medis. Jakarta :
Depkes RI.
Sudra, Rano Indradi. 2010. Statistik Rumah Sakit. Yogyakarta. Graha Ilmu
69