Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SISTEM RESPIRASI

“EFUSI PLEURA”
Dosen pembimbing : Shinta Wahyusari, S.Kep.,N.s.,M.Kep.Sp.Mat

Disusun oleh kelompok 2 :

1. Chairun nisa’ [NIM: 14201.06.14048]


2. Dian febri sadewa [NIM: 14201.06.14051]
3. Fitalia nur azizah [NIM: 14201.06.14056]
4. Noer amalia [NIM: 14201.06.14071]
5. Reynaldi kurniawan [NIM: 14201.06.14079]
6. Yulia megayatri [NIM: 14201.06.14092]
7. Tutik rin hidayanti [NIM: 14201.05.14078]

STIKES S1 KEPERAWATAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN


GENGGONG PROBOLINGGO
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah sistem respirai
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu memberikan
semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah SISTEM RESPIRASI
pada penyakit EFUSI PLEURA.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Shinta wahyu.
S.kep yang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah
menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan
untuk menyempurnakan makalah ini.

Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi
diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Situbondo,7 oktober 2016

penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................ 2

Daftar isi.......................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar belakang masalah............................................................................. 4


1.2 Tujuan penulisan........................................................................................ 4

Bab II pembahasan

2.1 Pengertian............................................................................................. 6
2.2 Etiologi................................................................................................. 6
2.3 Klasifikasi............................................................................................ 7
2.4 Manifestasi klinis.................................................................................. 7
2.5 Patofisiologi.......................................................................................... 8
2.6 Komplikasi........................................................................................... 9
2.7 Pemeriksaan penunjang........................................................................ 10
2.8 Penatalaksanaan.................................................................................... 10
2.9 Asuhan keperawatan............................................................................. 12

Bab III penutup

3.1 Kesimpulan...................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Efusi pleura merupakan penyakit saluran pernapasan. Penyakit ini bukan merupakan
suatu disease entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat
mengancam jiwa penderita (WHO).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).

Secara geografis penyakit ini tersdapat diseluruh dunia bahkan menjadi masalah utama di
negara – negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena
faktor lingkungan di Indonesia. Penyakit efusi pleura dapat ditemukan sepanjang tahun
dan jarang dijumpai secara sporadis tetapi lebih sering bersifat epidemikk di suatu daerah.

Pengetahuan yang dalamtentang efusi pleura dan segalanya merupakan pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan yang tepat. Disamping pemberian obat, penerapan proses
keperawatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting dalam proses
penyembuhan dan pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat
efusi pleura.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan
keperawatan secara komprehensif terhadap klien efusi pleura

Tujuan Khusus
Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan efusi pleura. maka
mahasiswa/i diharapkan mampu :
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan efusi pleura

4
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan efusi pleura
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan efusi pleura
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan efusi pleura
5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan efusi pleura

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (smeltzer C suzanne).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura (price & wilson, 2006)

2.2 ETIOLOGI

Efusi pleura adalah akumlasi cairan pleeura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ni disebabkan oleh satu dari
lima mekanisme berikut : (morton, 2012)

1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik


2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura

Penyebab efusi pleura

 Infeksi
1. Tuberculosis
2. Pneumonitis
3. Abses paru
4. Perforasi esophagus
5. Abses subfrenik
 Non infeksi
1. Karsinoma paru
2. Karsinoma pleura: primer, sekunder
3. Karsinoma mediastinum
4. Tumor ovarium

6
5. Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditis konstriktiva
6. Gagal hati
7. Gagal ginjal
8. Hipotiroidisme
9. Kilotoraks
10. Emboli paru

2.3 KLASIFIKASI

Efusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu: (morton, 2012)

1. Efusi pleura transudat


Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistemik yang
mempengaruhi produksi dan absorbs cairan pleura seperti (gagal jantung kongestif,
atelektasis, sirosi, sindrom nefrotik, dan dialysis peritoneum).
2. Efusi pleura eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk
kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut kedalam atau paru terdekat. Kriteria efusi
pleura eksudat:
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum

Penyebab efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit metastasis


(misalnya: kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium), hemotoraks, infark paru,
keganasan, rupture aneurisma aorta.

2.4 TANDA DAN GEJALA


1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setlah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
nafas.
2. Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak
keringat, batuk, banyak riak.

7
3. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleura yang signifikan
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagia yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis ellis damoiseu).
5. Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup tympani dibagian
atas garis ellis domiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu daerah pekak karena
cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pola permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura

2.5 PATOFISOLOGI
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura.dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat
sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.Filtrasi ini terjadi karena perbedaan
tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel
mesotelial masuk kedalam rongga pleura.Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh
limfe sekitar pleura.

Pada umumnya, efusi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat) , sedangkan
yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat). Efusi yang
berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas pleura parietalis
sekunder ( akibat samping) terhadap peradangan atau adanya neoplasma.

Klien dengan pleura normal pun dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi payah
jantung/gagal jantung kongestif.Saat jantung tidak dapat memompakkan darahnya secara
maksimal keseluruh tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler
yang selanjutnya timbul hipertensi kapiler sistemik dan cairan yang berada didalam
pembuluh darah pada area tersebut bocor dan masuk kedalam pleura, ditambah dengan
adanya penurunan reabsorbsi cairan tadi oleh kelenjar limfe di pleura mengakibatkan
pengumpulan cairan yang abnormal/berlebihan.Hipoalbuminemia (misal pada klien
nefrotik sindrom, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites dan edema anasarka) akan

8
mengakibatkan terjadinya peningkatan pembentukkan cairan pleura dan reabsorbsi yang
berkurang.Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan pada tekanan onkotik
intravaskular yang mengakibatkan cairan akan lebih mudah masuk kedalam rongga
pleura.
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru, sebagian akan bergantung pada
kekakuan relatif paru dan dinding dada.Pada volume paru dalam batas pernapasan
normal, dinding dada cenderung rekoil keluar sementara paru-paru cenderung untuk
rekoil kedalam.

2.6 KOMPLIKASI
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut
dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang
berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura
tersebut.

9
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura,
atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang
terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps
paru.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan radiologik (rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediastinum
2. Ultrasonografi
3. Torakosentesis/pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, bau, biakan
tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, pada sela iga ke 8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak),
berdarah (hemotorak), pus (piotorak) atau kilus (kilotorak). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang)
4. Cairan pleura diaalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan PH.
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

2.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada efusi pleura antara lain:
1. Tirah baring

10
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
2. Thorakosentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispneu,
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
3. Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi antibiotik
diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.
4. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin, kalk
dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan
mecegah cairan terakumulasi kembali.

11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status. (dr.
Hendrawan Nodesul,1996. Hal 1).

B. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan
berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

C. Riwayat penyakit sekarang


Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini.
Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan
suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan.
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk,
sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu
juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

D Riwayat penyakit dahulu


Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru
yang kembali aktif.

E. Riwayat penyakit keluarga


Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut
sehingga sehingga diteruskan penularannya.

F Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

12
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis paru yang lain (dr. Hendrawan Nodesul, 1996).

G. Pola fungsi kesehatan


Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi
tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan
kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan
penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
H. Pola nutrisi dan metabolik
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur
abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi
pleura keadaan umumnya lemah.

I. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi
sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

J. Pola aktivitas dan latihan


Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat
mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

K. Pola tidur dan istirahat


Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang

13
mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.

L. Pola hubungan dan peran


Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan
pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang
ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di
masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan
interpersonal pasien.

M. Pola sensori dan kognitif


Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada
gangguan.

N. Pola persepsi dan konsep diri


Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba
mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini
pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya. Karena nyeri dan sesak
napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
Pola reproduksi dan seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk
sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.

O. Pola penanggulangan stress


Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin
pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang
mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.

Q. Pola tata nilai dan kepercayaan


Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan
menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.

14
2. Pemeriksaan fisik
Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi
wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas,
bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu
juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.

3. DIAGNOSA
1. Ketidakefektian bersihan jalan nafas b.d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan didalam rongga pleura.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan didalam rongga pleura.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme
tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan
struktur abdomen.

INTERVENSI

 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d menurunnya ekspansi paru sekunder


terhadap penumpukan cairan didalam rongga pleura.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih
Menunjukkan jalan nafas yang paten
Intervensi :
1. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning.
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Monitor status oksigen pasien.
5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal.

 Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru sekunder terhadap


penumpukan cairan didalam rongga pleura.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih
Menunjukkan jalan nafas yang paten
Intervensi :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
15
2. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
3. Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction
4. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat
5. Kolaborasi dengan dokter dalam drainase cairan pleura

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme


tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan
struktur abdomen.
Kriteria hasil : adanya peningkatan berat badan
Tidak ada tanda malnutrisi
Intervensi :
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien

16
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura
berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah
suatu disease entity tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat
mengancam jiwa penderita.
Etiologi terhadap efusi pleura adalah pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat
disebabkan oleh banyak keadaan yang dapat berasal dari kelainan paru sendiri,
misalnya infeksi baik oleh bekteri atau virus.
Gejala klinis efusi pleura yaitu nyeri pada pleuritik dan batuk kering dapat terjadi,
cairan pleura yang berhubungan dengan adanya nyeri dada biasanya eksudat. Gejala
fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari 200-300 ml. Tanda– tanda yang sesuai
dengan efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan fremitus, redup pada perkusi
dan berkurangnya suara napas.

17
DAFTAR PUSTAKA
 Huda, A.N, Kusuma, H. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS DAN NANDA NIC-NOC. Edisi revisi.
Mediaction : Jogjakatra.
 Doenges, Marilynn E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC : Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai