Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISA PERHITUNGAN SETTING PELEPASAN


BEBAN PADA DENGAN MENGGUNAKAN Under
Frekuensi Relay (UFR) PADA SISTEM KELISTRIKAN
JAYAPURA

ARMA ARGANATA
20170621024006

Konsentrasi
ARUS KUAT

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
DESEMBER 2018
HALAMAN PERNYATAAN

TUGAS AKHIR ini adalah tema yang berasal dari


Mahasiswa

ttd

Proposal ini adalah karya sendiri. Semua sumber rujukan telah


dikutip sesuai etika penulisan karya ilmiah.
Tanggal : 31 – 12 – 2018

Arma Argianata
20170621024006

2
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinerja skema pelepasan beban yang
merupakan bagian dari skema pertahanan (defence scheme) yang ada pada system
kelistrikan. Penelitian ini dilakukan dimulai dari penelusuran literatur tentang data
spesifikasi generator, data frekuensi sistem saat terjadi gangguan dan data gangguan di
lapangan yang menyebabkan skema pelepasan beban Under Frekuensi Relay UFR
bekerja dilanjutkan dengan melakukan evaluasi dan perhitungan.
Dari penelitian ini dapat diperoleh bahwa idealnya sebuah skema pelepasan beban
memiliki kriteria yang harus dipenuhi, yaitu pelepasan beban dilakukan secara bertahap,
beban yang dilepaskan harus seminimal mungkin, dan beban yang dipilih harus
memenuhi kriteria tertentu yang tidak merugikan perusahaan apabila dilepas.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa skema pelepasan beban yang ada di lapangan
sudah berada pada kondisi ideal atau berhasil. Laju pemulihan frekuensi hasil penelitian
menunjukan pelepasan beban, dan dapat memulihkan frekuensi dari 48 Hz – 50 Hz.

Kata Kunci : Pelepasan Beban, UFR, Load Shedding, Frekuensi Rendah

3
1. Pendahuluan

1. 1 Latar Belakang
Pada system tenaga listrik, frekuensi merupakan indicator dari
keseimbangan antara daya yang dibangkitkan dengan total beban system.
Frekuensi akan naik apabila terjadi kelebihan pembangkitan dan sebaliknya
frekuensi akan turun bila terjadi kekurangan pembangkitan atau kelebihan beban.
Penurunan frekuensi yang besar dapat mengakibatkan kegagalan unit-unit
pembangkit secara beruntun yang menyebabkan kegagalan system secara total
sehingga dapat menimbulkan pemadaman menyeluruh atau Black Out.
Load shedding adalah metode tahapan pelepasan beban secara terencana
untuk mengatasi terjadinya penurunan frekuensi yang disebabkan oleh kenaikan
beban pada generator dengan menggunakan rele frekuensi (Under Frekuensi
Relay), setting Frekuensi (f) dan laju perubahan frekuensi.
Yang menjadi masalah pokok dalam pelaksanaan pelepasan beban
disebuah system adalah menentukan jumlah tingkat pelepasan beban, besar
beban yang dilepas pertingkat, frekuensi dimana setiap tingkat pelepasan dan
kelambatan waktu yang direncanakan pada setiap pelepasan beban.
Ketidakseimbangan kapasitas daya pembangkit dan daya beban pada
sistem tenaga listrik terlihat dari perubahan frekuensi dari nilai normal, berupa
kenaikan atau penurunan yang dapat di simulasikan dengan menggunakan
program MATLAB.
MATLAB merupakan suatu program komputer yang bisa membantu
memecahkan berbagai masalah matematis yang kerap kita temui dalam bidang
teknis. Kita bisa memanfaatkan kemampuan MATLAB untuk menemukan
solusi dari berbagai masalah numerik secara cepat, mulai hal yang paling dasar,
hingga yang kompleks, seperti mencari akar-akar polinomial, interpolasi dari
sejumlah data, perhitungan dengan matriks, pengolahan sinyal, dan metoda
numerik.
Salah satu aspek yang sangat berguna dari MATLAB ialah kemampuannya
untuk menggambarkan berbagai jenis grafik, sehingga kita bisa memvisualisasikan
data dan fungsi yang kompleks.

4
1. 2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan
masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana tahapan pelepasan beban menggunakan UFR ( Under Frakuensi
Relay ) ?

2. Bagaimana menentukan besar beban yang di lepas pertingkat ?

3. Bagaimana menentukan frekuensi pada setiap pelepasan ?

4. Bagaimana menentukan keterlambatan waktu yang di rencanakan setiap


pelepasan beban ?

1. 3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tahapan pelepasan beban menggunakan UFR (Under Frekuensi
Relay).

2. Mengetahui penentuan besar beban yang di lepas pertingkat.

3. Mengetahui penentuan frekuensi pada setiap pelepasan.

4. Mengetahui penentuan keterlambatan waktu yang di rencanakan setiap


pelepasan beban.

1. 4 Batasan Penelitian
Mengingat begitu banyaknya masalah-masalah yang akan dibahas dan
keterbatasan dari penulisan untuk menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis
memberikan batasan masalah Berdasarkan perumusan masalah diatas system
pelepasan beban di PT. PLN (Persero) Abepura dengan menggunakan Under
Frekuensi Relay (UFR) yang bekerja berdasarkan setting penurunan frekuensi.

5
1. 5 Manfaat Penelitian
1. Untuk menyelesaikan tugas akhir di Universitas Cenderawasih Jayapura

2. Dapat dijadikan acuan dalam melakukan pencegahan dan perbaikan.

3. Sebagai panduan untuk PT. PLN (Persero) khususnya Jayapura dan teman –
teman dalam menguji sistem pelepasan beban berbasis MATLAB simulink.

1. 6 Keaslian Penelitian
Penelitian Pelepasan beban menggunakan Under Frequency Relay (UFR)
pernah dilakukan oleh beberapa Mahasiswa lainnya yaitu dengan menggunakan
Simulasi CNOOC ses Ltd dan Relay SR3B261FU.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada sistem yang dianalisis,
tempat penelitian dan dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah
persamaan dengan model terbaru dari sistem kerja Under Frekuensi Relay (UFR)
menggunakan Smart UFR.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Tegangan Output dari generator sinkron adalah tegangan bolak-balik,
karena itu generator sinkron disebut juga generator AC. Perbedaan prinsip antara
generator DC dan AC adalah untuk generator DC, kumparan jangkar ada pada
bagian rotor dan terletak diantara kutub-kutub magnit yang tetap di tempat,
diputar oleh tenaga mekanik. Pada generator sinkron kumparan jangkar disebut
juga kumparan stator karena berada pada tempat yang tetap, sedangkan
kumparan rotor bersama-sama dengan kutub magnit diputar oleh tenaga
mekanik.
Jika kumparan rotor yang berfungsi sebagai pembangkit kumparan
medan magnit yang terletak di antara kutub magnit utara dan selatan diputar oleh
tenaga air atau tenaga lainnya, maka pada kumparan rotor akan timbul medan
magnit atau flux putar. Flux putar ini akan memotong kumparan stator, sehingga
pada ujung-ujung kumparan stator timbul gaya gerak listrik karena berpengaruh
induksi dari flux putar tersebut. Gaya gerak listrik (ggl) yang timbul pada
kumparan stator juga bersifat bolak-balik, atau berputar dengan kecepatan
sinkron terhadap kecepatan putar rotor.
Gangguan yang besar dapat menyebabkan ketidak-stabilan frekwensi dan
tegangan system. Ketidak-stabilan frekwensi seperti penurunan frekwensi yang
drastis dapat menyebabkan sistem mengalami pemadaman total (black out).
Salah satu strategi untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan turunnya
frekwensi secara drastis adalah pelepasan sebagian beban yang dipikul oleh
sistem. Setelah sebagian beban dilepas, beban-beban yang dipikul oleh
pembangkit yang masih beroperasi akan berkurang dan frekwensi akan dapat
kembali kekeadaan normal segera setelah terjadi keseimbangan antara
pembangkitan dan pembebanan. Pelepasan beban harus dilakukan segera pada
saat frekwensi sistem mulai menurun dengan drastis. Ada dua jenis pelepasan
beban yang telah dikembangkan saat ini, yaitu: pelepasan beban berdasarkan
7
penurunan frekwensi (frequency decline) dan pelepasan berdasarkan kecepatan
penurunan frekwensi (rate of frequency decline). Kedua pendekatan ini masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kedua pendekatan tersebut dapat
digabungkan untuk mendapatkan skema pelepasan beban yang lebih akurat.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menahan turunnya
frekuensi pada saat sistem kehilangan penbangkitan, yaitu :
1. Menambah daya pembangkitan
2. Mengurangi kebutuhan daya beban.
2.1.1. Menambah Daya Pembangkitan
Penambahan daya pembangkitan dapat dilakukan dengan
merealisasikan daya cadangan yang ada pada masing-masing
pembangkit. Cara ini dirasakan sangat terbatas dan lambat. Karena
kemampuan pembangkit untuk menambah pembangkitannya dibatasi
oleh kecepatan alat-alat kontrolnya, seperti kontrol primer yaitu
governor.
Pada umumnya keandalan dari cara ini hanya terdapat pada sistem
yang mengalami kekurangan pembangkitan sebesar 10 sampai dengan 15
persen dari jumlah pembangkitan seluruhnya, di mana dalam hal ini
frekuensi sistem akan turun secara lambat dan tidak membahayakan atau
menimbulkan hal-hal yang serius pada sistem. Dalam keadaan
kekurangan pembangkitan yang lebih besar, maka turunnya frekuensi
akan lebih cepat dan akan mencapai harga yang cukup rendah hanya
dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena kecepatan reaksi alat-alat
kontrol frekuensinya terbatas, maka tidak akan sempat bekerja untuk
memperbaiki keadaan sistem. Dalam keadaan ini penambahan daya
pembangkitan tidak dapat diandalkan lagi.
2.1.2 Mengurangi Kebutuhan Daya Beban
Mengurangi kebutuhan daya beban dapat dilakukan dengan
melepaskan sebagian beban dari sistem. Setelah pelepasan beban
dilaksanakan maka jumlah beban akan berkurang dan diharapkan
pembangkit-pembangkit yang masih terhubung dengan sistem sanggup
memikul beban yang sudah berkurang tadi. Dengan demikian, frekuensi

8
sistem akan kembali ke keadaan normal segera setelah terjadi
keseimbangan antara daya pembangkitan dengan beban. Jelas disini
bahwa pelepasan beban barus segera dilaksanakan pada saat frekuensi
sistea mulai menurun, sehingga pembangkit-pembangkit yang masih
terhubung dengan sistes dapat terbindar dari kerusakan yang fatal.
Meskipun tidak seluruh beban dapat dilayani, tetapi terbadap sebagian
beban pelayanan masih tetap dapat dilaksanakan.
Penurunan frekuensi pada sistem dapat dipengaruhi oleh :
1. Konstanta inersia (H) sistem
2. Faktor penurunan beban sistem (d).

2.2 Konstanta Inersia ( H ) Sistem.


Energi kinetis dari suatu sistem tenaga listrik adalah merupakan jumlah
inersia dari unit-unit pembangkit ditanbah dengan inersia dari bebannya
sendiri. Hal ini dapat dirumuskan sebagi berikut ini :
k
Et   Ei + ( energi kinetis beban ) ............................(2.1)
I 1

Ei  Gi .H i

Sehingga :

k
Et   Gi .H i + ( energi kinetis beban ) .........................(2.2)
I 1

Dengan : Et = energi kinetis total sistem


Ei = energi kinetis tersimpan di pembangkit ke-i.
Gi = rating unit pembangkit ke-i (MVA)
Hi = konstanta inergia mesin ke-i (MWs/MVA)
k = jumlah pembangkit.

9
Harga konstanta inersia (H) dari suatu unit pembangkit biaaanya telah
ditentukan oleh pabrik pembuatnya atau dapat Juga ditentukan dengan
persamaan berikut ini :
energi kinetis mesin (MWs)
H = —————————————————————
Rating mesin ( MVA )

Besarnya nilai H untuk beberapa Jenis pembangkit, secara umum ada1ah


- mesin unit-unit kecil 5 s/d 8
- mesin turbo besar 4 S/d 7
- mesin-mesin PLTA 2 s/d 3
Penentuan energi kinetis beban sangat sulit diakukan, karena beban-beban
yang terhubung kesistem tidak tetap. Sehingga berapa harga inersia sistem
pada suatu saat yang tepat sulit diperoleh. Energi kinetis beban relatif kecil
dibandingkan dengan energi kinetis pembangkit, karena itu dalam
perencanaan pelepasan beban dapat diabaikan. Jadi energi kinetis sistem
adalah energi kinetis pembangkitnya.
Konstanta inersia untuk suatu sistem yang terdiri dari beberapa
pembangkit, dapat ditentukan dengan persamaan seperti berikut ini :
H1 . MVA1 + H2 . MVA2 + ------- + Hn . MVAn
H sistem = .........(2.3)
MVA1 + MVA2 + ------ + MVAn

2.3 Rele Frekuensi


Menurut “Hazairin samaulah, Dasar-Dasar system proteksi.” Frekuensi
merupakan salah satu parameter yang dapat menunjukkan keadaan yang tidak
normal pada suatu sistem tenaga listrik. Berkurangnya daya pembangkit akan
mengakibatkan turunnya putaran pembangkit dan turunnya frekuensi sistem,
keadaan ini mutlak perlu dihindari sebab akan mengganggu kesetabilan dari
sistem tenaga listrik, hal ini dapat diatasi dengan memasang pengaman khusus
yaitu rele frekuensi menurun. Pemilihan rele ini perlu ditinjau kemampuannya dan
ada beberapa yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
a. Bagi rele pengaman sangat penting untuk mengetahui keadaan tidak normal dan
kemudian mengamankannya dengan memperhatikan kemampuan untuk kembali
keadaan semula atau normal secara otomatis.
10
b. Kemampuan selektif dalam keadaan normal harus segera kembali kekeadaan
normalnya dengan cara pelepasan beban semenimum mungkin setelah gangguan
terjadi.
c. Kepekaan rele harus bekerja sedemikian telitinya sehingga pada keadaan
bagaimanapun kekurangan pembangkitan dapat dirasakan dan dengan kecepatan
kerja tertentu.
d. Waktu kerja. Dalam hal tertentu rele harus bekerja dalam waktu singkat dan
dalam keadaan lain rele dapat juga bekerja dalam waktu tertunda (time day), yang
manapun semua ini ditentukan oleh keadaan sistem dan kecepatan kerjadari alat-
alat pada sistem tersebut.
2.3.1 Kegunaan Rele Frekuensi Pada umumnya rele frekuensi ini digunakan
untuk :

- Mendeteksi frekuensi sistem tenaga listrik atau generator


- Menjaga frekuensi sistem tenaga atau generator pada suatu harga
tertentu
- Melepaskan beban lebih bila frekuensi turun dibawah harga yang telah
disetting.
2.3.2 Prinsip Kerja Rele Frekuensi
Menurut “Hazairin samaulah, hal: 66” Untuk menjelaskan cara
kerja rele frekuensi perhatikan blok diagram pada Gambar 2.8. Gambar
2.8 Block Diagram Rele Frekuensi Besaran ukuran adalah frekuensi
sistem diambil dengan menggunakan transformator tegangan. Besaran
ukuran frekuensi adalah arus searah yang biasanya disebut dengan
Auxiliary Power.

11
Gambar 2.3 Blok Diagram Rele Frekuensi
Keterangan gambar :
1. Generator sinyal
Sebagai input, menghasilkan output dengan frekuensi yang sama dengan
frekuensi sistem dan output ini akan diteruskan ke devider
2. Devider
Sebagai pembagi yang mempunyai output akan menjadi input pada clock.
3. Clock
Clock ini mempunyai referensi signal konstan dengan sumber untuk
referensi signal ini adalah dari Auxiliary power yang berupa arus searah. Bila
dimisalkan bahwa frekuensi dari referensi adalah F1 dan frekuensi dari
sistemadalah f, maka kedua frekuensi ini akan dibandingkan di dalam clock.
4. Logic Box
Input untuk logic box adalah output dari clock. Logic box mempunyai
binary counter dan akan menghasilkan output dengan harga 1 dan 0.
5. Tegangan Referensi
Tegangan refrensi mempunyai harga yang konstan dan disuplai dengan
arus searah dan berfungsi untuk mencegah tegangan input dari sistem yang
akan diproteksi.

12
6. Current Generator
Current generator berfungsi untuk mengecek apaka Auxiliary power
tetap konstan maka outputnya akan masuk di AND I, bersama-sama tegangan
inputyang sudah dibandingkan dengan tegangan referensi.
7. AND II
Output dari logic bersama-sama dengan sinyal dari AND I masuk ke
circuit AND II keluar sinyal yang diteruskan ke auxiliary rele untuk membuka
atau menutup circuit breaker (CB).

2. 3. Faktor Penurunan Beban Sistem

Beban yang terdiri dari bermacam jenis itu secara majemuk dapat
dinyatakan sebagai daya yang bergantung secara eksponensial terhadap
frekuensi yaitu :
n
 f 
P1  P10   ......................................(2.4)
 f0 

dimana : P1 = Daya beban pada frekuensi f, MW


P10 = Daya beban pada frekuensi fo, MW
f = frekuensi sembarang, Hz
fo = frekuensi nominal system, Hz
n = indeks yang menyatakan karakteristik frekuensi-daya.

Jika beban seluruhnya bersifat tahanan maka harga n akan mendakati nol,
artinya daya beban tidak di pengaruhi oleh frekuensi. Jika komposisi beban
makin bersifat induktif maka harga n akan semakin besar. Karena energi kinetis
adalah fungsi kuadrat dari frekuensi maka :

n
 f 
W  W0   ............................(2.5)
 f0 

dimana : W = energy kinetis pada frekuensi f


W0 = energy kinetis pada frekuensi f0

13
Jika persamaan tersebut didifrensialkan terhadap t maka :

dw 2Wo f df
 2 ..................................(2.6)
dt f 0 dt

Yang merupakan besarnya gaya yang dikeluarkan yaitu daya mekanis


df
yang diubah menjadi daya listrik selama terjadi perubahan frekuensi dengan laju
dt
Persamaan gerak pada keadaan tidak seimbang diperoleh dengan jalan
menyamakan daya yang timbul sebagai aksi dan reaksi yang ditulis sebagai
berikut :

dw
Pg – P1 = ……………………..(2.7)
dt

Dimana : Pg = daya generator yang tinggal


Pg – P1 = besar ketidakseimbangan daya antara pembangkitan dan
beban pada frekuensi f
dw
= daya yang diberikan bagian berputar system
dt

Dengan mensubstitusikan harga-harga yang diperoleh diatas maka didapat :

Pg  P10   f 


2
df f0
 …………………….(2.8)
dt 2W0 f  f0 

Nilai frekuensi pada akhir selang waktu T0 => T1 adalah

 df 
f1  f 0   x t1  to  ..................................(2.9)
 dt 

Yang merupakan persamaan differensial timgkat satu yang digunakan


untuk menghitung frekuensi respon.Untuk mencari frekuensi respons suatu
system dalam keadaan tidak seimbang, biasanya dilakukan pengandaian sebagai
berikut : 1.Karakteristik frekuensi-daya n = 2
2.Pengaruh governor terhadap Pg diabaikan.
3.Inersia system dianggap hanya ada pada pembangkit.

14
Solusi persamaan gerak dalam keadaan khusus ini adalah sebagai berikut :
2

Pg  P10   f 


2
df f0
 ..........................(2.10)
dt 2W0 f  f0 

sedangkan,

0 .5
 Pg 
f u  f 0   ..........................(2.11)
 10 
P

Jadi dapat dihitung waktu pelepasan beban :

W0  fu 2  f02 
t in  2  ..........................(2.12)
P10  f f2
 u 

maka frekuensi sistem saat pelepasan :

fu  f0
2 2
f  fu 
2
..........................(2.13)
P 
exp  10 . t 
 W0 

2. 2. 2. Kesalahan Yang Sering Terjadi


Kesalahan yang kemungkinan terjadi yaitu kesalahan dalam perhitungan Human
Eror dan life time suatu relay sehingga sangat mempengaruhi perhitungan ketepatan
sesintivitas pada lat tersebut.

2. 3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana proses terjadinya pelepasan beban secara bergilir pada setiap
penyulang-penyulang.

15
3. Metode Penelitian
Adapun metode yang dilaksanakan selama pengambilan data sebagai berikut :

1. Metode Wawancara
Metode ini dilaksanakan melalui tanya jawab secara langsung melalui
narasumber yang menangani dan menguasai bidangnya masing-masing
untuk mencari data-data yang diperlukan tentang masalah yang dibahas.
2. Metode Observasi lapangan

Metode ini dilaksanakan melalui peninjauan secara langsung ke lapangan


untuk melihat hal-hal yang berhubungan mengenai Tegangan Tembus
Minyak teansformator.
3. Metode Literatur

Mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan cara membaca buku-


buku di perpustakaan yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

4. Metode Konsultasi

Metode yang dilakukan yaitu penulis menanyakan langsung pada


dosen pembimbing apakah penyusunan laporan ini sudah benar atau belum.

3. 1 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
1. Laptop
2. Objek Relay UFR
3. Software MATLAB (semua alat di muka adalah contoh)

3. 2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam menyelesaikan proposal ini yaitu dengan
menggunakan buku manual yang terdapat pada relay Under Frekuensi Relay
(UFR)

16
3. 3 Cara Penelitian
Melakukan dan mempelajari proses sistem kelistrikan dan mengambil data
dengan resmi dari Perusahaan terkait dari sisi pembangkitan dan tiap penyulang
yang akan dijadikan bahan penelitian. Selanjutnya, mengaplikasikan data tersebut
ke perhitungan yang sudah tertera dan input ke software yang dimaksud.

4. Jadwal Penelitian
Penulisan laporan akhir dijadwalkan akan selesai dalam jangka waktu empat
bulan dengan jadwal sebagai berikut :
JADWAL KEGIATAN PENULISAN LAPORAN AKHIR
Tahun 2018-2019
No Kegiatan
November Desember Januari Februari Maret
1 Tahap Persiapan
2 Tahap Pengumpulan Data
3 Tahap Pengolahan Data
4 Tahap Penyusunan
5 Tahap Penggandaan

17
DAFTAR PUSTAKA

[1] Rijono, Yon. 1997. Dasar Teknik Tenaga Listrik. Yogyakarta : Andi.

[2] Hazairin, Samaulah. 2000. Dasar-Dasar System Proteksi Tenaga Listrik.


Palembang: Percetakan Universitas Sriwijaya

[3] Widiarsono, Teguh. 2002. Tutorial Praktis Belajar Matlab, Jakarta : Widiarsono
[4] Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta : Graha Ilmu
[5] Marsudi, Djiteng. 2002. Pembangkitan Energi Listrik. Yogyakarta : Graha Ilmu

18

Anda mungkin juga menyukai