Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan
beragam budaya. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat.bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi
ciri khas suatu masyarakat. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan khususnya permainan tradisional, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan tekhnologi yang
semakin canggih, kini permainan-permainan tradisional yang beragam seperti
gobak sodor, gangsingan, cinciripit (petak umpet), egrang, benthik, bekelan,
engklek, jamuran, mulai ditinggalkan. Bergeser pada permainan-permainan yang
menggunakan tekhnologi modern, seperti permainan video game, play station,
berbagai permainan yang tersedia di komputer maupun laptop (sering disebut
dengan istilah “game”), dan lain permainan modern lainnya.

Padahal permainan tradisional yang cukup beragam itu perlu digali dan
dikembangkan karena mengandung nilai-nilai seperti kejujuran, sportivitas,

1
kegigihan dan kegotong royongan (Sarasehan). Dengan permainan tradisional
anak-anak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan
ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Selain
itu, permainan tradisional bisa juga dapat mengembangkan aspek pengembangan
moral, nilai agama, sosial, bahasa, dan fungsi motorik (Haris Iskandar).
Sedangkan menurut Prof. Dr. Timbul Haryono, Rektor ISI (Institut Seni
Indonesia) menyatakan melalui tembang dan lagu dolanan dapat mempertajam
anak dalam berolah rasa berbasis tradisi, yang erat kaitannya dengan kepekaan
social, lingkungan dan dapat menanamkan budi pekerti sastra kebersamaan sesuai
Sosio kultur masyarakat (KR, Senin 30 Mei 2006). Namun, berbeda dengan
permainan modern zaman sekarang yang tidak mendorong sikap kreatif anak
sebagai kreator tapi mendorong anak sebagai operator yang hanya duduk diam di
depan layar komputer hingga membuat anak sibuk dengan dirinya sendiri tanpa
peduli dengan lingkungan luar sekitar rumah.

Jika secara terus menerus anak dibiarkan bermain game di depan layar
komputer, maka dapat mempengaruhi aspek perkembangan anak tersebut. Oleh
karena itu, permainan tradisional masih perlu dikembangkan di zaman yang
semakin maju ini, karena dapat menjadi alternatif untuk mengenalkan
keberagaman budaya yang ada di Indonesia, serta dapat menanamkan nilai dan
moral sebagai dasar yang membentuk pribadi anak yang luhur. Permainan
tradisional juga dekat dengan alam dan memberikan kontribusi bagi
pengembangan pribadi anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian permainan tradisional ?
2. Apa saja macam-macam serta manfaat dari permainan tradisional?
3. Bagaimana implementasi permainan tradisional sebagai media pembelajaran ?

2
C. Tujuan
1. Mengetahui arti dari permainan tradisional.
2. Mengetahui macam- macam serta manfaat permainan tradisional.
3. Mengetahui contoh nyata permainan tradisioal dijadikan sebagai media
pembelajaran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permainan Tradisional

Permainan tradisional menurut James Danandjaja (1987) adalah salah satu


bentuk yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara
anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta
banyak mempunyai variasi. Sifat atau cirri dari permainan tradisional anak sudah
tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan darimana
asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan adang-kadang mengalami
perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dariakar
katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu
peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang
dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan.

Menurut Atik Soepandi, Skar dkk. (1985-1986), permainan adalah


perbuatan untuk menghibur hati baik yang mempergunakan alat ataupun tidak
mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud tradisional adalah segala sesuatu
yang dituturkan atau diwariskan secara turun temurun dari orang tua atau nenek
moyang. Jadi permainan tradisional adalah segala perbuatan baik
mempergunakan alat atau tidak, yang diwariska secara turun temurun dari nenek
moyang, sebagai sarana hiburan atau untuk menyenangkan hati.

Permainan tradisional ini bisa dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu :


permainan untuk bermain (rekreatif), permainan untuk bertanding (kompetitif)
dan permainan yang bersifat edukatif. Permainan tradisional yang bersifat
rekreatif pada umumnya dilakukan untuk mengisi waktu luang. Permainan

4
tradisional yang bersifat kompetitif, memiliki ciri-ciri : terorganisir, bersifat
kompetitif, diainkan oleh paling sedikit 2 orang, mempunyai criteria yang
menentukan siapa yang menang dan yang kalah, serta mempunyai peraturan yang
diterima bersama oleh pesertanya. Sedangkan perainan tradisional yag bersifat
edukatif, terdapat unsur-unsur pendidikan di dalamnya. Melalui permainan seperti
ini anak-anak diperkenalkan dengan berbagai macam ketrampilan dan kecakapan
yang nantinya akan mereka perlukan dalam menghadapi kehidupan sebagai
anggota masyarakat. Berbagai jenis dan bentuk permainan pasti terkandung unsur
pendidikannya. Inilah salah satu bentuk pendidikan yang bersifat non-formal di
dalam masyarakat. Permainan jenis ini menjadi alat sosialisasi untuk anak-anak
agar mereka dapat menyesuaikan diri sebagai anggota kelompok sosialnya.

B. Macam-Macam Permainan Tradisional dan Manfaatnya

Banyak sekali macam-macam permainan tradisional di Indonesia, hampir


di seluruh daerah-daerah telah mengenalnya bahkan pernah mengalami masa-
masa bermain permainan tradisional ketika kecil. Permainan tradisional perlu
dikembangkan lagi karena mengandung banyak unsur manfaat dan persiapan bagi
anak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh permainan
tradisional akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :

1. Engklek

Siapa yang tidak kenal dan tidak tahu engklek ? Permainan sangat
mudah dan sangat menarik untuk dimainkan yang hanya membutuhkan garis
kotak-kotak atau gambar sebagai medianya dan dapat dibuat di atas tanah
maupun halaman depan rumah atau halaman sekolah. Engklek
mengkombinasikan kecepatan melempar pecahan genteng (disebut gacok) ke
dalam kotak-kotak dan kemampuan menjaga keseimbangan, karena saat

5
melewati kotak-kotak yang telah dibuat, setiap pemain harus melompat-
lompat dengan satu kaki diangkat, dan tidak boleh menyentuh garis.

2. Bekelan

Bekelan mengadu kecepatan menangkap bola dan mengatur bekel.


Termasuk melatih kemampuan motorik anak. Setiap kali pemain
melemparkan bola ke atas hingga memantul di lantai, sebelum bola
ditangkapnya kembali, ia harus mengambil dan mengatur bekel yang lain
sesuai dengan urutan permainan. Dan jangan sampai bola terjatuh.

3. Gatheng

Hampir sama dengan permainan bekel yaitu mengadu kecepatan


dalam melatih kemampuan motorik anak. Selain itu juga melatih kemampuan
berhitung anak. Bedanya, gatheng menggunakan lima batu kecil dalam
permainannya. Gatheng dapat dimainkan minimal dua orang anak. Sebelum
permainan gatheng dimulai, harus ada kesepakatan antar pemain untuk
menentukan jumlah yang harus dicapai. Setiap kali satu batu dilempar ke atas,
anak harus mengambil batu yang lain secara cepat dan sesuai aturan
permainan sebelum batu yang dilempar ditangkapnya kembali. Jangan sampai
batu yang dilempar terjatuh. Setelah itu semua batu dilempar ke atas dan
ditangkap dengan tangan terbalik ke bawah, kemudian dilempar lagi dan
ditangkap lagi dengan tangan terbuka (sering disebut “teplek”). Lalu dihitung
berapa jumlah batu yang tertangkap. Diulang-ulang dan dijumlahkan hingga
jumlahnya mencapai target jumlah yang telah ditentukan di awal permainan.

4. Jamuran

Jamuran berasal dari kata jamur karena dalam permainan ini berbentuk
lingkaran dengan satu anak yang “jadi” ada di tengah titik pusat lingkaran.

6
Jamuran biasa dimainkan lebih dari tiga orang anak. Jamuran termasuk dalam
kategori permainan rekreatif karena sebenarnya jamuran merupakan sarana
bernyayi dan bergembira bersama. mereka bergerak sambil bernyanyi :

Syair jamuran adalah :

Jamuran ya ge ge thok

Jamur apa ya ge ge thok

Jamur gajih mberjijih sa ara ara

Sira badhe jamur apa?

Bermacam-macam jawaban jamuran tempo dulu:

 Jamur gagak : anak berlari sambil merentangkan tangan sambil


mengucap nama anak yang dikejar, jika hampir tertangkap segera jongkok
agar tidak “jadi”.

 Jamur parut : mempersiapkan telapak kaki untuk digelitiki, pemain


yang kelihatan giginya “jadi”.

Jawaban yang lain adalah jamur kethek menek, jamur kendi bocor, jamur lilin,
jamur bunga, jamur kulkas, jamur kursi, jamur payung, dan sebagainya.

5. Cinciripit (petak umpet)

Cinciripit atau petak umpet minimal dimainkan oleh tiga orang anak.
Seorang yang terpilih dengan undian “cinciripit” akan berjaga dan menutup
matanya, dan peserta lain bersembunyi. Setelah itu yang berjaga mencari
peserta lain, siapa yang paling awal ditemukan akan berganti jaga dan
bertugas mencari. Dalam bermain petak umpet diperlukan kejujuran dalam
permainannya.

7
6. Gapyak atau Bakiak

Gapyak atau bakiak mengadu keseimbangan dan kekompakan tim,


dan termasuk permainan yang kompetitif. Setiap kelompok biasanya terdiri
dari tiga orang anak mengenakan sandal tandem yang terbuat dari kayu.
Pemenangnya adalah kelompok yang tidak terjatuh dan tercepat mencapai
garis finish.

7. Dakon

Dakon dimainkan oleh dua orang anak dengan membagikan biji dakon
ke dalam lubang-lubang dakon secara bergiliran. Pemain yang mendapatkan
biji dakon terbanyak saat biji dakon habis dinyatakan sebagai pemenang.
Dengan bermain dakon, aspek emosional dan kemampuan motorik anak dapat
terlatih. Juga terdapat unsur kejujuran dalam permainannya.

8. Benthik

Permainan benthik ini membutuhkan alat berupa dua patahan ranting


panjang dan pendek. Ranting panjang sebagai pemukul. Pada intinya, benthik
memperagakan ketrampilan memainkan ranting kecil dengan memukul dan
mengarahkan agar tidak tertangkap oleh lawan.

Setiap permainan tradisional di atas tentunya mempunyai kelebihan serta


manfaat masing-masing. Namun secara umum, permainan-permainan tradisional
memberikan manfaat yang luar biasa pada perkembangan anak. Seperti dapat
melatih kemampuan motorik anak, kejujuran, kerjasama, kekompakan,
ketrampilan, ketangkasan, keseimbangan, dan sikap, serta dapat melatih jiwa
kesosialan anak dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat. Permainan
tradisional juga memberikan pembelajaran kepada anak mengenai pentingnya
menjaga lingkungan, menghormati sesama, hingga cinta kepada Tuhan.

8
C. Permainan Tradisional Sebagai Media Pembelajaran

Permainan “gatheng” sebagai media pembelajaran penjumlahan matematika.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas kadang terasa monoton


hingga menyebabkan siswa merasa jenuh. Untuk menghindari kejenuhan siswa
maka dapat diselipkan permainan tradisional dalam pembelajaran tersebut.
Cotohnya dalam pembelajaran penjumlahan matematika dapat diselipkan
permainan “gatheng”. Dengan permainan “gatheng” kemampuan motorik dan
kemampuan berhitung anak dapat terlatih, dan juga terdapat unsur sportifitas dan
kesenangan dalam permainan tersebut.

Dengan menentukan jumlah yang ditargetkan dalam permainan


“gatheng”, maka siswa dapat melatih ingatan dan melatih kemampuan
berhitungnya. Misalnya jumlah yang ditargetkan adalah 50. Maka setiap pemain
melakukan “teplek”, dihitung berapa jumlah batu yang bisa ditangkapnya yang
kemudian ditambahkan dengan jumlah “teplekan” selanjutnya, dilakukan secara
berulang-ulang hingga jumlahnya mencapai target yang telah ditentukan. Berarti
mereka harus mengingat jumlah yang telah mereka peroleh dan harus
menjumahkan hasil “teplekan” yang telah mereka peroleh dengan hasil
“teplekan” selanjutnya. Dengan demikian permainan tradisional dapat dijadikan
sebagai media pembelajaran.

Permainan engklek sebagai media pembelajaran bahasa inggris.

Dengan menggunakan permainan tradisional engklek sebagai media


pembelajaran bahasa inggris, guru dapat mengajarkan kosa kata (vocabulary)

9
sesuai materi yag telah dipelajari. Dengan permainan engklek ini, dapat melatih
hafalan, membaca (reading), menyebutkan kata (spelling), dan juga
mendengarkan (listening).

Yaitu dengan cara dengan menuliskan atau meletakkan kata dalam bahasa
inggris (words) di dalam kotak-kotak yang ada dalam permainan engklek
tersebut. Kemudian setiap anak yang bermain mengucapkan kata-kata yang ada
dalam setiap kotak engklek tersebut. Dengan kata lain, pada saat permainan
berlangsung pemain harus menyebutkan kata yang ada di dalam kotak pada saat
melompat sampai selesai. Dengan begitu pemain akan terus mengucapkan kata
dan secara tidak langsung akan mengingat dan bahkan hafal dengan cara
penulisannya. sedangkan pemain lainnya secara tidak langsung akan terus
mendengar kata yang diucapkan oleh pemain yang sedang main. Itulah contoh
penerapan permainan tradisional dalam pembelajaran bahasa inggris.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permainan tradisional tidak hanya sekedar permainan yang mengandung


kesenangan semata. Namun permainan tradisional dapat melatih kemampuan
motorik anak, sikap anak, dan juga ketrampilan anak. Serta dapat membentuk
karakter anak yang luhur.

B. Saran

Permainan tradisional masih perlu dikembagkan dalam proses


pembelajaran anak, karena permainan tradisional mengandung unsur-unsur
pendidikan dan memiliki banyak manfaat yang berguna untuk kelangsungan
hidup bermasyarakat.

11

Anda mungkin juga menyukai