Anda di halaman 1dari 21

Spuit adalah piston sederhana pompaterdiri dari sebuah plunger yang cocok erat dalam tabung.

Plunyer
dapatditarik dan didorong bersama di dalam tabung silinder (tong), yang memungkinkan jarum suntik
untuk mengambil dan mengeluarkan suatucairanataugas melalui lubang di ujung terbuka tabung.

Spesifikasi Spuit 10 cc merk Terumo :

- Syiringe / Spuit Terumo 10 cc With Needle Jual Alat Suntik sudah lengkap dengan jarum suntik
- Ukuran 22G x 1 1/2″ ( 0,70 x 38 mm )
- Single Use
- Sterile
- Non Toxic
- Non Pyrogenic
- 1 Box isi 100
Ethilon 2/0

ETHILON™ Nylon Suture


A nonabsorbable, sterile, surgical, monofilament suture composed of the long-chain, aliphatic polymers Nylon 6 and
Nylon 6.6. ETHILON suture is dyed black or green to enhance visibility in tissue. It is also available undyed (clear).

Ethilon
ETHILON is one of the most popular non-absorbable sutures. It has a monofilament structure for smooth
passage through tissue while still providing strength and knot stability. It is a tissue friendly suture and is
often used for skin suturing and is also available in very fine dimensions (11-0) making it also suitable for
cosmetic surgery.

Non-absorbable
Provides prolonged tensile strength retention in tissue.

Color
Blue, black or clear.

Range
11-0 to 2. Supplied as needled sutures or ligatures.

Indications
ETHILON (black and clear) sutures are intended for use in general soft tissue approximation and/or
ligation, including use in cardiovascular, ophthalmic, microsurgical and neurosurgical procedures. Blue
ETHILON sutures are intended for use in skin closure.

Typical areas of use include:


- Cuticular sutures
- Nerve adaptation
- Ophthalmology
CHROMIC

PLAIN 2/0 HR26


Benang Jahit untuk Operasi

Benang Jahit untuk Operasi

Ada tiga hal yang menentukan pemilihan jenis benang jahit, yaitu jenis bahannya, kemampuan tubuh
untuk menyerapnya dan susunan filamentnya.

Benang yang dapat diserap melalui reaksi enzimatik pada cairan tubuh kini banyak dipakai. Penyerapan
benang oleh jaringan dapat berlangsung antara tiga hari sampai tiga bulan tergantung jenis benang dan
kondisi jaringan yang dijahit.
Menurut bahan asalnya, benang dibagi dalam benang yang terbuat dari usus domba meskipun namanya
catgut dan dibedakan dalam catgut murni yang tanpa campuran dan catgat kromik yang bahannya
bercampur larutan asam kromat. Catgut murni diserap cepat, kira kira dalam waktu satu minggu
sedangkan catgut kromik diserap lebih lama kira kira 2-3 minggu.

Disamping itu ada benang yang terbuat dari bahan sintetik, baik dari asam poliglikolik maupun dari
poliglaktin-910 yang inert dan memiliki daya tegang yang besar. Benang ini dalam dipakai pada semua
jaringan termasuk kulit. Benang yang dapat diserap menimbulkan reaksi jaringan setempat yang dapat
menyebabkan fistel benang atau infiltrate jaringan yang mungkin ditandai adanya indurasi.

Benang yang tidak dapat diserap oleh tubuh terbuat umumnya dari bahan yang tidak menimbulkan
reasksi jaringan karena bukan merupakan bahan biologik. Benang ini dapat berasal dari sutera yang
sangat kuat dan liat, dari kapas yang kurang kuat dan mudah terurai, dan dari polyester yang merupkan
bahan sintetik yang kuat dan biasanya dilapisi Teflon. Selain itu terdapat juga benang nailon yang
berdaya tegang besar, yang terbuat dari polipropilen yang terdiri atas bahan yang sangat inert dan baja
yang terbuat dari baja tahan karat.

Karena tidak dapat diserap maka benang akan tetap berada di jaringan tubuh. Benang jenis ini biasanya
di gunakan pada jaringan yang sukar sembuh. Bila terjadi infeksi akan terbentuk fistel yang baru dapat
sembuh setelah benang yang bersifat benda asing dikeluarkan.

Benang alami terbuat dari sutera atau kapas. Kedua bahan alami ini dapat bereaksi dengan jaringan
tubuh meskipun minimal karena mengandung juga bahan kimia alami. Daya tegangnya cukup dan dapat
diperkuat bila dibasahi terlebih dahulu dengan larutan garam sebelum digunakan.

Bahan sintetik terbuat dari polyester, nailon atau polipropilen yang umumnya dilapisi oleh bahan pelapis
Teflon atau Dacron. Dengan lapisan ini, permukaannya lebih mulus sehingga tidak mudah bergulung
atau terurai. Benang mempunyai daya tegang yang besar dan dipakai untuk jaringan yang memerlukan
kekuatan penyatuan yang besar.

Menurut bentuk untaian seratnya, benang dapat berupa monofilament bila hanya terdiri dari satu serat
saja, dan polifilamen bila terdiri atas banyak serat yang diuntai menjadi satu. Cara menguntainya dapat
sejajar dibantu bahan pelapis atau di untai bersilang sehingga penampangnya lebih bulat, lebih lentur
dan tidak mudah bergulung.

Benang baja dapat berbentuk monofilament atau polifilamen, sering dipakai pada sternum setelah
torakotomi, jika terkontaminasi mudah terjadi infeksi.

Seide (silk/sutera)

Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat, tidak diserap tubuh.
Pada penggunaan disebelah luar maka benang harus dibuka kembali.

Warna : hitam dan putih


Ukuran : 5,0-3

Kegunaan : menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai teugel (kendali)

Plain catgut

Diserap tubuh dalam waktu 7-10 hari

Warna : putih dan kekuningan

Ukuran : 5,0-3

Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan
untuk menjahit kulit terutama daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya
kecil.

Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang.

Chromic catgut

Berbeda dengan plain catgut, sebelum dipintal ditambahkan krom, sehinggan menjadi lebih keras dan
diserap lebih lama 20-40 hari.

Warna : coklat dan kebiruan

Ukuran : 3,0-3

Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari, untuk menjahit tendo
untuk penderita yang tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan.

Ethilon

Benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat
dari nilon lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan
jaringan tubuh lain

Warna : biru dan hitam

Ukuran : 10,0-1,0

Penggunaan : bedah plastic, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, nomor yang kecil
digunakan pada bedah mata.

Ethibond

Benang sintetis(polytetra methylene adipate). Kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi
terhadap tubuh minimum, tidak terserap.
Warna : hiaju dan putih

Ukuran : 7,0-2

Penggunaan : kardiovaskular dan urologi

Vitalene

Benang sintetis (polimer profilen), sangat kuat lembut, tidak diserap. Kemasan atraumatis

Warna : biru

Ukuran : 10,0-1

Kegunaan : bedah mikro terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, plastic, menjahit
kulit

Vicryl

Benang sintetis kemasan atraumatis. Diserap tubuh tidak menimbulkan reaksi jaringan. Dalam subkuitis
bertahan 3 minggu, dalam otot bertahan 3 bulan

Warna : ungu

Ukuran : 10,0-1

Penggunaan : bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastic

Supramid

Benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Tidak diserap

Warna : hitam dan putih

Kegunaan : penjahitan kutis dan subkutis

Linen

Dari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum

Warna : putih

Ukuran : 4,0-0

Penggunaan : menjahit usus halus dan kulit, terutama kulit wajah

Steel wire
Merupakan benang logam terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat kuat tidak korosif, dan reaksi
terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul

Warna : putih metalik

Kemasan atraumatuk

Ukuran : 6,0-2

Kegunaan : menjahit tendo

Ukuran benang

Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan metric. Ukuran terkecil standar
eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7.

Ukuran benang merupakan salah satu factor yang menentukan kekuatan jahitan. Oleh karena itu
pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan
dengan pertimbangan factor kosmetik. Sedangkan kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan,
jarak jahitan, dan jenis benangnya. Pada wajah digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0)

Lokasi penjahitan Jenis benang Ukuran

Fasia Semua 2,0-1

Otot Semua 3,0-0

Kulit Tak diserap 2,0-6,0

Lemak Terserap 2,0-3,0

Hepar Kromik catgut 2,0-0

Ginjal Semua catgut 4,0

Pancreas Sutera atau kapas 3,0

Usus halus Catgut, sutera, kapas 2,0-3,0

Usus besar Kromik catgut 4,0-0

Tendon Tak terserap 5,0-3,0

Kapsul sendi Tak terserap 3,0-2,0

Peritoneum Kromik catgut 3,0-2,0


Bedah mikro Tak terserap 7,0-11,0

1. Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi yang
terpotong (Sabiston,1995).

2. Menurut Sodera dan Saleh (1991), jahitan merupakan hasil penggunaan bahan berupa
benang untuk mengikat atau ligasi pembuluh darah dan menghubungkan antara dua tepi luka.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjahitan merupakan tindakan menghubungkan
jaringan yang terputus atau terpotong untuk mencegah pendarahan dengan menggunakan benang.

Prinsip Umum Penjahitan luka.

Menurut Brown (1995), prinsipprinsip umum yang harus dilaksanakan dalam penjahitan luka laserasi
adalah sebagai berikut:

Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu sama lain dengan hati-hati.
Tegangan dari tepitepi kulit harus seminimal mungkin atau kalau mungkin tidak ada sama sekali. Ini
dapat dicapai dengan memotong atau merapikan kulit secara hatihati sebelum dijahit.

Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengn memakai traksi ringan pada tepitepi kulit dan
lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada kulit yang dijahit.

Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subcutaneus yang dapat diserap atau dengan
mengikutsertakan lapisan ini pada waktu mmenjahit kulit

Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai daripada jahitan yang lebih
besar dan berjauhan.

Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh karena itu jahitan pada wajah
harus dilepas secepat mungkin (48 jam5 hari), sedangkan jahitan pada dinding abdomen dan kaki harus
dibiarkan selama 10 hari atau lebih.

Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.

Pemakaian forsep dan trauma jaringan diusahakan seminimal mungkin.

Penjahitan merupakan suatu cara menjahit untuk mendekatkan atau menghubungkan dua tepi luka.
Dapat dibedakan menjadi :

1. Jahitan Primer (primary Suture Line) adalah jahitan yang digunakan untuk mempertahankan
kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan selama proses penyembuhan sehingga dapat sembuh
secara primer.
2. Jahitan Kontinyu yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari seluruh luka dengan
menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada akhir jahitan serta dipotong setelah dibuat
simpul. Digunakan untuk menjahit peritonium kulit, subcutis dan organ.

3. Jahitan Simpul/Kerat/Knot, yaitu merupakan tehnik ikatan yang mengakhiri suatu jahitan.
Digunakan untuk memperkuat dan mempertahankan jahitan luka sehingga jahitan tidak terlepas atau
mengendor. Yang dimaksud dengan jerat adalah pengikatan satu kali, sedang simpul adalah pengikatan
dengan dua jerat atau lebih

Jenisjenis benang yang digunakan dalam penjahitan

1. Seide (Silk/Sutra): Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan
perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada penggunaan disebelah luar, maka benang harus dibuka kembali.
Berguna untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri besar. Ukuran yang sering digunakan adalah
nomor 2 nol 3 nol, 1 nol dan nomor 1.

2. Plain Catgut: Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 710 hari
dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk mengikat sumber pendarahan kecil, menjahit subcutis
dan dapat pula digunakan untuk bergerak dan luas lukanya kecil. Benang ini harus dilakukan
penyimpulan 3 kali karena dalam tubuh akan mengembang. Bila penyimpulan dilakukan hanya 2 kali
akan terbuka kembali.

3. Chromic Catgut: Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih lama yaitu sampai
20 hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang lebih besar dibandingkan dengan
plain catgut. Berguna untuk penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari dan bila
mobilitas harus segera dilakukan

Komplikasi menjahit luka

1. Overlapping: Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga luka menjadi
tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan yang lambat dan apabila sembuh maka hasilnya
akan buruk.

2. Nekrosis: Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi sehingga


menyebabkan kematian jaringan.

3. Infeksi: Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka yang telah
terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.

4. Perdarahan: Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.

5. Hematoma: Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan tidak
dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus berlangsung dan menyebabkan bengkak.
6. Dead space (ruang/rongga mati): Yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi karena
penjahitan yang tidak lapis demi lapis.

7. Sinus: Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus, biasanya ada jahitan
multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang bertindak sebagai benda asing.

8. Dehisensi: Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan karena jahitan yang
terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang buruk.

9. Abses: Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.

Macam-macam jahitan luka

1. Jahitan Simpul Tunggal : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture Merupakan
jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi Teknik : Melakukan penusukan
jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan
subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka. Simpul
tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm. Simpul di letakkan ditepi luka
pada salah satu tempat tusukan Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

2. Jahitan matras Horizontal : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress Jahitan dengan
melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1
cm dari tusukan pertama.

3. Jahitan Matras Vertikal : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far Jahitan
dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka.
Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan
ini.

4. Jahitan Matras Modifikasi : Half Burried Mattress Suture Modifikasi dari matras horizontal
tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah subkutannya.

5. Jahitan Jelujur sederhana : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel kosmetik
yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.

6. Jahitan Jelujur Feston : Running locked suture, Interlocking suture Jahitan kontinyu dengan
mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan
variasi jahitan jelujur biasa

7. Jahitan Jelujur horizontal : Running Horizontal suture Jahitan kontinyu yang diselingi dengan
jahitan arah horizontal

8. Jahitan Simpul Intrakutan : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture,


Interrupted dermal stitch. Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area
yang dalam kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana
9. Jahitan Jelujur Intrakutan : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular Jahitan
jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang baik

Tutup atau Bebat Luka

Setelah luka di jahit dengan rapi di bersihkan dengan desinfeksan Tutup luka dengan kasa steril yang
dibasahi dengan betadine Lekatkan dengan plester atau hipafix ( bila perlu diikat dengan Verban)

Penjahitan luka

Penjahitan luka bertujuan untuk menyatukan jaringan yang terputus serta meningkatkan proses
penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka yang akan mengakibatkan
masuknya mikroorganisme / infeksi

Persiapan Alat Hecting

1. Spuit 5 cc

2. Kapas Alkohol 70%

3. Lidokain 1%

4. Pengalas

5. Kasa steril

6. Gunting benang

7. Naldpoeder

8. Pinset anatomis

9. Korentang

10. Jarum kulit

11. Jarum otot (bila perlu)

12. Benang kulit (side)

13. Benang otot/ catgut (bila perlu)

14. Nierbekken (bengkok)

15. Larutan antiseptik/ garam faal

16. Kom

17. Sarung tangan steril


18. Waskom berisi larutan chlorine 0,5 %

Persiapan pasien dan Perawat

1. Memberitahu klien tindakan yang akan dilakukan.

2. Memasang sampiran/penutup/tirai.

3. Mengatur posisi klien senyaman mungkin.

4. Mencuci tangan dengan sabun dan di air mengalir, kemudian keringkan dengan handuk
bersih atau hand dryer.

5. Memasang perlak dan pengalasnya.

Pelaksanaan Penjahitan

1. Membersihkan luka dengan larutan antiseptik atau larutan garam faal.

2. Gunakan kassa terpisah untuk setiap usapan, membersihkan luka dari area yang kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi.

3. Menyiapkan injeksi lidokain 1 %.

4. Lakukan desinfeksi pada ujung luka / daerah yang akan disuntik dengan menggunakan
alkohol 70% secara sirkuler dengan diameter kerang lebih 5 cm.

5. Menyuntikan lidokain secara sub cutan di sekitar tepi luka.

6. Melakukan aspirasi, apabila tidak ada darah masukan lidokain secara perlahan-lahan sambil
menarik jarum dan memasukan obat sepanjang tepi luka. Lakukan pada tepi luka yang lainnya.

7. Sambil menungu reaksi obat, siapkan nalpoeder, jarum dan benang.

8. Tunggu 2 menit agar lidokain berreaksi.

9. Uji reaksi obat dengan menggunakan pinset

10. Jahit luka kurang lebih 1 cm diatas ujung luka dan ikat, gunting benang sisakan kira-kira 1 cm.
jahit satu persatu dengan jarak jahitan satu dengan yang lainnya kurang lebih 1 cm, Teruskan sampai
semua luka terjahit.

11. Berikan antiseptik pada luka.

12. Tutup luka dengan kassa steril dan rekatkan dengan plester.

13. Rapikan pasien.


14. Bereskan alat.

15. Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan chlorin 0,5% bersama alat-alat lainnya selama
10menit.

16. Cuci tangan.

17. Dokumentasikan.

Dasar teori up Hecting

Bila luka telah kuat dan sembuh primer, maka jahitan atau benangnya dapat diangkat. Seringkali dalam
5 10 hari pasca operasi

Angkat Jahitan (up-Hecting)

Adalah proses pengambilan benang pada luka Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:

Muka atau leher hari ke 5.

Perut hari ke7-10.

Telapak tangan 10.

Jari tangan hari ke 10.

Tungkai atas hari ke 10.

Tungkai bawah 10-14.

Dada hari ke 7.

Punggung hari ke 10-14

Persiapan alat up Hecting

1. Gunting angkat jahitan

2. Handscoen steril

3. Pinset anatomis 2 bh

4. Nierbekken (bengkok)

5. Handuk kecil

6. Gunting verban
7. Kassa secukupnya

8. Larutan chlorin 0,5 %

9. Perlak

10. Tempat sampah medis

Pelaksanaan

1. Pasang perlak dan pengalasnya dibawahdaerah yang akan dilakukan perawatan.

2. Cuci tangan dengan sabun dan di air mengalir.

3. Pakai sarung tangan.

4. Buka balutan luka lama dan buang ke bengkok.

5. Kaji luka (pastikan luka kering).

6. Angkat dan tahan bagian luar jahitan dengan pinset, kemudian potong benang di bawah
simpuldengan gunting up hecting.

7. Cabut benang dari kulit secara perlahan.

8. Lakukan tindakan antisepsis.Tutup kembali luka dengan kassa steril.Pasang plester.

9. Rapikan pasien.

10. Bereskan alat.

11. Lepas sarung tangan Rendam alat dan sarung tangan dalam larutan chlorin 0,5 %.

12. Cuci tangan.

Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi yang terpotong
(Sabiston,1995). Menurut Sodera dan Saleh (1991), jahitan merupakan hasil penggunaan bahan berupa
benang untuk mengikat atau ligasi pembuluh darah dan menghubungkan antara dua tepi luka. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjahitan merupakan tindakan menghubungkan jaringan
yang terputus atau terpotong untuk mencegah pendarahan dengan menggunakan benang.

Prinsip Umum Penjahitan luka

Menurut Brown (1995), prinsipprinsip umum yang harus dilaksanakan dalam penjahitan luka laserasi
adalah sebagai berikut :
1. Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu sama lain dengan
hati-hati.

2. Tegangan dari tepitepi kulit harus seminimal mungkin atau kalau mungkin tidak ada sama
sekali. Ini dapat dicapai dengan memotong atau merapikan kulit secara hatihati sebelum dijahit.

3. Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengn memakai traksi ringan pada
tepitepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada kulit yang dijahit.

4. Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subcutaneus yang dapat diserap atau
dengan mengikutsertakan lapisan ini pada waktu mmenjahit kulit.

5. Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai daripada jahitan
yang lebih besar dan berjauhan.

6. Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh karena itu jahitan
pada wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam - 5 hari), sedangkan jahitan pada dinding abdomen
dan kaki harus dibiarkan selama 10 hari atau lebih.

7. Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.

8. Pemakaian forsep dan trauma jaringan diusahakan seminimal mungkin.

Menurut Sodera dan Saleh (1991), penjahitan merupakan suatu cara menjahit untuk mendekatkan atau
menghubungkan dua tepi luka. Dapat dibedakan menjadi :

1. Jahitan Primer (primary Suture Line) adalah jahitan yang digunakan untuk mempertahankan
kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan selama proses penyembuhan sehingga dapat sembuh
secara primer.

2. Jahitan Kontinyu yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari seluruh luka dengan
menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada akhir jahitan serta dipotong setelah dibuat
simpul. Digunakan untuk menjahit peritonium kulit, subcutis dan organ.

3. Jahitan Simpul/Kerat/Knot, yaitu merupakan tehnik ikatan yang mengakhiri suatu jahitan.
Digunakan untuk memperkuat dan mempertahankan jahitan luka sehingga jahitan tidak terlepas atau
mengendor. Yang dimaksud dengan jerat adalah pengikatan satu kali, sedang simpul adalah pengikatan
dengan dua jerat atau lebih.

Jenisjenis Benang yang Digunakan dalam Penjahitan Luka


1. Seide (Silk/Sutra) : Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan
perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada penggunaan disebelah luar, maka benang harus dibuka kembali.
Berguna untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri besar. Ukuran yang sering digunakan adalah
nomor 2 nol 3 nol, 1 nol dan nomor 1.

2. Plain Catgut : Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 710 hari
dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk mengikat sumber pendarahan kecil, menjahit subcutis
dan dapat pula digunakan untuk bergerak dan luas lukanya kecil. Benang ini harus dilakukan
penyimpulan 3 kali karena dalam tubuh akan mengembang. Bila penyimpulan dilakukan hanya 2 kali
akan terbuka kembali.

3. Chromic Catgut : Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih lama yaitu sampai
20 hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang lebih besar dibandingkan dengan
plain catgut. Berguna untuk penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari dan bila
mobilitas harus segera dilakukan.

Komplikasi Menjahit Luka

1. Overlapping : Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga luka menjadi
tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan yang lambat dan apabila sembuh maka hasilnya
akan buruk.

2. Nekrosis : Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi sehingga


menyebabkan kematian jaringan.

3. Infeksi : Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka yang telah
terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.

4. Perdarahan : Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.

5. Hematoma : Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan tidak
dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus berlangsung dan menyebabkan bengkak.

6. Dead space (ruang/rongga mati) : Yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi karena
penjahitan yang tidak lapis demi lapis.

7. Sinus : Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus, biasanya ada jahitan
multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang bertindak sebagai benda asing.

8. Dehisensi : Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan karena jahitan yang
terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang buruk.

9. Abses : Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.

Anda mungkin juga menyukai