Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi
yang mengandung setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi
(pengkaratan logam). Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan pelindung
anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap Krom yang terjadi secara
spontan. Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida
Kromium, dimana lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (Ferum).
Stainless steel merupakan paduan dari beberapa unsur logam dengan komposisi
terbanyak chromium dan nickel. Sehingga didapatkan sifat baru dari logam tersebut
yang lebih kuat, lebih tahan terhadap korosif dan sifat unggul lainnya. Stainless steel
terbagi menjadi beberapa grade berdasarkan struktur metalurginya. Produksi stainless
steel di dunia semakin meningkat dikarenakan karakteristiknya yang menguntungkan.
Stainless steel merupakan salah satu keluarga logam dari keluarga besar logam ferro
dari klasifikasi logam baja(Fe+C = Fe3C) dan dari klasifikasi logam baja paduan
tinggi(high alloy) yang unsur paduan di atas 8-10 %.Sedangkan stainless steel memiliki
unsur paduan utamanya adalah Chromium(Cr) dan Nickel(Ni) sebagian. Terdapat 5
pembagian dari keluarga stainless steel yaitu:
1. Austenitic Stainless Steels
2. Ferritic Stainless Steels
3. Martensitic Stainless Steels
4. Duplex Stainless Steels
5. Precipitation Hardening Stainless Steels
Meskipun semua stainless steel tergantung pada presentase unsur chrome(sebagian
besar) dan nikel,elemen paduan lainnya juga sering di tambahkan untuk meningkatkan
sifat-sifat stainless steel tersebut menjadi lebih baik lagi. Kategori stainless steel tidak
seperti pada logam-logam alamiah pada umumnya struktur kirstal yang berubah-ubah

1
pada suhu kamar(stabil) tergantung presentase unsur chrome dan nickel yaitu FCC
(austenitic),BCC(ferritic),penggabungan FCC dan BCC (Duplex) dan
BCT(Martensitic).
Banyak industri-industri yang mengadopsi logam stainless steel untuk alasan yang
sama karena stainless steel tidak butuh perlakuan tambahan, seperti surface treatment,
pengecatan, pelapisan dan lain sebagainya untuk melakukan pelayanan dalam
karakteristik fungsionalnya. Walaupun stainless steel itu cukup mahal bahkan jauh
lebih mahal dibandingkan dengan baja karbon biasa. Stainless steel sering kita jumpai
dan sudah tidak asing lagi. Mulai dari bidang otomotif, furniture, industry, hingga
pengolahan makanan.
Banyak peralatan makanan yang terbuat dari stainless steel. Alasannya, karena
stainless steel aman terhadap makanan, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Kelebihan
ini yang membuat stainless steel banyak digunakan dalam peralatan makanan. Bahan
stainless steel terdiri dari beberapa grade. Pembagian grade tersebut berdasarkan
struktur metalurgi logam tersebut. Untuk aplikasi pada mesin pengolahan makanan
biasanya menggunakan stainless steel food grade . Pemakaian alat pengolah makanan
dari stainless steel food grade saat ini sudah menjadi kebutuhan utama untuk industri
pengolahan makanan. Hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas minuman atau
makanan dan aman untuk kesehatan konsumen. Selain dalam industri makanan,
stainless steel juga digunakan untuk perabot dan perlengkapan rumah tangga. Bagi
orang – orang yang hobi memasak, alat – alat masak atau kitchen apliances dari bahan
stainless steel biasanya menjadi prioritas utama. Aplikasi stainless steel di hotel dan
restoran sudah lama diterapkan, seperti pada oven, refrigerator, mesin cuci piring, dan
home appliances lainnya. Tentu saja dalam hal itu di butuhkan proses pengolahan
sehingga didapatkan stainless steel yang dapat digunakan dalam pembuatan peralatan
makanan

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat ditentukan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa saja jenis jenis stainless steel ?
2. Bagaimana proses pengolahan pembentukan stainless steel sehingga dapat
digunakan dalam peralatan makanan?
3. Apa manfaat menggunakan stainless steel dalam peralatan makanan ?
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang dibahas hanya pada proses pengolahan stainless
steel sehingga dapat digunakan sebagai bahan peralatan makanan.
1.4 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan seminar industri ini yaitu :
1. Mengetahui jenis jenis stainless steel
2. Mengetahui proses pengolahan pembentukan stainless steel
3. Mengetahui manfaat stainless steel dalam peralatan makanan

1.5 Metode Penulisan


Dalam seminar industri ini metode penulisan yang digunakan adalah pengumpulan
studi literatur mengenai proses pengolahan pembentukan stainless steel sehingga
dapat digunakan dalam peralatan makanan. Penulis menggabungkan data-data yang
ada dengan teori-teori sehingga di peroleh kesimpulan. Metode tahapan penulisan
terdiri dari :
1. Studi Literatur
Metode pengumpulan data-data dengan melakukan studi atau pengkajian
terhadap literature-literatur yang berkaitan, serta mencari bahan-bahan pustaka
penunjang terhadap materi yang diangkat, semua ini dapat di peroleh dari
internet, perpustakan, majalah-majalah (khususnya majalah pertambangan),
modul, serta instansi terkait didalam pokok materi.

3
2. Pengolahan Data
Pengolahan data dapat dilakukan dengan langsung menyaring data-data yang
telah didapat dan melakukan evaluasi ulang untuk memastikan apakah data-
data yang diperoleh tersebut berhubungan dan diperlukan sebagai bagian dari
penunjang materi utama.
3. Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan koreksi terhadap hasil pengolahan
data dengan permasalahan yang teliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir
dari semua aspek yang telah dibahas.

1.6 Manfaat Penulisan


Manfaat yang di peroleh dari penulisan ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami jenis jenis stainless steel yang digunakan
dikehidupan sehari hari
2. Mengetahui bagaimana proses pengolahan pembentukan stainless steel
sehingga dapat dimanfaatkan dan digunakan

4
BAB II
Pengertian Dan Sejarah Stainless Steel
2.1 Pengertian Stainless Steel
Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi
yang mengandung setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi
(pengkaratan logam). Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan
film oksida Kromium, dimana lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi
(Ferum). Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5%
Cr. Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50%
Fe. Karakteristik khusus baja stainless adalah pembentukan lapisan film kromium
oksida (Cr2O3). Lapisan ini berkarakter kuat, tidak mudah pecah dan tidak terlihat
secara kasat mata. Lapisan kromium oksida dapat membentuk kembali jika lapisan
rusak dengan kehadiran oksigen. Pemilihan baja stainless didasarkan dengan sifat-
sifat materialnya antara lain ketahanan korosi, fabrikasi, mekanik, dan biaya
produk. Umumnya berdasarkan paduan unsur kimia danpresentasi baja stainless
dibagi menjadi lima katagori. Lima katagori tersebut yaitu : Baja stainless
martensitik, Baja stainless Ferritik, Baja Stainless austenitic, Baja stainless
dupleks, Baja stainless pengerasan endapan
2.2 Sejarah Stainless Steel
Harry Brearley (1871 - 1948) terkenal sebagai penemu stainless steel. Pada
tanggal 13 Agustus 1913 stainless steel pertama diproduksi di laboratorium Brown-
Firth. Ayahnya bekerja di peleburan baja. Pada usia 12 tahun Brearly ia bekerja di
pabrik baja tempat ayahnya bekerja. Setelah itu ia menjadi asisten di laboratorium
kimia. Ia juga sempat belajar ke pabrik di luar negeri. Setelah itu magang sebagai
asisten laboran.
Pada tahun 1908 2 pabrik baja besar di Sheffield setuju untuk membiayai
laboratorium riset umum: Brown Firth Research Laboratories, di mana Brearley

5
memimpin proyek itu. Pada tahun 1912 laboratorium tersebut meneliti korosi laras
senapan. Masalahnya adalah baja tersebut tidak tahan suhu tinggi. Brearley mulai
menguji penambahan kromium ke baja. Penelitian itu berfokus pada penghitungan
sejumlah tingkat karbon, kromium, dan besi yang diberikan.
2.3 Penggolongan Stainless Steel
2.3.1. Austenitic Stainless Steel
Austenitic SS mengandung sedikitnya 16% Krom dan 6% Nikel (grade standar
untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic SS seperti 904L (dengan kadar Krom
dan Nikel lebih tinggi serta unsur tambahan Mo sampai 6%). Molybdenum (Mo),
Titanium (Ti) atau Copper (Co) berfungsi untuk meningkatkan ketahanan terhadap
temperatur serta korosi. Austenitic cocok juga untuk aplikasi temperature rendah
disebabkan unsur Nikel membuat SS tidak menjadi rapuh pada temperatur rendah.
Sifat-sifat Dasar Baja Austenitic :
 Daya tahan korosi yang sangat bagus dalam asam organik, industri, dan
lingkungan laut.
 Kemampuan mengelas yang sangat bagus (semua proses)
 Kemampuan membentuk, kemampuan pembuatan dan sifat kenyal yang sangat
bagus
 Sifat-sifat suhu tingginya bagus dan suhu rendahnya sangat bagus (kekerasan
tinggi pada semua suhu)
 Tidak mengandung magnit (jika dikuatkan)
 Dapat dikeraskan hanya dengan dibentuk profil logam dengan temperatur
dingin (logam-logam campuran ini tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan
panas)
Pemakaian Umum :
 Alat pengatur cahaya floppy disk komputer (304)
 Per kunci keyboard komputer (301)
 Bak cuci dapur (304D)

6
 Alat pemrosesan makanan
 Aplikasi kearsitekan
 Alat kimia dan tanaman
2.3.2 Ferritic Stainless Steel
Kelompok logam campuran ini biasanya hanya mengandung Kromium, dengan
keseimbangan kebanyakan Fe. Logam-logam campuran ini merupakan baja-baja
stainless Kromium yang sederhana dengan kandungan Kromium 10,5 - 18 %
seperti grade 430 dan 409. Jenis Ferritic agak sedikit kurang mempunyai sifat
kenyal daripada jenis austenitic. Ketahanan korosi tidak begitu istimewa dan relatif
lebih sulit di fabrikasi / machining. Tetapi kekurangan ini telah diperbaiki pada
grade 434 dan 444 dan secara khusus pada grade 3Cr12.
Sifat-sifat Dasar Baja Ferritic :
 Cukup untuk peningkatan daya tahan korosi yang bagus dengan kandungan
Chromium
 Tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan selalu digunakan dalam
magnet yang dikuatkan
 Kemampuan mengelasnya sedikit
 Kemampuan membentuknya tidak sebagus austenitic
Pemakaian Umum :
 Pusat floppy disk komputer (430)
 Trim automotive (430)
 Alat pembuangan uap automotive (409)
 Alat colliery (3Cr12)
 Tangki air panas (444)
2.3.3. Martensitic Stainless Steel
Stainless Steel jenis ini memiliki unsur utama Krom (masih lebih sedikit jika
dibanding Ferritic SS) dan kadar karbon relatif tinggi (0,1 - 1,2%) misal grade 410
dan 416. Grade 431 memiliki Krom sampai 16% tetapi mikro strukturnya masih

7
martensitic disebabkan hanya memiliki Nikel 2%. Merupakan baja pertama yang
dikembangkan secara komersial (sebagai cutlery).
Sifat-sifat Dasar Baja Martensitic
 Daya tahan korosinya sedang
 Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan oleh karena itu tingkat kekerasan
dan daya tahannya tinggi
 Kemampuan mengelasnya kurang
 Bersifat magnetic
Pemakaian Umum :
 Mata pisau
 Alat–alat bedah
 Tangkai / batang
 Kumparan
 Peniti
2.3.4. Duplex Stainless Steel
Disebut Duplex dikarenakan kandungan Nikel tidak cukup untuk menghasilkan
susunan austenitic secara penuh dan hasil kombinasi susunan ferritic dan
austenitic. Duplex SS seperti 2304 dan 2205 (dua angka pertama menyatakan
persentase Krom dan dua angka terakhir menyatakan persentase Nikel) memiliki
bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan ferritic. Duplex ferritic-austenitic
memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur relatif tinggi atau secara
khusus tahan terhadap Stress Corrosion Cracking. Meskipun kemampuan Stress
Corrosion Cracking-nya tidak sebaik ferritic SS tetapi ketangguhannya jauh lebih
baik jika dibandingkan dengan ferritic SS dan lebih buruk dibanding austenitic SS.
Sementara kekuatannya lebih baik dibanding austenitic SS (yang di annealing)
kira-kira 2 kali lipat. Sebagai tambahan, Duplex SS ketahanan korosinya sedikit
lebih baik dibanding 304 dan 316 tetapi ketahanan terhadap pitting corrosion jauh
lebih baik dibanding 316. Ketangguhannya Duplex SS akan menurun pada

8
temperatur dibawah - 50 oC dan diatas 300 oC. Kebanyakan baja Duplex
mengandung Mo dalam jarak 2,5-4%.
Sifat-sifat Dasar Baja Duplex :
 Daya tahan yang tinggi untuk menekan keretakan korosi
 Daya tahan yang dinaikkan pada serangan ion Klorida
 Perenggangan dan kuat luluh yang lebih tinggi dari baja-baja austenitic dan
ferritic
 Kemampuan peleburan, kemampuan membentuk yang baik
Pemakaian Umum :
 Penerapan di laut, terutama sekali pada suhu-suhu yang dinaikkan dengan
rendah (eksplorasi gas lepas pantai)
 Instalasi penghilangan zat garam / rasa asin
 Perubah panas
 Instalasi petro kimia
2.3.5. Precipitation Hardening Steel
Precipitation hardening stainless steel adalah SS yang keras dan kuat akibat
dari dibentuknya suatu presipitat (endapan) dalam struktur mikro logam. Sehingga
gerakan deformasi menjadi terhambat dan memperkuat material SS. Pembentukan
ini disebabkan oleh penambahan unsur tembaga (Cu), Titanium (Ti), Niobium (Nb)
dan Alumunium. Proses penguatan umumnya terjadi pada saat dilakukan
pengerjaan dingin (cold work).
Sifat-sifat Dasar Baja Precipitation Hardening :
 Hambatan korosi yang sedang sampai baik
 Kemampuan mengelas yang baik
 Bersifat magnetic
 Dapat dikeraskan
Pemakaian Umum :
 Tangkai/batang untuk pompa air dan katup

9
Tabel 2.1 Perbandingan Sifat Mekanik Berbagai Jenis Stainless Steel

Ketahan Ketahan
jenis Resp Ke- Kemam
Ketaha Metode an an
Stainle on liat-an puan
nan Harden Tempera Tempera
ss Magn (Ductil Weldin
Korosi ing tur tur
Steel et ity) g
Tinggi Rendah
Austen Sgt Cold Sgt Sgt Sgt Sgt
Tdk
itic Tinggi Work Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Duple Tidak
Ya Sedang Sedang Rendah Sedang Tinggi
x ada
Ferriti Tidak
Ya Sedang Sedang Tinggi Rendah Rendah
c ada
Marten Renda
Ya Sedang Q&T Rendah Rendah Rendah
sitic h

2.4 Sifat Fisik dan Kimia Stainless Steel


2.4.1 Sifat Fisik
Stainless steel juga dikenal dengan nama lain seperti CRES atau baja tahan
korosi, baja Inox. Komponen stainless steel adalah Besi, Krom, Karbon, Nikel,
Molibdenum dan sejumlah kecil logam lainnya. Komponen ini hadir dalam proporsi
yang bervariasi dalam varietas yang berbeda. Dalam stainless steel, kandungan
Krom tidak boleh kurang dari 11%.
Beberapa sifat fisik penting dari stainless steel tercantum di bawah ini:
• Stainless steel adalah zat keras dan kuat.
• Stainless steel bukan konduktor yang baik (panas dan listrik).
• Stainless steel memiliki kekuatan ulet tinggi. Ini berarti dapat dengan
mudah dibentuk atau bengkok atau digambar dalam bentuk kabel.
• Sebagian varietas dari stainless steel memiliki permeabilitas magnetis.
Mereka sangat tertarik terhadap magnet.
• Tahan terhadap korosi.
• Tidak bisa teroksidasi dengan mudah.

10
• Stainless steel dapat mempertahankan ujung tombak untuk suatu jangka
waktu yang panjang.
• Bahkan pada suhu yang sangat tinggi, stainless steel mampu
mempertahankan kekuatan dan tahanan terhadap oksidasi dan korosi.
• Pada temperatur cryogenic, stainless bisa tetap sulit berubah.
2.4.2 Sifat Kimia
Stainless steel adalah paduan logam yang lebih disukai untuk membuat
peralatan dapur, karena tidak mempengaruhi rasa makanan. Permukaan peralatan
stainless steel yang mudah dibersihkan. Minimal pemeliharaan dan daur ulang total
peralatan stainless steel juga berkontribusi terhadap popularitas mereka. Stainless
steel adalah nama universal untuk paduan logam, yang terdiri dari Kromium dan
Besi. Sering disebut juga dengan baja tahan karat karena sangat tahan terhadap
noda (berkarat).
Besi murni adalah unsur utama dari stainless steel. Besi murni adalah rentan
terhadap karat dan sangat tidak stabil, seperti yang di ekstraksi dari bijih besi. Karat
besi adalah karena reaksi dengan oksigen , di hadapan air. Kromium membentuk
lapisan transparan dan pasif kromium oksida, yang mencegah kerusakan mekanik
dan kimia. Konstituen kecil lainnya dari baja adalah Nikel, Nitrogen dan
Molibdenum. Kandungan kecil Nikel meningkatkan ketahanan korosi lebih lanjut,
dan melindungi stainless steel dari penggunaan kasar dan kondisi lingkungan yang
keras. Pitting atau jaringan parut dihindari dengan menambahkan Molybdenum
untuk baja.
Sifat kimia dan struktur baja stainless ditingkatkan menggunakan paduan
lainnya. Titanium, Vanadium dan Tembaga adalah paduan yang membuat stainless
steel lebih cocok untuk keperluan tertentu. Tidak hanya logam, tetapi juga non-
logam seperti Nitrogen, Karbon dan Silikon yang digunakan untuk membuat
stainless steel.
Sifat kimia bertanggung jawab atas ketahanan korosi dan struktur mekanik dari
baja stainless yang penting untuk memilih nilai sempurna untuk aplikasi yang

11
diperlukan. Baja stainless memiliki properti dasar perlawanan-korosi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi properti ini adalah komposisi kimia dari media korosif,
komposisi kimia logam yang digunakan, variasi suhu dan kandungan oksigen dan
aerasi medium. Dengan demikian, variasi-variasi kecil dalam komposisi kimia
dapat digunakan untuk membuat berbagai stainless steel.
2.5 Korosi Secara Umum Pada Stainless Steel
Stainless Steel (SS) secara mendasar bukanlah logam mulia seperti halnya
Emas (Au) & Platina (Pt) yang hampir tidak mengalami korosi karena pengaruh kondisi
lingkungan, sementara SS masih mengalami korosi. Daya tahan korosi SS disebabkan
lapisan yang tidak terlihat (invisible layer) yang terjadi akibat oksidasi SS dengan
oksigen yang akhirnya membentuk lapisan pelindung anti korosi (protective layer).
Sumber oksigen bisa berasal dari udara maupun air. Material lain yang memiliki sifat
sejenis antara lain Titanium (Ti) dan juga Aluminium (Al).
Secara umum protective layer terbentuk dari reaksi Kromium + oksigen secara
spontan membentuk Krom-oksida. Jika lapisan oksida SS digores/terkelupas, maka
protective layer akan segera terbentuk secara spontan, tentunya jika kondisi lingkungan
cukup mengandung oksigen. Walaupun demikian kondisi lingkungan tetap menjadi
penyebab kerusakan protective layer tersebut. Pada keadaan dimana protective layer
tidak dapat lagi terbentuk, maka korosi akan terjadi. Banyak media yang dapat menjadi
penyebab korosi, seperti halnya udara, cairan/ larutan yang bersifat asam/basa, gas-gas
proses (misal gas asap hasil buangan ruang bakar atau reaksi kimia lainnya), logam
yang berlainan jenis dan saling berhubungan dan sebagainya.
2.6 Jenis-Jenis Korosi Pada Stainless Steel
Meskipun alasan utama penggunaan stainless steel adalah ketahanan korosinya,
tetapi pemilihan stainless steel yang tepat mesti disesuaikan dengan aplikasi yang tepat
pula. Pada umumnya, korosi menyebabkan beberapa masalah seperti :
1. Terbentuknya lubang-lubang kecil/ halus pada tangki dan pipa-pipa sehingga
menyebabkan kebocoran cairan ataupun gas.

12
2. Menurunnya kekuatan material disebabkan penyusutan/ pengurangan
ketebalan/ volume material sehingga ‘strength‘ juga menurun, akibatnya dapat
terjadi retak, bengkok, patah dan sebagainya.
3. Dekorasi permukaan material menjadi tidak menarik disebabkan kerak karat
ataupun lubang-lubang
4. Terbentuknya karat-karat yang mungkin mengkontaminasi zat atau material
lainnya, hal ini sangat dihindari khususnya pada proses produksi makanan.
Korosi pada stainless steel adalah kromium oksida yang secara otomatis
terbentuk pada permukaan bahan sehubungan dengan afinitas kromium yang tinggi
untuk bergabung dengan oksigen. Lapisan kromium oksida ini bersifat pasif (secara
kimiawi tidak aktif), kuat (melekat secara erat di permukaan stainless steel tersebut)
dan memperbaharui dirinya sendiri.

Gambar 2.1 Proses Korosi pada Stainless Steel


Lapisan Kromium ini hanya sekitar 130 angstrom(1A = 10-10m) tebalnya dan
melindungi stainless steel dari korosi. Lapisan tersebut berupa bahan film yang dapat
memperbaharui dirinya sendiri. Apabila film ini hilang atau rusak (sebagaimana yang
sering terjadi ketika permukaan stainless steel terkena mesin atau tergores), film
tersebut dapat membentuk kembali dirinya sendiri. Walaupun demikian kondisi
lingkungan tetap menjadi penyebab kerusakan protective layer (kromium oksida)
tersebut. Pada keadaan dimana protective layer tidak dapat lagi terbentuk, maka korosi
pada stainless steel akan tetap terjadi. Sifat logam sendiri mudah melepaskan elektron

13
dimana korosi merupakan melarut/bereaksinya logam dengan oksigen atau bahan lain
dan korosi akan terjadi lebih cepat dengan hadirnya zat elektrolit, misal suatu asam
atau larutan garam.
Jenis- jenis korosi pada stainless steel (SS) dapat dikategorikan sebagai berikut :
2.6.1 Uniform Corrosion
Uniform corrosion terjadi disebabkan rusaknya seluruh atau sebagian
protective layer pada SS sehingga SS secara merata akan berkurang/aus. Korosi ini
terjadi umumnya disebabkan oleh cairan atau larutan asam kuat maupun alkali panas.
Asam hidroklorit dan asam hidrofluor adalah lingkungan yang perlu dihindari SS
apalagi dikombinasikan dengan temperatur serta konsentrasi yang cukup tinggi. Korosi
uniform yang menyebabkan berkurangnya dimensi permukaan benda secara merata.

Gambar 2.2 Uniform Corrosion


2.6.2 Pitting Corrosion
Pitting corrosion ini awalnya terlihat kecil dipermukaan SS tetapi semakin
membesar pada bagian dalam SS. Korosi ini terjadi pada beberapa kondisi pada
lingkungan dengan pH rendah, temperature moderat, serta konsentrasi klorida yang
cukup tinggi. Umumnya SS berkadar Krom (Cr), Molybdenum (Mo) dan Nitrogen (N)
yang tinggi cenderung lebih tahan terhadap pitting corrosion. Korosi ini sangat
berbahaya karena menyerang permukaan dan penampakan visualnya sangat kecil,
sehingga sulit untuk diatasi dan dicegah terutama pada pipa-pipa bertekanan tinggi.

14
Gambar 2.3 Pitting Corrosion
2.6.3. Crevice Corrosion
Korosi jenis ini sering terjadi di daerah yang kondisi oksidasi terhadap krom
(Cr) SS sangat rendah atau bahkan tidak ada sama sekali (miskin oksigen). Sering pula
terjadi akibat desain konstruksi peralatan yang tidak memungkinkan terjadinya
oksidasi tersebut misal celah antara gasket/ packing, celah yang terbentuk akibat
pengelasan yang tidak sempurna, sudut-sudut yang sempit, celah/ sudut antara 2 atau
lebih lapisan metal, celah antara mur/baut dsb. Praktis korosi ini terjadi di daerah yang
sangat sempit (celah, sudut, takik dsb). Crevice Corrosion dapat dipandang sebagai
pitting corrosion yang lebih berat/ hebat dan terjadi pada temperature dibawah
temperature moderate yang biasa menyebabkan pitting corrosion. Cara untuk
menghindari masalah ini, salah satunya dengan membuat desain peralatan lebih
‘terbuka’ walaupun kenyataannya sangat sulit untuk semua aplikasi.

Gambar 2.4 Crevice Corrosion

15
2.6.4 Stress Corrosion Cracking
Dalam kondisi kombinasi antara tegangan (baik tensile, torsion, compressive
maupun thermal) dan lingkungan yang korosif maka SS cenderung lebih cepat
mengalami korosi. Karat yang mengakibatkan berkurangnya penampang luas efektif
permukaan SS menyebabkan tegangan kerja (working Strees) pada SS akan bertambah
besar. Korosi ini dapat terjadi pula misal pada pin, baut-mur dengan lubangnya/
dudukannya, SS yang memiliki tegangan sisa akibat rolling, bending, welding dan
sebagainya. Korosi ini meningkat jika part yang mengalami stress berada di lingkungan
dengan kadar klorida tinggi seperti air laut yang temperaturnya cukup tinggi. Sebagai
akibatnya aplikasi SS dibatasi untuk menangani cairan panas ber-temperatur di atas 50
0
C bahkan dengan kadar klorida yang sangat sedikit sekalipun (beberapa ppm). Pada
beberapa kasus, korosi ini dapat dikurangi dengan cara ’shot peening’, penembakan
permukaan logam dengan butir pasir logam, atau juga meng-annealing setelah SS
selesai di- machining, sehingga dapat mengurangi tegangan pada permukaan logam.

Gambar 2.5 Stress Corrotion Cracking


2.6.5 Intergranular Corrosion
Korosi ini disebabkan ketidak sempurnaan mikrostruktur SS. Ketika austenic
SS berada pada temperature 425-850 0C (temperatur sensitasi) atau ketika dipanaskan
dan dibiarkan mendingin secara perlahan (seperti halnya sesudah welding atau
pendinginan setelah annealing) maka karbon akan menarik krom untuk membentuk
partikel kromium karbida (chromium carbide) di daerah batas butir (grain boundary)
struktur SS. Formasi kromium karbida yang terkonsentrasi pada batas butir akan

16
menghilangkan/ mengurangi sifat perlindungan kromium pada daerah tengah butir.
Sehingga daerah ini akan dengan mudah terserang oleh korosi. Secara umum SS
dengan kadar karbon < 2 % relative tahan terhadap korosi ini. Ketidak sempurnaan
mikrostruktur ini diperbaiki dengan menambahkan unsur yang memiliki afinitas (“daya
tarik”) terhadap Karbon lebih besar untuk membentuk karbida, seperti Titanium (misal
pada SS 321) dan Niobium (misal pada SS 347). Cara lain adalah dengan menggunakan
SS berkadar karbon rendah yang di tandai indeks ‘L’ -low carbon steel- (misal 316L
atau 304L). SS dengan kadar karbon tinggi juga akan tahan terhadap korosi jenis ini
asalkan digunakan pada temperatur tinggi pula (misal 304H, 316H, 321H, 347H,
30815/ Sirius S15, 310/ Sirius 310 dan juga 314/ Sirius 314).

Gambar 2.6 Intergranular Corrosion


2.6.6 Galvanic Corrosion
Galvanic corrosion terjadi disebabkan sambungan dissimilar material (2
material yang berbeda terhubung secara elektris/ tersambung misal baut dengan mur,
paku keling/ rivet dengan body tangki, hasil welding dengan benda kerja) dan/ atau
terendam dalam larutan elektrolit, sehingga dissimilar material tersebut menjadi
semacam sambungan listrik. Mekanisme ini disebakan satu material berfungsi sebagai
anoda dan yang lainnya sebagai katoda sehingga terbentuk jembatan elektrokimia.

17
Dengan terjadinya hubungan elektrik tersebut maka logam yang bersifat anoda (less
noble) akan lebih mudah terkorosi.

Gambar 2.7 Galvanic Corrosion


Adanya korosi dapat menyebabkan masalah seperti :
 Terbentuknya lubang-lubang kecil/ halus pada tangki dan pipa-pipa sehingga
menyebabkan kebocoran cairan ataupun gasHal ini perlu diperhatikan apabila
gas atau cairan yang tersimpan dalam alat-alat industry farmasi berbahaya
apabila terkena tubuh,nantinya bisa melukai manusia disekitarnya atau
berpotensi menimbulkan arus pendek listrik (korsleting).
 Menurunnya kekuatan material disebabkan penyusutan/ pengurangan
ketebalan/ volume material sehingga ‘strength‘ juga menurun, akibatnya dapat
terjadi retak, bengkok, patah dan sebagainyaUmur dari alat-alat yang terbuat
dari stainless steel akan menjadi singkat karena alat tidak bisa digunakan
kembali akibat kerusakan tersebut.
 Dekorasi permukaan material menjadi tidak menarik disebabkan kerak karat
ataupun lubang-lubangAlat yang berasal dari satinless steel akan terkesan
usang,sehingga tidak meyakinkan kualitas dari penggunaan alat tersebut.
 Terbentuknya karat-karat yang mungkin mengkontaminasi zat atau material
lainnyaAlat industry farmasi yang mengalami korosi cukup berbahaya bila
digunakan karena alat-alat tersebut memiliki kontak langsung dengan bahan-

18
bahan dasar sediaan farmasi yang ditakutkan karat yang timbul akan
mengkontaminasi bahan-bahan tersebut dan bisa saja mempengaruhi fungsi
dari bahan tersebut

19
BAB III
JENIS DAN PENGOLAHAN STAINLESS STEEL

3.1 Jenis Jenis Stainless Steel

Gambar 3.1 Kategori dan Jenis jenis Stainless Steel


Baja Tahan Karat / Stainless Steel (dikenal juga sebagai Inox Steel & juga sebagai
CRES = Corrosion-Resistant Steel) merupakan baja paduan yang mengandung
setidaknya 10,5% kromium (Cr) untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam).
Kemampuan tahan karat diperoleh dari reaksi kromium dengan oksigen di udara / air
untuk membentuk suatu lapisan permukaan oksida kromium (Cr2O3), dimana lapisan
permukaan ini berkarakter kuat, sangat tipis & tidak terlihat secara kasat mata,
menghalangi proses oksidasi besi (iron oxide/Fe2O3). Kandungan unsur lainnya pada
stainless steel adalah karbon (C), nikel (Ni), molybdenum (Mo), Niobium (Nb) dan lain-
lain.
Setiap jenis stainless steel memiliki karakteristik khusus tergantung dari penambahan
unsur-unsur pemadu-nya :

20
1. Penambahan molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki ketahanan korosi
pitting dan korosi celah
2. Unsur karbon rendah dan penambahan unsur penstabil karbida (titanium atau
niobium) bertujuan menekan korosi batas butir pada material yang mengalami
proses sensitasi.
3. Penambahan kromium (Cr) bertujuan meningkatkan ketahanan korosi dengan
membentuk lapisan oksida kromium (Cr2O3) dan ketahanan terhadap oksidasi
temperatur tinggi.
4. Penambahan nikel (Ni) bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi dalam
media pengkorosi netral atau lemah. Nikel juga meningkatkan keuletan dan
kemampuan bentuk logam. Penambahan nikel meningkatkan ketahanan korosi
tegangan (resistance to stress-corrosion cracking).
5. Penambahan unsur molybdenum (Mo) juga untuk meningkatkan ketahanan
korosi pitting di lingkungan klorida.
6. Penambahan unsur aluminium (Al) meningkatkan pembentukan lapisan oksida
pada temperature tinggi.

Stainless steel terbagi menjadi beberapa golongan berdasarkan struktur metalurginya


(crystalline structure):
1. Austenitic Stainless Steel; mengandung sedikitnya 16% chromium, 7% nickel dan
nitrogen. Autenitic SS memiliki sifat seperti pembentukan dan pengelasan yang
sangat baik, kekuatan & ketahanan tinggi di lingkungan suhu tinggi dan juga suhu
rendah (cryogenic), dapat dikeraskan melalui pengerjaan dingin (cold work) serta
ketahanan karat/korosinya lebih baik dibandingkan baja stainless ferritik dan
martensitic. Tipe (seri) SS 300 merupakan grade austenitic yaitu perpaduan
chromium-nickel dengan kandungan mangan (Mn) maksimal 2%. Tipe (seri) SS
200 (201, 202) juga merupakan grade austentic dengan perpaduan Cr-Mn-Ni-N
dimana kandungan mangan (Mn) 4% - 15,5% dan 7% nickel (Ni). Tipe SS 200
diproduksi dengan menggunakan metode dan mesin yang sama seperti produksi

21
tipe SS 300. Perbedaan tipe SS 200 adalah sebagian nickel (Ni) yang digunakan
pada tipe SS 300, diganti (substitute) dengan Mangan/Manganese (Mn) dan
Nitrogen (N). Alasan penggantian dengan mangan (Mn) dikarenakan harganya
lebih murah dibandingkan dengan harga nickel. Ketahanan karat pada tipe SS 200
kurang dibandingkan dengan tipe SS 300.
2. Ferritic Stainless Steel; mengandung chromium 10,5% - 29% dan sangat sedikit
nickel. Kandungan lainnya adalah molybdenum, aluminium, titanium dan lain-
lain (18Cr-2Mo, 26Cr-1Mo, 29Cr-4Mo, and 29Cr-4Mo-2Ni). Ferritic SS tidak
dapat dikeraskan melalui heat treatment. Ketahanan terhadap karat berkurang
karena rendahnya kandungan chromium dan nickel. Harga ferritic SS tidak begitu
mahal. Sebagian tipe SS 400 yang masuk ke grade ferritic adalah 405, 409, 430,
434, 439, 444, 446,
3. Martensitic Stainless Steel; mengandung chromium 10,5% - 18%, nickel kurang
dari 2% dan karbon relatif tinggi. Kandungan lainnya: molybdenum, niobium,
silicon, tungsten, vanadium dan lain-lain. Matensitic SS dapat dikeraskan melalui
heat treatment. Ketahanan terhadap karat tidak sebaik austenitic SS & ferritic SS,
tetapi kekuatan dan kekerasan baja ini luar biasa. Digunakan pada aplikasi
komponen struktur, peralatan cutting & grindling (mis: pisau) dan lain-lain.
Sebagian tipe SS 400 yang masuk ke grade Martensitic adalah 403, 410, 414, 416,
420, 431, 440 A, 440 B, 440 C.
4. Duplex Stainless Steel, merupakan paduan campuran mikrostruktur dari autenitic
dan ferritic dimana didesain untuk campuran 50/50. Mengandung chromium yang
tinggi (19–28%), molybdenum (up to 5%) dan kandungan nickel yang lebih
rendah dari austenitic SS. Kandungan lainnya: nitrogen, tembaga, silicon,
tungsten dan lain-lain. Ketahanan korosi duplex SS hampir sama dengan
austenitic SS, sedangkan ketangguhannya diantara austenitic SS dan ferritic SS.
Kelebihan duplex SS adalah kekuatannya dua kali lebih baik dibandingkan
dengan austenitic SS, nilai tegangan tarik & luluh tinggi, ketahanan korosi retak

22
tegang (stress corrosion cracking) lebih baik dari pada austenitic SS. Digunakan
dalam industri kertas/pulp, pembuatan kapal, industri petrokimia dan lain-lain.

Grade duplex digolongkan berdasarkan sifat kandungan paduan dan


ketahanan korosi/karat:
o Lean duplex: UNS S32101 (LDX 2101), S32304, and S32003.
o Standard duplex: 22% chromium S31803/S32205 dikenal sebagai 2205.
o Super duplex: 25% chromium S32760 (Zeron 100), S32750 (2507), and
S32550 (Ferralium).
o Hyper duplex: Chromium yang lebih tinggi, seperti S32906.
5. Precipitation Hardening Steel (Baja Stainless Pengerasan Endapan); berstruktur
austenitic atau martensitic dalam kondisi anil. Kekuatannya dibentuk melalui
pengerasan endapan pada struktur martensitic.Pembentukan ini disebabkan oleh
penambahan unsur tembaga (Cu), titanium (Ti), niobium (Nb) dan alumunium.
Tipe yang masuk grade Precipitation Hardening SS adalah 17.4 (17% chromium
& 4% Nickel), 15.5, 13.8, 17.7, 15.7 Mo.Digunakan pada aplikasi komponen
struktur, Spring dll.
Pemilihan penggunaan grade stainless steel yang tepat dan efisien haruslah
mempertimbangkan sifat-sifat materialnya (ketahanan korosi, fabrikasi, mekanik) dan
biaya produk agar sesuai dengan kebutuhan / tujuan yang dimaksud.
3.1.1 Stainless Steel Food Grade
Beberapa alasan penggunaan Stainless Steel (SS) food grade oleh industri
pengolahan produk buah, sayuran, daging, susu, bir, kue, snack, farmasi, kosmetik,
restoran dan bidang lainya adalah:
1. Untuk menghindari kontaminasi zat-zat kimia baja terhadap makanan/minuman.
2. Mudah dibersihkan, anti korosif, dan tahan terhadap bakteri.
3. Sifat mekanik yang cukup baik secara keseluruhan
Pilihan stainless steel food grade adalah Austenitic type 300 yaitu 304 dan 316.

23
a. Grade 304
Grade 304 adalah standar 18/8 stainless steel yang mengandung 18% chromium, 8%
nickel dengan maximum 0.08% carbon. 18/10 SS yang mengandung 18 chromium &
10% nickel juga dikenal sebagai grade 304.
Grade 304 memiliki karakteristik pembentukan dan pengelasan yang sangat baik dan
daya tahan karat yang baik terhadap berbagai asam di dalam buah, sayuran, susu, daging
dan sebagainya. SS-304 adalah stainless steel yang paling umum digunakan, misalnya
pada bak cuci piring (sinks), teko kopi (coffe pot), dispenser, thermos, panci (pans),
perlengkapan makan (flatware, dishware), alat-alat masak, perabot rumah tangga
(utensil).
Grade 304 juga banyak digunakan untuk pipa uap panas (steam pipes), system
pembuangan uap/gas (exhaust systems), tangki penyimpanan (storage tank), ketel uap
(steam-heated boilers).
Grade 304 SS tidak tahan terhadap air garam (salt water), artinya daya tahan
korosinya kurang jika bersentuhan dengan air garam untuk beberapa waktu (cukup lama),
contoh: tangki air yang dibuat dari SS-304, tidak direkomendasikan untuk menampung
air garam. Sedangkan sendok makan SS-304 dipakai untuk mengambil garam atau
mengaduk minuman bergaram, tentu saja tidak masalah, karena hanya sebentar dan
sendoknya dicuci setelah pemakaian.
b. Grade 316
Grade 316 selain disebut sebagai Food Grade, juga dikenal sebagai Marine Grade,
daya tahan korosinya lebih baik dari grade 304, dan memiliki daya tahan korosi terhadap
air garam (salt water), serta harganya lumayan lebih mahal dari grade 304.
SS-316 mengandung 16% chromium, 10% nickel and 2% molybdenum.
Penambahan molybdenum ini untuk membantu daya tahan korosi pada lingkungan
khlorida (air laut / air garam). Grade 316 diperlukan untuk keadaan khusus seperti
resistensi tinggi terhadap korosi pitting dan celah (pitting & crevice corrosion) dan juga
pada lingkungan khlorida.

24
Penggunaan huruf L sesudah nomor grade seperti 304L atau 316L, mempunyai
arti L = Low Carbon / karbon rendah yaitu kandungan karbon ≤0,03% (tingkat normal
biasanya max.0,08%). Kandungan karbon rendah ini berguna untuk mengurangi sensitasi
(sensitization effect) akitbat proses pengelasan, yaitu menghindari masalah korosi dengan
membantu mencegah habis/berkurangnya kromium pada waktu pengelasan (terjadi
pembentukan karbit kromium pada tempat pengelasan).
Tipe 300 yang mengandung nickel adalah non magnetic (respon magnet tidak ada),
artinya magnet tidak dapat menempel pada bahan stainless steel. Salah satu cara yang
sering kita lihat saat membeli barang / perlengkapan dari bahan stainless steel 304 adalah
dengan menempel magnet ke barang tersebut.
Stainless steel jenis lain yang umum digunakan (dijumpai) adalah:
Grade 201 dan 202, memiliki fisik dan sifat mekanaik (mechanical properties) yang
hampir sama dengan tipe 301 dan 302, perbedaannya adalah daya tahan korosinya tidak
sebaik SS-304 dan SS-316. Harganya lumayan lebih murah dibandingkan dengan tipe
300. Oleh karena itu grade 201 cukup banyak digunakan sebagai pengganti grade 304,
misalnya: pada alat masak (cookware), alat dapur (kitchen utensil), bak cuci piring (sinks),
dan lain-lain.
1. Grade 201
Grade 201 digunakan pada lingkungan yang korosinya sedang (moderate), seperti
klem pipa (hose clamps), piston rings, atap mobil, kotak container, kerangka
pintu/jendela dan sebagainya. Grade 201 adalah magnetic.
2. Grade 430
Grade 430 (ferritic) atau dikenal juga sebagai 18/0 stainless steel yang berarti
mengandung 18 chromium dan 0,75% nickel. Daya tahan korosinya tidak sebaik SS-304
dan SS-316. Grade 430 adalah magnetic.
Metode membersihkan peralatan stainless steel adalah sebagai berikut:
 Air dan uap panas (Water & Steam)
 Penggosokan secara mekanik (mechanical scrubbing)

25
 Bubuk pengosok dan deterjen (scouring powder & detergents)
 Larutan alkali (alkaline solutions)
 Cairan pelarut organik (organic solvents)

3.1.2. Tipe-tipe Stainless Steel Finishes


Dibawah ini adalah tipe-tipe tampilan permukaan stainless steel setelah
penyelesaian akhir (stainless steel finishes):
4. No. 0: Hot rolled, annealed, thicker plates
5. No. 1: Hot rolled, annealed and passivated
6. No. 2D: Cold rolled, annealed, pickled and passivated
7. No. 2B: Same as above with additional pass-through highly polished rollers
8. No. 2BA: Bright annealed (BA or 2R) same as above then bright annealed under
oxygen-free atmospheric condition
9. No. 3: Coarse abrasive finish applied mechanically
10. No. 4: Brushed finish
11. No. 5: Satin finish
12. No. 6: Matte finish (brushed but smoother than #4)
13. No. 7: Reflective finish
14. No. 8: Mirror finish
15. No. 9: Bead blast finish
16. No. 10: Heat colored finish-wide range of electropolished and heat colored
surfaces

- No. 1 Finish
Permukaan kasar, pudar (dull), sesuai untuk aplikasi industri dimana umumnya
mengunakan plat tebal. Jika digerenda (grinding), akan kelihatan tanda (bekas) gerenda
pada permukaannya.
- No. 2D Finish
Permukaaan sedikit kasar serupa dengan kulit jeruk, lebih unggul dari No.1 finish,
sesuai untuk aplikasi industri.

26
- No. 2B Finish
Permukaan halus dengan warna silver, lebih terang/kilau dari 2D dan semi-
reflective (seperti cermin yang buram). Tipe ini merupakan yang paling umum digunakan.
- No. 2BA Finish
Umumnya ditunjuk sebagai bright annealed (BA) finish. Tipe ini memiliki
permukaan yang halus, mengkilap dan daya pantul menyerupai kaca (mirror). Digunakan
untuk: alat-alat dapur, perlengkapan makan, peralatan pengolah makanan, alat
kedokteran, komponen arsitektur, alat pancing dan lain-lain.
- No. 4 Brushed Finish
Memiliki permukaan halus dengan garis-garis, tidak begitu memantulkan cahaya,
sesuai untuk produk yang pemakaiannya cukup kasar seperti alat-alat dapur restoran, alat
pengolah makanan, aksesories kamar kecil.
- Hairline (HL) Finish
Tipe ini serupa dengan No 4 tapi memiliki garis yang lebih panjang (continuous
long grain), sering digunakan pada lift/ elevator, panel tiang, dekorasi arsitektur. SS-304
HL cocok untuk alat-alat dapur (kitchen ware), peralatan medis.
- No. 7 Reflective finish
Memiliki permukaan dengan tingkat pantulan cahaya cukup tinggi.
- No. 8 Mirror Finish
Memiliki permukaan daya kilap dengan tingkat pantulan cahaya yang tinggi,
permukaan yang sempurna (bebas cacat) dan tampilan seperti cermin.

27
Gambar 3.2 Komposisi jenis jenis Stainless Steel

3.2 Proses Pengolahan Pembentukan Stainless Steel


Baja pada dasarnya adalah paduan besi-karbon dengan kadar karbon tidak
lebih dari 2,0 %, selain itu juga mengandung sejumlah unsur paduan dan unsur
pengotoran. Baja dibuat dari besi kasar atau besi spons dengan mengurangi kadar
karbon dan unsur lain yang kurang disukai. Ada beberapa macam cara pembuatan
baja, antara lain :
 Konvertor
 Open Hearth Furnance (Tanur Baja Terbuka)
 Dapur Listrik

28
Gambar 3.3 Diagram Proses Pembuatan Baja

Bahan baku pembuatan stainless steel diantaranya sebagai berikut :


 Besi kasar cair (pig iron) atau berupa besi spons (sponge iron) (65-85%).
 Skrap baja (15-35%),
Bahan baku paduan dalam pembuatan stainless steel diantaranya sebagai
berikut :
1. Carbon (C)
Unsur ini dapat membuat baja tetap kuat pada suhu tinggi.
2. Chromium (Cr)
Unsur ini dapat membuat baja menjadi lebih keras, tahan gesekan, tahan
korosi, dan tahan temperature tinggi. Dengan sifat-sifat itu membuat baja
paduan ini baik untuk bahan poros, dan roda gigi. Penambahan unsur
chromium biasanya diikuti dengan penambahan nikel.
3. Silikon (Si)

29
Pada konsentrasi tinggi membuat baja tahan kondisi asam, pada
konsentrasi rendah memperbaiki sifat megnetik dan sifat listrik baja.
4. Nikel (Ni)
Unsur campuran yang digunakan sebagai bahan dasar untuk beberapa
kelompok dari stainless steel. Nikel memberikan derajat kelenturan yang
tinggi (mampu berubah bentuk tanpa pecah) dan tahan terhadap karat
(korosi). Hampir 65% dari semua nikel digunakan pada pembuatan
stainless steel.
5. Molibdenum (Mo)
Molibdenum akan memperbaiki baja menjadi tahan terhadap suhu yang
tinggi, liat, ,kuat dan memperbaiki kekerasan baja,. Baja paduan ini biasa
digunakan sebagai bahan untuk membuat alat-alat potong, misalnya
pahat.
6. Wolfram (W)
Unsur ini memberikan pengaruh yang sama seperti pada penambahan
molibdenum dan biasanya juga dicampur dengan unsur nikel (Ni) dan
chromium (Cr). Baja paduan ini memiliki sifat tahan terhadap suhu yang
tinggi, karenanya banyak digunakan untuk bahan membuat pahat potong
yang lebih dikenal dengan nama baja potong cepat (HSS /Hight Speed
Steel).
7. Vanadium (V)
Penambahan unsur ini akan memperbaiki struktur kristal baja menjadi
halus, memperkuat baja dan meningkatkan ketahanan baja terhadap
panas. Terlebih bila dicampur dengan chromium. Baja paduan ini
digunakan untuk membuat roda gigi, batang penggerak, dan sebagainya.
8. Kobalt (Co)
Kobalt (Co) dengan penambahan unsur ini akan memperbaiki sifat
kekerasan baja meningkatkan kualitas baja, serta tetap keras pada suhu

30
yang tinggi. Baja paduan ini banyak digunakan untuk konstruksi pesawat
terbang atau konstruksi yang harus tahan panas dan tahan aus.
3.2.1 Proses Menggunakan Konvertor
Konvertor terbuat dari baja dengan mulut terbuka (untuk memasukkan bahan
baku dan mengeluarkan cairan logam) serta dilapisi batu tahan api. Konvertor diikatkan
pada suatu tap yang dapat berputar sehingga konvertor dapat digerakkan pada posisi
horizontal untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan yang diproses dan pada posisi
vertical untuk pengembusan selama proses berlangsung. Konvertor ini dilengkapi
dengan pipa yang berlubang kecil (diameternya sekitar 15 – 17 mm) dalam jumlah
yang banyak (sekitar 120- 150 buah pipa) yang terletak pada bagian bawah konvertor.
Sewaktu proses berlangsung udara diembuskan ke dalam konvertor melalui pipa
saluran dengan tekanan sekitar 1,4 kg/cm3 dan langsung diembuskan ke cairan untuk
mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan karbon. Kandongan karbon terakhir
dioksidasi dengan penambahan besi kasar yang kaya akan mangan, seterusnya baja cair
dituangkan kedalam panci – panci dan dipadatkan menjadi batang – batang cetakan.
Kapasitas konvertor sekitar 25 – 60 ton dan setiap proses memerlukan waktu 25 menit.
Proses pembuatan baja yang menggunakan konvertor adalah sebagai berikut :
1. Proses Bessemer
Proses Bessemer adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di dalam
konvertor yang mempunyai lapisan batu tahan api dari kuarsa asam atau oksida asam
(SiO2), sehingga proses ini disebut "Proses Asam". Besi kasar yang diolah dalam
konvertor ini adalah besi kasar kelabu yang kaya akan unsur silikon dan rendah fosfor
(kandungan fosfor maksimal adalah 0,1%). Besi kasar yang mengandung fosfor rendah
diambil karena unsur fosfor tidak dapat direduksi dari dalam besikasar apabila tidak
diikat dengan batu kapur. Di samping itu. fosfor dapat bereaksi dengan lapisan dapur
yang terbuat dari kuarsa asam, reaksi ini membahayakan atau menghabiskan lapisan
konvertor. Oleh karena itu, sangat menguntungkan apabila besi kasar yang diolah
dalam proses ini adalah besi kasar kelabu yang mengandung silikon sekitar 1,5% - 2%.

31
Dalam proses ini bahan baku dimasukkan dan dikeluarkan sewaktu konvertor
dalam posisi horizontal (kemiringannya sekitar 30°). Sementara itu, udara diembuskan
dalam posisi vertikal atau disebut juga kedudukan proses. Dalam konvertor, yang
pertama terjadi adalah proses oksidasi unsur silikon yang menghasilkan oksida silikon.
Kemudian diikuti oleh proses oksidasi unsur fosfor dan mangan yang menghasilkan
oksida fosfor dan oksida mangan, ditandai dengan adanya bunga api yang berwarna
kehijau-hijauan.
Baja dapat dihasilkan dengan mengembuskan udara melalui besi kasar cair di
dalam dapur yang disebut “konvertor”, sehingga unsur – unsur yang tidak murni akan
dikeluarkan dengan jalan oksidasi. Pada waktu itu cara pembuatan jalan kereta api dan
pembuatan peralatan hampir sama pentingnya. Karena sejak udara dimasukkan atau
diembuskan, kotoran – kotoran di dalam baja akan berkurang.
Proses Bessemer mengolah baja dengan menggunakan besi kasar berkualitas
baik yang mengandung fosfor rendah. Bila fosfornya tinggi baja yang dihasilkan
berkualitas rendah, sebab dalam proses pengolahan tidak seluruh fosfor dapat
dikeluarkan. Masalah pengeluaran unsur fosfor telah dapat dipecahkan pada proses
dapur Thomas, dengan menggunakan batu kapur pada lapisan dasar dapur. Sehingga
sampai saat ini proses Thomas digunakan untuk memproses besi kasar dapat kaya
dengan fosfor.
Proses oksidasi yang terakhir adalah mengoksidasi karbon. Proses ini
berlangsung disertai dengan suara gemuruh dan nyala api berwarna putih dengan
panjang sekitar 2 meter, kemudian nyala api mengecil. Sebelum nyala api padam,
ditambahkan besi kasar yang banyak mengandung mangan, kemudian baja cair
dituangkan ke dalam panci-panci tuangan dan dipadatkan dalam bentuk batang-batang
baja.

32
Gambar 3.4 Proses Menggunakan Konvertor
2. Proses Thomas
Proses Thomas adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di dalam
konvertor yang bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api dari bahan karbonat
kalsium dan magnesium karbonat (CaCO3 + MgCO3) yang disebut "dolomit". Proses
ini disebut juga proses basa karena lapisan konvertor terbuat dari dolomit dan hanya
mengolah besi kasar putih yang kaya dengan fosfor (sekitar 1,7 - 2%) dan rnengandung
unsur silikon rendah (sekitar 0,6 - 0,8%). Proses ini makin baik hasilnya apabila besi
kasar yang diolah mengandung unsur silikon yang sangat rendah.
Dalam proses ini udara diembuskan ke cairan besi kasar di dalam konvertor
melalui pipa saluran udara, sehingga terjadi proses oksidasi di dalam cairan terhadap
unsur-unsur campuran. Pertama kali unsur yang dioksidasi adalah silikon (Si),
kemudian mangan (Mn), dan fosfor (P). Oksidasi unsur fosfor terjadi cepat sekali,
sekitar 3 - 5 menit dan proses oksidasi yang terakhir adalah unsur karbon disertai suara
gemuruh dan nyala api yang tinggi. Apabila nyala api sudah mengecil dan kemudian
padam berarti proses oksidasi telah selesai.
Proses oksidasi yang terjadi pada unsur-unsur di dalam besi kasar menghasilkan
oksida yang akan dijadikan terak dengan jalan menambahkan batu kapur ke dalam

33
konvertor. Selanjutnya terak cair dikeluarkan dari dalam konvertor, diikuti dengan
penuangan baja cair ke dalam panci-panci tuangan kemudian dipadatkan menjadi
batangan baja.
3. Proses Siemens Martin
Proses tungku terbuka disebut juga proses Siemens Martin, yang disesuaikan
dengan nama ahli penemu proses tersebut. Proses ini digunakan untuk menahasilkan
baja yang mengandung karbon sedang dan rendah dengan cara proses asam atau basa,
sesuai dengan sifat lapisan dapurnya. Proses ini berlangsung di dalam dapur tungku
terbuka atau dapur Siemens Martin yang mempunyai kapasitas 150 - 300 ton, bahan
bakarnya gas yang dihasilkan dengan pembakaran kokas di atas tungku atau bahan
bakar minnyak. Dapur ini menggunakan prinsip regenerator (hubungan balik) dan
tungku pemanas dapat mencapai temperatur sekitar 900 -1.200 0C, tungku pemanas ini
bisa mencapai temperatur tinggi apabila diperlukan, dan pada waktu yang sama
menghemat bahan bakar.
Dalam proses ini dapur diisi dengan besi kasar dan baja bekas, kemudian
dicairkan sehingga beberapa unsur campuran terbentuk menjadi terak di atas
permukaan cairan besi, tambahkan bijih besi atau serbuk besi yang berguna untuk
mereduksi karbon, maka lubang pengeluaran dapur dibuka dan cairan dituangkan ke
dalam panci-panci tuangan. Baja cair meninggalkan dapur sebelum terak cair dan
beberapa terak dapat dicegah meninggalkan dapur sampai seluruh baja cair
dikeluarkan, kemungkinan terak ikut tertuang ke dalam panci yang akan mengapung di
atas baja cair sehingga perlu dikeluarkan dan dituangkan ke dalarn panci yang
berukuran kecil. Baja cair yang telah penuh di dalam panci dituangkan ke dalam
cetakan melalui bagian bawah cetakan, sehingga terak tetap di dalam panci dan terakhir
dikeluarkan. Selain itu, dapat pula dipisahkan dengan cara menuangnya ke dalam
cetakan yang lebih kecil. Setiap melakukan proses pemurnian besi kasar dan bahan
tambahan lainnya berlangsung selama 12 jam, kemudian diambil sejumlah baja cair
sebagai contoh untuk dianalisis komposisinya. Sementara itu, terak yang dihasilkan
dari proses basa digunakan sebagai pupuk buatan.

34
3.2.2 Proses Menggunakan Open Heart Furnance (Proses Tanur Baja Terbuka)
Tanur berupa piringan datar yang besar. Pada dasar kolom telah ditempatkan
oksida basa seperti CaO atau MgO yang nantinya akan berguna sebagai zat pengikat.
Ke dalam tanur tinggi dimasukan besi tuang, besi bekas dan batu kapur. Campuran gas
pembakar dan udara panas dilewatkan di atas piringan yang berisi besi cair ini.
Sementara diaduk maka akan berlangsung reaksi antara oksida-oksida pengotor dengan
CaO dan MgO menjadi kerak. Kelebihan proses ini adalah kualitas baja yang
dihasilkan mudah dikontrol kualitasnya secara terus menerus selama proses ini
berlangsung lama (8-10 jam ) sedangkan Proses Bassemer berlangsung cepat (15
menit).
3.2.3 Proses Dapur Listrik
Baja yang berkualitas tinggi dihasilkan apabila, dilakukanpengontrolan
temperatur peleburan.dan memperkecil unsur-unsur campuran di dalam baja yang
dilakukan selama proses pemurnian. Proses pengolahan seperti ini, dilakukan dengan
menggunakan dapur listrik. Pada awal pemurnian baja menggunakan dapur tungku
terbuka atau konvertor, selanjutnya dilakukan di dalam dapur listrik sehingga diperoleh
baja yang berkualitas tinggi. Dapur listrik terdiri dari dua jenis, yaitu dapur listrik busur
nyala dan dapur induksi frekuensi tinggi.
1. Dapur Listrik Busur Nyala
Dapur ini mempunyai kapasitas 25 - 100 ton dan dilengkapi dengan tiga
buah elektroda karbon yang dipasang pada bagian atas atau atap dapur, disetel
secara otomatis untuk menghasilkan busur nyala yang secara langsung
memanaskan dan mencairkan logam. Dapur ini dapat mengolah logam dengan
proses asam atau basa sesuai dengan lapisan batu tahan apinya dan bahan yang
dimasukkan ke dalam dapur (besi kasar), termasuk logam bekas (baja atau besi)
yang terlebih dahulu diketahui komposisinya. Apabila dilakukan proses basa
maka terjadi oksidasi terak dari batu kapur atau bubuk kapur untuk mereduksi
unsur-unsur-campuran. Selanjutnya diperoleh pemisahan terak (mengandung

35
batu kapur) dari baja cair. Juga dapat ditambahkan dengan logam campur
sebelum cairan dikeluarkan dari dalam dapur untuk mencegah oksidasi.
2. Dapur induksi frekuensi tinggi
Dapur ini terdiri dari kumparan yang dililiti kawat mengelilingi cawan
batu tahan api, ketika tenaga yang dialirkan dari listrik, akan menahasilkan arus
listrik yang bersirkulasi di dalam logam yang menyebabkan terjadinya
pencairan. Apabila bahan logam telah cair - maka arus listrik membuat gerak
mengaduk (berputar). Kapasitas dari dapur jenis ini adalah 350 kg - 6 ton pada
umumnya dapur ini digunakan untuk memproduksi baja paduan yang khusus.
3.3 Kelebihan Stainless Steel
1. Daya Tahan Korosi
Semua baja stainless mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap korosi.
Angka-angka logam campuran yang rendah menahan korosi pada kondisi-
kondisi ruang hampa, angka-angka campuran logam yang tinggi dapat
menahan korosi pada kebanyakan asam, larutan alkalin, dan lingkungan-
lingkungan yang menghasilkan klorida , bahkan pada suhu dan tekanan yang
dinaikkan.
2. Daya Tahan Suhu Rendah dan Tinggi
Beberapa angka akan menahan penskalaan dan pengaturan daya yang tinggi
pada suhu-suhu yang sangat tinggi, sementara yang lain menunjukkan
pengecualian kekerasan pada suhu-suhu cryogenic.
3. Kesenangan Pembuatan (Ease of Fabrication)
Mayoritas baja-baja stainless dapat dipotong, dilas, dibentuk, dimesinkan,
dan dibuat dengan mudah.
4. Daya
Sifat-sifat kekerasan yang dibentuk profil logam dengan temperatur dari
kebanyakan baja-baja stainless dapat digunakan dalam merancang
mengurangi ketebalan bahan dan mengurangi berat dan beaya. Baja-baja

36
stainless mungkin diperlakukan panas untuk membuat komponen-komponen
daya yang sangat tinggi.
5. Pertimbangan Estetika
Baja-baja stainless tersedia pada kebanyakan lapisan-lapisan penutup
permukaan. Baja stainless ini diatur dengan mudah dan sederhana
menghasilkan kualitas yang tinggi, penampilannnya menyenangkan.
6. Sifat - Sifat Higienis
Kemampuan membersihkan dari baja-baja stainless menjadikan pilihan-
pilihan utama di rumah sakit- rumah sakit, dapur - dapur, fasilitas proses
farmasi dan makanan.
7. Karakteristik dalam Kehidupan
Baja stainless adalah sebuah bahan yang pemeliharaannya rendah dan tahan
lama dan sering merupakan pilihan paling sedikit mahal dalam perbandingan
biaya jalan kehidupan.
3.4 Kelemahan Menggunakan Stainless Steel
Setiap bahan memiliki kelemahan dan Stainless Steel tidak terkecuali. Beberapa
kelemahan utama yaitu :
1. Tinggi biaya awal, terutama ketika logam alternatif yang dipertimbangkan.
2. Kesulitan dalam pengelasan karena disipasi yang cepat panas yang juga dapat
menghasilkan potongan hancur atau biaya pemborosan tinggi.
3.5 Aplikasi Baja Stainless Steel
Aplikasi Baja Stainless Steel di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Perlengkapan Stainless Steel untuk Industri Makanan
1. Food service trolley (Trolley Makanan)
2. Load transfer trolley (Trolley Barang)
3. Luggage trolley (Trolley Barang)
4. Mixer (Pengaduk)
5. Bowl sink (Sink Bowl)

37
2. Perlengkapan Stainless Steel untuk Dapur dan Industri Hotel
1. Towel Warmer (Pemanas Handuk )
2. Plate warmer (Penghangat Piring )
3. Kwali Range
4. Blower Kwali Range
5. Teppan Yaki
6. Kompor Blower
7. Tempat Sampah
3. Perlengkapan Stainless Steel Lainnya
1. Work Table (Meja Kerja)
2. Work table Knock Down (Meja Kerja Knock Down )
3. Queve Stand (Tiang Antrian)
4. Collect Trolley (untuk mengumpulkan piring )
5. Multy Rack ( Bermacam-macam Rak )
3.6 Manfaat Stainless Steel Untuk Peralatan Makanan
1. Perawatan Mudah
Bahan stainless steel dikenal mudah dibersihkan dan tidak memerlukan
perawatan yang merepotkan. Bahan baja tahan karat ini tidak akan menyerap
kotoran maupun sisa – sisa makanan yang sering menempel di perkakas dapur
sehingga bahan tersebut tidak akan menyebabkan aroma tidak sedap atau kerak
dari sisa – sisa makanan walaupun alat – alat tersebut sering digunakan.
Tidak hanya itu saja, stainless steel juga cenderung lebih mudah untuk
dibersihkan. Apalagi, permukaan stainless steel juga tidak mudah
meninggalkan goresan atau sidik jari sehingga permukaannya tetap mengkilap
walaupun sudah lama dipakai. Permukaan stainless steel bahkan cenderung
lebih tahan terhadap api dan tidak mudah meninggalkan jelaga
Untuk membantu membersihkan kotoran yang menempel pada
perkakas dari bahan stainless steel juga cukup mudah. Jika tidak ada air,
perkakas dari bahan stainless steel dapat dibersihkan dengan dilap

38
menggunakan kain yang memiliki daya serap tinggi dan bahan anti kuman.
Tetapi untuk menjaga agar permukaannya tetap mengkilap dan licin, gunakan
cairan pembersih khusus
2. Tahan Lama
Walaupun digunakan dalam waktu yang lama, stainless steel tetap akan
mengkilap dan permukaannya tidak mudah pudar atau bahkan luntur. Apalagai,
bahan tersebut juga termasuk tahan terhadap karat dan nod sehingga kilap dan
kilaunya tetap terjaga. Hal itu akan membuat material stainless steel ini cocok
digunakan untuk bahan kitchen appliances berkualitas tinggi karena nilai
estetika dan kualitasnya tidak akan pudar oleh waktu
3. Higienis dan Tidak Meninggalkan Kuman
Baja anti karat adalah baahan yang tahan terhadap bakteri dan kuman.
Dengan permukaan material stainless steel yang tidak berpori, bahan tersebut
tidak akan meninggalkan atau menyimpan bakteri dan kuman pada
permukaannya dibandingkan bahan kayu atau plastik.
Untuk membersihkan kotoran atau noda yang melekat, Anda dapat
menggunakan sabun anti kuman atau sabun pembersih biasa sehingga bakteri
dan kuman seketika akan hilang. Jika Anda memiliki anak-anak, stainless steel
adalah bahan yang dianjurkan karena dapat menghindarkan mereka dari bakteri
dan kuman
4. Memiliki Tampilan dan Estetika yang Lebih Menarik
Perkakas dari bahan stainless steel cenderung memiliki tampilan yang
menarik dan mudah menyatu dengan tema atau tipe desain dan dekorasi ruang
dalam model apapun baik modern, klasik, atau bahkan vintage sekalipun.
Permukaan aluminium yang mengkilap dan licin khas logam memungkinkan
perkakas dari bahan ini terlihat berkelas dan mewah sehingga memiliki
tampolan yang menarik.
Untuk mengimbanginya, dapat mengkombinasikan perkakas berbahan
stainless steel dengan beberapa bahan lain seperti kayu atau plastik. Dengan

39
tampilannya yang menarik dari segi tampilan, stainless steel dapat digunakan
sebagai lapisan permukaan berbagai jenis logam seperti dryers, washers,
refrigerators, countertop, kompor gas, dan freezer
5. Tidak Berpengaruh Terhadap Rasa dan Bau Makanan
Aplikasi stainless steel pada peralatan dapur pada umumnya, mungkin
Anda akan dibuat kesal dengan aroma dan bau makanan yang tercemar akibat
pemakaian material yang tidak sesuai standar. Jika hal ini kerap terjadi, maka
Anda sebaiknya segera mengganti perlengkapan memasak dan alat-alat makan
di rumah dengan perlengkapan berbahan stainless steel. Ini adalah bahan yang
paling higienis dan tidak meninggalkan kuman serta bakteri pada bagian
permukaannya. Jadi Anda yakin bahwa makanan yang dikonsumsi jauh lebih
steril.
Demikianlah aplikasi stainless steel dan keunggulannya pada peralatan
dapur. Akan tetapi tidak hanya itu saja, kontak antara bahan makanan dengan
permukaan stainless steel tidak akan berpengaruh terhadap rasa dan aroma
makanan sehingga makanan yang diolah maupun disimpan tetap dapat
dinikmati dengan leluasa. Anda tidak perlu khawatir terhadap kontaminasi dari
perlengkapan yang dapat merusak rasa dan aroma makanan.

40
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan dari bab-bab sebelumnya maka dapat di tarik
kesimpulan :
1. Stainless steel terbagi menjadi beberapa kategori dan juga jenis yaitu :
a. Austenitic Stainless Steel; mengandung sedikitnya 16% chromium, 7% nickel
dan nitrogen. Autenitic SS memiliki sifat seperti pembentukan dan pengelasan
yang sangat baik, kekuatan & ketahanan tinggi di lingkungan suhu tinggi dan
juga suhu rendah (cryogenic), dapat dikeraskan melalui pengerjaan dingin (cold
work) serta ketahanan karat/korosinya lebih baik dibandingkan baja stainless
ferritik dan martensitic.
b. Ferritic Stainless Steel; mengandung chromium 10,5% - 29% dan sangat sedikit
nickel. Kandungan lainnya adalah molybdenum, aluminium, titanium dan lain-
lain (18Cr-2Mo, 26Cr-1Mo, 29Cr-4Mo, and 29Cr-4Mo-2Ni). Ferritic SS tidak
dapat dikeraskan melalui heat treatment. Ketahanan terhadap karat berkurang
karena rendahnya kandungan chromium dan nickel.
c. Martensitic Stainless Steel; mengandung chromium 10,5% - 18%, nickel kurang
dari 2% dan karbon relatif tinggi. Kandungan lainnya: molybdenum, niobium,
silicon, tungsten, vanadium dan lain-lain. Matensitic SS dapat dikeraskan melalui
heat treatment. Ketahanan terhadap karat tidak sebaik austenitic SS & ferritic SS,
tetapi kekuatan dan kekerasan baja ini luar biasa.
d. Duplex Stainless Steel, merupakan paduan campuran mikrostruktur dari autenitic
dan ferritic dimana didesain untuk campuran 50/50. Mengandung chromium
yang tinggi (19–28%), molybdenum (up to 5%) dan kandungan nickel yang lebih
rendah dari austenitic SS. Kandungan lainnya: nitrogen, tembaga, silicon,
tungsten dan lain-lain. Ketahanan korosi duplex SS hampir sama dengan
austenitic SS, sedangkan ketangguhannya diantara austenitic SS dan ferritic SS.

41
Kelebihan duplex SS adalah kekuatannya dua kali lebih baik dibandingkan
dengan austenitic SS, nilai tegangan tarik & luluh tinggi, ketahanan korosi retak
tegang (stress corrosion cracking) lebih baik dari pada austenitic SS. Digunakan
dalam industri kertas/pulp, pembuatan kapal, industri petrokimia dan lain-lain.
Grade duplex digolongkan berdasarkan sifat kandungan paduan dan ketahanan
korosi/karat:
 Lean duplex: UNS S32101 (LDX 2101), S32304, and S32003.
 Standard duplex: 22% chromium S31803/S32205 dikenal sebagai 2205.
 Super duplex: 25% chromium S32760 (Zeron 100), S32750 (2507), and
S32550 (Ferralium).
 Hyper duplex: Chromium yang lebih tinggi, seperti S32906.

e. Precipitation Hardening Steel (Baja Stainless Pengerasan Endapan); berstruktur


austenitic atau martensitic dalam kondisi anil. Kekuatannya dibentuk melalui
pengerasan endapan pada struktur martensitic.Pembentukan ini disebabkan oleh
penambahan unsur tembaga (Cu), titanium (Ti), niobium (Nb) dan alumunium.
Tipe yang masuk grade Precipitation Hardening SS adalah 17.4 (17% chromium
& 4% Nickel), 15.5, 13.8, 17.7, 15.7 Mo.Digunakan pada aplikasi komponen
struktur, Spring dll.
2. Proses pengolahan pembentukan stainless steel
Baja pada dasarnya adalah paduan besi-karbon dengan kadar karbon tidak
lebih dari 2,0 %, selain itu juga mengandung sejumlah unsur paduan dan
unsur pengotoran. Baja dibuat dari besi kasar atau besi spons dengan
mengurangi kadar karbon dan unsur lain yang kurang disukai. Ada beberapa
macam cara pembuatan baja, antara lain :
a. Proses Menggunakan Konvertor
Konvertor terbuat dari baja dengan mulut terbuka (untuk memasukkan
bahan baku dan mengeluarkan cairan logam) serta dilapisi batu tahan api.
Konvertor diikatkan pada suatu tap yang dapat berputar sehingga konvertor

42
dapat digerakkan pada posisi horizontal untuk memasukkan dan
mengeluarkan bahan yang diproses dan pada posisi vertical untuk
pengembusan selama proses berlangsung. Konvertor ini dilengkapi dengan
pipa yang berlubang kecil (diameternya sekitar 15 – 17 mm) dalam jumlah
yang banyak (sekitar 120- 150 buah pipa) yang terletak pada bagian bawah
konvertor.
Sewaktu proses berlangsung udara diembuskan ke dalam konvertor
melalui pipa saluran dengan tekanan sekitar 1,4 kg/cm3 dan langsung
diembuskan ke cairan untuk mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan
karbon. Kandongan karbon terakhir dioksidasi dengan penambahan besi
kasar yang kaya akan mangan, seterusnya baja cair dituangkan kedalam
panci – panci dan dipadatkan menjadi batang – batang cetakan. Kapasitas
konvertor sekitar 25 – 60 ton dan setiap proses memerlukan waktu 25
menit.Proses pembuatan baja yang menggunakan konvertor adalah sebagai
berikut :
1. Proses Bessemer
2. Proses Thomas
3. Proses Siemens Martin
b. Proses Menggunakan Open Heart Furnance (Proses Tanur Baja Terbuka)
Tanur berupa piringan datar yang besar. Pada dasar kolom telah
ditempatkan oksida basa seperti CaO atau MgO yang nantinya akan
berguna sebagai zat pengikat. Ke dalam tanur tinggi dimasukan besi tuang,
besi bekas dan batu kapur. Campuran gas pembakar dan udara panas
dilewatkan di atas piringan yang berisi besi cair ini. Sementara diaduk
maka akan berlangsung reaksi antara oksida-oksida pengotor dengan CaO
dan MgO menjadi kerak. Kelebihan proses ini adalah kualitas baja yang
dihasilkan mudah dikontrol kualitasnya secara terus menerus selama proses
ini berlangsung lama (8-10 jam ) sedangkan Proses Bassemer berlangsung
cepat (15 menit).

43
c. Proses Dapur Listrik
Baja yang berkualitas tinggi dihasilkan apabila, dilakukanpengontrolan
temperatur peleburan.dan memperkecil unsur-unsur campuran di dalam
baja yang dilakukan selama proses pemurnian. Proses pengolahan seperti
ini, dilakukan dengan menggunakan dapur listrik. Pada awal pemurnian
baja menggunakan dapur tungku terbuka atau konvertor, selanjutnya
dilakukan di dalam dapur listrik sehingga diperoleh baja yang berkualitas
tinggi. Dapur listrik terdiri dari dua jenis, yaitu dapur listrik busur nyala
dan dapur induksi frekuensi tinggi.
1. Dapur Listrik Busur Nyala
2. Dapur induksi frekuensi tinggi
Bahan baku paduan dalam pembuatan stainless steel diantaranya sebagai
berikut :
1. Carbon (C)
2. Chromium (Cr)
3. Silikon (Si)
4. Nikel (Ni)
5. Molibdenum (Mo)
6. Wolfram (W)
7. Vanadium (V)
8. Kobalt (Co)
3. Manfaat Stainless Steel untuk peralatan makanan diantaranya yaitu :
1. Perawatan Mudah
2. Tahan Lama
3. Higienis dan Tidak Meninggalkan Kuman
4. Memiliki Tampilan dan Estetika yang Lebih Menarik
5. Tidak Berpengaruh Terhadap Rasa dan Bau Makanan

44
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas maka disarankan :
1. Meskipun alasan utama penggunaan stainless steel adalah ketahanan
korosinya, tetapi pemilihan stainless steel yang tepat mesti disesuaikan
dengan aplikasi yang tepat pula
2. Dalam pembuatan peralatan makanan sebaiknya digunakan stainless steel
jenis food grade

45
DAFTAR PUSTAKA
http://abi-blog.com/pengertian-macam-jenis-dan-karakter-stainless-steel/
https://www.scribd.com/doc/294448558/Makalah-Stainless-Steel
https://logamceper.com/karakteristik-stainless-steel/
http://fitrahchem.blogspot.com/2013/01/makalah-proses-industri-kimia-1.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67691/Chapter%20II.pdf?seq
uence=4
https://student.unud.ac.id/aguswiraandika/news/4240

46

Anda mungkin juga menyukai