Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325425972

PERATURAN DAERAH

Preprint · May 2018

CITATIONS READS

0 98

4 authors, including:

Rizqiaranti Salsabila Windi Astuti


Lampung University Lampung University
1 PUBLICATION   0 CITATIONS    2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Ghina tuada Arabi


Lampung University
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Peraturan daerah View project

All content following this page was uploaded by Rizqiaranti Salsabila on 29 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERATURAN DAERAH
RIZQIARANTI SALSABILA, WINDY ASTUTI DAN GHINA
TUADA ARABI1

ABSTRAK
Peraturan daerah (Perda) merupakan pilar utama yang memayungi realisasi otonomi daerah.
Sebagaimana hal nya undang-undang, perda memiliki karakteristik yang bersifat mengatur,
khususnya mengatur relasi antara pemerintahan daerah, masyarakat lokal dan stakeholder
lokal seperti dunia usaha. Perda bukan hanya mengatur hal-hal yang menyangkut kehidupan
politik, sosial dan budaya masyarakat, tapi juga ekonomi daerah. Karena itu, perda menjadi
instrumen penting dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan daerah pada
umumnya. Ditataran praksis, perda yang dibuat belum sepenuhnya sesuai dengan harapan
masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku akibatnya, muncul pembatalan
perda oleh Departemen Dalam Negeri (Depdagri) dan Mahkamah Agung. Pembatalan
tersebut disebabkan oleh keinginan pemerintahan daerah untuk memaksimalkan pendapatan
nya melalui pajak dan retribusi yang tak jarang justru melanggar undang-undang atau
peraturan diatasnya. Depdagri menganggap sejumlah perda telah melanggar pedoman yang
telah ditentukan, baik oleh undang-undang maupun peraturan yang lebih tinggi lainnya.
Dalam konteks daerah perda bukan hanya sebagai katalisator ekonomi, namun juga sebagai
“alat” mengatur perilaku masyarakat. Masalahnya sejauh ini tak sedikit perda yang dibuat
disinyalir melanggar hak-hak asasi warga, termasuk hak-hak asasi perempuan. Pembentukan
Perda melibatkan lembaga pemerintah daerah yaitu Pemerintah Daerah (Pemda) sebagai
eksekutif, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Kata kunci: Konsistensi Peraturan Daerah, Hierarkhi Perundang-undangan, dan Politik
Hukum
A. Pendahuluan
Kewenangan pembentukan Perda merupakan salah satu wujud kemandirian daerah
dalam mengatur urusan rumah tangga daerah atau pemerintah daerah. Peraturan
daerah merupakan instrumen yang strategis sebagai sarana mencapai tujuan
desentralisasi. Dalam konteks otonomi daerah, keberadaan Perda pada prinsipnya
berperan mendorong desentralisasi secara maksimal. Dari sudut pandang
pemberdayaan politik, tujuan desentralisasi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Tujuan dari peraturan daerah dari sisi
pemerintah daerah adalah untuk mewujudkan political equality, local accountability,
dan local responsiveness. Sementara itu tujuan peraturan daerah dari sisi pemerintah
pusat adalah untuk mewujudkan political education, provide training in political
education, and create political stability.

1
Ketiga penulis adalah Mahawiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan NPM 1652011186; NPM
1652011189; NPM 1652011198
Keberadaan peraturan daerah dalam undang-undang 1945 sebelum di amandemen
memang tidak dikenal, sehingga peraturan daerah termarjinalkan dalam tata susunan
peraturan perundang-undangan Indonesia. 2

B. Pembahasan
1. Kewenangan Pembentukan Perda
Menurut pasal 1 angka (10) undang-undang nomor.32 Tahun 2004 adalah Perda
Provinsi atau Perda Kabupaten/Kota. Sedangkan pasal 7 ayat (2) undang-undang
nomor.10 Tahun 2004 menyatakan :
a. Perda meliputi peraturan daerah provinsi dibuat oleh DPRD Provinsi bersama
Gubernur.
b. Perda Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD Kabupaten/Kota bersama Bupati
atau Wali Kota.
c. Peraturan Desa atau peraturan yang setingkat dibuat oleh badan perwakilan
desa atau nama lain nya bersama kepala desa atau nama lainnya.
2. Proses Pembentukan Peraturan di Daerah
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan makan rancangan Perda
sebenarnya dapat berasal dari DPRD (Perda inisiatif) atau kepala daerah untuk
dibahas dan disetujui bersama kedua lembaga tersebut (pasal 40 dan 41 undang-
undang nomor.10 Tahun 2004). Setelah disetujui, Perda ditetapkan oleh kepala
daerah melalui pembubuhan tanda tangan kepala daerah paling lambat 30 hari
setelah disetujui bersama. Namun, apabila rancangan Perda tidak juga ditetapkan
setelah jangka waktu tersebut, secara otomatis rancangan Perda tersebut sah
menjadi Perda dan wajib di undangkan Pemda (pasal 43 undang-undang nomor.32
Tahun 2004).3
3. Perundang-undangan Peraturan Pemerintah Daerah
Berhubung dengan ketentuan dalam pasal 142 undang-undang dasar sementara,
peraturan tentang Pemerintah Daerah adalah:
a. Undang-undang nomor 22 Tahun 1948 Republik Indonesia,
b. Undang-undang tercantum dalam lembaran negara, negara Indonesia Timur
nomor 44 Tahun 1950,
c. Undang-undang darurat nomor 20 Tahun 1950 Republik Indonesia Serikat
(yang telah di tetapkan dengan undang-undang nomor 1 Tahun 1956),
d. “Staatsgemeente ordonnantie Buitengewesten” Staatsblad 1938 No. 131);
Atas dasar perundang-undangan tersebut telah terbentuk daerah-daerah
otonom, misalnya provinsi-provinsi di Jawa, Sumatra dan Kalimantan, Daerah
Istimewa Yogyakarta, kota-kota praja Jakarta Raya, kabupaten, kota besar dan
kota kecil di Jawa dan Kalimantan, daerah istimewa setingkat kabupaten di

2
Reny Rawasita, et.al., Menilai Tanggung Jawab Sosial Peraturan Daerah, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
Indonesia (PSHK), Jakarta,2009,hal.60.
3
R. Siti Zuhro, Lilis Mulyani dan Fitria, Kisruh Peraturan Daerah : Mengurangi Masalah & Solusinya.
Yogyakatra: Penerbit Ombak. Tahun 2010, hal.viii-15.
Kalimantan, daerah-daerah di Sulawesi, Maluku dan Sunda kecil kota-kota di
luar Jawa. 4

4. Prinsip Pembentukan Peraturan Daerah


Berdasarkan undang-undang nomor 32 Tahun 2004, bahwa kedudukan, yang
penting, karena sebagai unsur dari Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah.
Kedudukan DPRD sebagai badan legislatif Daerah, sekaligus menjalankan fungsi
kontrol atau pengawasan terhadap Pemerintah Daerah. Berdasarkan undang-
undang nomor 32 Tahun 2004 tugas dan wewenang DPRD antara lain :
a. Membentuk Perda yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapatkan
persetujuan bersama.
b. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang anggaran pendapatan dan
belanja daerah bersama dengan Kepala Daerah.
c. Melaksanakan pengawasan peraturan daerah dan peraturan perundangan lain
keputusan gubernur,Bupati dan wali kota,anggaran pendapatan dan belanja
daerah,kebijakan pemerintah daerah,dan kerjasama internasional didaerah. 5
5. Aspek Pengaturan Peraturan Daerah
Sesuai asas desentralisasi daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan
daerah untuk mengatur urusan pemerintahan nya sendiri, yang mencangkup
bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional, dan agama yang diatur dalam ketentuan pasal 10 ayat 3 undang-undang
nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Berdasarkan ketentuan
undang-undang nomor 12 Tahun 2011 Tentang Peraturan Perundang-undangan
PUU tunduk pada asas hierarki yang diartikan suatu PUU yang lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan PUU yang lebih tinggi tingkatan drajatnya. 6
6. Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Pembentukan Perda yang baik harus berdasarkan pada asas pembentukan
peraturan perundang-undangan ketentuan pasal 5 undang-undang nomor 12 Tahun
2011 sebagai berikut:
a. Kejelasan tujuan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-
undangan harus mempunyai tujuan yang jelas dan hendak di capai.
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis peraturan
perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga atau pejabat pembentuk
peraturan perundang-undangan yang berwenang dan dapat dibatalkan atau
batal demi hukum, bila dibuat oleh lembaga atau pejabat yang tidak
berwenang .

4
Bintan Regen Saragih, S.H., Himpunan Undang-undang Dasar Undang-undang dan Peraturan Perundangan
Tentang Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta : P.T. Pradnya Paramita. Tahun 1981, hal. 252.
5
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum U11, Yogyakarta, 2001, hal.70
6
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Peraturan Undang-undang dan Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan, yaitu dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi
muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangan.
d. Dapat dilaksanakan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-
undangan harus memperhatikan efektifitas peraturan perundang-undangan
tersebut.7
7. Pergeseran Sistem Pengawasan Pusat Terhadap Daerah
Jadi, setelah di sahkan menjadi perda, maka barulah pemerintah daerah
memiliki kewajiban untuk melaporkan Perda yang telah dibuatnya kepada
Pemerintah Pusat melalui Departemen Dalam Negeri. Dengan demikian, UU
No.22 Tahun 1999 menganut sistem pengawasan represif untuk semua jenis
Peraturan Daerah. Sedangkan UU No.32 Tahun 2004 menganut pengawasan
preventif secara terbatas. Pertama, pengawasan preventif pusat terhadap daerah
meliputi 4 rancangan Perda, yaitu Perda APBD, Perda Retribusi, Perda Pajak
Daerah, dan Perda Tata Ruang Daerah. Kedua, terhadap perda-perda lainnya
berlaku pengawasan represif, yaitu pengawasan yang dilakukan terhadap perda
yang telah diundangkan (pasal 145 UU No.32 Tahun 2004). 8

Apabila Depdagri menilai Perda tersebut harus dibatalkan, keputusan


pembatalan ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres) dalam jangka waktu
60 hari. Terkait dengan keputusan pembatalan ini, pemda memiliki hak untuk
mengajukan keberatan pembatalan kepada MA apabila tidak dapat menerima
keputusan tersebut. Selanjutnya, putusan MA dapat mengabulkan atau menolak
permohonan daerah tersebut. Konsekuensi nya, apabila putusan MA mengabulkan
permohonan daerah, Perpres tentang pembatalan Perda menjadi batal dan tidak
memiliki kekuatan hukum. Sebaliknya, apabila permohonan pembatalan ditolak
MA, Perpres tetap berlaku dan pemda harus mencabut Perda tersebut bersama
DPRD (Pasal 145 UU No. 32 Tahun 2004).9
Ketiga aspek penting dari pembentukan Peraturan Daerah yaitu politik
legislasi didaerah, pengawasan dari pemerintah pusat, dan keterlibatan masyarakat
dalam pembentukan Perda (legislasi didaerah). 10
Proses legislasi di daerah, khususnya yang terkait dengan pembentukan Perda,
mengacu kepada UU No.10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan dan UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Kedua peraturan tersebut lebih banyak terfokus pada aspek prosedural
pembentukan Perda.11

7
Bagir Manan, Fungsi dan Materi Peraturan Perundang-undangan, OP,CIT. Hal.47.
8
Ida Zuraida, S.H.,LL.M, Teknik Penyusunan Peraturan Daerah, Jakarta, Sinar Grafika,2012, Hal.70.
9
Prasojo Eko,Kisruh Peraturan Daerah:Mengurai Masalah dan Solusinya,Yogyakarta,The Habibie Center,
2010,Hal 50.
10
Marihot Pahala Siahaan,Panduan dalam Penyusunan aturan Pelaksanaan Peraturan Daerah tentang
BPHTB,Yogyakarta,Graha Ilmu, 2010, Hal 178.
11
Marsono,Himpunan Peraturan tentang Pemerintah di Daerah,Jakarta,Djambatan, 1986,Hal 239.
Penutup
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan yaitu :

Peraturan daerah adalah ketentuan yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan, peraturan
perundang-undangan merupakan semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum, yang
dikeluarkan oleh badan perwakilan rakyat bersama pemerintah, baik di tingkat pusat maupun
daerah.Peraturan perundang-undangan tersebut berlaku untuk lembaga-lembaga negara dan seluruh
warga negara Indonesia. Peraturan pusat adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah pusat, dan
berlaku untuk seluruh warga negara Indonesia secara keseluruhan. UUD 1945, ketetapan MPR,
undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan peraturan pelaksana lainny
amerupakan atau termasuk peraturan pusat. Menurut UU No. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan
peraturan perundang-undangan peraturan daerah adalah peraturan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah.

References
Rawasita,Reny.2009.Menilai Tanggung Jawab Sosial Peraturan Daerah, Jakarta: Pusat Studi
Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK).

R. Siti Zuhro, Lilis Mulyani dan Fitria.2010.Kisruh Peraturan Daerah : Mengurangi


Masalah & Solusinya. Yogyakatra: Penerbit Ombak.

Saragih,Bintan Regen.1981.Himpunan Undang-undang Dasar Undang-undang dan Peraturan


Perundangan Tentang Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta : P.T. Pradnya Paramita.

Manan Bagir.2001.Menyongsong Fajar Otonomi Daerah.Yogyakarta: Pusat Studi Hukum


U11.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Peraturan Undang-undang dan Undang-


undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Manan,Bagir.Fungsi dan Materi Peraturan Perundang-undangan, OP,CIT. Hal.47.

Zuraida,Ida.2012.Teknik Penyusunan Peraturan Daerah, Jakarta: Sinar Grafika.

Prasojo,Eko.2010.Kisruh Peraturan Daerah:Mengurai Masalah dan


Solusinya.Yogyakarta:The Habibie Center.

Siahaan, Marihot Pahala.2010.Panduan dalam Penyusunan aturan Pelaksanaan Peraturan


Daerah tentang BPHTB.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Marsono.1986.Himpunan Peraturan tentang Pemerintah di Daerah.Jakarta:Djambatan.


View publication stats

Anda mungkin juga menyukai