Anda di halaman 1dari 16

STEP 1

1. Skore ballard dan dubowitz : skor untuk mementukan usia getasi BBL dengan penilaian
neuromuscular (postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scraf sign, dan heal to ear
maneuver) dan penilaian fisik (kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata, telinga, dan
genitalia)
2. Kurva lubschenco dan nelhause : kurva untuk mrngukur pert bayi meliputi berat panjang dan
ukuran kepala. Tambahankan gambar
3. Apgar score : untuk mengetahui asfiksia atau tidak dan hanya untuk prnnganan segera etelah
bayi lahir
Appearance
Pulse
Grimace
Activity
Respiration
7-10 normal
4-6 agak rendah
0-3 sangat rendah
Dilakukan tiap 5 menit

Penilaian APGAR score


A : Apprearance = rupa (warna kulit)
P : Pulse = nadi
G : Grimace = menyeringai (akibat refleks kateter dalam hidung)
A : Activity = keaktifan
R :Respiration = pernapasan
Kriteria 0 1 2
Activity Fleksi tungkai atas dan
Lumpuh Gerakan aktif
(tonus otot) bawah

Pulse
Tidak ada < 100x/min > 100x/min
(denyut jantung)

Bersin atau batuk,


Grimace
Tidak ada respon Meringis menjauh saat saluran
(refleks iritabilitas)
napas distimulasi

Appearance Biru - abu-abu atau Badan merah, kaki dan Seluruh tubuh dan
(warna kulit) pucat di seluruh tubuh tangan biru anggota gerak merah

Menangis lemah; terdengar


Respiration seperti merengek atau
Tidak bernapas Baik, menangis kuat
(pernapasan) mendengkur; Lambat,
ireguler

1. Asfiksia ringan-bayi normal (skor apgar 7-10) Tidak memerlukan tindakan yang istimewa, seperti
pemberian lingkungan suhu yang baik pada bayi, pembersihan jalan napas bagian atas dari lendir
dan sisa-sisa darah, jika diperlukan memberikan rangsangan, selanjutnya observasi suhu tubuh,
apabila cenderung turun untuk sementara waktu dapat dimasukan kedalam inkubator (Novita,
2011)
2. Asfiksia sedang (skor apgar 4-6)Menerima bayi dengan kain yang telah dihangatkan, kemudian
membersihkan jalan nafas,Melakukan stimulasi agar timbul refleks pernapasan. Bila dalam 30-60
detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dimulai. Ventilasi yang aktif
yang sederhana dapat dilakukan secara ‘frog brething’. Cara tersebut dikerjakan dengan
meletakan kateter O2 intranasal dan O2 dialirkan dengan 1-2 liter/menit. Agar saluran napas
bebas, bayi diletakan dalam posisi dorsofleksi kepala. Apabila belum berhasil maka lakukan
tindakan rangsangan pernapasan dengan menepuk-nepuk telapak kaki, bila tidak berhasil juga
maka pasang penlon masker kemudian di pompa 60x/menit. Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi
masih sianosis, berikan kolaborasi terapi natrium bikarbonat 7,5% dengan dosis 2-4 cc/kg berat
badan bersama dektrose 40% sebanyak 1-2 cc/kg berat badan dan diberikan melalui umbilikalis
(Novita, 2011).
3. Asfiksia berat (skor apgar 0-3)Menerima bayi dengan kain hangat, kemudian membersihkan jalan
nafas sambil memompa jalan nafas dengan ambu bag. Berikan oksigen 4-5 liter/menit. Apabila
tidak berhasil biasanya dipasang ETT (endo tracheal tube), selanjutnya bersihkan jalan nafas
melalui lubang ETT. Bila bayi bernafas namun masih sianosis maka berikan tindakan kolaborasi
berupa natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc dan dektrose 40% sebanyak 4cc. Bila asfiksia
berkelanjutan, maka bayi masuk ICU dan infus terlebih dahulu (Novita, 2011).
Penilaian skor APGAR dilakukan pada:
 Menit ke-1 setelah kelahiran, yaitu untuk menilai kemampuan adaptasi bayi terhadap perubahan
lingkungan dari intrauterine ke ekstrauterine atau untuk menilai keadaan fisiologis bayi baru lahir.
 Menit ke-5, untuk menilai keberhasilan tindakan resusitasi yang dilakukan serta sebagai penentu
prognosis.
 Menit ke-10.Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai
yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis. Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada
nilai yg rendah & perlu tindakan resusitasi
4. Hyaline membran disease : penyakit membran hyaline yg terbentuk jaringan fibrotic dan jaringan
epitel akibat kerusakan endotel kapiler dan ductus alveolaris
Imaturitas dan defisiensi surfaktan pd bayi. Faktor risiko : SC, ibu Dm
5. VK rumah sakit : verlos kamer (ruang bersalin)

STEP 2
1. Mengapa adaptasi intrauterine ke ektrauterin kurang baik?
2. Mengapa perlu dilakukan resusitasi?
3. Mengapa bayi tidak menangis?
4. Mengapa bayi masih mendapatkan asi melalui nasogastric tube?
5. Mengapa bb bayi lebih dari normal?
6. Mengapa GDS bayi rendah?
7. Apa etiologi dari scenario?
8. Apa saja faktor risiko dari scenario?
9. Bagaimana patofisiologi penyakit di scenario?
10. Bagaimana alur pemerikaan bayi pada scenario?
11. Apa diagnosis dari scenario?
12. Bagimana grading HMD
13. Bagaimana menentukan Skore ballard dan Dubowitz dan Kurva lubschenco dan nelhause?
14. Bagaimana tatalaksana dari scenario

STEP 3

1. Mengapa perlu dilakukan resusitasi, adaptasi intrauterine ke ektrauterin kurang baik?


Resusitasi : upaya yg dilakukan untuk menyelamatkan, usaha pemberian oksigen agar suplay
oksigen ke otak jantung dan alat vital bisa terpenuhi
Indikasi :
- Sumbatan jalan nafas
- Depresi pernafasan akibat obat yg diberikan ke ibu (diazepam, analgetik local, anestesi)
- Kerusakan neurologis
- Kelainan atau kerusakan sal nafas atau susunan saraf pusat
- Syok hipovolemik akibat kompresi tali pusar

intrauterin ektrauterin
Lingkungan fisik cairan udara
suhu tetap Berubah ubah
gizi Tergantung ibu Tergantung asupan bayinya
sendiri
Penyediaan o2 Dr ibu Paru par sendiri

BMI ibu : obes  glukosa tinggi  glukoa anak juga tinggi  peningkatan hormone insulin anak.
Anak menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan lemak  bayi macrosomia

Stlh lahir, glukosa rendah tp insulin tetap tinggi  cortisol  merangsang pneumosit 2 
menghasilkan surfaktan  paru paru matur

Menangis  mengeluarkan lender yg ada pada paru paru

Perbedaan intra dan ekstra awalnya cairan yang berpindah ke udara dan dapat mengambil nafa
pertama alveoli berii cairan  cairan dierap alveolis – menangis – bernapas – ketika alveoli teriii
oksigen  aliran darah ke paru meningkat  penutupan duct arteriousus di jantung 
Paru paru dan jantung ketika intrauterine bagaimana

Aliran darah di intrauterine

Tekanan paru tinggi  surfaktan belum berfungi baik  paru kolaps

Saat kelahiran plasenta ibu putus dg bayi. Bayi bernafas sendiri, bayi mulai bernafas dan punya
irama normal kurang dr 1 menit, yg dipicu oleh paparan tiba tiba dunia luar

1. Asfikia ringan pada persalinana normal

2. Impuls sensorik krn pendinginan kulit yang tiba tiba

2. Mengapa bayi tidak menangis?


Bayi tidak bernafas  ditandai dg Tidak menegembangnya paru
Faktor yg memepengaruhi paru paru tidak mengembang :
- Suhu : hub adaptasi ektrauterin
- Rangsangan : hub adaptasi ektrauterin
-
3. Mengapa bayi masih mendapatkan asi melalui nasogastric tube?
Asi  mengembalikan kadar gula darah bayi.
Agar cepat
Indikasi pemasangan NGT pada neonatus
4. Mengapa bb bayi lebih dari normal?
BMI ibu : obes  glukosa tinggi  glukoa anak juga tinggi  peningkatan hormone insulin anak.
Anak menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan lemak  bayi macrosomia

5. Mengapa GDS bayi rendah?


Glukosa ibu tinggi  beta pancreas menghasilkan insulin  glukosa anak juga tinggi  lahir 
pemptongan tali pusar secara mendadak  kadar insulin anak tinggi tp suplay glukosa ibu ke
anak turun  hipoglikemi

6. Apa etiologi dari scenario?


Bayi tidak mampu beradaptasi
Trauma dari sc
Tidak ada rangsangan seperti persalinan pervaginam

7. Apa saja faktor risiko makrosemia?


- Ibu DM
-
8. Bagaimana patofisiologi penyakit di scenario?
Ibu DM  hiperinsulin bayi  hormone cortisol  surfaktan terganggu  alveolus kollaps 
inspirasi lebih berat  peningkatan frek pernafasan menurunkan ATP dan hipoglikemi 
katabolime anaerob  asidosis metabolic  kerusakan endotel  terbentuk trnasudat pd
alveolus dan jaringan fibrin dan jaringan nekrotik  membran hyaline

9. Bagaimana alur pemerikaan bayi pada scenario?


Cukup bulan, air ketuban jernih, bernafas nangis,  tidak  berikan kehangatan, bersihkan jalan
nafas, keringkan dan beri rangsangan taktil dengan cara dikeringkan/ diusap kepala, muka,
punggung, ekstremitas  evaluasipernafasan, jantung, warna kulit  jantung > 100, kulit
kemerahan lakukan obser  apnea , frek jantung <100  VTP (ventilasi tekanan positif) 
sianois  tambahakan oksigen  tidak membaik  VTP  jantung >100 kulit kemerahan
perawatan
10. diagnosis dari scenario?
Macrosomia dengan asfiksia ringan/sedang
Klasifikasi asfiksia
11. apa itu HMD?
12. Bagaimana menentukan Skore ballard dan Dubowitz dan Kurva lubschenco dan nelhause?
13. Bagaimana tatalaksana dari scenario
14. Bagaimana periode pertumbuhan dan perkembangan janin
15. Bagaimana kecukupan gizi neonates
16. Virgorous baby ><asfiksi

STEP 7

1. Mengapa perlu dilakukan resusitasi, adaptasi intrauterine ke ektrauterin kurang baik?


Resusitasi : upaya yg dilakukan untuk menyelamatkan, usaha pemberian oksigen agar suplay
oksigen ke otak jantung dan alat vital bisa terpenuhi
Indikasi :
- Sumbatan jalan nafas
- Depresi pernafasan akibat obat yg diberikan ke ibu (diazepam, analgetik local, anestesi)
- Kerusakan neurologis
- Kelainan atau kerusakan sal nafas atau susunan saraf pusat
- Syok hipovolemik akibat kompresi tali pusar

intrauterin ektrauterin
Lingkungan fisik cairan udara
suhu tetap Berubah ubah
gizi Tergantung ibu Tergantung asupan bayinya
sendiri
Penyediaan o2 Dr ibu Paru par sendiri

BMI ibu : obes  glukosa tinggi  glukoa anak juga tinggi  peningkatan hormone insulin anak.
Anak menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan lemak  bayi macrosomia

Stlh lahir, glukosa rendah tp insulin tetap tinggi  cortisol  merangsang pneumosit 2 
menghasilkan surfaktan  paru paru matur

Menangis  mengeluarkan lender yg ada pada paru paru


Perbedaan intra dan ekstra awalnya cairan yang berpindah ke udara dan dapat mengambil nafa
pertama alveoli berii cairan  cairan dierap alveolis – menangis – bernapas – ketika alveoli teriii
oksigen  aliran darah ke paru meningkat  penutupan duct arteriousus di jantung 

Paru paru dan jantung ketika intrauterine bagaimana


Tekanan paru tinggi  surfaktan belum berfungi baik  paru kolaps

Saat kelahiran plasenta ibu putus dg bayi. Bayi bernafas sendiri, bayi mulai bernafas dan punya
irama normal kurang dr 1 menit, yg dipicu oleh paparan tiba tiba dunia luar

1. Asfikia ringan pada persalinana normal

2. Impuls sensorik krn pendinginan kulit yang tiba tiba

2. Mengapa bayi tidak menangis?


Bayi tidak bernafas  ditandai dg Tidak menegembangnya paru
Faktor yg memepengaruhi paru paru tidak mengembang :
- Suhu : hub adaptasi ektrauterin
- Rangsangan : hub adaptasi ektrauterin
-
3. Mengapa bayi masih mendapatkan asi melalui nasogastric tube?
Asi  mengembalikan kadar gula darah bayi.
Agar cepat
Indikasi pemasangan NGT pada neonates
- Bbl hemodinamik yg tidak stabil : pernafasan tidak normal, fx sal cerna belum optimal, iugr,
bb< 1000gr, usia gestasi <28 minggu
- Untuk memasukan asi, krn belum bisa menetek
- Anomaly jalan makan, kelemahan reflek menelan, distress pernafasan
4. Mengapa bb bayi lebih dari normal?
BMI ibu : obes  glukosa tinggi  glukoa anak juga tinggi  peningkatan hormone insulin anak.
Anak menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan lemak  bayi macrosomia

5. Mengapa GDS bayi rendah?


Glukosa ibu tinggi  beta pancreas menghasilkan insulin  glukosa anak juga tinggi  lahir 
pemptongan tali pusar secara mendadak  kadar insulin anak tinggi tp suplay glukosa ibu ke
anak turun  hipoglikemi

6. Apa etiologi dari scenario?


Bayi tidak mampu beradaptasi
Trauma dari sc
Tidak ada rangsangan seperti persalinan pervaginam

7. Apa saja faktor risiko makrosemia?


- Ibu DM
Usia Ibu

Usia optimal untuk reproduksi sehat adalah 20-30 tahun, dan risiko makin meningkat setelah usia 30
tahun. Wanita hamil usia tua adalah berusia 35 tahun atau lebih saat melahirkan. Sedangkan wanita
berusia 45 tahun atau lebih saat melahirkan digolongkan sebagai usia sangat

Kehamilan pada usia tua seringdisertai berbagai penyulit seperti preeklamsia, eklamsia, diabetes
melitus, perdarahan antepartum, dan meningkatnya angka bedah caesarean. Ibu hamil dengan usia
tua berisiko 1,09 kali melahirkan bayi makrosomia daripada Ibu yang hamil dengan usia lebih
muda

Berat Badan Ibu

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan Ibu selama kehamilan adalah umur kehamilan, gizi
dan nutrisi Ibu selama hamil, berat badan Ibu sebelum hamil, umur Ibu waktu hamil, tinggi badan
Ibu, paritas, ras dan etnis, indeks massa tubuh sebelum hamil.

Berat badan Ibu hamil, tinggi badan Ibu hamil dan kenaikan berat badan Ibu selama kehamilan
memiliki hubungan dengan berat lahir secara signifikan.

proporsi pertambahan berat badan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Janin 25-27%

2. Plasenta 5%

3. Cairan amnion 6%

4. Ekspansi volume darah 25-27%

5. Peningkatan lemak tubuh 25-27%

6. Peningkatan cairan ekstra seluler 13%

7. Pertumbuhan uterus dan payudara 11% Berat badan Ibu hamil bertambah 0,5 kg per minggu atau
6,5-16 kg selama kehamilan.

Idealnya berat badan Ibu antara 45-65 kg dan idealnya kenaikan normal selama 9 bulan kehamilan
antara 12-15 kg (jika saat mulai kehamilan, Ibu berbobot antara 45-65 kg). Ibu yang berat badannya
saat mulai hamil dibawah 45 kg atau sangat kurus maka dianjurkan kenaikan antara 12,5-18 kg.
sedangkan bagi kelompok Ibu dengan berat badan saat mulai hamil lebih dari 65 kg, kenaikan yang
dianjurkan hanya antara 7-11,5 kg.

Kelebihan berat badan pada Ibu hamil  menghambat perkembangan janin sebagai akibat dan
terjadinya penyempitan pembuluh darahSelain itu kelebihan berat badanmeningkatkan risiko
mengalami komplikasi: tekanan darah tinggi, keracunan kehamilan, sampai perdarahan.
Makin tinggi bertambahnya berta badan Ibu hamil kemungkinan janin akan mengalami
makrosomia makin tinggi. Pertambahan berat badan kehamilan yang berlebih memiliki resiko
persalinan caesar dan komplikasi kehamilan post-operatif. Komplikasi kehamilan pada bayi meliputi
skor Apgar rendah, makrosomia, neural-tube defect, dan kematian intrauterin.

Indeks Masa Tubuh (IMT) Ibu

Obesitas Ibu peningkatan resistensi insulinmakrosemia

usia kehamilan 20-40 mingguHPL meningkatuntuk lipolysis trigliseridas.lemak bebas mening


katmenutupi reseptorresistensi insulininsulin meningkatpenimbunan glikogen dan
lemakmakrosemia

Riwayat Diabetes Melitus

8. Bagaimana patofisiologi penyakit di scenario?


Ibu DM  hiperinsulin bayi  hormone cortisol  surfaktan terganggu  alveolus kollaps 
inspirasi lebih berat  peningkatan frek pernafasan menurunkan ATP dan hipoglikemi 
katabolime anaerob  asidosis metabolic  kerusakan endotel  terbentuk trnasudat pd
alveolus dan jaringan fibrin dan jaringan nekrotik  membran hyaline

9. Bagaimana alur pemerikaan bayi pada scenario?


Cukup bulan, air ketuban jernih, bernafas nangis,  tidak  berikan kehangatan, bersihkan jalan
nafas, keringkan dan beri rangsangan taktil dengan cara dikeringkan/ diusap kepala, muka,
punggung, ekstremitas  evaluasipernafasan, jantung, warna kulit  jantung > 100, kulit
kemerahan lakukan obser  apnea , frek jantung <100  VTP (ventilasi tekanan positif) 
sianois  tambahakan oksigen  tidak membaik  VTP  jantung >100 kulit kemerahan
perawatan
10. diagnosis dari scenario?
Macrosomia dengan asfiksia ringan/sedang tanyakaan
Klasifikasi asfiksia

1. Asfiksia ringan-bayi normal (skor apgar 7-10) Tidak memerlukan tindakan yang istimewa, seperti
pemberian lingkungan suhu yang baik pada bayi, pembersihan jalan napas bagian atas dari lendir
dan sisa-sisa darah, jika diperlukan memberikan rangsangan, selanjutnya observasi suhu tubuh,
apabila cenderung turun untuk sementara waktu dapat dimasukan kedalam inkubator (Novita,
2011)
2. Asfiksia sedang (skor apgar 4-6)Menerima bayi dengan kain yang telah dihangatkan, kemudian
membersihkan jalan nafas,Melakukan stimulasi agar timbul refleks pernapasan. Bila dalam 30-60
detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dimulai. Ventilasi yang aktif
yang sederhana dapat dilakukan secara ‘frog brething’. Cara tersebut dikerjakan dengan
meletakan kateter O2 intranasal dan O2 dialirkan dengan 1-2 liter/menit. Agar saluran napas
bebas, bayi diletakan dalam posisi dorsofleksi kepala. Apabila belum berhasil maka lakukan
tindakan rangsangan pernapasan dengan menepuk-nepuk telapak kaki, bila tidak berhasil juga
maka pasang penlon masker kemudian di pompa 60x/menit. Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi
masih sianosis, berikan kolaborasi terapi natrium bikarbonat 7,5% dengan dosis 2-4 cc/kg berat
badan bersama dektrose 40% sebanyak 1-2 cc/kg berat badan dan diberikan melalui umbilikalis
(Novita, 2011).
3. Asfiksia berat (skor apgar 0-3)Menerima bayi dengan kain hangat, kemudian membersihkan jalan
nafas sambil memompa jalan nafas dengan ambu bag. Berikan oksigen 4-5 liter/menit. Apabila
tidak berhasil biasanya dipasang ETT (endo tracheal tube), selanjutnya bersihkan jalan nafas
melalui lubang ETT. Bila bayi bernafas namun masih sianosis maka berikan tindakan kolaborasi
berupa natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc dan dektrose 40% sebanyak 4cc. Bila asfiksia
berkelanjutan, maka bayi masuk ICU dan infus terlebih dahulu (Novita, 2011).

6. apa itu HMD? Hyaline membran disease adalah penyakit membran hyaline yg terbentuk jaringan
fibrotic dan jaringan epitel akibat kerusakan endotel kapiler dan ductus alveolaris
Imaturitas dan defisiensi surfaktan pd bayi. Faktor risiko : SC, ibu Dm
4. Bagaimana menentukan Skore ballard dan Dubowitz dan Kurva lubschenco dan nelhause?

Skor ballard
Skor ballard

5. Bagaimana tatalaksana dari scenario


6. Bagaimana periode pertumbuhan dan perkembangan neonates cariii!!!!!
7. Bagaimana kecukupan gizi neonates

Kandungan asi
8. Virgorous baby ><asfiksi

Anda mungkin juga menyukai