Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Allah SWT atas segla rahmat dan hidayatnya yang tiada terkira
kepada kita semua sebagai umatNya. Sholawat dan salam tak lupa selalu terucap pada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena keteladanan dan ahlaknya dn setiap gerak
langkahnya kita dapat menjadi umat terbaik di sisi Allah SWT.

Pembuatan makalah inin tentu tidak luput dari hambatan, namun dengan demikian
atas kuasa Allah SWT lewat orang-orang disekitar kita maka makalah ini dapat terwujud.
Maka lewat kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terimakasih pada teman-teman yang
membantu, serta dosen Kewarganegaraan yang telah memberikan pengarahan.

Dalam makalah ini, dibahas mengenai: HAM serta pelanggaran HAM yang terjadi
pada anak jalanan di Indonesia.

Penulisan makalah ini tentu banyak kekurangan-kekurangannya. Maka dari itu banyak
harapan dari kami kritik dan saran yang membangun, untuk lebih menyempurnakan makalah
ini.

Penulis

Page 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................1

Daftar Isi.....................................................................................................................................2

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

Latar Belakang...............................................................................................................3

Rumusan Masalah..........................................................................................................4

Tujuan Penulisan............................................................................................................4

Manfaat Penulisan .........................................................................................................4

KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................................5

Pengertian dan Hakekat HAM.......................................................................................5

Pasal yang memuat tentang HAK Anak........................................................................6

ISI...............................................................................................................................................8

Pengertian dan hakikat HAM.........................................................................................5

Perkembangan anak jalanan di Indonesia....................................................................10

Faktor meningkatnya pelanggaran HAM anak jalanan................................................13

Bentuk-bentuk pelanggaran HAM terhadap anak jalanan...........................................14

Data jumlah pelanggaran HAM terhadap anak jalanan................................................15

Ketentuen pidana pelanggaran HAM...........................................................................15

Potret Anak Jalanan......................................................................................................17

Upaya pemerintah meminimalisir pelanggaran HAM anak jalanan............................19

PENUTUP................................................................................................................................21

Simpulan.......................................................................................................................21

Saran.............................................................................................................................21

Page 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang dunia anak jalanan, terasa tiada habis-habisnya kisah yang bisa
diungkapkan. Sebagian besar adalah kisah-kisah duka yang kelam, menjadi catatan sejarah
hitam, tidak saja untuk anak-anak tersebut, tapi bagi kita semua yang berhimpun di dalam
suatu bangsa ataupun Negara.

Kehidupan jalanan yang dialami oleh anak - anak yang terlantar merupakan suatu
bentuk tugas negara yang terbengkalai seperti yang ditunjukkan pada UUD 1945 Pasal 34
Ayat (1) yaitu ,Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Dalam
amanat UUD 1945 ini masih saja diabaikan bahkan cenderung disepelekan. Bahkan beberapa
tugas negara yang telah menggembar gemborkan keberhasilan dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat belum terimplementasikan dengan baik.

Semakin meningkatnya jumlah anak jalanan, semakin meningkat pula pelanggaran


HAM terhadap mereka. Indonesia sebagai negara yang demokratis dan memiliki beragam
kebudayaan,pada kenyataannya senantiasa menjunjung dan menerapkan konsep penegakkan
HAM dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. UUD 1945 sendiri mengakui dengan jelas
bagaimana hak asasi manusia itu harus dihargai, dijunjung tinggi, dihormati dan negara
menjadi pemangku kewajiban dari pemenuhan hak-hak asasi tersebut. Dasar hukum bagi
pelaksanaan HAM di negara ini pun sudah cukup jelas dicantumkan dalam setiap hukum
positif yang berlaku, UUD 1945, UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, UU No 26 tahun
2000 tentang pengadilan HAM,dan berbagai ratifikasai penegakkan HAM yang sudah
diundangkan. Hal itu berarti,dalam undang-undang tersebut secara eksplisit juga menerapkan
dan menjunjung tinggi hak asasi manusia termasuk anak jalanan sebagai warga negara
(masyarakat).

Diperlukan penyelesaian terhadap permasalah yang krusial ini, karena hal ini bukan
saja merupakan masalah pribadi pelaku atau keluarga dari anak-anak jalanan tersebut, tetapi
sudah menjadi persoalan negara yang perlu di selesaikan atau diminimalisir.

Page 3
Pelanggaran HAM terhadap anak jalanan di Indonesia saat ini, sudah merajarela di
hampir seluruh wilayah di Indonesia. Berbagai media massa, seringkali menampilkan bentuk-
bentuk pelanggaran HAM terhadapa anak jalanan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keadaan dan perkembangan anak jalanan di Indonesia?
2. Berdasarkan data, bagaimana perkembangan jumlah pelanggaran HAM terhadap
anak jalan di Indonesia?
3. Faktor apa yang menyebabkan peningkatan jumlah pelanggaran HAM terhadap anak
jalanan di Indonesia?
4. Apa saja bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap anak jalanan?
5. Upaya apa yang dilakukan pemerintah untuk meminimalisir pelanggaran HAM
terhadap anak jalanan di Indonesia?

1.3 Tujuan

Makalah ini dibuat agar kita mengetahui perkembangan dan jumlah anak jalanan di
Indonesia, mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan peningkatan jumlah anak jalanan
di indonesia, serta untuk mengetahui upaya pemerintah dan kendala apa yang menjadi
penyebab tidak berjalannya upaya pemberantasan anak jalanan.

1.4 Manfaat penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan dan jumlah anak jalanan di indonesia


2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan peningkatan jumlah anak
jalanan.
3. Untuk mengetahui berbagai bentuk pelanggaran HAM dan ketentuan pidana tentang
HAM terhadap anak.
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah untuk meminimalisir
pelanggaran HAM terhadap anak jalanan di Indonesia.

Page 4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Hakekat HAM

Hak Asasi adalah kebutuhan yang bersifat mendasar dari umat manusia. Pengertian
yang beragam dan luas tersebut pada dasrnya mengandung prinsip bahwa, hak adalah sesuatu
yang oleh sebab itu seseorang (pemegang) memiliki keabsahan untuk menuntut sesuatu yang
dianggap tidak dipenuhi atau diingkari. Seseorang yang memegang hak atas sesuatu, maka
orang tersebut dapat memperlakukan sesuatu sebagaimana dikehendaki, atau sebagaimana
keabsahan yang dimilikinya. (Hak Asasi Manusia:2005)

Dalam pasal 1 UU No. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia disebutkan, “Hak
assasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Selanjutnya, secara operasional dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, ada
beberapa bentuk:

1. Hak untuk hidup

2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan

3. Hak mengembangkan diri

4. Hak memperoleh keadilan

5. Hak atas kebebasan pribadi

6. Hak atas rasa aman

7. Hak atas kesejahteraan

8. Hak turut serta dalam pemerintahan

9. Hak wanita

Page 5
10. Hak anak.

2.2. Pasal yang memuat tentang HAK Anak

Pasal 28 b (ayat 2) UUD 1945 : Setiap orang berhak ata skelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi.

Selain UUD 45, UU No 39 Tahun 1999, pasal 52-58 juga mengatur tentang hak anak.
Adapun isinya adalah :

Pasal 52
(1) Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua keluarga masyarakat dan negara
(2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan
dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan

Pasal 53
(1) Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup mempertahankan hidup dalam
meningkatkan taraf kehidupannya.
(2) Setiap anak dalam kehidupannya berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan
Pasal 54
Setiap anak yang cacat fisik atau mental berhak memperoleh perawatan , pendidikan,
pelatihan dan bantuan khusus atas biaya negara untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan
martabat kemanusiaan,meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat ,berbangsa daan bernegara.
Pasal 55
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamamu, berpikir, dan berekspresi sesuai
dengan intelektualitas dan usianya dibawah bimbingan orang tua dan atau wali.

Pasal 56
(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya.dibesarkan, dan diasuh
oleh orang tuanya sendiri Dalam hal orang tua anak tidak mampu membesarkan dan
memelihara ankanya dengan baik dan sesuai dengan undang-undang ini,maka anak
tersebut boleh diasuh atau diangkat sebagai anak oleh orang lain sesuai ketentuan
peraturan perundang undangan .
Pasal 57

Page 6
(1) Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan
dibimbing kehidupannya oleh orangtua atau walinya sampai dewasa dengan ketentuan
peraturan perundang undaangan .
(2) Setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau wali berdasarkan putusan
pengadilan apabila kedua orang tua telah meninggal dunia atau karena suatu sebab yang
sah tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagi orang tua.
(3) Orang tua angkat attau wah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harusmenjalankan
kewajiban sebagai orang tua yang sesungguhnya.

Pasal 58
(1) Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk
kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual
selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, ataiu pihak lain maupun yang
bertanggung jawab atas pengasuh anak tersebut.

Page 7
BAB III
ISI
3.1 Pengertian Dan Hakikat Hak Asasi Manusia

Sebelum memasuki pembahasan mengenai pelanggaran HAM pada anak jalanan. ada
baiknya dikemukakan terlebih dahulu definisi dasar tentang hak secara definitif. “Hak”
merupakan untuk normatik yang berfungsi sebagai panduan perilaku, melindungi kebebasan,
kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam rangka menjaga harkat dan
martabatnya.

Beberapa pengertian hak menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah :


1. yang benar,
2. milik atau kepunyaan,
3. kewenangan,
4. kekuasaan untuk berbuat sesuatu atau untuk menuntut sesuatu,

5. derajat atau martabat


Dalam pasal 1 UU No. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia disebutkan, “Hak
assasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Berdasarkan beberapa rumusan HAM, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri
pokok hakikat HAM, yaitu:

1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli, atau diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agam, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak ada yang bisa membatasi atau melangggar hak
orang lain. Seseorang tetap mempunyai HAM walaupun negara membuat hukum
yang tidak melindungi atau melanggar HAM tersebut.

Page 8
Bentuk-Bentuk HAM

Dalam deklarasi universal tentang HAM (Universal Declaration Of Human Rights)


atau DUHAM, hak asasi manusia terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
a. hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi)
b. hak legal (hak jaminan perlindungan hukum)
c. hak sipil dan politik
d. hak subsistensi (hak jaminan sumber daya untuk menunjang kehidupan)
e. hak ekonomi, sosial dan budaya.

Selanjutnya, secara operasional dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, ada
beberapa bentuk:

1. Hak untuk hidup

2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan

3. Hak mengembangkan diri

4. Hak memperoleh keadilan

5. Hak atas kebebasan pribadi

6. Hak atas rasa aman

7. Hak atas kesejahteraan

8. Hak turut serta dalam pemerintahan

9. Hak wanita

10. Hak anak.

Pelanggaran Dan Pengadilan Ham

Yang dimaksud dengan pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau
sekelompok orang termasuk aparatur Negara, baik disengaja ataupun tidak, atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi atau mencabut HAM yang telah
dijamin oleh undang-undang, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan

Page 9
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar. Pelanggaran HAM tergolong berat,
baik berupa kejahatan genosida dan kemanusiaan. Sedangkan pelanggaran selain dari
keduanya tergolong ringan.

3.2 Perkembangan Anak Jalanan Di Indonesia

Persoalan anak jalanan pada masa sekarang tampaknya tidak ada perbedaan dengan
kenyataan anak jalanan pada periode-periode sebelumnya. Berbagai situasi yang mengancam
pertumbuhan dan keberlangsungan hidup mereka masih merupakan ancaman nyata. Berbagai
bentuk kekerasan dan eksploitasi masih menjadi warna-warni kehidupan keseharian mereka.

Dewasa ini, pertumbuhan anak jalanan di Indonesia semakin meningkat, terutama di kota-
kota besar. Jakarta adalah salah satu contoh, dimana kita akan sangat mudah menemui anak
jalanan di berbagai tempat, mulai dari perempatan lampu merah, stasiun kereta api, terminal,
pasar, pertokoan, dan bahkan mal. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa biasanya mereka
memang dikoordinir oleh kelompok yang rapi dan profesional, yang sering disebut sebagai
mafia anak jalanan. Hal ini juga yang menyebabkan meningkatnya pelanggaran HAM yang
terjadi kepada anak-anak jalanan tersebut .

Meningkatnya. berbagai bentuk pengabaian dan pelanggaran hak anak di Indonesia yang
terjadi sepanjang tahun 2011, menunjukkan bahwa negara, pemerintah, masyarakat, keluarga
dan orang tua telah gagal menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan
perlindungan, pemenuhan dan penghormatan hak anak di Indonesia. Merujuk data layanan
pengaduan masyarakat melalui Hotline Service dalam bentuk pengaduan langsung,
telephone, surat menyurat maupun elektronik, sepanjang tahun 2011 KomNas
Anak menerima 2.386 kasus. Sama artinya bahwa setiap bulannya KomNas Anak menerima
pengaduaan masyarakat kurang lebih 200 (dua ratus) pengaduan pelanggaran terhadap hak
anak. Angka ini meningkat 98% jika dibanding dengan pengaduan masyarakat yang di terima
Komisi Nasional Perlindungan Anak pada tahun 2010 yakni berjumlah 1.234
pengaduan. Dalam laporan pengaduan tersebut, pelanggaran terhadap hak anak ini tidak
semata-mata pada tingkat kuantitas jumlah saja yang meningkat, namun terlihat semakin
komplek dan beragamnya modus pelanggaran hak anak itu sendiri. Pengaduan hak asuh
(khususnya perebutan anak pasca perceraian) misalnya, mendominasi pengaduan sepanjang
tahun 2011 ini.

Page 10
1. HAK PENDUDUK & KEBEBASAN SIPIL

Sebagaimana tercantum dalam ketentuan pasal 28 UU No. 23/2002 tentang Perlindungan


Anak, bahwa mendapatkan akta kelahiran adalah merupakan bentuk pengakuan pertama
negara terhadap keberadaan seorang anak. Mendapatkan hak anak atas akta kelahiran disebut juga
sebagai hak Kependudukan dan kebebasan sipil. Namun dalam kenyataannya masih ditemukan
kurang lebih 50 juta anak yang tersebar di tanah air, tidak memiliki akta kelahiran, ini sama artinya
secara hukum jutaan anak-anak saat ini tidak diakui sebagai warga negara Indonesia dan bahkan
dengan sendirinya tidak berhak mendapat layanan dari negara.

2. HAK PENDIDIKAN

a) Akses Pendidikan Terbatas

Bentuk pelanggaran Hak Anak lainnya adalah Hak anak atas pendidikan, KomNas
Perlindungan Anak mencatat sekitar 2,5 juta jiwa anak dari 26,3 juta anak usia wajib belajar
di tahun 2010 yakni usia 7-15 tahun, belum dapat menikmati pendidikan dasar semblan
tahun. Sementara itu, 1,87 juta jiwa anak dari 12,89 juta anak usia 13-15 tahun tidak
mendapatkan hak atas pendidikan. Berbagai faktor penyebab anak tidak dapat bersekolah,
antara lain sulitnya anak untuk mendapatkan akses sekolah, secara khusus anak-anak yang
berada di dalam wilayah perbatasan maupun di daerah Komunitas adat terpencil
serta kurangnya kesadaran orang tua.

b) Kekerasan di Lingkungan Sekolah

Sepanjang tahun 2011 ini, kasus tawuran cukup banyak mendapat sorotan dan menjadi topik
hangat ditengah-tengah masyrakat. Maraknya peristiwa kekerasan antar sesama anak sekolah
merupakan fenomena sosial yang berkembang ditengah-tengah masyarakat remaja.
Sementara itu, sepanjang tahun 2011, Komisi Nasional Perlindungan anak mencatat
ditemukan 339 kasus tawuran. Kasus tawuran antar pelajar di Jabodetabek meningkat jika
dibanding 128 kasus yang terjadi pada ahun 2010. KomNas Anak mencatat, dari 339 kasus
kekerasan antar sesama pelajar SMP dan SMA ditemukan 82 diantaranya meninggal dunia,
selebihnya luka berat dan ringan.

3. HAK KESEHATAN

Page 11
a) HIV/AIDS

Sementara itu, menurut laporan Depkes, hingga Juni 2011 tercatat 821 penderita AIDS
berusia 15 – 19 tahun, bahkan 212 penderita berusia 5 – 14 tahun. Sedangkan untuk anak
yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, Badan Narkotika Nasional (2006)
menyebutkan bahwa 80 % dari sekitar 3,2 pengguna berasal dari kelompok usia muda
(remaja/pemuda).

b) Anak Korban Gizi Buruk

Fenomena lainnya adalah kasus anak kurang gizi (marasmus kwasiokor). Menurut data yang
dihimpun KomNas Perlindungan Anak dari laporan 33 Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
yang tersebar di 33 kota propinsi diperkirakan ada 10 juta anak-anak usia balita menderita
kurang gizi, 2 juta di antaranya menderita gizi buruk. Kasus ini dapat ditemui dengan sebaran
di pulau Sumatra, NTT, NTB, dan Sulawesi. Menurut data Komnas PA, di Sumatra Barat
terdapat 23.000 dari total 300.000 anak usia balita terancam menderita gizi buruk dan itu juga
berlangsung di beberapa daerah lainnya.

4. PERLINDUNGAN KHUSUS

a) Kekerasan

Dalam klaster anak membutuhkan perlindungan khusus, sepanjang tahun 2011, KomNas
Anak telah mencatat 2.508 kasus kekerasan terhadap anak. Angka ini meningkat jika
dibandingkan dengan tahun 2010 yakni 2.413 kasus. 1.020 atau setara 62,7 persen dari
jumlah angka tersebut adalah kasus kekerasan seksual yang dilakukan dalam bentuk sodomi,
perkosaan, pencabulan serta incest, dan selebihnya adalah kekerasan fisik dan psikis.

b) Anak Berhadapan Dengan Hukum

Demikian juga dengan angka kasus anak yang berhadapan dengan hukum. Sepanjang tahun
2011 KomNas Anak menerima 1.851 pengaduan anak yang berhadapan dengan hukum (anak
sebagai pelaku) yang diajukan ke pengadilan. Angka ini meningkat dibanding pengaduan
pada tahun 2010, yakni 730 kasus. Hampir 52 persen dari angka tersebut adalah kasus
pencurian diikuti dengan kasus kekerasan, perkosaan, narkoba, perjudian, serta penganiayaan

Page 12
dan hampir 89,8 persen kasus anak yang berhadapan dengan hukum berakhir pada
pemidanaan atau diputus pidana.

Mencermati data di atas rasanya sungguh ironis karena hampir pasti hak dan
kewajiban orang tua termasuk negara hingga kini tidak dilaksanakan secara maksimal,
meskipun tidak dapat dipungkiri sejumlah upaya telah diupayakan pemerintah melalui proyek
pengentasan kemiskinan, peningkatan harkat dan martabat anak jalanan melalui rumah
singgah.

3.3 Faktor Utama Peningkatan pelanggaran HAM terhadap Anak Jalanan Di


Indonesia

Faktor utama meningkatnya pelanggaran HAM terhadap anak jalanan adalah hal
yang menyebabkan mereka menjadi anak jalanan, yaitu kemiskinan. Karena kemiskinan
sangat sinergis dengan pelanggaran HAM terutama pada anak-anak jalanan.

Peningkatan jumlah anak jalanan pada masa krisis bisa dipahami lantaran memang
langsung berpengaruh pada keluarga-keluarga kelas menengah ke bawah yang tersudut dan
kesulitan untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan pendapatan yang
diperolehnya. Sebab itulah, banyak orangtua melibatkan anak-anak untuk mendapatkan
penghasilan guna memenuhi kebutuhannya sendiri agar berkurang beban keluarga, atau
bahkan anak diharapkan juga bisa memberikan kontribusi pendapatan keluarga.

Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan pelanggaran HAM,


kebutuhan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup harus berhadapan dengan bentuk-
bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan kepada anak-anak jalanan tersebut.

Secara terperinci , beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah anak


jalanan antara lain :

1. . Sejumlah kebijakan makro dalam bidang sosial ekonomi telah menyumbang


munculnya fenomena anak jalanan.
2. Modernisasi, industrialisasi, migrasi, dan urbanisasi menyebabkan terjadinya
perubahan jumlah anggota keluarga dan gaya hidup yang membuat dukungan
sosial dan perlindungan terhadap anak menjadi berkurang.

Page 13
3. Kekerasan dalam keluarga menjadi latar belakang penting penyebab anak
keluar dari rumah dan umumnya terjadi dalam keluarga yang mengalami
tekanan ekonomi dan jumlah anggota keluarga yang besar.

3.4 Bentuk-Bentuk pelanggaran HAM terhadap anak jalanan

Tidak dapat kita pungkiri kehidupan anak jalanan hampir identik dengan pandangan
negatif masyarakat. Kehidupan mereka yang keras dan jauh dari kata pengawasan orang tua.
Ngelem sebagai kegiatan teler dan sebangsanya hampir menjadi label khusus anak jalanan.
Belum lagi tindakan kriminal seperti pencurian, pemalakan, atau bahasa-bahasa kasar yang
mereka pakai. Perlakuan yang mereka alami seperti kekerasan, baik kekerasan fisik, mental
ataupun seksual dianggap sudah lumrah terjadi. Padahal dalam diri anak jalanan juga melekat
harkat dan martabatnya sebagai manusia seutuhnya, anak juga memiliki hak azasi manusia
yang diakui oleh masyarakat juga bangsa, dimana kedudukan anak yang sungguh penting
dalam kehidupan manusia yang menghendaki sistem perlindungan yang berpihak terhadap
anak.

Anak jalanan karena keterbatasannya mereka tidak mendapat pendidikan yang layak.
Tentunya, ini menjadi tidak seperti yang sering kali muncul di televisi dimana anak bebas dan
gratis menikmati bangku sekolah dan diantar orang tuanya penuh dengan kegembiraan.

Selain itu, rentan terjadinya kekerasan, diskriminasi terhadap anak jalanan yang
dilakukan pihak-pihak tertentu. Anak-anak jalanan dimanfaatkan menjadi pengemis, dan
kemudian menyerahkan uang hasilnya kepada “bandar” atau dipekerjakan secara eksploitasi.
Eksploitatif terjadi karena anak jalanan memiliki posisi tawar menawar yang sangat lemah.
Bentuk eksploitasi dalam kehidupan mereka, seperti seks, pekerjaan dan kehidupan yang
lebih luas. Eksploitasi ini bertingkat dari cara yang halus sampai yang sangat kasar.
Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) adalah penggunaan anak untuk tujuan seksual
dengan imbalan tunai atau dalam bentuk lain antar anak, pembeli jasa seks, perantara atau
agen, dan pihak lain yang memperoleh keuntungan dari perdagangan seksualitas anak
tersebut. Eksploitasi pekerjaan bersifat penghisapan upah mereka. Di Philipina dan Thailand,
ancaman sodomi dan pembunuhan oleh kaum paedophilia (orang yang secara seksual tertarik
pada anak) bukan berita baru lagi. Sodomi, pembunuhan dan pelacuran anak-anak dibawah
umur merupakan ancaman terhadap anak jalanan di seluruh dunia. Terkait dengan ini adalah
penyebabnya virus HIV, karena sodomi dan pelacuran merupakan perilaku yang beresiko

Page 14
tinggi untuk penyebaran HIV. Anak jalanan juga sering kali menjadi korban trafficking anak
baik di dalam negeri maupun luar negeri (TKI ilegal) semakin marak.

Situasi ini tentu saja adalah bentuk pelanggaran terhadap konstisusi dan Hak Asasi
Manusia. Padahal, secara gamblang disebutkan bahwa di dalam UU tersebut setiap anak
menjadi tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah dan Negara dalam mewujudkan hak anak
untuk hidup, tumbuh kembang, berpartisipasi optimal, mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi, mendapat identitas diri, memperoleh pelayanan dan fasilitas kesehatan serta
jaminan sosial sesuai fisik, mental, spiritual, dan sosial, memperoleh pendidikan dan
pengajaran dengan tanggungan biaya cuma-cuma untuk anak-anak kurang mampu dan
terlantar, menyatakan pendapat, bermain dan berkreasi, membela diri dan memperoleh
bantuan hukum, dan bebas berserikat dan berkumpul, termasuk kewajiban pemerintah
mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak.

Sebagai suatu hak yang harus dipenuhi oleh Negara, maka wajarlah bila Negara
mengeluarkan biaya yang banyak untuk pemenuhan, perlindungan, dan pemajuan akan hak-
hak pendidikan anak, kesehatan anak, kemerdekaan anak, dan hak anak lainnya. Hal itu
mengingat bahwa penyelenggaraan pendidikan dan kesehatan pada prinsipnya cost centre
(menghabis-habiskan biaya), bukan profit centre (yang dapat mendatangkan keuntungan).

3.5 Data Jumlah pelanggaran HAM terhadap Anak Jalanan Di Indonesia

Dalam undang-undang dan bahkan konvensi PBB, tentang perlindungan hak anak sepertinya
sudah lebih dari cukup untuk menjamin anak mendapatkan haknya. Namun kenyataan
berkata lain. Sebagai contoh, dinas bina mental dan kesejahteraan sosial pemerintah DKI
jakarta mencatat, bahwa di Jakarta sjumlah 8158 telah menjadi anak jalanan, bahkan komnas
perlindungan anak mencatat terhadinya 688 kasus kekerasan pada anak, 381 meliputi
kekerasan fisik dan psikologis, dan 80% pelaku kekerasan adalah orangtua sendiri.
Diperkirakan tiap 1-2 menit terjadi kekerasan pada anak di Indonesia.

3.6 Ketentuan pidana pelanggaran HAM terhadap anak

Berikut adalah beberapa ketentuan pidana atas pelanggaran dan tindakan kejahatan
mengenai anak :

Page 15
Pasal 77 UU no.23/02 mengenai tindakan diskriminasi, penelantaran yang mengakibatkan
anak mengalami sakit baik fisik maupun mental dapat dipidanakan dengan kurungan penjara
paling lama 5( lima) tahun atau denda Rp. 100.000.000,00- (seratus juta rupiah)

Pasal 80 UU no.23/02

(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau
penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Page 16
3.7 Potret Anak Jalanan

Page 17
Page 18
3.8 Upaya pemerintah untuk meminimalisir pelanggaran Ham terhahap anak jalanan
di indonesia

Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara sebagaimana


diamanatkan dalam UUD 1945. Anak sebagai individu yang paling rentan posisinya dalam
masyarakat memerlukan perlindungan yang telah dijanjikan Negara. Maka, sudah
sepantasnya pemerintah membuat kebijakan yang lebih kongkrit terhadap perlindungan anak
jalanan dan memenuhu hak mereka sebagai warga negara. Namun Negara kita yang masih
berkembang belum mampu merealisasikan UU tersebut dengan maksimal.

Sejumlah pengelola rumah singgah, pegiat anak-anak jalanan, dan wakil rakyat
pesimistis. Sebab, persoalan anak jalanan adalah cermin kemiskinan dan bukan sebatas
persoalan teknis dan dana. Faktanya, ketiga-tiganya bermasalah di Indonesia.

Kehadiran Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di daerah pentinguntuk


menyosialisasikan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data
dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan dan
evaluasi terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Tanpa sinergi dan kerja sama dengan
pihak terkait lainnya, KPAI pun tidak mungkin bisa bekerja dengan maksimal.

Solusi penting yang harus direalisasikan pemerintah adalah mengurangi jumlah


kemiskinan yang tentu akan megurangi jumlah anak jalanan serta pelanggaran HAM terhadap
mereka,

Pemerintah Pusat mentargetkan tahun 2014 Indonesia terbebas dari anak jalanan.
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri menyatakan untuk mendukung program ini, Kementrian
Sosial meluncurkan tabungan bagi anak jalanan. Jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai
230-an ribu orang.

“Tabungan yang kita sudah salurkan itu sudah mendekati 2 ribu untuk anak jalanan
di Jakarta. Apa yang disebutkan di tabungan tersebut, yaitu uang untuk anak dan kebutuhan
anak sekitar Rp1, 440 juta setahun. Jadi gak banyak, seperti uang jajan dia, nutrisi, seluruh
kebutuhan anak di situ. Tapi dengan catatan kita beritahu pada orang tunya kalau sampai
menyuruh anak ke jalanan ini kita ambil. Kita sudah membuat MoU dengan tujuh kementrian
untuk bersama-sama bagaimana anak-anak ini diselamatkan dari jalanan. Jadi mereka

Page 19
harus sekolah, harus memiliki cita-cita, harus diupayakan mereka mampu meraih cita-
citanya. Itu harus kembali ke lembaga pendidikan, ke sekolah. Hak-hak mereka harus
dipenuhi seperti kesehatan mereka mendapatkan perlindungan tumbuh kembang yang sehat
juga ini harus kita wujudkan ke mere-mereka tersebut juga.”.

Semoga saja rencana pemerintah untuk meminimalisir jumlah anak jalanan serta
pelanggaran HAM di indonesia sekarang ini bukan hanya omong kosong, tapi disertai
realisasinya.

Page 20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Pelanggaran HAM terhadap anak jalanan di Indonesia semakin memprihatinkan.


Berdasarkan data yang ada, pelanggaran HAM terhadap anak jalanan di Indonesia semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Faktor utama yang menyebabkan peningkatan pelanggaran
HAM tersebut yaitu faktor kemiskinan kemiskinan itu sendiri.

Pada tahun 2010, pemerintah mencangkan Indonesia bebas anak jalanan 2011, namun
rencana tersebut tidak terealisasi karena banyaknya kendala. Sekarang pemerintah kembali
mencanangkan program indonesia bebas anak jalanan 2014. Semoga saja wacana pemerintah
untuk meminilaisir jumlah anak jalanan dapat terealisasi sehingga pelanggaran HAM
terhadap anak jalanan pun berkurang.

4.2 Saran

Bertitik tolak dari langkah-langkah pemerintah di atas, sesungguhnya telah terbukti


bahwa pemerintah telah secara bersungguh sungguh untuik menjadi bagian dari masyarakat
internasional dalam mengimplementasikan dan internalisasi kedalam penyelenggaraan
negara. Namun disisi lain segenap upaya dan usaha itu tidak akan berarti apa-apa bila dalam
kenyataanya tidak diiringi oleh peran serta masyarakat yang aktif.

Page 21

Anda mungkin juga menyukai