Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS OBSTRUKSI

Untuk memenuhi laporan profesi di Departemen Surgikal


Ruang ICU RSSA Malang

Miftakhul Jannah
180070300111019

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
ILEUS OBSTRUKSI

A. PENGERTIAN
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak
dapat melewati saluran gastrointestinal(Nurarif& Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan
(Indrayani, 2013).
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses(Nurarif& Kusuma, 2015).

B. KLASIFIKASI
1. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam
lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus
dan neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi
pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus
(Pasaribu, 2012).
2. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).

3. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma),
dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis), neoplasma,
traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam
usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).
4. Menurut stadiumnya
Ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antaralain :
a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
b) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
c) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren (Indrayani, 2013).

C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
1. Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan terhentinya
aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara konservatif dengan posisi
tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil
dalam waktu 8 jam, harus diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013).

2. Non hernia inkarserata, antara lain :


a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat
atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis
setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien
yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital
juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani,
2013).
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa
intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan mungkin terus
sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada
bagian usus yang masuk dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis
invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan
pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium (Indrayani,2013).
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di
usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen
paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat
terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati
akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko
tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi (Indrayani,2013).
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran
terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan makanan) terganggu.
Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus
didapat di bagian ileum dan mudah mengalami strangulasi (Indrayani,2013).
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali
jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan
metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yang
menekan usus (Indrayani,2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya)
dari saluran empedu keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batu
empedu masuk ke raktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat
terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling
sering ialah karsinoma (anker yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi
atau menutupi organ-organ tubuh) , terutama pada daerah rektosigmoid dan
kolon kiri distal (Indrayani,2013).

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau illeus
adalah:
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan
kebanyakan direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam
usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan pengurangan
besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok hipovolemik dan
penurunan aliran darah ginjal dan serebral.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal
sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat
dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara
normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus halus menambah distensi,
sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus
berusaha untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam
beberapa jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang
disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi
absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut segera, tekanan
intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan peritonitis.

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
2. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
3. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensi ringan.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. (Price
&Wilson, 2007).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selaluh harus
ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
kepercayaan atas pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus
dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi yang segera.
Diagnosa ileus obstruktif diperoleh dari :
1 Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat
ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah
dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004). Pada
ileus obstruktif usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada
ileus obstruktif usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada
ileus obstruktif usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus
besar onset muntah lama.
2 Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata
dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun
mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat
adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa
abdomen. Inspeksi pada penderita yang kurus/sedang juga
dapat ditemukan “darm contour ” (gambaran kontur usus)
maupun “darm steifung” (gambaran gerakan usus),
biasanya nampak jelas pada saat penderita mendapat
serangan kolik yang disertai mual dan muntah dan juga pada ileus obstruksi
yang berat. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik.
2) Palpasi dan perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi tympani yang
menandakan adanya obstruksi. Palpasi bertujuan mencari adanya tandairitasi
peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup defance musculair’
involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal
3) Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran
episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa
tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus diatas
telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa
tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan
dalam ileus paralitikus atau ileus obstruktif strangulata.
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan
rectum dan pelvis. Pada pemeriksaan colok dubur akan didapatkan tonus
sfingter ani biasanya cukup namun ampula recti sering ditemukan kolaps
terutama apabila telah terjadi perforasi akibat obstruksi. Mukosa rectum dapat
ditemukan licin dan apabila penyebab obstruksi merupakan massa atau
tumor pada bagian anorectum maka akan teraba benjolan yang harus kita nilai
ukuran, jumlah, permukaan, konsistensi, serta jaraknya dari anus dan perkiraan
diameter lumen yang dapat dilewati oleh jari. Nyeri tekan dapat ditemukan
pada lokal maupun general misalnya pada keadaan peritonitis. Kita juga
menilai ada tidaknya feses di dalam kubah rektum. Pada ileus obstruktif usus
feses tidak teraba pada colok dubur dan tidak dapat ditemukan padasarung
tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan darah apabila penyebab ileus
obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus (Sjamsuhidajat & Jong,2005).
Diagnosis harus terfokus pada membedakan antara obtruksi
mekanik dengan ileus; menentukan etiologi dari obstruksi; membedakan
antaraobstruksi parsial atau komplit dan membedakan obstruksi sederhana
denganstrangulasi. Hal penting yang harus diketahui saat anamnesis adalah
riwayat operasi abdomen (curiga akan adanya adhesi) dan adanya kelainan
abdomen lainnya (karsinoma intraabdomen atau sindroma iritasi usus) yang
dapat membantu kita menentukan etiologi terjadinya obstruksi. Pemeriksaan
yang teliti untuk hernia harus dilakukan. Feses juga harus diperiksa untuk
melihat adanya darah atau tidak, kehadiran darah menuntun kita ke arah
strangulasi.
3 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengalami obstruksi
intestinal terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea Nitrogen,
kreatinin dan serum amylase. Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan
menyebabkan perubahan pada hasil laboratorium jadi pemeriksaan ini tak akan
banyak membantu untuk diagnosis obsruksi intestinal yang sederhana.
Pemeriksaan elektrolit dan tes fungsi ginjal dapat mendeteksiadanya hipokalemia,
hipokhloremia dan azotemia pada 50% pasien.
4 Pemeriksaan Radiologi
1) Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi
dekubitus) dan posisi tegak thoraks. Temuan spesifik untuk obstruksi usus
halus ialah dilatasi usushalus ( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level
pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon.
Sensitifitas foto abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus
mencapai 70-80% namun spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat
ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
a) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
b) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
c) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
d) Posisi supine dapat ditemukan : distensi usus dan step-ladder sign
e) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil
yang berderet
f) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisiudara
dan gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari dindingusus
yang oedem
g) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.(Moses, 2008)
Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran serupa
dengan obstruksi usus halus. Temuan negatif palsu dapat ditemukan pada
pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada di proksimal usus halus dan
ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak ada udara. Dengan
demikian menghalangi tampaknya air-fluid level atau distensi usus. Keadaan
selanjutnya berhubungan dengan obstruksi gelung tertutup. Meskipun terdapat
kekurangan tersebut, foto abdomen tetap merupakan pemeriksaan yang penting
pada pasien dengan obstruksi usus halus karena kegunaannya yang luas namun
memakan biaya yang sedikit.
2) Enteroclysis
Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga
untuk membedakan obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna jika pada
foto polos abdomen memperlihatkan gambaran normal namun dengan klinis
menunjukkan adanya obstruksi atau jika penemuan foto polos abdomen tidak
spesifik. Pada pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi oleh karena
metastase, tumor rekuren dan kerusakan akibat radiasi. Enteroclysis
memberikan nilai prediksi negative yangtinggi dan dapat dilakukan dengan
dua kontras. Barium merupakan kontras yang sering digunakan. Barium
sangat berguna dan aman untuk mendiagnosa obstruksi dimana tidak terjadi
iskemia usus maupun perforasi. Namun, penggunaan barium berhubungan
dengan terjadinya peritonitis dan penggunaannya harus dihindari bila
dicurigai terjadi perforasi. (Nobie, 2009)
3) CT Scan
CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi
strangulate dan menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama jikaklinis
dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT-scan juga dapat membedakan
penyebab obstruksi intestinal, seperti adhesi, hernia karena penyebab ekstrinsik
dari neoplasma dan penyakit Chron karena penyebab intrinsik. Obstruksi
ditandai dengan diametes usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian proksimal
menjadi bagian yang kolaps dengan diameter sekitar 1 cm. Keterbatasan CT
scan ini terletak pada tingkat sensitivitasnya yangrendah (<50%) untuk
mendeteksi grade ringan atau obstruksi usus halus parsial. Zona transisi yang
tipis akan sulit untuk diidentifikasi. (Nobie,2009)
4) CT enterography (CT enteroclysis)
Pemeriksaan ini menggantikan enteroclysis pada penggunaan klinis.
Pemeriksaan ini merupakan pilihan pada ileus obstruksi intermiten atau pada
pasien dengan riwayat komplikasi pembedahan (seperti tumor, operasi besar).
Pada pemeriksaan ini memperlihatkan seluruh penebalan dinding usus dan
dapat dilakukan evaluasi pada mesenterium dan lemak perinerfon.
Pemeriksaan ini menggunakan teknologi CT-scan dan disertaidengan
penggunaan kontras dalam jumlah besar. CT enteroclysis lebihakurat
disbanding dengan pemeriksaan CT biasa dalam menentukan penyebab
obstruksi (89% vs 50%), dan juga lokasi obstruksi (100% vs94%) (Nobie,
2009).
5) MRI
Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi
adanya obstruksi. MRI juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi dari
obstruksi. Namun, MRI memiliki keterbatasan antara lain kurang terjangkau
dalam hal transport pasien dan kurang dapat menggambarkan massa dan
inflamasi (Nobie, 2009)
6) USG
Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab
dariobstruksi dengan melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien
denganilues obtruksi, USG dapat dengan jelas memperlihatkan usus
yangdistensi. USG dapat dengan akurat menunjukkan lokasi dari usus
yangdistensi. Tidak seperti teknik radiologi yang lain, USG
dapatmemperlihatkan peristaltic, hal ini dapat membantu
membedakanobstruksi mekanik dari ileus paralitik. Pemeriksaan USG lebih
murah danmudah jika dibandingkan dengan CT-scan, dan spesifitasnya
dilaporkanmencapai 100%. (Nobie, 2009).

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang
suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat
dirumah sakit(Nurarif& Kusuma, 2015).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,
kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan
umum.Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada
obstruksiparsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan
konservatif(Nurarif& Kusuma, 2015).
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organvital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan
adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila
:-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak ada perbaikan dengan
pengobatankonservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter)
(Nurarif& Kusuma, 2015).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih
dalamkeadaan paralitik(Nurarif& Kusuma, 2015).

H. KOMPLIKASI
1. Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada
selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya bakteri
dalam dalah (bakteremia).
2. Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume
cairan.
3. Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya suatu
lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga perut.
Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
4. Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
5. Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
6. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus oleh
bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
7. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
8. Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik

I. PENGKAJIAN FOKUS
I. Pengkajian
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama .
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku.
 Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul
atau terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
 Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-
obatan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
II. Pemeriksaan
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelelahan dan ngantuk.
Tanda :Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala :Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
c. Eliminasi
Gejala :Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan Flatus
Tanda :Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda :muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah -
pecah.Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
III. Pemeriksaan Diagnostic
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :
meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan
valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar
(distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar
usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan
suspensi barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) :
untuk melihat tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu,
2012).
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu

ILEUS OBSTRUKTIF
J. PATHWAYS
Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif

Distensi abdomen Gelombang peristaltic berbalik arah, isi usus Kerja usus melemah Klien rawat
terdorong ke lambung kemudian mulut inap

Gangguan
Poliferasi bakteri Tekanan Reaksi
peristaltic usus
cepat intralumen ↑ Asam hospitalisasi
lambung ↑
Kimus sulit
pelepasan bakteri Tekanan vena & cemas
dicerna usus
dan toksin dari arteri ↓ Mual muntah mual
usus yang infark ansietas
Kehilangan cairan Sulit BAB
Iskemia menuju ruang dehidrasi
bakteri melepas
dinding usus peritonium
endotoksin, konstipasi
Intake cairan ↓
melepaskan Metabolism Pelepasan bakteri &
zat pirogen anaerob toksin dr usus yg Cairan intrasel ↓
nekrotik ke dlm
Merangsang peritonium Resiko syok
Impuls 
pengeluaran (hipovolemia)
hipotalamus Resiko infeksi
mediator kimia
bagian
termoregulator
melalui ductus Merangsang reseptor Merangsang susunan Saraf simpatis terangsang
REM ↓ Pasien terjaga
thoracicus nyeri saraf otonom, utk mengaktivasi RAS
mengaktivasi mengaktifkan kerja organ
Suhu tubuh ↑ Nyeri akut norepinephrine tubuh Gangguan
pola tidur
hipertermi
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Mual (00134, domain 12 kenyamanan, kelas 1 kenyamanan fisik)
2. Konstipasi (00011, domain: 3 eliminasi dan pertukaran, kelas: 2 fungsi
gastrointestinal)
3. Resiko syok (hipovolemia) (00205, Domain: 11 keamanan/perlindungan,
Kelas: 2 cedera fisik)
4. Nyeri akut(00132, Domain 12 : Kenyamanan Kelas 1 : Kenyamanan
Fisik)
5. Ansietas (00146, domain 9 koping atau toleransi terhadap stress, kelas 2
respon koping)
6. Hipertermi (00007, domain 11 keamanan atau perlindungan, kelas 5
proses defensive)
7. Ganguan pola tidur (00095, domain 4 aktivitas/istirahat, kelas 1
tidur/istirahat)
L. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL

No. Dx keperawatan NOC NIC Rasional


1. Mual (00134) NOC : NIC Observasi
Domain: 12 (kenyamanan)
- Selera makan Observasi - Untuk mengetahui gejala
Kelas: 1 (kenyamanan fisik)
- Status gizi
 Pantau gejala subjektif mual mual yang dirasakan oleh
- Tingkat kenyamanan
Definisi: perasaan subjektif , - Pengendalian mual dan pada pasien pasien
 Kaji penyebab mual - Untuk mengetahui apakah
seperti gelombang yang tidak muntah
mual dirasakan akibat efek
menyenangkan di belakang
Kriteria hasil : Mandiri penyakit atau efek samping
tenggorokan, epigastrium, atau
Setelah dilakukantindakan  Manajemen cairan/elektrolit obat
abdomen yang mendorong  Manajemen mual
Keperawatan ... X 24 jam Berat  Manajemen muntah Mandiri
keinginan untuk muntah.
badan stabil dan nutrisi teratasi - Mengatur dan mencegah
dengan HE komplikasi akibat
Batasan karakteristik:
- Tidak ada tanda-tanda mal  Jelaskan penyebab mual perubahan kadar cairan dan
- Menghindari makanan
- Sensasi ingin muntah nutrisi.  Beritahu pasien seberapa lama elektrolit
- Peningkatan produksi - Berat badan stabil - Mencegah dan meredakan
kemungkinan mual akan terjadi
- Pasien tidak mengalami mual
saliva  Ajarkan pasien menelan untuk mual
- Melaporkan “mual” atau muntah. - Mencergah dan meredakan
secara sadar atau nafas dalam
- Melaporkan terbebas dari mual
“eneg” muntah
- Mengidentifikasi dan Kolaborasi
- Rasa asam di dalam
melakukan tindakan yang  Berikan obat antiemetic sesuai HE
mulut
dapat menurunkan mual anjuran - Menginformasikan
 Manajemen cairan: berikan
Faktor yang berhubungan: terapi IV, sesuai anjuran penyebab-penyebab yang
- Iritasi lambung (mis. dapat menimbulkan mual
- Agar klien dapat menangani
Akibat agen
mual saat mual itu
farmakologis (seperti
dirasakan.
aspirin, obat anti - Untuk mengurangi stress
inflamasi nonsteroid, dan mengalihkan perhatian
steroid, antibiotic), dari mual, sehingga dapat
alcohol, zat besi, dan membantu pasien untuk
darah. makan dan minum. Selain
- Distensi lambung (mis.
itu untuk mekenan reflex
Akibat pengosongan
muntah
lambung yang lambat;
Kolaborasi
obstruksi pylorus usus;
- Untuk mengurangi mual dan
distensi genitourinarius
memungkinkan pasien
dan biliaris; stasis usus
untuk makan
bagian atas; kompresi - Untuk memenuhi cairan
eksternal pada lambung, yang hilang akibat mual dan
hati limpa atau organ muntah
lain; pembesaran yang
memperlambat fungsi
lambung; kelebihan
asupan makanan)
- Agen farmakologis (mis.
Analgesic, anti virus
untuk HIV, aspirin,
opioid) dan agen
kemoterapeutik
- Toksin

2. Konstipasi (00011) NOC : NIC : Observasi


domain: 3 eliminasi dan  Defekasi Observasi - untuk mengetahui tanda dan
pertukaran Kriteria Hasil :  Monitor tanda dan gejala gejala sulit BAB
- sebagai acuan rencana
kelas: 2 fungsi gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan konstipasi
 Kaji dan dokumentasikan: penanganan yang efektif
keperawatan selama …x24 jam,
- melihat apakah konstipasi
Definisi : Penurunan frekuensi masalah konstipasi pasien teratasi (warna dan konsisensi feses
dapat menyebabkan
normal defekasi yang disertai dengan pertama pascaoperasi;
komplikasi peritonitis
pengeluaran feses yang sulit atau  Konstipasi menurun dibuktikan frekuensi, warna dan - melihat faktor yang
tidak lampias atau pengeluaran oleh indikator defekasi sebagai konsistensi feses; keluarnya berkontribusi pada
feses yang sangat keras dan berikut: flatus; adanya impaksi; ada konstipasi
- Tidak mengalami gangguan atau tidak ada bisisng usus dan Mandiri
kering
pola eliminasi (dalam rentang distensi abdomen pada - membentuk dan
Batasan Karakteristik : yang diharapkan) keempat kuadran abdomen mempertahankan pola
- Tidak ada gangguan feses  Pantau tanda dan gejala ruptur
 Nyeri abdomen eliminasi defekasi yang
 Nyeri tekan pada lunak dan membentuk usus atau peritonitis teratur
- Tidak mengalami gangguan  Identifikasi faktor (misalnya -
abdomen dengan atau mencegah dan mengatasi
mengeluarkan feses tanpa pengobatan, tirah baring, dan
tanpa resistensi otot yang konstipasi
bantuan diet) yang dapat menyebabkan HE
dapat dipalpasi. - Tidak ada darah dalam feses
 Anoreksia - Tidak nyeri saat defekasi atau berkontribusi terhadap - untuk memfasilitasi
 Perasaan penu atau konstipasi pengeluaran feses tanpa
tekanan pada rektum
 Peningkatan tekanan nyeri
Mandiri - agar pasien dapat
abdomen
 Indigesti - manajemen defekasi menghindari obat yang
 Mual - manajemen konstipasi dapat mengakibatkan
 Nyeri saat defekasi
konstipasi
 Tampilan atipikal pada - untuk menghindari pasien
HE
lansia mengonsumsi makanan
 Anjurkan pasien untuk meminta
(misalnya,perubahan yang tidak diperbolehkan/
obat nyeri sebelum defekasi
status  Informasikan kepada pasien rendah serat
mental,inkontinensia kemungkinan konstipasi akibat - untuk mencegah perubahan
urine, jatu tanpa sebab obat pada tanda vital, perdarahan
jelas,dan peningkatan  Ajarkan kepada pasien tentang kolaborasi

suhu tubuh. efek diet (misalnya, cairan dan - meningkatkan makanan


 Darah merah segar
menyertai pengeluaran serat) pada eliminasi yang berserat agar
 Tekankan pentingnya
feses mempermudah dalam BAB
 Perubahan pada suara menghindari mengejan selama - untuk mengetahui
abdomen (borborigmi) defekasi tercapainya intervensi yang
 Perubahan pada pola diberikan dengan
Kolaborasi
defekasi mendengar apakah bising
 Konsultasi dengan ahli gizi
 Penurunan frekuensi
 Penurunan volume feses untuk meningkatkan serat usus normal atau tidak
 Distensi abdomen dan ciran dalam diet
 Feses yang  Konsultasi dengan dokter
kering,keras,dan padat tentang penurunan atau
 Bising usus hipoaktif
peningkatan frekuensi bising
atau hiperaktif
 Pengeluaran feses cair usus
 Massa abdomen dapat
dipalpasi
 Massa rectal dapat
dipalpasi
 Bunyi pekak pada
perkusi abdomen
 Adanya feses seperti
pasta direktum
 Flatus berat
 Mengejan saat defekasi
 Tidak mampu
mengeluarkan feses
 Muntah.
Faktor yang Berhubungan :
 Fungsional
Kelemahan otot
abdomen
Kebiasan defekasi yang
tidak teratur
Perubahan lingkungan
saat ini
 Psikologis
Depresi
Stress emosi
Konfusi mental
 Farmakologi
Antasida yang
mengandung aluminium
Kalsium karbonat
 Mekanis
Ketidakseimbangan
elektrolit
Obesitas
Hemoroid
 Fisiologis
Dehidrasi
Pola makan yang buruk.
3. Resiko syok (hipovolemik) NOC NIC Observasi
(00205) - pencegahan syok Observasi: - melihat jumlah cairan yang
- manajemen syok
Domain: 11 - monitor input dan output masuk dan keluar dari
- monitor tanda awal syok
keamanan/perlindungan dalam tubuh
- monitor status cairan
Criteria hasil: - untuk mengetahui tanda-
Kelas: 2 cedera fisik
Mandiri:
Setelah dilakukan tindakan tanda syok yang terjadi pada
- tempatkan pasien pada posisi
keperawatan selama … x24 jam, klien
Definisi: rentan mengalami
supinasi, kaki elevasi - mengetahui
masalah pasien teratasi dengan
ketidakcukupan aliran darah ke - berikan cairan intravena dan
ketidakseimbangan cairan
- nadi dalam batas yang
jaringan tubuh, yang dapat oral dengan tepat
pada klien
diharapkan
mengakibatkan disfungsi seluler HE:
- irama pernafasan dalam batas Mandiri
yang mengancam jiwa, yang - ajarkan keluarga dan pasien
yang diharapkan - untuk peningkatan preload
dapat mengganggu kesehatan. - serum-serum elektrolit dalam tentang tanda dan gejala
dengan tepat
batas normal datangnya syok - untuk mengganti cairan
- ajarkan keluarga dan pasien
Faktor resiko: yang hilang
tentang langkah untuk -
- Hipovolemia
- Hipoksemia mengatasi gejala syok HE
- Hipoksia
Kolaborasi: - - Menambah informasi pada
- Infeksi
- sepsis klien dan keluarga
mengenai syok
- Agar klien dan keluarga
dapat mengatasi syok secara
mandiri
Kolaborasi : -
4. Nyeri akut (00132) Domain 12 : NOC : NIC : Observasi
Kenyamanan Kelas 1 :  Pengendalian nyeri Observasi - Untuk mengetahui nyeri
 Tingkat nyeri
Kenyamanan Fisik)  Lakukan pengkajian nyeri secara keseluruhan
secara komprehensif termasuk meliputi lokasi nyeri,
Kriteria Hasil :
Definisi : Pengalaman sensori lokasi, karakteristik, durasi, karakteristik nyer, durasi
Setelah dilakukan tindakan
dan emosi yang tidak frekuensi, kualitas dan faktor nyeri, frekuensi nyeri,
keperawatan selama … x24 jam,
menyenangkan akibat adanya presipitasi kualitas dan faktor
masalah nyeri akut pasien teratasi
kerusakan jaringan yang actual  Observasi reaksi nonverbal dari presipitasi nyeri yang
dengan
atau potensial, atau digambarkan ketidaknyamanan dirasakan
 Evaluasi pengalaman nyeri - Untuk mengetahui
dengan istilah seperti
 Memperlihatkan pengendalian masa lampau reaksi nonverbal dari
(International Association
nyeri yang dibuktikan oleh
ketidaknyamanan yang
forbthe study of pain) ; awitan
indikator sebagai berikut: Mandiri dirasakan klien
yang tiba-tiba atau perlahan - Sering mengalami awitan
 Ajarkan tentang teknik non - Untuk mengetahui
dengan intensitas ringan sampai nyeri
farmakologi (distraksi, tehnik pengalaman nyeri klien
- Sering menggunakan
berat dengan akhir yang dapat
relaksasi, imajinasi terbimbing, dimasa lampau
tindakan pencegahan
diantisipasi atau dapat
- Sering melaporkan nyeri dll)
diantisipasi atau dapat
dapat dikendalikan Mandiri
diramalkan dan durasinya  Menunjukkan tingkat nyeri HE - Untuk mengurangi nyeri
kurang dari 6 bulan. yang dibuktikan dengan  Informasikan kepada pasien yang dirasakan
indikator sebagai berikut: tenang prosedur yang dapat
- Tidak ada ekspresi nyeri pada
Batasan Karakteristik : meningkatkan nyeri dan HE
 Mengucapkan secara wajah tawarkan strategi koping yang - Agar klien dapat
- Tidak ada gelisah atau
verbal atau melaporkan disarankan mencegah meningkatnya
ketegangan otot  Intstruksikan pasien untuk
nyeri dengan isyarat nyeri dengan
- Tidak ada durasi episode nyeri
 Posisi untuk mengindari - Tidak merintih dan menangis menginformasikan kepada menggunakan strategi
nyeri - Tidak gelisah perawat jika peredaan nyeri tida koping
 Perubahan tonus otot dapat dicapai - Untuk mengetahui
(dengan rentang dari tercapainya terapi
lemas tidak bertenaga Kolaborasi tindakan keperawatan
rentang dari lemas tidak  Tentukan pilihan analgesik
bertenaga sampai kaku) tergantung tipe dan beratnya Kolaborasi
 Respon autonomic nyeri - Agar analgesik (obat
(misalnya,diaphoresis,pe  Tentukan analgesik pilihan, rute penahan sakit) dapat
rubahan tekanan pemberian, dan dosis optimal diberikan sesuai tipe dan
 Berikan analgesik tepat waktu
dara,pernapasan atau beratnya nyeri sehingga
terutama saat nyeri hebat
nadi ; dilatasi pupil). nyeri dapat teratasi.
 Perubahan selera makan - Agar analgesik (obat
 Perilaku distraksi
penahan sakit) dapat
(misalnya,mondar-
diberikan sesuai rute
mandir,mencari orang
pemberian dan dosis
dan/atau aktivitas
sehingga nyeri dapat
lain,aktivitas berulang).
teratasi.
 Perilaku ekspresif
- Agar analgesik (obat
(misalnya
gelisah,merintih,menang penahan sakit) dapat
is, kewaspadaan diberikan sesuai rute
berlebian,peka terhadap pemberian dan dosis
rangsang,dan menghela sehingga nyeri dapat
napas panjang). teratasi.
 Wajah topeng (nyeri) - Agar analgesik (obat
 Bukti nyeri yang dapat penahan sakit) dapat
diamati diberikan saat nyeri
 Gangguan tidur (mata
hebat sehingga nyeri
terlihat kuyu,gerakan
dapat berkurang
tidak teratur atau tidk
menentu,dan
menyeringai).

Faktor yang Berhubungan :


Agens-agens penyebab cedera
(misalnya, biologis, kimia, fisik,
dan psikologis)
5. Ansietas (00146) NOC NIC Observasi
Domain: 9 koping atau toleransi - Tingkat ansietas Observasi: - Untuk mengetahui
- Pengendalian diri terhadap
terhadap stress - Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan yang diukur
ansietas
Kelas: 2 respon koping kecemasan pasien termasuk dengan HARS
- Konsentrasi
- Koping reaksi fisik (Hamilton Anxiety
Definisi: perasaan tidak nyaman - Gali bersama pasien tentang Rating Scale)
- Agar perawat dapat
atau kekhawatiran yang sangat Criteria hasil: tehnik yang berhasil dan tidak
melanjutkan tindakan
disertai respons autonom Setelah dilakukan tindakan berhasil menurunkan ansietas
keperawatan selanjutnya
(sumber sering kali tidak keperawatan selama … x24 jam,
Mandiri:
spesifik atau tidak diketahui oleh masalah nyeri akut pasien teratasi
- Bimbingan antisipasi
individu), perasaan takut yang dengan
- Penurunan ansietas
Mandiri
disebabkan oleh antisipasi - Ansietas berkurang - Tehnik menenangkan diri
- Menunjukkan pengendalian - Peningkatan koping - Agar klien dapat
terhadap bahaya
- Dukungan emosi
diri terhadap ansietas mempersiapkan diri
sebelum terjadi sesuatu
HE:
- Untuk mengurangi
Batasan karakteristik: - Informasikan tentang gejala
ansietas klien
- Gelisah ansietas - Untuk menenangkan diri
- resah - Ajarkan anggota keluarga
terdahap ansietas
- Peningkatan ketegangan
bagaimana membedakan antara - Untuk mengurangi rasa
- Kesedihan yang mendalam
- Nyeri mendalam serangan panic dan gejala ansietas pada klien
- Untuk mendukung klien
penyakit fisik
Faktor yang berhubungan: mengurangi ansietas
- Stress Kolaborasi: yang dirasakan
- Kebutuhan yang tidak
- Berikan obat untuk
terpenuhi HE
menurunkan ansietas jika
- Terpajan toksin
- Agar klien / keluarga
perlu.
- Beri dorongan kepada pasien klien dapat mengetahui
untuk mengungkapkan secara gejala nyeri
- Agar keluarga klien
verbal pikiran dan perasaan
dapat membedakan
serangan panik dan
gejala penyakit fisik

Kolaborasi
- untuk mengurangi
ansietas yang dirasakan
klien
- agar perawat dapat
mengetahui tercapainya
tindakan keperawatan
yang dilakukan agar
dapat melakukan
tindakan keperawatan
selanjutnya
6. Hipertermi (00007) NOC NIC Observasi
Domain: 11 keamanan atau - Termoregulasi Observasi: - untuk mengetahui
- Tanda-tanda vital
perlindungan - Pantau hidrasi pengeluaran cairan saat
- Pantau tekanan darah, denyut
Kelas: 5 proses defensive terjadi hipertermi
Kriteria Hasil: nadi, dan frekuensi pernafasan - untuk mengetahui
Setelah dilakukan tindakan ketidaknormalan
Definisi: peningkatan suhu keperawatan selama … x24 jam, Mandiri: tekanan darah, denyut
tubuh diatas rentang normal masalah nyeri akut pasien teratasi - Terapi demam : Kompres nadi dan frekuensi
dengan dengan air hangat pernapasan saat terjadi
- Regulasi suhu
Batasan karakteristik: hipertermi
- Gunakan mandi air hangat
- Suhu tubuh meningkat diatas - Suhu tetap normal
- Keseimbangan cairan tetap Mandiri
rentang normal
HE:
- Teraba hangat stabil - untuk mengurangi
- Komplikasi seperti kejang - Ajarkan pasien atau keluarga
hipertermi klien
dapat dihindari dalam mengukur suhu untuk - agar klien dapat
Faktor yang berhubungan:
mencegah dan mengenali mempertahankan suhu
- Dehidrasi
- Penyakit atau trauma secara dini hipertermia klien pada batas normal
- Peningkatan laju - Ajarkan indikasi keletihan - untuk mengurangi
metabolisme akibat panas dan tindak gangguan suhu tubuh
kedaruratan yang diperlukan klien
HE
Kolaborasi:
- agar klien dapat
- Berikan obat antipiretik jika
mencegah dan
perlu
mengenali hipertermia
secara komprehensif
- agar tidak terjadi
keletihan akibat panas
dan tindakan
kedaruratan saat terjadi
hipertermia

Kolaborasi
- untuk mengurangi suhu
tubuh klien
7. Ganguan pola tidur (00095) NOC NIC Observasi:
Domain: 4 aktivitas/istirahat - reduksi ansietas Observasi: - Untuk mengoptimalkan
- tingkat kenyamanan
Kelas: 1 tidur/istirahat - monitor waktu makan dan kebutuhan tidur pasien sesuai
- tingkat nyeri
- istirahat: tingkat dan pola minum dengan waktu tidur kebetuhan
- tidur: tingkat dan pola - monitor atau catat kebutuhan
Definisi: gangguan kualitas dan - Untuk mengetahui berapa
tidur pasien setiap hari dan jam
kuantitas waktu tidur akibat lama kebutuhan tidur pasien
criteria hasil: Mandiri:
faktor eksternal setiap harinya
Setelah dilakukan tindakan - determinasi efek-efek medikasi
keperawatan selama … x24 jam, terhadap pola tidur
Batasan karakteristik: Mandiri:
- fasilitasi untuk
masalah nyeri akut pasien teratasi
- Perubahan pola tidur normal - Untuk mencegah terjadinya
mempertahankan aktivitas
- Ketidak puasan tidur dengan
gangguan pola tidur karena
- menyatakan tidak merasa sebelum tidur
- jumlah jam tidur dalam batas
efek medikasi.
cukup istirahat HE:
normal 6 sampai 8 jam perhari - Untuk merangsang
- pola tidur, kualitas dalam batas - Jelaskan pentingnya tidur yang
timbulnya keletihan
faktor yang berhubungan: normal adekuat
sehingga pasien lebih
- perasaan segar sesudah tidur - Instruksikan untuk monitor
- gangguan
mudah dalam istirahat.
- kurang control tidur atau istirahat tidur pasien
Kolaborasi: HE:
- Kolaborasi pemberian obat - Agar pasien memahami
tidur pentingnya kebutuhan tidur.
- Diskusikan dengan pasien dan - Agar pola tidur pasien
keluarga tentang tehnik tidur terjaga dan teratur.
pasien
Kolaborasi:
- Untuk membantu pasien
mencapai kebutuhan
tidurnya.
- Untuk membantu pasien
menemukan cara mudah
untuk tidur.
-
8. Resiko infeksi (00004) NOC NIC Observasi
Domain: 11 - Status imun Observasi: -Untuk mencegah terjadinya
- Keperahan infeksi
keamanan/perlindungan - Pantau tanda dan gejala infeksi infeksi
criteria hasil: - Kaji faktor yang dapat
Kelas: 1 infeksi -Untuk mengetahui faktor yang
Setelah dilakukan tindakan meningkatkan kerentanan
Definisi: beresiko terhadap dapat memicu terjadinya infeksi
keperawatan selama … x24 jam, terhadap infeksi
invasi organisme patogen dan mencegah terjadinya infeksi
- Pantau hasil laboratorium
masalah nyeri akut pasien teratasi
-Untuk mengetahui penyebab
Mandiri:
dengan
Faktor resiko: terjadinya infeksi
- Perawatan sirkulasi:
- Faktor resiko infeksi akan
- Penekanan sistem imun Mandiri :
insufisiensi arteri
- Penngkatan pemajanan hilang
- Skrining kesehatan -Untuk mengembalikan
- Terbebas dari tanda dan gejala
lingkungan tehadap patogen - Pengendalian infeksi
sirkulasi pembuluh darah arteri
- Kerusakan jaringan infeksi
HE:
- Mengindikasikan status dapat menutup dan membuka
- instruksikan untuk menjaga
gastrointestinal, pernafasan, dengan normal.
higiene personal untuk
genitourinari, dan imun dalam - Untuk mengetahui keadaan
melindungi tubuh terhadap
batas normal. normal atau abnormal organ
infeksi
tubuh maupun fungsinya
- bantu pasien/keluarga untuk
-Untuk menyembuhkan infeksi
mengidentifikasi faktor
lingkungan gaya hidup atau
HE :
praktek kesehatan yang
- untuk melindungi tubuh
meingkatkan resiko infeksi
- pengendalian infeksi: ajarkan terhadap infeksi
pasien dengan keluarga - Agar pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala mengetahui faktor-faktor
infeksi serta kapan harus yang dapat mempengaruhi
melakukannya kepenyedia resiko infeksi.
- Agar pasien mengetahui
layanan kesehatan
tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi:
Kolaborasi:
- Berikan terapi antibiotik bila
- Untuk mengurangi dan
diperlukan
- Melakukan tindakan operasi membunuh bakteri atau
apabila diperlukan virus penyebab infeksi.
- Untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi


2012- 2014. EGC: Jakarta

Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid
2. Media Action : Yogjakarta.

Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 6, Volume1. EGC: Jakarta.

Sjamsuhidajat. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: Konsil Kedokteran


Indonesia

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Diagnosis Keperawatan Edisi 9.


EGC:Jakarta.
Chahayaningrum,Tenti. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan
LaparatomiPada Ileus Obstruksi Di Instalasi Bedah SentralRsud Dr
Moewardi Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta :
Surakarta (jurnal).

Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif.


Universitas Udayana : Denpasar (jurnal)

Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat


Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas
Sumatera Utara : Sumatera Utara (jurnal)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34591/3/Chapter
%20II.pdf . diakses pada tanggal 7 November 2015

Anda mungkin juga menyukai