Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aceh merupakan salah satu daerah yang terletak di jalur Patahan Sumatra
yang sering mengalami gempa bumi. Hal ini disebabkan karena daerah Sumatra
yag berada pada zona subduksi. Proses pembentukan Patahan Sumatra terjadi
karena proses penunjaman Lempeng Indo-australia ke bawah Lempeng Eurasia
yang bergerak dengan kecepatan sekitar 50-70 mm/tahun yang memiliki
kemiringan zona penunjaman sebesar 120 (Natawidjaja et al.,(1994),(2007)). Dari
proses tersebut maka terbentuknya Patahan Sumatra dengan panjang lebih kurang
1.900 km. Patahan Sumatra terdiri dari 20 segmen mulai dari bagian selatan yang
memiliki tingkat pergeseran (strike-slip) yang kecil dan meningkat ke ujung
utara Pulau Sumatra. Batas antara bagian lempeng yang menunjam dan massa
batuan yang ada di atasnya disebut sebagai bidang kontak dari zona penunjaman
atau disebut juga sebagai bidang zona subduksi (Natawidjaja et al.,(1994),(2007);
Genrich et al., (2000)).
Zona subduksi merupakan salah satu zona yang sering terjadinya gempa
bumi di Indonesia khususnya di pulau Sumatra. Sejarah Gempa Bumi di Patahan
Sumatra telah didokumentasi dengan baik sejak tahun 1980 dengan magnitude
antara 6.5 sampai dengan 7.7 dan menunjukkan adanya korelasi antara proses
segmentasi di daerah patahan dengan posisi terjadinya gempa yang telah terjadi
(Natawidjaja et al.,2007). Gempa besar yang terjadi pada tahun 2004 dengan
magnitude 9 terjadi di patahan besar yang terletak di daearah lautan dan tsunami
tidak hanya terjadi pada zona subduksi, tetapi dapat terjadi pula akibat adanya
gempa susulan pada beberapa segmen lain dari Patahan Sumatra (Natawidjaja et
al.,2007)

Berdasarkan hal tersebut yang didasarkan pada fakta-fakta yang telah ada,
maka perlu dilakukan kajian tentang geometri dari Patahan Sumatra, sehingga dari
hasil kajian tersebut bisa dijadikan referensi untuk mitigasi bencana di Sumatra
pada umumnya dan di Propinsi Aceh secara khusus. Sehingga dengan adanya

1
hasil kajian tersebut dapat mengurangi resiko yang dihasilkan dari gempa bumi
tersebut. Kajian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode metode
geofisika yang sedang berkembang saat ini.

Banyak metode geofisika yang bisa digunakan untuk mengetahui atau


mempelajari geometri/struktur resistivitas 2D Patahan Sumatra berdasarkan
parameter kelistrikan, diantaranya metode Ground Penetrating Radar (GPR),
geolistrik, very low frekuensi (VLF), magnetotellurik (MT) (Rizal, 2013). Namun
untuk kasus ini meteode magnetotellurik sangat berperan penting untuk
medeskrpsikan struktur dari Patahan Sumatra, dikarenakan metode ini dapat
memberikan informasi tentang konduktivitas listrik dari kerak bumi dan mantel
bumi bagian atas mulai dari kedalaman beberapa meter hingga pada kedalaman
ratusan kilometer yang yang tergantung frekuensi dari variasi medan
eloktromegnetik, (Smirnov et al, 2008).
Studi kasus metode magnetotellurik telah banyak dilakukakn pada
patahan, diantara di patahan Sand Andreas, studi Magnetotellurik (MT) digunakan
untuk mengidentifikasi sebuah zona konduktif yang berada di kerak bumi bagian
bawah dan mantel bagian atas yang sejajar dengan permukaan patahan San
Andreas hingga ke arah pantai (Becken dan Ritter, 2011). Sedangkan pada
Patahan Sumatra sudah banyak dilakukan studi MT baik dengan Pemodelan 1D
maupun 2D. Dari hasil pemodelan tersebut didapat model resistivitas listrik yang
menjelaskan bagian konduktif yang dikelilingi oleh dua blok resistif pada bagian
timur dan barat dari profil . Dua blok tersebut merupakan dua patahan ( Patahan
Sumatra dan Patahan Seulimeum) yang sangat sesuai dengan struktur geologi
(Nurhasan, 2012;2014).
Studi magnetotellurik (MT) selama ini telah banyak dilakukan di Patahan
Sumatra, khususnya di Segmen Aceh dan Segmen Seulimeum yang dimodelkan
dengan pemodelan 1D dan 2D. Pemodelan 1D yang telah dilakukan hanya bisa
memprediksikan geometri Patahan (Nurhasan, 2012;2014 ), sedangkan dengan
menggunakan pemodelan 2D juga telah dilakukan pemodelan untuk melihat
kontras resistivitas dengan membandingkan dua mode, yaitu mode transfer listrik
(TE), mode transfer magnetik (TM) (Rizal, 2013), dan juga dengan menggunakan
pemodelan 2D data determinan ( Khumaidi, 2013), namun hasil pemodelan yang

2
didapat belum bisa menggambarkan struktur patahan secara jelas dan detail.
Untuk penelitian kali ini penulis akan mencoba memodelkan kembali model
resistivitas 2D dengan menggunakan code dari Siripunvaraporn dan Egbert
(2000).
Pada penelitian ini digunakan software Reduced Basis Occam's Inversion
(REBOCC), dikerenakan terdapat beberapa kelebihan dibandingkan dengan
inversi yang telah dipakai pada penelitian-penelitian sebelumnya (Rizal, 2013).
REBOCC dapat mengasilkan model resitivitas yang lebih kontras, dan juga dapat
membalikkan nilai apparent resistivity dan fase dari mode TE dan TM, begitu
juga dapat membalikkan bagian real dan imajiner dari fungsi transfer magnetik
vertikal.

1.2 Rumusan Masalah


Patahan Sumatra di wilayah bagian paling utara aceh terdapat dua
patahan aktif, yaitu patahan Aceh dan patahan seulimum, dimana daerah ini
merupakan daerah yang sering terjadinya gempa bumi, sehingga perlu dilakukan
pemodelan struktur resistivitas 2D pada Patahan Sumatra bagian utara, sehingga
diharapkan nantinya akan mendapatkan model yang jelas tentang struktur batuan
di Patahan Sumatra.
Struktur resitivitas 2D pada Patahan Sumatra memiliki nilai resistivitas
yang berbeda pada setiap struktur lapisan batuan pada kedalaman tertentu.
Dimana model resistivitas tersebut terlihat begitu kontras dengan menggunakan
metode magentotellurik (MT) dengan menggunakan prinsip kelistrikan.

Sehingga yang menjadi permalahan pada penelitain ini adalah :

1. Bagaimana mendapatkan nilai resistivitas 2D berdasarkan data


magnetotellurik pada Patahan Sumatra.
2. Bagaimana memodelkan struktur patahan berdasarakan nilai resistivitas
2D
3. Bagaimana menginterpretasikan struktur Patahan Sumatra bagian utara
berdasarakan model resistivitas 2D.

3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan distribusi model 2D resistivitas bawah permukaan di
Patahan Sumatra Bagian Utara.
2. Untuk mendapatkan gambar struktur bawah permukaan berdasarkan
distribusi model 2D di Patahan Sumatra bagian utara.
3. Untuk mendekripsikan struktur Patahan Sumatra berdasarkan hasil
pemodelan struktur 2D bawah permukaan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan pemahaman tentang pemodelan restivitas 2D kepada penulis
tentang pemodelan struktur patahan dengan menggunakan metode
magnetotellurik.
2. Memberikan informasi tentang struktur Patahan Sumatra kepada
masyarakat dan instansi terkait.

1.5 Urgensi Penelitian


Penelitian ini memiliki urgensi yang sangat penting untuk dilakukan,
dikarenakan propinsi aceh merupakan daerah yang terletak di daerah Patahan
Sumatra. Hampir semua kabupaten di propinsi aceh berada pada jalur Patahan
Sumatra. Dalam rentang waktu bebarapa tahun terakhir wilayah aceh sering
terjadi gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas tektonik di Patahan Sumatra
yang mengakibatkan banyak kerusakan, baik jiwa maupun materi.
Berdasarkan pembahasan di atas sangat jelas bahwa penelitian ini sangat
penting untuk dilakukan, dimana dengan adanya hasil yang peroleh dari penelitian
ini akan didapatkan model struktur resistivitas 2D pada jalur Patahan Sumatra.
Sehingga dapat memberikan informasi tentang struktur lapisan Patahan Sumatra
secara jelas kepada masyarakat, agar masyarakat mengetahui akan bahaya
kegempaan di Patahan Sumatra, sehingga bisa meminimalisir efek dari bahaya
gempa bumi yang terjadi selama ini yang akibatkan oleh proses tektonik Patahan
Sumatra.

Anda mungkin juga menyukai