Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Hipertensi


Pokok Bahasan : Penyakit Hipertensi Pada Lansia
Sub Pokok Bahasan : Hipertensi, Pencegahan Hipertensi pada Lansia, Mengontrol
Hipertensi dengan Yoga Pranayama.
Sasaran : Lansia di Br. Marga Bingung.
Tempat : Balai Banjar Marga Bingung, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh,
Kabupaten Gianyar
Waktu : 09.00 WITA-09.30 WITA
Hari, tanggal : Sabtu, 19 Januari 2018
Perorganisasian :1. Pembawa Acara : Ni Gusti Ketut Sugiani
2. Penyaji : Ni Wayan Listya Sukma Atmirah
3. Fasilitator : 1. Ni Rai Sriyanti
: 2. Ni Wayan Wiwin Ariani
: 3. Ade Dwi Yanie
: 4. I Ketut Adi Krisna Weda
: 5. Rai Wiwik Dwi Astari
: 6. Ni Kadek Eni Apriyani
: 7. I Komang Yoga Iswara
: 8. I Made Ardita
: 8. Ni Komang Tirta Wahyui
: 8. Ni Luh Candra Suartini

A. LATAR BELAKANG
Penuaan merupakan proses normal adanya perubahan yang berhubungan dengan
waktu, sudah dimulai sejak lahir dan dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup.
Bertambahnya usia harapan hidup orang Indonesia, jumlah usia lanjut (lansia) di
Indonesia akan bertambah banyak. Dengan demikian,banyak hal yang akan
mempengaruhi kualitas kehidupan para lansia, antara lain adalah status kesehatan. Para
lansia pun tidak lepas dari beragam penyakit, penyakit akibat penuaan akan semakin
banyak dihadapi. Salah satu penyakit yang sering mengintai para lansia adalah hipertensi.
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan
darah diastolic ≥ 90 mmHg, atau bila pasien mengkonsumsi obat antihipertensi (Arif
Mansjoer,2001). Selain itu, hipertensi juga merupakan peninggian tekanan darah kadang
merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan
adalah sakit kepala, epiktasis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar
tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.
Saat ini hipertensi tidak hanya menyerang para lansia tetapi juga mereka yang
berusia muda. Pola hidup yang tidak sehat ditengarai sebagai salah satu pemicu
penyebabnya. Sekitar 20 % populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90 %
diantara mereka menderita hipertensi primer, dimana tidak ditentukan penyebab
medisnya. Sisanya mengalami kenaikkan tekanan darah dengan penyebab tertentu
(sekunder) ; seperti penyempitan arteri renalis, berbagai obat, disfungsi organ dan tumor.
(Smeltzer, Suzanne, 2001)
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan masyarakat, memiliki
peran penting dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative pada kasus
hipertensi, maka dari itu seorang perawat harus memiliki kemampuan yamg memadai
dalam konsep penyakit, pengkajian keperawatan, penegakkan diagnose keperawatan,
intervensi, implementasi serta evaluasi keperawatan penyakit hipertensi demi
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

B. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit, lansia diharapkan dapat
mengetahui lebih dalam mengenai penyakit Hipertensi.

C. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit keluarga dapat :
1. Mengetahui pengertian penyakit Hipertensi.
2. Mengetahui penyebab terjadinya penyakit Hipertensi.
3. Mengetahui gejala dari penyakit Hipertensi.
4. Mengetahui penatalaksanaanpenyakit Hipertensi.
5. Mengetahui cara mengontrol hipertensi dengan Yoga Pranayama.

D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab.

E. MEDIA DAN ALAT


1. Alat : Alat tulis
2. Media : Leaflet

F. ISI MATERI
1. Pengertian penyakit Hipertensi.
2. Penyebab terjadinya penyakit Hipertensi.
3. Gejala dari penyakit Hipertensi.
4. Penatalaksanaan penyakit Hipertensi.
5. Mengontrol Hipertensi Dengan Yoga Pranayama

G. KEGIATAN PENYULUHAN
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah 3 menit
2. Memperkenalkan diri salam
3. Bina hubungan saling 2. Mendengarkan
percaya.
4. Menyampaikan tujuan
pokok materi
Pelaksanaan Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah 15 menit
1. Pengertian penyakit 2. Menanyakan
hipertensi. materi yang
2. Penyebab hipertensi. belum
3. Tanda dan Gejala dimengerti
hipertensi.
4. Pencegahan hipertensi.
5. Perawatan keluarga pada
lansia hipertensi
6. Mengontrol tekanan
darah dengan Yoga
pranayama
Penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab Tanya 12 menit
2. Menarik kesimpulan pertanyaan jawab
3. Menyampaikan hasil 2. Menjawab (diskusi)
Evaluasi salam
4. Menutup penyuluhan
(salam)

H. SETTING TEMPAT

B A Keterangan :
A = Penyaji

D C D B = Pembawa Acara
C = Peserta
D = Fasilitator
D

I. Garis Besar Materi ( Terlampir)


1. Pengertian penyakit hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan Gejala hipertensi.
4. Pencegahan hipertensi.
5. Perawatan keluarga pada lansia hipertensi
6. Mengontrol Tekanan Darah dengan Yoga Pranayama
J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan pelaksanaan
(Tim telah menghubungi kepala desa melalui undangan 3 minggu sebelum
pelaksaan. Peralatan media pendukung seperti kesiapan listrik, LCD (1 buah) dan
whitescreen (1 buah) telah mendukung).
b) Kesiapan Peserta Penyuluhan (Warga telah diumumkan oleh kepala desa selama
3 hari sebelum pelaksanaan melalui langgar setempat).
c) Kesiapan tempat pelaksanaan
(Balai Desa Kateter)
d) Kesiapan materi penyaji
(Materi telah dibuat sebulan sebelum pelaksanaan dengan referensi)
e) Kesiapan tim penyaji
(Penyaji telah mmpelajari bahan seminggu sebelum pelaksanaan
f) Kesiapan media
(Media yang digunakan adalah Powerpoint dan leaflet)
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan ( minimal 20 KK)
b) Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab (minimal 4 orang)
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan (09.00
WITA)
b) Peserta penyuluhan dapat menjelaskan pengertian penyakit hipertensi, penyebab
hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, pencegahan hipertensi, dan penanganan
hipertensi.
K. Lampiran
Materi Lengkap

L. Referensi :
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Mansjoer, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
3. Prince A. Silvia. 1995. Pathofisiologi. Edisi 4. Jakarta : EGC
4. Tim Editor. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan.
5. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta:EGC
6. Mansjoer, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN

1. Definisi
Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diatas 90 mmHg tetapi pada
populsi lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastoliknya 90
mmHg (1).
Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau
tekanan darah diatolik (TDD) ≥ 90 mmHg (2).
Menurut Kaplan menyatakan bahwa Pria usia <45 tahun, dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah pada waktu berbaring atau sama dengan 130/90 mmHg dan pria usia >45
tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas 145/95 mmHg.sedangkan
pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/90 mmHg dinyatakan hipertensi.

2. Penyebab
Faktor resiko yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu sebagai berikut :
a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1) Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar
risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena
hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40
% dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan
elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia,
kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam
puluhan. Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.
Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai
pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah
sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan
alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut
disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat
18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita. Ahli lain mengatakan pria
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29
mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk,
pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya
hipertensi. Menurut MN. Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita
hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen
pada wanita.
3) Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai
hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang
menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena
hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan
penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data statistik
terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi. Menurut Sheps,
hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua
kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25%
kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai
hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.
4) Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot
(satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang
mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara
alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan
hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda
dan gejala.
b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
1) Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan
peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya,
risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari.
Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi
dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan
karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah
dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab
meningkatnya tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia
lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil
didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik
nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang
kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja
lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja
maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan
darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap
rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan
menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada
pada level tinggi sepanjang hari.
2) Konsumsi Asin/Garam
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam
dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui
peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan
diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial
mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Reaksi
orang terhadap natrium berbeda-beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat
maupun yang mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium
tanpa batas, pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak
ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah
yang juga memicu terjadinya hipertensi. Garam merupakan faktor yang sangat
penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan
pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari
3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi
15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel
agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada
manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah
rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-
rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari
setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari. Menurut Alison Hull,
penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi
pada beberapa individu. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh
meretensi cairan yang meningkatkan volume darah.
3) Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber
dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal
dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman
dapat menurunkan tekanan darah.
4) Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk
menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Bahan
dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung
dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak
jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak
tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol,
asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang
menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung sekitar
45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ yang
didominasi asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. minyak kelapa
mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan minyak biji
bunga matahari hampir 90% komposisinya adalah ALTJ. Penggunaan minyak
goreng sebagai media penggorengan bisa menjadi rusak karena minyak goreng
tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng yang tinggi kandungan ALTJ-nya pun
memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama saja, selebihnya minyak
tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya omega-3 yang diketahui dapat
menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak berkasiat bila dipanaskan dan diberi
kesempatan untuk dingin kemudian dipakai untuk menggoreng kembali, karena
komposisi ikatan rangkapnya telah rusak. Minyak goreng terutama yang dipakai
oleh pedagang goreng-gorengan pinggir jalan, dipakai berulang kali, tidak peduli
apakah warnanya sudah berubah menjadi coklat tua sampai kehitaman. Alasan
yang dikemukakan cukup sederhana yaitu demi mengirit biaya produksi.
Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi mereka yang tidak menginginkan menderita
hiperkolesterolemi dianjurkan untuk membatasi penggunaan minyak goreng
terutama jelantah karena akan meningkatkan pembentukan kolesterol yang
berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu
terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain.
5) Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui
secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu
banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum
atau minum sedikit. Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai
karena survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan
konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume
sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan
darah. Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20%
dari semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman
berakohol per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali.
Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui
dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang,
minum-minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ
lain.
6) Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh >
25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu
faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi
penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi
yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada
obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis
meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga
dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah raga yang
isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu
dengan kurangnya olah raga maka risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan
apabila asupan garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan
bertambah. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi
karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga
memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.
Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air. Menurut Alison
Hull dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan
hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko
hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa
obesitas merupakan ciri khas pada populasi lansia hipertensi. Dibuktikan juga
bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi
dikemudian hari. Pada penelitian lain dibuktikan bahwa curah jantung dan volume
darah sirkulasi lansia obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara.
Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang
mengalami kegemukan cenderung mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi).
Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10 %
mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat
badan dengan membatasi kalori bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah
positif untuk mencegah terjadinya hipertensi. Berat badan dan indeks Massa Tubuh
(IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.
7) Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas
dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi.
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot
jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
8) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal
ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan
pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.
Menurut Sarafindo (1990) yang dikutip oleh Bart Smet, stres adalah suatu kondisi
disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber
daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah yang kita
rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi
daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus
dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu. Stres
adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh dari luar itu. Stres atau ketegangan
jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam,
rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit
maag. Menurut Slamet Suyono stres juga memiliki hubungan dengan hipertensi.
Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan
peninggian tekanan darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah
untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal
kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan
darah, namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi
belum dapat dipastikan.
9) Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum ada
data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena estrogen dari
dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen. 12 MN Bustan
menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun
berturut-turut), akan meningkatkan tekanan darah perempuan. Oleh karena
hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh
faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap
timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu maka
pencegahan hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya
hidup sehat menjadi sangat penting.

3. Tanda dan Gejala


a. Kepala terasa pusing
b. Peningkatan tekanan darah
c. Rasa berkunang-kunang
d. Pegal di bahu dan perasaan panas.
e. gelisah
f. Kurang tidur
g. Gangguan penglihatan
h. Kelelahan
i. Anoreksia
j. Hidung mimisan

4. Pencegahan
a. Pencegahan Primer.
1) Pola Makan yang Baik
a) Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi
Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah
hingga ke tingkat yang membahayakan. Panduan terkini dari British
Hypertension Society menganjurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang
dari 2,4 gram sehari. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan darah
TDS/TDD 6/3 mmHg.
b) Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
Dengan mengonsumsi sayur dan buah secara teratur dapat menurunkan
risiko kematian akibat hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah kanker. Sayur dan buah
mengandung zat kimia tanaman (phytochemical) yang penting seperti
flavonoids, sterol, dan phenol. Mengonsumsi sayur dan buah dengan teratur
dapat menurunkan tekanan darah TDS/TDD 3/1 mmHg.
2) Perubahan Gaya Hidup
a) Olahraga teratur
Melakukan olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik
4-8 mmHg. Di usia tua, fungsi jantung dan pembuluh darah akan menurun,
demikian juga elastisitas dan kekuatannya. Tetapi jika berolahraga secara
teratur, maka sistem kardiovaskular akan berfungsi maksimal dan tetap
terpelihara.
b) Menghentikan rokok
Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan
menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah
meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling
kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi.
c) Membatasi konsumsi alkohol
Minum alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan
darah. Wanita sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 14 unit
per minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit perminggu.31 Menghindari
konsumsi alkohol bisa menurunkan TDS 2-4 mmHg.
d) Mengurangi Kelebihan Berat Badan
Dibandingkan dengan yang kurus, orang yang gemuk lebih besar
peluangnya mengalami hipertensi. Penurunan berat badan pada penderita
hipertensi dapat dilakukan melalui perubahan pola makan dan olahraga secara
teratur. Menurunkan berat badan bisa menurunkan TDS 5-20 mmHg per 10 kg
penurunan BB.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah
terjadi atau menjadi berat. Pencegahan ini ditujukan untuk mengobati para penderita
dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu :
1) Melalui diagnosis dini
(pemeriksaan tekanan darah secara teratur).
2) Pemberian pengobatan (kepatuhan berobat).

c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu :
1) Menurunkan tekanan darah sampai
batas yang aman dan mengobati penyakit yang dapat memperberat hipertensi.
2) Follow up penderita hipertensi yang mendapat terapi dan rehabilitasi dimana
Follow up ditujukan untuk menentukan kemungkinan dilakukannya pengurangan
atau penambahan dosis obat.

5. Perawatan Keluarga Pada Lansia Hipertensi


a. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
b. Olahraga dan aktifitas fisik
c. Perubahan pola makan
d. Menghilangkan stres
e. Konsumsi TOGA (Tumbuhan Obat Keluarga), seperti:
1) Mengkudu
Buah mengkudu mengandung sejenis fitonutrien, yaitu scopoletin. Scopoletin
berfungsi memperlebar saluran darah yang mengalami penyempitan. Dinding pembuluh
darah yang lebar dapat mempercepat proses aliran darah ke jantung dan mempercepat
penghantaran darah ke seluruh tubuh, mencegah terjadinya konstriksi pembuluh darah,
sehingga tekanan darah menjadi normal (5). Selain scopoletin, juga terdapat arginin yang
berfungsi dalam sintesis nitric oksida (NO), suatu vasodilator yang dapat menyebabkan
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah (6).
2) Bunga Rosella
Antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosella terdiri atas senyawa gossipetin,
antosianin, dan glukosida hibiscin yang mempunyai efek diuretic, memperlancar
peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta
berfungsi sebagai obat kuat.
3) Timun
Tanaman mentimun mengandung zat saponin, protein, Fe atau zat besi, sulfur, lemak,
kalsium, vitamin A, vitamin B1, dan juga vitamin C. berbagai zat ini bersifat porgonik
yang disinyalir mampu menurunkan tekanan darah dalam tubuh. Menurut penelitian
Zauhani, pemberian jus mentimun sebanyak 100 gram kepada lansia selama lima hari
mampu menurunkan hipertensi. Cara pembuatan minuman herbal ini yaitu dengan
memblender 100 gram mentimun yang diberi 100 cc air tanpa diberi tambahan apapun 3
kali dalam sehari.
4) Seledri
Tanaman seledri (Apium Graveolens Linn) varietas secalinum mengandung berbagai
zat aktif antara lain flavonoid (apigenin), senyawa butyl phthalide, dan kalium yang
mempunyai efek menurunkan tekanan darah. Menurut penelitian Upik Rahmawati
(2010), pemberian jus seledri kepada ibu rumah tangga usia 40-60 tahun mampu
menurunkan hipertensinya. Sedangkan menurut penelitian Tantya Marlien (2009)
pemberian air rebusan seledri pada wanita dewasa selama 3 hari mampu menurunkan
hipertensi secara signifikan. Cara membuat minuman herbal ini yaitu dengan mencuci
bersih seledri dan ditambahkan air bersih secukupnya kemudian direbus. Setelah
mendidih air rebusan disaring dan diminum sehari tiga kali sebanyak dua sendok makan.

Anda mungkin juga menyukai