Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi
petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan-ketentuan
tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan
oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya,
melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di dalam masyarakat.
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.
a) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat
b) Setiap harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
c) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meniingkatkan mutu dan citra
profesinya
7) Penutup (1 butir)
Kasus Distosia Bahu Di Puskesmas Limboto
ROLE PLAY DISTOSIA BAHU
Kelompok 6 :
Bidan Ayu
Bidan Neri
Nyonya Dita
Pak Karim
Ibu Nita + Bidan Eka
Pada 20.00 di salah satu puskesmas, terdapat dua bidan jaga. Kemudian masuklah
seorang pasien inpartu.
Ibu Nita : Assalamualaikum’
Bidan Ayu : Waalaikumsalam. Ada yang bisa saya bantu?
Ibu Nita : Saya membawa keponakan saya. Dari siang dia sudah sakit-sakitan
Bidan Neri : Dimana keponakan ibu?
Ibu Nita : Sudah dalam perjalanan menuju kemari bersama suaminya
Sambil melakukan pemeriksaan Bidan Ayu melakukan anamnesa melalui orang tua
dari Nyonya Dita karena Nyonya Dita dalam keadaan sakit
Setelah dilakukan pemeriksaan Bidan Neri menjelaskan hasil pemeriksaan pada
Nyonya Dita dan keluarganya
Bidan Neri : Ibu saya akan menjelaskan hasil pemeriksaan dari Nyonya Dita
Tekanan darahnya 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, Respirasi 22
x/menit, SB 36,3°C. Nyonya Dita pembukaannya 3 cm, his atau
kontraksinya belum adekuat , penurunan kepala hodge 2.
Ibu Nita : Kira-kira berapa lama lagi keponakan saya akan melahirkan ?
Bidan Ayu : Sepertinya anak ibu akan melahirkan pagi bu
Pak Karim : Alhamdulillah, semoga lancar persalinan istri saya
Bidan Ayu : Iya bapak dan keluarga berdoa semoga persalinan Nyonya Dita
lancar
Bidan Ayu : Ibu silahkan berbaring menghadap miring kiri untuk memperlancar
Penurunan kepala
Nyonya Dita : Iya sus, kira-kira jam berapa saya akan melahirkan ?
Bidan Ayu : Pembukaan 3 cm bu sepertinya ibu akan melahirkan pagi
Nyonya Dita : Iya sus (sambil merintih kesakitan)
Pada pukul 01.00 WITA ketuban pecah. Tetapi kepala bayi belum terlihat. Dan bidan
sudah mulai panik dan segera memimpin persalinan
Bidan Neri : Ibu ayo mulai mengedan, kalau sakit tarik nafas panjang dan
keluarkan perlahan dari mulut
Nyonya Dita : Saya tidak tahan sus sakit sekali
Bidan Ayu : Ayo ibu harus kuat, kalau bukan ibu siapa lagi yang akan mengedan.
Nyonya Dita : Sakit sus
Bidan Ayu : Ayo ibu, ngeden bu
Nyonya Dita : Saya tidak kuat untuk mengedan
Bidan Neri : Kalau sampai pukul 02.30 WITA bayi belum lahir maka kami akan
merujuk ibu ke Rumah Sakit
(Bahu sulit untuk dilahirkan, bidan mulai panik dan terlihat tergesa-gesa dalam
menolong persalinan. Bidan meminta pertolongan kepada suami pasien untuk
melakukan kristeller menurut bidan itu akan mempercepat kelahiran bayi tanpa
melihat risiko dari tindakan tersebut)
Bidan Ayu : Bapak tolong bantu kami dalam proses kelahiran istri bapak. Ibu
tidak mempunyai tenaga untuk mengedan.
Setelah itu Pak Karim melakukan apa di instruksikan bidan untuk melakukan
kristeller.
Bidan Ayu : Ayo pak. (Sambil tergesa-gesa dalam menolong persalinan)
Bidan Ayu merasa bantuan tenaga Pak Karim saat melakukan kristeller kurang dan
meminta bantuan Bidan Honor (Bidan Eka) untuk melakukan kristeller. Setelah
beberapa menit dilakukan kristeller tidak nampak kemajuan persalinan kemudian
bidan Ayu dan Bidan Eka mengangkat kaki ibu Dita sampai ke bahu (Manuver MC
Robert) untuk membantu mempercepat persalinan tetapi tetap saja kepala bayi belum
nampak.
Bidan Ayu : Ayo Eka angkat kaki ibu nya.
Bidan Eka : Baik kak
(Pukul 02.15 WITA bayi telah lahir. Namun, terlihat bayi lahir dalam keadaan tidak
bergerak dan menangis serta kulit terlihat pucat. Bidan Neri melakukan rangsangan
taktil di bagian kaki bayi dan segera memakaikan baju bayi)
Tanpa memberitahu keluarga mengenai kondisi bayi Ibu Dita saat ini Bidan Neri dan
Bidan Ayu meninggalkan bayi itu begitu saja.
Karena rasa penasaran pak karim pun mendekati tempat bayi untuk mengecek
keadaan bayinya
Pak Karim : Kok anak saya tidak bergerak ataupun menangis sus? saya juga tidak
merasakan denyut nadi bayi saya lagi sus?
(Kemudian pak Karim membuka pakaian bayi dan ternyata badan bayi tersebut
terdapat memar dibagian pundak hingga bokong)
Pak Karim : Saya kecewa dengan pelayanan bidan di Puskesmas ini. Kalian tega
menghilangkan nyawa anak saya dan menutupi kesalahan kalian sendiri. Saya akan
melaporkan kasus ini kepada pihak yang berwenang
KESIMPULAN
Seperti yang kita ketahui saat melakukan pertolongan persalinan atau
penanganan untuk distosia bahu bidan harus melakukannya sesuai dengan SOP
dan posedur tetap sesuai dengan masalah. Berikut adalah penjelasan mengenai
Distosia Bahu.
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DISTOSIA BAHU
Diagnosis
Maneuver McRobert
(posisi McRobert, episiotomy bila perlu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
Manuver Rubin
(posisi tetap McRobert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bidan yang sementara
dinas melanggar kode etik bidan. Aspek Kode Etik Bidan dalam kasus ini adalah
kurangnya dalam menyampaikan informasi dan motivasi tentang kondisi pasien,
bahayanya bila penanganan tidak dilakukan dengan tepat, menjelaskan tentang
kewenangan bidan. Pada kasus ini penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi
dalam praktek kebidanan terutama dalam praktek. karena kurangnya kamampuan
atau keterampilan. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan etik. Sebagai bidan harus mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup mendalam agar setiap tindakannya
sesuai dengan standar profesi dan kewenangannya. Bidan harus mampu
meyakinkan pasien dan keluarga tentang kondisi pasien dan tindakan yang
dilakukan sehingga pasien dan keluarga mengerti dan mau melakukan apa yang
disarankan bidan.
Dalam hal ini bidan telah melanggar kode etik, karena tidak menjelaskan pada
keluarga mengenai kondisi pasien yang mengalami persalinan dengan distosia
bahu dan pada saat bayi lahir bidan pun tidak menjelaskan kondisi bayi tersbut
yang sudah tidak bergerak ketika lahir (bayi meninggal) serta saat melakukan
penanganan distosia bahu bidan tersebut melakukan kristeller dengan alasan
pasien tidak ada tenaga untuk mengedan, sedangkan yang kita ketahui sekarang
maneuver Kristeller sudah tidak boleh di guankan lagi karena maneuver Kristeller
yaitu bisa terjadinya trauma organ dalam, ruptur uteri, cedera pada bayi yang
dapat membahayakan keduanya, lepasnya plasenta, apalagi tenaga yang
dikeluarkan saat melakukan dorongan ketika dilakukan kristeller tiap tenaga
kesehatan berbeda-beda.
Setelah kejadian tersebut, suami pasien tersebut tidak terima karena bayinya
meninggal. Dia mengklaim bahwa ini kesalahan bidan yang tidak menjelaskan
kondisi istri dan anaknya serta melakukan prosedur yang seharusnya tidak boleh
dilakukan lagi dalam pertolongan persalinan dengan distosia bahu yaitu Kristeller.
Suami yang tidak terima menyebarkan kasus ini melalui sosial media Facebook
untuk berbagi pengalaman untuk orang lain dan melaporkan kejadian ini ke pihak
yang berwenang POLRES LIMBOTO. Setelah memenuhi prosedur pelaporan
pihak berwenang POLRES LIMBOTO langsung datang ke Lokasi kejadian
Puskesmas Limboto untuk menindaklanjuti kasus ini.