Makalah Dislipidemia
Makalah Dislipidemia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dislipidemia dapat dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, sepert
predisposisi genetk, penyebab sekunder, atau gabungan keduanya. Kolestrol
dan trigliserida dapat menghasilkan tga bentuk dislipidemia, yaitu
hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, dan kombinasi keduanya. Pada
setap kasus, disiplidemia merupakan akibat dari peningkatan lipoprotein
spesifik, baik jumlahnya maupun komposisinya. Istlah dislipidemia digunakan
untuk menjelaskan permasalahan yang lebih luas, termasuk rendahnya kadar
HDL kolesterol. Diagnosis dislipidemia ditegakan jika rasio kolesterol total
terhadap HDL lebih dari 4,5.
Dislipidemia boleh jadi bersifat familial, sebagai dampak dari penyakit
lain, semisal diabetes yang tak terkendali atau sebab-sebab lain.
Kemungkinan adanya latar belakang keluarga dapat ditelusuri melalui
anamnesis yang cermat dan mendalam tentang riwayat keluarga pasien,
termasuk profil lipid orang tua. Jika dislipidemia ternyata berlatar diabetes
yang tak terkendali, koreksi hiperglisemia biasanya berhasil menghapus
dislipidemia. Seandainya dislipidemia tdak juga lenyap meskipun diabetes
telah terkontrol, kelainan ini mungkin dilatarbelakangi oleh factor lain.
Bentuk dislipidemia yang lazim terdiri atas tga kelainan lipid yang
khas yaitu, peninggian kadar trigliserida, peningkatan LDL, dan penurunan
HDL. Trias gangguan lipid ini biasanya melekat pada pengidap PJK (Penyakit
Jantung Koroner) dini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini antaralain :
1. Apakah yang dimaksud dengan dislipidemia?
2. Bagaimanakah epidemiologi dari dislipidemia?
3. Bagaimanakah patogenesa dari dislipidemia?
4. Apa sajakah etologi dari dislipidemia?
5. Bagaimanakah manifestasi klinik dari dislipidemia?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada penyakit dislipidemia?
7. Bagaimana kaitan penyakit dislipidemia dengan zat gizi?
8. Bagaimana interaksi obat terhadap zat gizi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan dislipidemia.
2. Untuk mengetahui epidemiologi dari dislipidemia.
3. Untuk mengetahui patogenesa dari dislipidemia.
4. Untuk mengetahui etologi dari dislipidemia.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari dislipidemia.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penyakit dislipidemia.
7. Untuk mengetahui kaitan penyakit dislipidemia dengan zat gizi.
8. Untuk mengetahui interaksi obat terhadap zat gizi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida
serta penurunan kadar kolesterol HDL (Sunita, 2004). Dislipidemia adalah
keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah atau
trigliserida dalam darah yang dapat disertaipenurunan kadar HDL kolesterol
(Andry Hartono, 2000). Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis
semuanya memiliki peran yang pentng dan sangat berkaitan satu dengan yang
lain, sehingga tdak mungkin dibahas sendiri-sendiri. Dimana hasil pengukuran
kadar kolesterol serum memenuhi salah satu atau keseluruhan kriteria berikut:
1. Kadar kolesterol total meningkat, > 200 mg/dl.
2. Kadar trigliserida meningkat, > 150 mg/dl.
3. Kadar kolesterol LDL meningkat, > 130 mg/dl
4. Kadar kolesterol HDL menurun, < 40 mg/dl
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit
kardioserebrovaskular. Faktor tersebut disebabkan karena terbentuknya
atherosklerosis yang akan mengganggu peredaran darah dari sistem
kardioserebrovaskular.
Tipe Dislipidemia
Secara umum dislipidemia dapat dibagi menjadi 2 tpe :
a. Dislipidemia primer
- Common hypercholesterolimia
- Familial hypercholesterolimia
- Remnant (type III) hyperlipidemia
- amilial combined hyperlipidemia
- Chylomicronemia syndroma
b. Dislipidemia sekunder
Dislipidemia sekunder pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit
dasar sebagai berikut : Gagal ginjal, Sindroma nefrotk, Diabetes mellitus, Sepsis,
Hipotroidisme, dan Sirosis hat
B. Epidemiologi Displidemia
Banyak penelitan hingga saat ini menemukan bahwa dislipidemia sebagai
penyebab morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan yang tnggi. Selain itu,
dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko pentng terjadinya penyakit
jantung koroner yang merupakan penyebab kematan utama di Amerika Serikat.
World Health Organizaton (WHO) memperkirakan dislipidemia berhubungan
dengan kasus penyakit jantung iskemik secara luas, serta menyebabkan 4 juta
kematan per tahun.
Penelittan Multnatonal monitoring of trends and determinants in
cardiovascular disease (MONICA) di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-
rata kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dL dan pria 199,8 mg/dL,
tahun 1993 meningkat menjadi 213,0 mg/dL pada wanita dan 204,8 mg/dL pada
pria. Di beberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985) sebesar
195 mg/dL, Ujung Pandang (1990) sebesar 219 mg/dL dan Malang (1994) sebesar
206 mg/dL.
C. Patogenesa
Meskipun penyakit dislipidemia belum sepenuhnya dimengert,
perkembangan dislipidemia pada penyandang Diabetes Melitus (DM)
diyakini berlatar resistensi insulin. Resistensi insulin dalam jaringan lemak
menyebabkan peningkatan produksi dan pelepasan asam lemak, yang akan
merangsang produksi trigliserida serta VLDL jika asam lemak ini
terperangkap di dalam hat. Partkel trigliserida dan VLDL menempat posisi
ikatan tempat enzim lipase bekerja, menyebabkan enzim ini tdak lagi
mampu membersihkan lemak. Akibatnya, waktu paruh triggliserida dalam
plasma memanjang.
Dengan menggunakan pendekatan nutrisi, dislipidemia terjadi melalui
mekanisme:
1. Asupan makanan
Makanan padat energi yang sering dikonsumsi dan erat kaitannya dengan
perubahan gaya hidup antara lain :
- Daging berlemak
- Soft drinks (khusus yang mengandung gula)
- Junk food
- Mentega/margarin/krim/santan
- Konsumsi minyak yang berlebihan
- Konsumsi gula yang berlebihan
- Alkohol (termasuk alkohol tradisional sepert tuak, dan lain-lain)
- Nutrisi enteral : pemberian formula yang tdak sesuai dengan kapasitas
metabolisme lipid
- Nutrisi parenteral : pemberian preparat lipid yang berlebihan (melampaui
batas kemampuan lipid clearance)
Melalui mekanisme asupan makanan, dislipidemia sering dikaitkan dengan
rendahnya serat makanan (sayur mayur, buah-buahan, dan kacang-kacangan)
terutama apabila disertai dengan konsumsi makanan padat energi.
2. Asupan zat gizi
Asupan jenis-jenis zat gizi dibawah ini dapat menyebabkan dislipidemia :
- Asam lemak jenuh dan asam lemak tdak jenuh trans
- P/S rato < 1
- Defisiensi biotn
3. Gangguan komposisi tubuh
- (Morbid) obesity
- Obesitas central (obdiminal obesity)
- Prader-Willie Syndrome
D. Etiologi
Dislipidemia dapat terjadi akibat faktor asupan (intake) lemak yang
tnggi dan adanya faktor keturunan atau riwayat penyakit keluarga, alkohol,
hormon estrogen, dan obat-obatan. Pada wanita, saat usia menopause
akan meningkat resiko dislipidemianya lebih tnggi. Asupan lemak total
berkaitan dengan kegemukan (berat badan berlebih). Untuk mengetahui
apakah anda kegemukan atau tdak gunakan rumus: BB / TB (M)2. Bila
hasilnya adalah: 18.5 – 22.9 maka ia normal, bila 23 – 24.9 maka ia
overweight, dan di atas 25 maka ia obesitas. Etologi dari dislipedemia
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Jenis Kelamin
Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita. Hal
tersebut disebabkan karena pada wanita produktf terdapat efek perlindungan
dari hormon reproduksi. Pria lebih banyak menderita aterosklerosis, dikarenakan
hormon seks pria (testosteron) mempercepat tmbulnya aterosklerosis
sedangkan hormon seks wanita (estrogen) mempunyai efek perlindungan
terhadap aterosklerosis. Akan tetapi pada wanita menopause mempunyai risiko
lebih besar terhadap terjadinya aterosklerosis dibandingkan wanita
premenopouse.
2. Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun,
begitu juga dengan penurunan aktvitas reseptor LDL, sehingga bercak
perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol
total lebih tnggi, sedangkan kolesterol HDL relatf tdak berubah. Pada usia 10
tahun bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di lumen pembuluh darah dan
meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun.
3. Faktor Genetik
3. Faktor Merokok
4. Faktor Makanan
1. Penatalaksanaan non-farmakologik
Meliput terapi nutrisi medis, aktvitas fisik serta beberapa upaya lain sepert
berhent merokok, menurunkan berat badan bagi yang gemuk dan mengurangi
asupan alkohol. Penurunan berat badan dan peningkatan aktvitas fisik dapat
menurunkan kadar trigliseridaa dan meningkatkan kadar HDL kolesterol serta
sedikit menurunkan kadar LDL kolesterol.
Terapi Nutrisi
Tujuan Diet
- Menurunkan berat badan bila kegemukan.
Syarat Diet :
- Protein cukup yaitu 10 – 20% dari kebutuhan energi total. Sumber protein
hewani diutamakan ikan yang banyak menggunakan lemak omega 3.
Sumber protein nabat lebih dianjurkan.
- Serat tnggi, terutama serat larut air yang banyak terdapat pada apel dan
kacang-kacangan.
b. Aktvitas fisik
2. Penatalaksanaan farmakologik
Hasil dari beberapa studi klinis mendukung rekomendasi ADA, bahwa kadar
LDL kolesterol dibawah 100 mg/dl merupakan sasaran utama penatalaksanaan
dislipidemia diabetk. Disamping itu penurunan kadar trigliseridaa dengan
menggunakan gemfibrozil sepert yang ditunjukkan dalam VA-HIT secondary
preventon study, dapat pula menurunkan angka kejadian komplikasi
kardiovaskular berulang sebesar 24%.
a. Terapi Kombinasi
Banyak studi yang membuktkan bahwa terapi kombinasi antara statn
dan berbagai obat lain sepert bile acid resin, fibrat dan niacin memberikan
manfaat yang lebih baik dalam hal penurunan kadar LDL kolesterol, namun
pemakaiannya terkendala oleh meningkatnya kejadian efek samping dan
interaksi obat. Kombinasi ezetmibe dengan statn merupakan strategi baru
dalam memperbaiki profil lipid pada pasien DM tpe 2. Studi terbaru
menunjukkan bahwa kombinasi ezetmibe dengan simvastatn pada dosis
10/10, 10/20, 10/40 dan 10/80 mg menghasilkan penurunan kadar LDL
kolesterol, total kolesterol, trigliseridaa, non HDL cholesterol dan
apolipoprotein (Apo) B yang lebih besar dibandingkan simvastatn
monoterapi serta ditoleransi dengan baik.
Pada kedua tahap diet terapeutk, lemak tak jenuh rantai tunggal,
terutama asam oleat, dapat mencapai 15% kalori total. Asam oleat adalah
asam lemak utama yang terdapat pada kacang tanah, minyak zaitun, minyak
canofa. Selama bertahun-tahun, asam oleat dianggap netral terhadap
kolesterol total, tdak meningkatkan maupun menurunkan kadar kolesterol.
Narnun demikian bukt terbaru menunjukkan bahwa asam oleat dapat
menyebabkan penurunan kadar kol-LDL hampir sebesar asam linoleat yang
tdak jenuh dan berantai ganda jika salah satunya menggantkan lemak jenuh
dalam diet.
Ada dua kelompok utama lemak tak jenuh rantai ganda, yang biasa
disebut asam lemak omega-6 dan omega-3. Asam lemak omega-6 utama
adalah asam linoleat. Substtusi lemak jenuh tnggi dengan makanan kaya
asam linoleat menghasilkan penurunan kadar kol-LDL. Beberapa minyak
nabat kaya akan asam linoleat, misalnya minyak kedelai, minyak jagung,
minyak safflower dan biji bunga matahari. Minyak ini, sebagaimana yang
tnggi asam lemak tak jenuh tunggal, mempunyai densitas kalori yang tnggi
sehingga dapat menaikkan asupan kalori dan menaikkan berat badan. lkan
dan kerang adalah sumber utama asam lemak omega-3. Asam lemak utama
pada kelompok ini adalah asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam
dokosaheksaenoat (DHA). Keduanya mempunyai efek yang kecil terhadap
kadar kol- LDL pada pasien dengan kadar trigliserida normal. Beberapa data
epidemiologis menunjukkan bahwa konsumsi ikan jenis apa pun, yang
mengandung asam lemak omega-3, berhubungan dengan penurunan resiko
PKV ; belum jelas apakah hubungan nyata ini disebabkan oleh lemak ikan itu
sendiri atau faktor lain. Karena mengandung lemak jenuh yang rendah, ikan
baik sebagai sumber protein dalam diet.
f. Kolesterol
Asupan protein pada Diet Tahap I dan Diet Tahap II rata-rata adalah 15%
dari kalori total. Pada beberapa hewan penelitan, protein nabat
(contohnya protein kedelai) menurunkan kadar kolesterol dibandingkan
dengan protein hewan; efek ini tdak ditemukan pada manusia dengan
jumlah asupan protein yang biasa.
h. Karbohidrat
i. Keseimbangan kalori
j. Serat
Serat makanan adalah polimer karbohidrat yang tak dapat dicerna. Satu
jenis serat dapat larut dalam air; jenis ini menambah massa feces (tnja) dan
membantu menormalkan fungsi kolon. Serat makanan yang tdak larut
misalnya bekatul tdak menurunkan kadar kolesterol serum, meskipun
memberikan manfaat yang lain bagi kesehatan. Serat yang larut dalam air,
misalnya pektn, beberapa jenis gum, dan psyllium seed husks, mempunyai
potensi menurunkan kolesterol. Asupan serat dalam menu sehari-hari
sebaiknya 20-30g/hari untuk orang dewasa. Rekomendasi ini dibuat terutama
untuk mencapai fungsi gastro-intestnal yang normal dan mungkin
memberikan manfaat yang lain bagi kesehatan. Sekitar 25% (6 g) sebaiknya
berupa serat yang dapat larut. Bahan makanan yang mengandung banyak
pektn adalah apel, kesemek dll. Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-
buahan.
k. Alkohol
l. Garam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan diatas diperoleh simpulan, dislipidemia
merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
atau penurunan fraksi lipid dalam plasma yang terbagi menjadi dua
klasifikasi yaitu dilipidemia sekunder dan primer. Adapun epidemiologinya
dimana banyak penelitan hingga saat ini menemukan bahwa dislipidemia
sebagai penyebab morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan yang
tnggi. Pathogenesis dari penyakit ini terjadi karena asupan makanan,
asupan zat gizi, gangguan komposisi tubuh, dan gangguan metabolisme
lipid. Adapun etologi dislipidemia dapat terjadi akibat faktor asupan
(intake) lemak yang tnggi dan adanya faktor keturunan atau riwayat
penyakit keluarga, alkohol, hormon estrogen, dan obat-obatan. Manifestasi
klinik dislipidemia antara lain dibagi dalam 3 kasus yaitu
hiperkolesterolemia. Hipertrigliseridemia, dan campuran keduanya dengan
pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan kadar kolesterol. Dalam
penatalaksanaan penyakit ini dilakukan 2 jenis penatalaksanaan yaitu
penatalaksanaan non-farmakologik dan apabila tdak kunjung sembuh
maka selanjutnya dilakukan penatalaksanaan farmakologuk berupa obat
penurun lipid. Penyakit dislipidemia memiliki kaitan dengan zat gizi lainnya
tentunya mereka saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Untuk interaksi obat dengan zat gizi, terdapat beberapa golongan obat
memiliki kemampuan tersendiri dalam penurun kadar lipid yang mana
setap obat tersebut juga memiliki efek samping pada tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH BIOKIMIA
Tentang
“DISLIPIDEMIA”
Disusun Oleh :