KELOMPOK 1
Anastasia Ellisa F44150011
Bagus Rahmansyah P F44150012
Herdi Hermawan F44150014
Evan Surawiredja F44150038
Michelle Natali F44150050
Ihlus Fardan F44150066
Rumaisha Aulia Vadha F44150072
Nama Dosen :
1. Tri Sudibyo, S.T, M.T
2. Dr.Eng. Heriansyah Putra, S.Pd., M.Eng
I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang 1
2 Tujuan 1
3 Acuan 1
II METODOLOGI
1 Alat dan Bahan 2
2 Prosedur
A. Perhitungan perancangan 2
B. Uji kelayakan
C. Persiapan pelaksanaan proyek
D. Instalasi proyek
E. Pekerjaan umum
F. Pembersihan lahan
G. Pekerjaan tanah
H. Pekerjaan drainase
I. Perkerasan lentur
J. Pelengkap jalan
K. Finishing
III HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Data Awal Perencanaan
2 Tahapan Perencanaan
a. Trase jalan
b. Penampang melintang
c. Alinyemen vertikal
d. Alinyemen horizontal
e. Perencanaan drainase
f. Volume cut and fill
3 Uji Kelayakan
Stabilitas Lereng
4 Persiapan Pelaksanaan Proyek
5 Instalasi Proyek
6 Pekerjaan Umum
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan pengukuran
c. Mobilisasi
7 Pembersihan lahan
8 Pekerjaan tanah
9 Pekerjaan drainase
a. Saluran drainase samping jalan
b. Gorong-gorong
10 Pekerasan Lentur
11 Pelengkap Jalan
12 Finishing
IV PENUTUP
1 Simpulan
2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk merancang jalan bebas hambatan atau tol antar
kota dengan beberapa data rencana.
I.3 Acuan
Penelitian ini menggunakan beberapa acuan diantaranya:
a. Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
b. RSNI T-14-2004 tentang Geometri Jalan Perkotaan
c. Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-02-2006-B tentang Perencanaan
Sistem Drainase Jalan
d. Manual Desain Perkerasan Jalan nomor 04 tahun 2017
BAB II
METODOLOGI
II.2 Prosedur
Perancangan jalan arteri ini di lakukan menggunakan data peta topografi lahan,
data lalu lintas harian rata-rata, data lereng, serta dat curah hujan setempat.
Perencanaan pelaksanaan ini terdiri dari beberapa tahapan besar. Tahapan tersebut
terdiri dari persiapan pelaksanaan proyek, instalasi proyek, pekerjaan umum,
pembersihan lahan, pekerjaan tanah, pekerjaan drainase, perkerasan lentur,
pelengkap jalan dan terakhir finishing.
Mulai
Perhitungan perancangan
Pekerjaan umum
Pembersihan lahan
Pekerjaan tanah
Pekerjaan drainase
Perkerasan lentur
Pelengkap Jalan
Finishing
Selesai
B. PERHITUNGAN PERANCANGAN
Perhitungan ini dilakukan berdasarkan data awal yang didapatkan untuk
menghasilkan beberapa data akhir. Data akhir tersebut terdiri dari penampang
melintang, alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, perancangan drainase
serta volume cut and fill.
1. Perhitungan penampang melintang
Perhitungan ini dilakukan mengetahui kapasitas dari jalan yang
direncanakan, sesuai dengan data lalu lintas harian rata-rata. Tahapan
lengkap dari perhitungan dapat dilihat pada gambar 2.
Mulai
Selesai
Mulai
Pilih trase jalan yang digunakan sebagai alinyemen horizontal dan hitung jarak
Selesai
4. Perancangan drainase
Perencanaan saluran drainase jalan bebas hambatan dilakukan dengan
mengikuti kriteria desain yang terdapat pada Pedoman Konstruksi dan
Bangunan Pd. T-02-2006-B tentang Perencanaan Sistem Drainase Jalan
yang dibuat oleh Departemen Pekerjaan Umum. Saluran drainase yang
direncanakan adalah untuk daerah jalan yang datar dan lurus, daerah yang
lurus pada tanjakan atau turunan, serta daerah tikungan. Diagram alir
perencanaan saluran drainase ini ditunjukkan pada Gambar 4.
Mulai
Penentuan kriteria desain saluran drainase berdasarkan Pedoman Konstruksi dan Bangunan
Pd. T-02-2006-B tentang Perencanaan Sistem Drainase Jalan
Selesai
Ukuran luasan dari perpotongan antara trase jalan dan topografi tanah.
Luasan dari bangun yang ada dikalikan dengan lebar dari tubuh jalan yang dirancang
sehingga memiliki nilai volume.
Selesai
Identifikasi tanah dan analisis stabilitas lereng berdsarakan data yang ada menggunakan
aplikasi Geostudio SLOPE/W 2018.
Selesai
D. INSTALASI PROYEK
Instalasi proyek terdiri dari pembangunan beberapa bangunan sementara
disekitar lokasi proyek untuk menunjang pelaksanaan proyek.
E. PEKERJAAN UMUM
Pekerjaan umum terdiri dari rapat, sosialisasi, survey, pengukuran, serta
mobilisasi ke tempat proyek.
F. PEMBERSIHAN LAHAN
Tahapan pembersihan lahan dilakukan setelah tahapan persiapan, pengukuran,
dan mobilisasi pada pekerjaan umum. Pembersihan lahan dilakukan untuk trase
jalan dan untuk base camp. Langkah pada tahapan disajikan pada Gambar 7.
Mulai
Perobohan/penabangan pohon
Selesai
G. PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan tanah dilakukan dengan beberapa tahapan. Pekerjaan dilakukan
dengan beberapa alat antara lain, bulldozer, excavator, wheel loader,
dengan tandem vibratory roller, motor grader dan dump truck. Tahapan
pekerjaan tanah disajikan pada Gambar 8.
Mulai
Selesai
I. PERKERASAN LENTUR
Perhitungan perkerasan jalan diawali dengan persiapan data-data seperti
data lalu lintas, jenis kendaraan, jangka perencanaan (5 tahun) dan
pertumbuhan lalu lintas per tahun (i). Data arah dan lajur pada ruas jalan
ditentukan, kemudian ditentukan juga data kecepatan rencana (VR) dan fungsi
jalan. Nilai CBR tanah ditentukan berdasarkan data. Perencanaan tebal
perkerasan dilakuan berdasarkan manual perkerasan jalan nomor 04 tahun
2017 dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Perhitungan
nilai lalu lintas harian rata – rata tahunan (LHRT) pada tiap jenis kendaraan
dengan data lalu lintas dilakukan kemudian dapat dihitung beban standar lalu
lintas atau nilai vehicle damage factor (VDF). Perhitungan diawali penentuan
umur rencana dan klasifikasi kendaraan untuk VDF berdasarkan tabel pada
Lampiran 5. Setelah nilai tersebut didapatkan kemudian dihitung nilai
VDF4/hari dengan persamaan (13).
VDF4/hari = LHR 2023 x VDF4 ......................................................... (13)
Keterangan :
VDF4 : Vehicle Damage Factor pangkat 4
LHR : Lalu lintas harian rata-rata
Perkerasan ditentukan menggunakan perkerasan lentur. Faktor
pertumbuhan lalu lintas yang ditentukan kemudian dapat digunakan untuk
mencari nilai faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif (R) dengan
persamaan (14). Kemudian nilai TM ditentukan dengan rentang sebesar 1.8 -
2. Nilai Equivalent Standard Axle – Pangkat 4 (ESA4) diperoleh dari
penjumlahan nilai VDF4/hari pada tiap kategori kendaraan. ESA5 dapat
dihitung dengan persamaan (15), sehingga dapat dihitung CESA5 untuk umur
rencana pada persamaan (16).
(1+0.01 i)UR −1
R= .................................................................................. (14)
0.01 i
ESA5 = ESA4 x TM ............................................................................. (15)
CESA5 = ESA5 x 365 x R .................................................................... (16)
Keterangan :
R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif
i : pertumbuhan lalu lintas per tahun (%)
UR : umur rencana (tahun)
TM : Traffic multiplier
ESA4 : Equivalent Standard Axle – Pangkat 4
ESA5 : Equivalent Standard Axle – Pangkat 5
CESA5 : Cumulative Equivalent Standard Axle – Pangkat 5
Penentuan perkerasan dan tebal perkerasan dilakukan. Tebal lapis pondasi
dan lapisan perkerasan ditentukan berdasarkan tabel pada Lampiran 5.
Perkerasan jalan kemudian di rancang pada gambar potongan melintang.
Tahapan perencanaan perkerasan lentur disajikan pada Gambar 9.
Mulai
Klasifikasi jenis
kendaraan
Perhitungan vehicle
damage factor
(VDF4) dan
VDF4/hari
Perhitungan R
Perhitungan ESA5
Selesai
J. PELENGKAP JALAN
Tahapan pelengkap jalan ini terdiri dari pemasangan marka jalan, rambu
jalan, penerangan jalan umum, pekerjaan paving block, pemasangan kerb
pracetak dan pemasangan guard rail.
K. FINISHING
Tahap terakhir yaitu finishing dilakukan ketika seluruh komponen jalan
sudah terpasang lengkap dan rapi. Tahapan ini terdiri dari dua bagian yaitu
pembersihan akhir dan demobilisasi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Penampang Melintang
Penampang yang direncanakan berdasar pada pehitungan kapasistas.
Perhitungan ini menggunakan data lalu lintas harian rata-rata serta
beberapa data asumsi. Data asumsi yang digunakan terdapat pada tabel
2.
Tabel 2 Data asumsi dalam perencanaan
Tipe : 4/2 D(jalan bebas hambatan) perbukitan
Lebar lajur : 3.5 m, bahu jalan 1m
Hambatan samping : sangat rendah
Pemisah arah :50-50
Alinyemen : Datar
Fungsi jalan : bebas hambatan
c. Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal adalah perpotongan antara bidang vertikal dengan
sumbu jalan (Gunadarma, 1997). Pada pembuatan alinyemen vertikal
dibuat garis-garis bantu terlebih dahulu sesuai dengan peta topografi
untuk kemudian dibuat potongan melintang dari alinyemen tersebut.
Setelah dilakukan proses cut and fill, alinyemen vertikal yang
direncanakan ada satu tanjakan dengan kelandaian 31,43% dengan
elevasi 325 menuju 600 dan kemudian topografi jalan lurus dan mendatar
pada elevasi yang tetap yakni 600. Panjang lengkung yang aman untuk
direncanakan pada alinyemen vertikal mempertimbangkan jarak
pandang henti (Jh) dan jarak pandang mendahului (Jd). Setelah
ditetapkan beberapa asumsi sebagai acuan perhitungan, diperoleh
panjang lengkung yang aman lebih besar dari jarak pandang henti dan
jarak pandang mendahului yakni sebesar 345,09 m dan 4583 m. Namun
pada panjang lengkung dari asumsi jarak pandang mendahului tidak
rasional sehingga ditetapkan 345,09 m sebagai kelengkungan vertikal.
d. Alinyemen Horizontal
Alinyemen horisontal adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus
bidang datar peta (trace) (Hadiwardoyo, 1995). Trase jalan biasa disebut
situasi jalan, secara umum menunjukan arah dari jalan yang
bersangkutan. Alinyemen horisontal terdiri dari garis-garis lurus
(tangent) yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung (curve)
[Sukirman, 1999]. Garis-garis lengkung tersebut dapat terdiri dari
lengkung lingkaran (circle/circular curve) ditambah dengan lengkung
spiral (transition curve), lengkung lingkaran saja ataupun lengkung spiral
saja.
Berdasarkan trase yang sudah terpilih, dapat dilihat bahwa terapat
empat tikungan dengan masing-masing besarnya jari-jarinya (Rc)
sebesar 112,49, sedangkan besarnya sudut belokan (ʌ) masing-masing
yaitu sebesar 165°, 175°, 176°dan 167°. Besarnya sudut dan jari-jari atau
radius putar ini tergantung dengan ukuran dan karakteristik kendaraan
yang direncanakan dapat melewati tikungan tersebut dikarenakan tiap
jenis kendaraan memiliki dimensi yang berbeda sehingga memiliki
diameter belokan yang berbeda juga. Kecepatan yang direnacanakan
(VR) masing-masing sebesar 60 km/jam dengan elevasi minimum dan
maksimum masing-masing sebesar 10%.
Adapun hasil perencanaan ketiga elemen tersebut untuk keempat
tikungan disajikan pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Hasil perhitungan pada setiap tikungan
Parameter perencanaan Nilai pada Tikungan
No
1 2 3 4
1 Panjang Lengkung Belokan 323,77 343,40 327,7 345,36
Lc, (m)
2 Komponen Tc 854,42 2576,35 987,28 3221,18
3 Panjang Lengkung Peralihan 33,33 33,33 33,33 33,33
Ls, (m)
4 Komponen Ec 749,30 2466,32 881,18 3110,66
Berdasarkan hasil perencanaan tersebut, langkah berikutnya yaitu
digambarkan dalam bentuk diagram superelevasi baik dalam bentuk 2D
maupun 3D. Hasil penggambaran diagram superelevasinya digambarkan
seperti pada gambar 12 dan 13 di bawah ini.
= 12 m
= 27 m
en = 1 %
e. Perencanaan Drainase
Perencanaan sistem drainase jalan didasarkan kepada keberadaan air
permukaan permukaan dan bawah permukaan. Perencanaan drainase
jalan dibagi menjadi dua, yaitu drainase permukaan (surface drainage)
dan drainase bawah permukaan (sub surface drainage). Perencanaan
kedua jenis drainase di atas harus memiliki keterpaduan tujuan agar
perencanaan drainase jalan tercapai.
Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan limpasan
air hujan di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak
merusak konstruksi jalan, seperti kerusakan karena air banjir yang
melimpas di atas perkerasan jalan atau kerusakan pada badan jalan akibat
erosi. Sistem drainase jalan harus memperhitungkan debit pengaliran dari
saluran samping jalan yang memanfaatkan saluran samping jalan
tersebut untuk menuju badan air atau resapan buatan. Suatu sistem
drainase permukaan jalan terdiri atas kemiringan melintang perkerasan
dan bahu jalan, saluran samping jalan, drainase lereng, dan gorong-
gorong.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan drainase
permukaan adalah plot rute jalan di peta topografi (L), inventarisasi data
bangunan drainase, segmen panjang saluran (L), luas daerah layanan (A),
koefisien pengaliran (C), faktor limpasan (fk), waktu konsentrasi (Tc),
Analisa hidrologi, dan debit aliran air (Q). Drainase bawah permukaan
bertujuan untuk menurunkan muka air tanah dan mencegat serta
membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan permukaan jalan
atau air yang naik dari subgrade jalan (Pedoman Perencanaan Drainase
Jalan 2006).
Saluran Drainase Samping Jalan
Saluran drainase samping jalan bebas hambatan yang direncanakan
adalah untuk jalan mendatar dan tikungan. Tipe saluran drainase samping
yang direncanakan berupa saluran terbuka, dengan tipe saluran berbentuk
segi empat. Bahan yang digunakan adalah beton bertulang dengan nilai
koefisien Manning (n) sebesar 0,019.
Dimensi saluran drainase samping yang direncanakan memiliki
ukuran lebar atas (b) sebesar 0,8 m dan tinggi muka air (h) 0,8 m. Luas
penampang basah saluran (F) adalah 0,64 m2, dengan keliling
penampang basah (P) 2,4 m dan jari-jari hidrolis (R) sebesar 0,27 m.
Kemiringan saluran drainase samping (is) yang direncanakan adalah
0,0046. Kecepatan aliran dalam saluran (V) yang direncanakan adalah
1,5 m/detik, dengan debit saluran (Qs) sebesar 1,5 m3/detik. Tinggi
jagaan/freeboard (W) yang ditetapkan adalah 0,6 m, sehingga tinggi total
saluran drainase samping yang direncanakan adalah sebesar 1,4 m.
Gambar potongan melintang dari saluran drainase samping jalan bebas
hambatan yang direncanakan ditunjukkan pada Gambar 15 berikut.
d. CESA5
Berdasarkan nilai TM yang ditentukan dapat diperoleh nilai ESA5
sebesar 63330.8 sehingga dapat diperoleh nilai CESA5 sebesar
465402080.2 atau 77567013.36 per lajurnya.
e. Dasar Pondasi
Lapisan pondasi yang dipilih untuk CBR sebesar 4% yaitu dengan
prosedur desain pondasi A yang termasuk kelas kekuatan tanah dasar SG4
dengan struktur pondasi jalan terdapat perbaikan tanah dasar meliputi bahan
stabilisasi kapur atau timbunan pilihan (pemadatan berlapis ≤ 200 mm tebal
lepas) dan dengan CESA5 > 4 juta diperoleh nilai tebal sebesar 200 mm.
f. Lapisan perkerasan
Lapis perkerasan yang dipilih sesuai bagan desain 3 untuk perkerasan
lentur. Struktur perkerasan yang dipilih sesuai dengan nilai CESA5 yang
berada diantara 50-100 juta sehingga termasuk struktur perkerasan F6
dengan jenis permukaan berpengikat yaitu ACo (Asphaltic Concrete). Jenis
lapis pondasi dan lapis pondasi bawah pada nilai F6 adalah Cement Treated
Base (CTB). CTB merupakan campuran agregat berbutir dengan semen dan
air dalam proporsi tertentu, dan digunakan sebagai lapis fondasi.
Ketebalan lapis perkerasan pada AC WC (Asphaltic Concrete Wearing
Course) sebesar 40 mm, untuk lapisan beraspal AC BC (Asphaltic Concrete
Binder Course) sebesar 185 mm, serta lapisan CTB atau LPA Kelas A
sebesar 150 mm. Lapis perkerasan lentur perancangan jalan disajikan pada
Gambar 23.
4.1. Simpulan
Perancangan jalan tol ini diawali dengan melakukan beberapa perencanaan dan
perhitungan. Berdasarkan peta topografi lahan satu trase jalan utama dan dua jalan
alternatif dibuat. Trase jalan utama terpilih sepanjang 7245.2 m dengan empat
tikungan full circle pada jalan yang cenderung datar. Kapasitas jalan dihitung
menggunakan data lalu lintas harian rata-rata dan data asumsi lain, hingga
didapatkan total lebar ruas jalan 17 m untuk tipe jalan 4/2D dengan bahu jalan 1 m
dan median 1 m. Selain itu dirancang pula dimensi saluran drainase beton dengan
ukuran 0.8 x 1.4 m untuk saluran samping dan diameter 1.4 m untuk gorong-gorong.
Setelah potongan melintang jalan dan drainase ditentukan volume cut and fill dari
lereng dapat dihitung. Berdasarkan hasil perhitungan terdapat 3 segmen cut dengan
total volume 7092862 m3 dan 2 segmen fill dengan total volume 2508470 m3.
Sehingga dibutuhkan tanah urug tambahan agar sesuai dengan perencanaan.
Hasil perencanaan perlu diuji terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Pengujian
tersebut dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Beberapa nilai yang didapatkan
dari hasil uji kemudian digunakan untuk pengujian stabilitas lereng. Uji stabilitas
lereng dibutuhkan untuk memastikan akan kebutuhan lereng terhadap perkuatan
struktur tanah. Pada salah satu titik yang dilakukan analisis stabilitas lereng
didapatkan nilai faktor keamanannya sebesar 1.358. Hal ini menyatakan bahwa
pada titik tersebut lereng dapat mengalami keruntuhan sehingga diperlukan
perkuatan lereng berupa teras bangku. Setelah dilakukan perencanaan
menggunakan teras bangku didapatkan nilai faktor keamanannya berubah menjadi
1.532 atau sudah memenuhi batas aman.
Persiapan lain yang perlu diperhatikan adalah dokumen dokumen penting seperti
RAB, RKS, jadwal pelaksanaan serta laporan laporan lain. Selain itu di lapangan
juga diperlukan adanya instalasi proyek berupa bangunan sementara. Bangunan
sementara ini dapat berupa gudang, kantor direksi, kantin, mushola, pos keamanan
dan yang lainnya. Kemudian pekerjaan umum berupa rapat persiapan, sosialisasi,
survey, pengukuran dan mobilisasi juga perlu dilakukan. Selanjutnya pembersihan
lahan dilaksanakan menggunakan alat-alat berat dan dilanjut dengan pekerjaan
tanah.
Setelah tanah bersih, padat dan rapi barulah dilakukan pekerjaan drainase dan
perkerasan jalan. Perkerasan yang dipilih menggunakan CTB setebal 150 mm,
dilanjut ACBC 185 mm dan ACWC 40 mm. Tebal ACWC tentu dapat bertambah
sesuai dengan slope melintang jalan terutama pada tikungan full circle. Tahapan
terakhir adalah pemasangan pelengkap jalan seperti marka, rambu, penerangan,
median, serta guard rail jalan. Ketika seluruh komponen jalan sudah terpasang
barulah proyek dibersihkan dan di demobilisasi.
4.2. Saran
Perancangan jalan ini memerlukan data yang lebih detail untuk perancangan.
Selain itu pengerjaan penelitian ini harus dilakukan dengan lebih terstruktur agar
tidak ada data atau pekerjaan yang terlewat.
Daftar Pustaka
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2016. Perencanaan Sistem Drainase Jalan.
Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd. T-02-2006-B. Jakarta (ID):
Indonesia.
Agung AAG, Swijana K, Dewi S. 2007. Studi kelayaan jalan tol Pengambengan-
Pengragoan. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. 11(1) : 39-44
Rahmat A. 2010. Penggunaan Sistim Informasi Geografis untuk Pemetaan
Kerawanan Longsor di Kabupaten Purworejo. Jurnal Bumi Lestari. 10(2) :
191-199.
SNI 06-2456-1991 tentang Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen
Sukirman, S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta (ID): Granit.
Sukirman S. 1999. Dasar – Dasar Pencanaan Geometrik Jalan. Bandung (ID):
Nova
LAMPIRAN
Lampiran 1 Grafik Kapasitas Segmen Kendaraan Ringan
Lampiran 2 Contoh Perhitungan Kapasitas Jalan
Data rencana :
Tipe : 4/2 D(jalan bebas hambatan) perbukitan
Lebar lajur : 3.5 m, bahu jalan 1m
Hambatan samping : sangat rendah
Pemisah arah :50-50
Alinyemen : Datar
Fungsi jalan : bebas hambatan
Dimensi
Lebar Atas (b) : 0,8 m
Tinggi Muka Air (h) : 0,8 m
Faktor Kemiringan (z): -
Penampang Basah
Luas (F) =bxh
= 0,8 x 0,8
= 0,64 m2
Keliling (P) = b + (2 x h)
= 0,8 + (2 x 0,8)
= 2,4 m
𝑏𝑥ℎ
Jari-jari Hidrolis (R) =
𝑏+2ℎ
0,8 𝑥 0,8
=
0,8 +(2 𝑥 0,8)
= 0,27 m
𝑉𝑥𝑛
Kemiringan saluran (is) = ( 𝑅2/3 )2
1,5 𝑥 0,019 2
=( )
0,272/3
= 0,0046
1
Kecepatan (V) = 𝑛 𝑥 𝑅 2/3 𝑥 is 1/2
1
= 0,019 𝑥 (0,27)2/3 𝑥 (0,0046)1/2
= 1,49 ≈ 1,5 m/detik
B. Gorong-Gorong
Kriteria Perencanaan
Umur rencana : 25 tahun (jalan tol)
Tipe penampang : gorong-gorong persegi (box culvert)
Bahan : beton bertulang
Kecepatan minimum : 0,7 m/detik
Kemiringan : 0,5% - 2%
Penampang Basah
Luas (F) =bxh
= 0,8 x 0,8
= 0,64 m2
Keliling (P) = b + (2 x h)
= 0,8 + (2 x 0,8)
= 2,4 m
𝑏𝑥ℎ
Jari-jari Hidrolis (R) =
𝑏+2ℎ
0,8 𝑥 0,8
=
0,8 +(2 𝑥 0,8)
= 0,27 m
150 KETERANGAN :
JUDUL GAMBAR :
KELOMPOK:
1
SATUAN SKALA
NAMA
1:100
NIM
2. BAGUS R. P.
F44150011
F44150012
KETERANGAN :
1400
KELOMPOK:
1
14 PERENCANAAN
Bahu Jalan
Bahu Jalan Perkerasan Jalan
Saluran Drainase Saluran Drainase SATUAN SKALA
Samping Jalan Samping Jalan
im = 2% ib = 4% 1:100
ib = 4% im = 2% MM
NAMA NIM
PERANCANGAN BANGUNAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
SIL 52
KETERANGAN :
JUDUL GAMBAR :
POTONGAN JALAN
KELOMPOK KELAS
1 RABU
kemiringan 2%
ACWC 40 mm
ACBase 185 mm SATUAN SKALA
LPA KELAS A 150 mm
PONDASI 200 mm
MM 1:85
600
NAMA NIM
725
Ø6 1. ANASTASIA ELISSA F44150011
00
2. BAGUS R F44150012
DOSEN
PERANCANGAN BANGUNAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
SIL 52
KETERANGAN :
JUDUL GAMBAR :
3D JALAN DATAR
KELOMPOK KELAS
1 RABU
SATUAN SKALA
MM XOA
NAMA NIM
2. BAGUS R F44150012
DOSEN
PERANCANGAN BANGUNAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
SIL 52
KETERANGAN :
JUDUL GAMBAR :
KELOMPOK KELAS
1 RABU
SATUAN SKALA
MM XOA
NAMA NIM
2. BAGUS R F44150012
DOSEN