Tibalah waktu mereka mandiri, saat mereka berjalan bertemulah ke-3 ekor
rusa itu dengan seseorang yang membawa jerami. Secara cepat serta tiada
fikir panjang, rusa pertama minta jerami itu. Pada akhirnya rusa pertama
bangun rumah memiliki bahan jerami. Rusa ke-3 semakin putus harapan saat
rusa ke-2 berjumpa dengan seorang yang membawa kayu serta kayu itu
dikasihkan pada rusa ke-2 dan secara cepat dia bangun rumah itu.
Rusa ke-3 dalam keputusasaan tapi dia masih sabar. Pada akhirnya dia
terasa suka ketia dia berjumpa dengan seorang yang membawa bata serta
memberi bata itu kepadanya. Dalam waktu cepat rumah itu berdiri kuat
serta rusa ke-3 meyakini jika harimau tidak akan memangsanya.
Dengan beberapa akal harimau merayu rusa ke-3. Dari mulai berjumpa di
kebun lobak jam empat sore. Tetapi rusa ke-3 tahu jika harimau ingin
memangsanya. Rusa ke-3 hadir lebih awal serta isi keranjangnya dengan
lobak sampai penuh. Harimau semakin jengkel, dia juga terus-terusan
merayu rusa ke-3 tetapi rusa ke-3 makin cerdas.
Tiap-tiap penawaran harimau dijawab dalam kata dia, tetapi dia tetap hadir
lebih awal serta tinggalkan harimau supaya selamat. Walau dia mesti
menggelinding dalam satu tong yang dia beli saat memiliki janji dengan
harimau berjumpa di festival.
Selanjutnya harimau termakan oleh gagasannya sendiri. Riwayatnya selesai
saat dia ingin masuk ke rumah rusa ke-3 melalu cerobong asap. Rusa ke-3
yang benar-benar cerdas, dengan sigap memanaskan air dalam panci tidak
bertutup serta ditempatkan pas di atas tungku sampai panas.
Lalu, harimau juga jatuh serta tersiram bahkan juga di rebus hidup-hidup
dalam panci yang berisi air panas itu. Keseluruhannya, buku narasi dongeng
Tiga Rusa Kecil ini mempunyai jalur yang begitu menarik serta anggota
beragai ide. Pesan-pesan moralnya sangat banyak serta berguna terpenting
untuk anak-anak. Dalam pemaparannya ikut dipakai bahasa yang gampang
dimengerti.
Akan tetapi, ada satu kekuangan, yakni dalam narasi ini kurang diuraikan
perasaan gotong royong serta kekeluargaan dari beberapa tokohnya
terpenting tiga ekor rusa kecil. Meskipun mereka ingin bangun rumah
sendiri, tapi perasaan gotong royong itu begitu dibutuhkan.
NON FIKSI
Kalau Philip K. Hitti menulis sejarah Arab-Islam dari sejak masa pra-Islam hingga masa
kekuasaan Utsmani di dalam buku History of the Arabs, maka buku Dari Puncak Khilafah ini
bisa dibilang seolah melanjutkan sejarah Arab-Islam sejak masa Khilafah Utsmaniyah pasca era
Muhammad Al-Fatih hingga Arab modern abad ke-21.
Kita tahu sendiri lah, ya, bahwa sejak peristiwa 11 September 2001, Islamphobia melanda dunia
Barat sampai-sampai ada anggapan dari orang-orang Barat bahwa Arab dan Islam adalah
ancaman bagi mereka. Menurut Eugene Rogan berdasarkan paparannya di dalam pendahuluan,
orang-orang Barat ini sebetulnya tidak memahami bahwa apa yang terjadi di dunia Arab sana
adalah juga hasil akumulasi sejarah panjang yang di dalamnya terdapat andil tangan-tangan
penguasa dunia Barat. Dengan dalih pembebasan, sejatinya penguasa dunia Barat telah
melakukan pendudukan atas banyak bangsa. Menurut penulis, orang Barat perlu lebih
memperhatikan sejarah, bagaimana sejarah itu dialami dan dipahami oleh bangsa Arab itu
sendiri, dari kaca mata orang Arab itu sendiri, sehingga kesalahan tidak terulang kembali. Inilah
salah satu latar belakang mengapa Eugene Rogan menulis buku ini. Ia ingin agar Barat mulai
memahami apa sesungguhnya akar persoalan yang terjadi di Arab.
Dari pemaparan Rogan di dalam buku setebal 776 halaman ini, pembaca dapat mengikuti
perjalanan sejarah, bagaimana geliat politik dan kekuasaan pada masa kekhalifahan Utsmani
beserta pengaruh para penguasaatau kekuatan lokal di berbagai wilayah kekuasaannya seperti
Muhammad Ali Pasha, Khairuddin Barbarossa, dan tokoh lainnya. Rogan juga membagi secara
umum periode peta perjalanan sejarah Arab-Islam menjadi empat, yakni:
Era Utsmaniyah, era penjajahan negara-negara Eropa, era Perang Dingin dan era sekarang yang
didominasi Amerika Serikat dan globalisasi.
1. Era Utsmaniyah, yang dimulai dari masa Sultan Salim I, yakni era setelah Muhammad Al-Fatih
berkuasa, hingga Sultan-Sultan berikutnya, termasuk konflik yang terjadi antara penguasa lokal
dan kesultanan sebelumnya dalam perebutan wilayah kekuasaan, serta tarik-ulur kebijakan
politik dan ekonomi.
2. Era penjajahan negara-negara Eropa, termasuk pula di periode ini Perang Dunia I yang
melibatkan dua imperium besar yakni Inggris dan Prancis, serta Perang Dunia II yang melibatkan
Jerman dan beberapa negara lainnya.
3. Era Perang Dingin, yang melibatkan dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang
berefek pada pergolakan nasionalisme dunia Arab dan kekuatan Islam.
4. Era dominasi AS yang melibatkan banyak negara konflik seperti Irak, Lebanon, Suriah, Palestina,
Israel, dan sebagianya.
1. Buku ini ditulis dengan gaya penulisan yang lumayan ringan dan enak dibaca, serasa membaca
fiksi. Jadi, meskipun tebal seperti bantal, buku ini menurut Saya tidak membosankan.
2. Buku dan penulisnya saya acungi dua jempol karena bisa menceritakan ulang sejarah Arab-
Islam dengan kata-katanya sendiri dengan kronologi yang lumayan runut. Buku ini juga
memiliki cakupan yang sangat banyak, baik dari rentang waktu yang sangat panjang di masa
Utsmani abad ke-16 hingga zaman modern abad ke-21, juga cakupan geografi yang sangat luas
menjangkau banyak bangsa, serta cakupan isu yang beragam mulai dari isu kekuasaan,
keagamaan, nasionalisme, sekularisme dan isu-isu lainnya yang muncul dari perjalanan Arab-
Islam yang berhasil diangkat dan dianalisa penulis secara apik.
3. Menurut Saya, penulis cukup adil dalam menuliskan sejarah Arab-Islam di buku ini.
Umumnya para sejarawan Barat, Kristen, Yahudi, maupun sebagian sejarawan Arab sekuler
memiliki perspektif yang buruk atas penulisan sejarah Khilafah Utsmani. Banyak informasi yang
dibelokkan sehingga kesan negatif lebih dominan muncul ketika kita berbicara tentang
kesultanan ini, terlepas dari realita kemerosotan Khilafah ini yang memang disebabkan oleh
berbagai faktor internal dan eksternal.
Namun di buku ini, dengan bersumber dari informasi di Arab langsung dan disertai penjelasan
para saksi mata, secara umum Saya melihat kalau penulis sudah berusaha adil dalam
memaparkan sejarah. Penulis sepertinya berusaha menunjukkan bagaimana pergulatan dunia
Arab-Islam dalam catatan sejarah apa adanya. Bagaimana dunia Arab jatuh dan bangkit, terseok-
seok dalam carut-marut perpolitikan dunia, serta bagaimana kejayaan dunia Arab dalam
membangun negaranya.
Yang menariknya, ternyata salah satu sumber referensi penulisan buku ini berasal dari sebuah
buku harian seorang tukang cukur bernama Ahmad al-Budayri. Si tukang cukur ini sangat gemar
mengobrol dan menuliskan berbagai informasi politik dan masyarakat Damaskus semasa
hidupnya